Anda di halaman 1dari 19

TEKNOLOGI PEMBIAKAN TANAMAN

“Dasar Anatomis dan Fisiologis serta aspek teoritis Perbanyakan


Vegetatif dan Generatif”

Oleh:

Oleh:
Nama: Irfan Hakim
NIM : D1B118015
Kelas : AGT-A

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
BAB. I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak revolusi pertanian, perkembangan pertanian terus mengalami


peningkatan. Manusia yang lebih modern mulai mengembangkan teknik
perbanyakan tanaman yang dipelajarinya dari kejadian-kejadian alam, seperti
setek, cangkok, okulasi dan merunduk. Sejak perkembangan ilmu pengetahuan
mulai maju, ditemukan teknik pebanyakan tanaman yang lebih modern seperti
teknik kultur jaringan. Melalui teknik kultur jaringan bagian tanaman yg kecil bisa
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar hingga mencapai ribuan.

Pemahaman tentang konsep dan aspek pada Dasar-Dasar Perbanyakan


Tanaman Secara Vegetatif merupakan salah satu bagian yang penting dalam
kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Pengetahuan tentang konsep
perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk diketahui agar dapat
dipahami pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif dan membedakan
pengelompokan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif. Selain itu, juga
perlu didukung pengetahuan tentang arti penting dari perbanyakan tanaman secara
vegetatif agar dapat dipahami perlunya dilakukan perbanyakan tanaman secara
vegetatif ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, dan genetik. Pemahaman tentang
konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu didukung dengan
pengetahuan tentang teknik-teknik yang dapat digunakan dalam perbanyakan
tanaman secara vegetatif.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu pemahaman tentang


pengatahuan aspek-aspek pentingnya meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan
genetik. Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan
pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun untuk  memahami
proses terbentuknya akar adventif pada stek dan cangkok dan terbentuknya
penyatuan sambungan pada penyusuan, okulasi, dan sambungan. Aspek fisiologi
perbanyakan tanaman secara vegetatif yang perlu diketahui adalah peranan secara
fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi proses pertumbuhan
hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif
berkaitan dengan keseragaman dan keragaman secara genetik tanaman yang
diperbanyak secara vegetatif. Ketiga aspek tersebut apabila dipahami dengan
benar diharapkan akan menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan perbanyakan
tanaman secara vegetatif.

Salah satu perbanyakan tanaman yang paling mudah dilakukan secara


massal dan biayanya murah adalah perbanyakan melalui biji atau perbanyakan
secara generatif (seksual). Dalam perbanyakan secara generatif, biji digunakan
sebagai alat perbanyakan. Bahan tanaman yang berasal dari biji disebut benih,
sedangkan bahan tanaman yang berasal dari bagian vegetatif tanaman seperti;
akar, batang dan daun disebut bibit.

Perbanyakan tanaman secara generatif memiliki kelebihan dan


kekurangan. Kelebihan perbanyakan tanaman secara generatif adalah tanaman
baru bisa diperoleh dengan mudah dan cepat, biaya yang dikeluarkan relatif
murah, umur tanaman lebih lama, tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran
yang lebih kuat dan varietas-varietas baru diperoleh dengan cara
menyilangkannya. Sedangkan kelemahan perbanyakan secara generatif adalah
tanaman baru yang dihasilkan belum tentu memiliki sifat yag sama dengan
tanaman induknya, varietas baru yang muncul belum tentu lebih baik, waktu
berbuah lebih lama dan kualitas tanaman baru diketahui setelah tanaman berbuah.

Saat ini perbanyakan tanaman secara vegetatif dan generatif masih banyak
dilakukan terutama untuk menghasilkan jenis tanaman baru yang memiliki
kualitas bagus melalui cara penyilangan. Untuk itu perlu dilakukan pemberian
pemahaman dasar anatomis dan fisiologis serta aspek teoritis perbanyakan
vegetatif dan generative.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah makalah ini yaitu :


1. Apakah dasar anatomis dan fisiologis serta aspek teoritis perbanyakan
vegetatif ?
2. Apakah dasar anatomis dan fisiologis serta aspek teoritis perbanyakan
generatif?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu dapat mengetahui dasar anatomis
dan fisiologis serta aspek teoritis perbanyakan vegetative dan dasar anatomis dan
fisiologis serta aspek teoritis perbanyakan generative.
BAB. II PEMBAHASAN

2.1. Dasar Anatomis dan Fisiologis serta aspek Teoritis perbanyakan


vegetative

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara


perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-
bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar,
untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau
tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas
adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman
sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah


yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan
biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan
manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui
tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif
juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui
perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara
buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak
dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman
yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya
tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman
secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk
(layering). Selain itu perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara
campuran, yaitu penggabungan teknik perbanyakan secara vegetatif dan generatif.
Perbanyakan tanaman secara campuran tersebut memerlukan dua induk tanaman.
Induk pertama digunakan sebagai penghasil mata tunas atau pucuk yang akan
ditempel di batang bawah. Batang bawah berasal dari tanaman hasil perbanyakan
secara generatif. Perbanyakan tanaman secara campuran (vegetatif-generatif)
dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung (grafting).
Keunggulan perbanyakan tanaman secara vegetatif ini adalah
menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain
itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga
dan berbuah. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif ini
membutuhkan pohon induk yang lebih besar dan lebih banyak, sehingga
membutuhkan biaya yang banyak. Tanaman yang diperbanyak dengan stek dan
cangkok, terutama tanaman buah atau tanaman keras akarnya bukan berupa akar
tunggang sehingga tanaman tidak terlalu kuat atau mudah roboh. Selain itu tidak
semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan tingkat
keberhasilannya sangat rendah, terlebih jika dilakukan oleh hobi atau penangkar
pemula.

Manfaat Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

1. Upaya mempertahankan genotipe unggul


Jenis-jenis tanaman pohon tropis sebagian besar adalah menyerbuk silang,
yang berarti jika melalui rekombinasi gen-gen selama reproduksi seksual, banyak
karakteristik penting yang mungkin hilang. Jika individu tanaman unggul yang
telah diidentifikasi oleh petani atau peneliti, informasi genetis tersebut dapat tetap
dipertahankan melalui perbanyakan secara vegetatif, sehingga memungkinkan
perbanyakan individu-individu unggul yang sama pada generasi berikutnya.

2. Upaya mengatasi adanya permasalahan pada perkecambahan dan penyimpanan


biji
Beberapa spesies tanaman pohon ada yang menghasilkan buah tanpa biji
(misalnya, beberapa kultivar jeruk) dan perlu untuk diperbanyak secara vegetatif,
yang lainnya ada yang berbuah sangat jarang atau tak menentu. Banyak species
tanaman pohon tropis yang memiliki benih/biji rekalsitran  sehingga memerlukan
prosedur penanganan khusus dan sering tidak praktis. Dalam kasus-kasus ini,
perbanyakan tanaman secara vegetatif memungkinkan menjadi alternatif yang
cocok dan lebih murah untuk produksi bibit dengan tingkat keseragaman bibit
yang dihasilkan tinggi dibandingkan perbanyakan tanaman secara generatif.

3. Upaya memperpendek waktu untuk berbunga dan berbuah


Arti penting lainnya dari perbanyakan vegetatif adalah upaya
memperpendek siklus reproduksi siklus dari tanaman pohon. Hal ini sangat
penting ketika produk yang diinginkan dari tanaman tersebut berupa bunga, buah
atau biji-bijian. Perbanyakan tanaman secara vegetatif sebagian besar dilakukan
dengan sambungan atau stek dari pohon dewasa, yang mempertahankan
karakteristik lebih cepatnya waktu pendewasaan setelah okulasi atau pengakaran.

Teknik-Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
1. Teknik stek
Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan
tanaman secara vegetatif yang dapat dilakukan menggunakan organ akar, batang,
maupun daun tanaman. Tanaman yang distek, salah satu organ tanamannya
dipotong dan bisa langsung ditanam pada media penanaman Teknik stek banyak
dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan buah, seperti anggur (Vitis
vinivera), markisa (Passiflora edulis), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis
(Citrus aurantifolia), apel (Malus sylvestris), lada (Piper nigrum), dan vanili
(Vanila planifolia).
 
2. Teknik cangkok
Teknik cangkok (marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk
memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan
cara lain, seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok
umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera
indica),  sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat
(Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa
diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu.
3. Teknik penyusuan
Penyusuan (approach grafting) merupakan cara penyambungan di mana
batang bawah dan batang atas masing-masing tanaman masih berhubungan
dengan perakarannya. Keuntungannya tingkat keberhasilan tinggi, tetapi
pengerjaannya agak merepotkan, karena batang bawah harus selalu didekatkan
kepada cabang pohon induk yang kebanyakan berbatang tinggi. Kerugiannya
penyusuan hanya dapat dilakukan dalam jumlah terbatas, tidak sebanyak
sambungan atau menempel dan akibat dari penyusuan bisa merusak tajuk pohon
induk. Oleh karena itu penyusuan hanya dianjurkan terutama untuk perbanyakan
tanaman yang sulit dengan cara sambungan dan okulasi, misalnya alpukat (Persea
americana), belimbing (Averrhoa carambola), durian (Durio zibethinus).
4. Teknik okulasi
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara
vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan
dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu
dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya
telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik.
Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua
bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman
ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan
kalus ini akan terjadi perekatan atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman
yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica),
rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea
americana), dan jeruk (Citrus sp.).
5. Teknik sambung
Teknik sambung merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif yang banyak dilakukan oleh para petani dan penangkar bibit buah-
buahan. Teknik sambung dilakukan dengan menyambungkan atau menyisipkan
batang atas ke batang bawah. Batang bawah yang digunakan bisa berasal dari biji,
stek, bahkan tanaman yang sudah tua untuk diremajakan atau diganti dengan
varietas baru. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi
yaitu : mangga (Mangifera indica), manggis (Garcinia mangostana), sirsak
(Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.).
Aspek Anatomi Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan


pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun untuk  memahami
proses terbentuknya akar adventif pada stek dan cangkok dan terbentuknya
penyatuan sambungan pada penyusuan, okulasi, dan sambungan. Tempat dimana
akar mula-mula terbentuk adalah pertanyaan yang sangat menarik dan  hal inilah
yang merangsang banyak peneliti untuk meneliti asal mula keluarnya akar pada
berbagai tanaman. Lokasi tepat dimana akar mula-mula terbentuk adalah pada
batang yang mengalami pelukaan. Artinya dimana ada pelukaan akan merangsang
atau menginduksi akar, yang biasanya didahului atau bersamaan dengan
pembentukan kalus tergantung pada jenis tanamannya. Pada kebanyakan tanaman
hortikultura buah-buahan biasanya kalus terbentuk dahulu baru diikuti
oleh adventious root. Akar adventif ini merupakan akar yang muncul karena
adanya pelukaan, akar ini pada stek batang berasal dari sekelompok sel yang yang
berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, kelompok sel inilah yang  kemudian
berkembang menjadi sel merismatik.

Pada tanaman tomat dan labu, asal akar adventif adalah didalam
parenkhim floem dan untuk tanaman rumput-rumputan  dan kebanyakan familia
Graminae asal akar adventif pada stek batang berasal dari adanya pembelahan dari
sekelompok sel-sel yang kecil yang berada diantara berkas pembuluh vaskular.
Sekelompok sel-sel tersebut terus membelah,  dan akhirnya membentuk primordia
akar. Setelah primordia akar terbentuk,  pembelahan sel terus berlanjut, dan
selanjutnya sel tersebut menjadi kelompok sel yang tampak sebagai ujung akar
(root tip) . Pada tanaman berkayu, dimana terdapat satu atau lebih lapisan dari
floem dan xylem sekunder, asal akar adventif biasanya dari floem sekunder muda.

Waktu untuk keluarnya akar adventif sangat bervariasi tergantung dari


banyak faktor yaitu faktor endogenous, eksogenous dan interaksi dengan
lingkungan. Pada kebanyakan tanaman, inisiasi dan akar adventif terjadi setelah
stek dibuat yang disebut dengan akar yang diinduksi, induced root atau akar yang
muncul karena pelukaan. Contohnya adalah pengeratan (girdling) batang atau
pada pencangkokan (air layering).  Akar adventif pada stek batang berasal dari
sekelompok sel  tertentu yang menjadi sekelompok sel merismatik. Jaringan yang
terlibat pada tempat asal sangat bervariasi, tergantung pada species tanaman,
keadaan induk tanaman sebelum penyetekan dan faktor lingkungan. Faktor
lingkungan yang sangat kondusif untuk merangsang keluarnya akar adventif
adalah air, irradiasi dan suhu, ketiganya saling berhubungan  dan berinteraksi
dalam menentukan keluarnya akar adventif.

Proses pertauatan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan


nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan
sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel-
sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan
nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus
yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim.  Kalus adalah massa yang tidak berbentuk
yang mengalami ligninfikasi dan terdiri  dari sel-sel parenkim pada berbagai
tingkatan lignifikasi. Pertumbuhan sel kalus berasal dari sel-sel muda pada daerah
kambium pembuluh, walaupun ada juga beberapa kalus ini yang terbentuk dari
sel-sel kortex dan empulur.

Sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing


mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim
tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari
kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk
jaringan/pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari
batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali. Agar
proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah
potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna.

Aspek Fisiologi Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Aspek fisiologi perbanyakan tanaman secara vegetatif yang perlu


diketahui adalah peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam
mempengaruhi proses pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Hormon tanaman
memainkan peranan penting dalam perkembangan dan diferensiasi kalus menjadi
akar baru atau jaringan pembuluh. Hormon tumbuhan adalah zat kimia, yang
terdapat secara alami dalam tanaman pada konsentrasi yang sangat rendah. Selain
(endogen) hormon alami, ada beberapa zat-zat sintetis atau alami yang memiliki
efek yang sama. Zat-zat tersebut bersama dengan hormon tanaman, biasanya
gabungan dalam istilah zat pengatur tumbuh (ZPT). Ada lima kelompok utama
hormon tanaman dan zat pengatur pertumbuhan yang dapat dibedakan oleh
pengaruh dominannya, yaitu : auxin, giberelin, sitokinin, asam absisik dan zat
pengatur tumbuh gas, ethylene.

1.Auxin
Auxin adalah kelompok bahan kimia alami dan sintetik yang berasal dari
L-tryptophan dengan auksin endogen berupa asam indol asetat (IAA). Bahan ini
dihasilkan dalam primordia daun, daun muda dan biji berkembang, dan bergerak
basipetal (dari ujung ke dasar). Bahan ini mempengaruhi banyak aktifitas
tanaman, seperti merunduk menuju cahaya, dominasi apikal (penghambatan tunas
lateral oleh pertumbuhan terminal yang kuat), pembentukan lapisan absisi dalam
buah-buahan dan daun, dan aktivasi pertumbuhan sel kambial. Aktifitas lainnya
yang paling penting bagi perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah memiliki
efek langsung pada pembentukan akar dalam stek atau cangkok dan penyembuhan
luka dalam pembentukan sambungan pada penyusuan, okulasi dan sambungan
(grafting). Ada sejumlah auxin sintetis yang memiliki efek lebih kuat dari IAA
dan digunakan secara komersial pada perbanyakan tanaman, misalnya asam indol
butirat (IBA), asam naphtyl asetat (NAA), dan yang terkenal sebagai herbisida
yaitu 2,4-D.

2.    Giberelin
Giberelin terdapat secara alami pada tumbuhan. Giberelin mempunyai
peranan dalam mengatur pemanjangan tunas melalui pertumbuhan sel (sebagai
kebalikan dari pembelahan sel). Ada bukti bahwa giberelin mengganggu proses
inisiasi akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan apa yang disebut
‘antigibberellin’ atau disebut sebagai zat yang menghambat sintesis giberelin pada
tanaman, dapat meningkatkan keberhasilan pengakaran dalam kombinasi dengan
aplikasi auksin eksogen. Antigibberellin yang banyak dikenal adalah
paclobutrazol (dengan merk dagang Cultar).

3.    Sitokinin
Sitokinin terdapat secara alami dalam endosperm tanaman. Sitokinin
mengatur proses pembelahan sel dan inisiasi mata tunas dan tunas pucuk. Ada
sitokinin alami berupa kinetin dan zeatin, dan ada sejumlah besar sitokinin sintetik
yang dikenal. Keseimbangan sitokinin dan auxin memegang peranan penting
dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif : rasio auksin tinggi/sitokinin rendah
menginduksi pembentukan akar adventif, sedangkan rasio auksin rendah/sitokinin
tinggi menginduksi pembentukan tunas adventif. Stek pada species tanaman
dengan tingkat sitokinin alami yang tinggi lebih sulit untuk berakar dibandingkan
dengan tingkat sitokinin alami yang rendah.

4.     Asam Absisik

Asam absisik (ABA) adalah penghambat pertumbuhan yang bertanggung


jawab untuk pembentukan lapisan absisi di tunas dan daun. ABA juga mengatur
penutupan stomata dan mengatur serapan air dan ion oleh akar. ABA adalah
antagonis alami sitokinin dan mungkin memainkan peranan dalam perbanyakan
tanaman, namun sampai saat ini belum bisa diidentifikasi secara jelas.

5.    Etilen
Etilen adalah gas yang dihasilkan oleh pemasakan buah-buahan dan penuaan
tanaman. Berdasarkan penelitian kondisi, pengaruh berlawanan dari etilena pada
pembentukan akar adventif telah diamati. Hak tersebut menunjukkan bahwa etilen
endogen tidak secara langsung terlibat dalam perakaran stek.
Aspek Genetik Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan


keseragaman dan keragaman genetik tanaman yang diperbanyak secara vegetatif.
Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif akan mempunyai keseragaman secara
genetik karena dikembangkan dari induk yang sama. Cara perbanyakan ini dapat
melestarikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu tanaman. Tetapi, adanya interaksi
antara genetik dan lingkungan dapat menimbulkan perubahan-perubahan secara
fisik yang dapat bersifat sementara atau permanen. Perubahan yang bersifat
permanen disebabkan terjadinya perubahan pada material genetiknya.

Gen atau kromosom pada sel-sel somatis dapat mengalami mutasi yang
terjadi pada saat pembelahan mitosis. Apabila perubahan tersebut terjadi pada
suatu bagian tanaman maka bagian tersebut akan akan memberikan kenampakan
(fenotipe) yang berlainan. Hal ini dikarenakan pembelahan sel pada pertumbuhan
vegetatif melibatkan pembelahan sel somatis yang jumlahnya sampai berjuta-juta.
Pada suatu tanaman termasuk tanaman klonal, proses pembelahan sel tersebut
dapat menyebabkan perubahan secara spontan. Apabila perubahannya terjadi pada
proses diferensiasi maka dapat dijumpai bahwa mata tunas atau tunas pucuk yang
mengalami mutasi. Jika mata tunas atau tunas pucuk ini ditempel atau
disambungkan pada tanaman lain, pertumbuhan akan memberikan penampilan
baru yang berbeda dengan tanaman induknya.

Variasi secara genetik yang banyak dijumpai pada bagian vegetatif


tanaman adalah adanya khimera (chimeras). Mutasi pada suatu tanaman seperti
yang telah disebutkan dapat terjadi hanya pada suatu bagian atau segmen dari
jaringan meristem. Apabila hal ini terjadi akan berakibat adanya dua sektor atau
lapisan jaringan-jaringan yang satu mengalami perubahan, sedangkan yang
disampingnya tidak (mozaik), tergantung pada sel penyusun jaringan tersebut.
Jika bagian ini diperbanyak dan tumbuh menjadi tanaman, akan memberikan
kenampakan yang berbeda pada bagian-bagiannya atau disebut khimera. Jadi,
khimera adalah mozaik genetik yang terdapat dalam sel pada jaringan meristem
pucuk yang kemudian berkembang serta memberikan fenotipe yang berlainan.

Khimera banyak dijumpai pada tanaman jeruk, anggur, dan tanaman hias.
Bahkan pada tanaman hias, seperti Sanseveira, Dahlia, Coleus,
Pelargonium, dan Chrysanthemum dapat memberikan keindahan tersendiri.
Plastida pada tanaman tersebut sebagian jaringannya kurang atau tidak
memproduksi klorofil, sedangkan di bagian yang lain produksi klorofilnya
normal. Akibatnya sebagian daunnya berwarna hijau dan bagian lainnya berwarna
kuning atau putih. Selain terjadi pada daun, khimera dapat terjadi pada bagian
buah, misalnya pada buah jeruk. Pada buah apel dapat dijumpai sebagian daging
buah terasa manis dan bagian yang lainnya terasa asam. Buah persik memiliki
bagian yang berbulu halus dan bagian lainnya licin seperti berlapis lilin.

Khimera dapat terjadi melalui berbagai jalan sebagai berikut :

Adanya perubahan secara genetik, baik pada inti maupun kloroplas,


sebagai akibatnya terjadi mutasi secara spontan atau buatan pada sel atau jaringan
meristem.Adanya perubahan urutan elemen genetik pada suatu kromosom species
tanaman tertentu memungkinkan terjadinya perpindahan urutan baik kromosom
maupun yang berbeda sehingga dapat menimbulkan adanya mozaik genetik.

Adanya sambungan (grafting) menimbulkan keanehan sifat yang


memberikan penampilan sebagai khimera pada tautan luka sambungan yang
sering dijumpai tumbuhnya tunas baru pada luka tautan pertumbuhan sel-sel
batang bawah dan batang atas. Adanya semigami yaitu suatu fenomena atau
kejadian yang disebabkan oleh pembuahan yang tidak normal yang menghasilkan
embrio khimera yang selanjutnya berkembang dan tumbuh menjadi jaringan
dengan penampakan bercak-bercak.Adanya kultur jaringan khimera yang dibuat
melalui mikropropagasi dari sel atau jaringan yang mempunyai mozaik genetik
dimungkinkan dilakukan peleburan kedua protoplas (fusi protoplas) atau intinya
(fusi nukleus) sehingga membentuk khimera baru.

Khimera yang memberikan variasi genetik, khususnya pada tanaman


bunga atau hias, akan mempunyai nilai seni tersendiri dalam memberikan suatu
keindahan dan memberikan nilai tambah secara ekonomis bila diusahakan secara
komersial. Pengetahuan faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya khimera
dan perlakuan-perlakuannya khususnya tanaman bunga atau tanaman hias dapat
memanipulasi keragaman khimera untuk dirakit menjadi suatu bentuk baru yang
lebih indah.

2.2. Dasar Anatomis dan Fisiologis serta aspek Teoritis perbanyakan


generatif

Berkembang biak (reproduksi) adalah kemampuan menghasilkan


keturunan (individu baru) dengan tujuan melestarikan dan memperbanyak jenis.
Manusia, hewan, dan tumbuhan, masing-masing memiliki cara sendiri-sendiri
melestarikan keturunannya. Dan bagi tumbuhan memiliki dua cara perkembang
biakan yaitu perkembang biakan secara vegetative (alami) dan perkembangbiakan
secara generatif (kawin).Dalam hal ini perkembang biakan secara generatif
dilakukan baik itu oleh manusia, hewan dan juga tumbuhan oleh karena itu di
dalam makalah ini penulis akan membahas tentang perkembang biakan secara
generatif baik itu perkembang biakan manusia, hewan dan juta tumbuhan.
Pengertian dan definisi Perkembangbiakan Generatif. Perkembangbiakan
generatif di sebut juga dengan istilah reproduksi generatif. Perkembangbiakan
generatif adalah perkembangbiakan tumbuhan secara kawin atau seksual. Pada
proses perkembangbiakan generatif ini dibutuhkan alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina. Perkembangbiakan secara generatif dapat terjadi pada tumbuhan
ataupun hewan. Selama mereka memiliki alat kelamin, maka tumbuhan tersebut
dapat berkembangbiak secara generatif, kecuali ada kelainan-kelainan tertentu
yang menyebabkan alat-alat kelamin tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang


dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina
(kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin
atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama
para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari
beberapa varietas yang berbeda. Perbanyakan tanaman secara generatif terjadi
juga melalui biji. Biji merupakan organ perkembang biakan yang terbentuk dalam
buah sebagai hasil pendewasaan bakal biji yang dibuahi. Perbanyakan melalui biji
didahului dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina tanaman induk. Hal ini
merupakan salah satu kemampuan alami tanaman untuk berkembang biak dan
melestarikan kemampuan kelangsungan hidupnya.

Mekanisme terjadinya perbanyakan secara generatif

Perkembangbiakan secara generatif ditandai dengan adanya pembuahan.


Pembuahan adalah peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang
kemudian menghasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi individu baru. Proses
pembuahan pada hewan dan tumbuhan adalah berbeda. Pembuahan pada hewan
adalah proses peleburan antara sel telur (sel kelamin betina) dan sel sperma (sel
kelamin jantan). Pembuahan pada tumbuhan adalah proses dari peleburan benang
sari (sel kelamin jantan) dan putik (sel kelamin betina). Karena adanya proses
pembuahan makanPerkembangbiakan secara generatif menghasilkan individu
yang memiliki perpaduan sifat-sifat dari kedua induknya.

Jenis- jenis perbanyakan secara Generatif

Perkembangbiakan generatif pada tumbuhan terjadi melalui beberapa cara,


yaitu: Konjugasi, yaitu reproduksi generatif pada tumbuhan yang belum jelas alat
kelaminnya. Contoh: Spyrogyra (ganggang hijau) yang koloninya berbentuk
benang. Isogami, yaitu peleburan 2 sel gamet atau kelamin yang sama besar.
Contoh:Clamydomonas (ganggang biru).Anisogami, yaitu peleburan 2 sel gamet
yang besarnya tidak sama. Gamet 1 lebih kecil (mikrogamet) dan gamet 2 lebih
besar (makrogamet). Contoh: Ulva (ganggang yang berbentuk lembaran).
Penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan. Terjadi pada tumbuhan berbunga
(Antophyta) atau tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Alat kelamin jantan berupa
benang sari dan alat kelamin betinanya berupa putik.

Keunggulan Perbanyakan secara Generatif

Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem


perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai
batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil
perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan
kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi
buahnya. Bahkan, kegiatan budidaya tanaman sayur dan beberapa jenis buah-
buahan semusim seperti semangka dan melon tetap menggunakan bibit biji yang
berasal dari perbanyakan secara generatif, tetapi bibit yang digunakan merupakan
bibit-bibit unggul atau bibit biji varietas hibrida yang kualitas dan kuantitas
buahnya tidak diragukan lagi.Bahan tanam hasil pembiakan secara generatif
adalah berupa biji (benih). Benih yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
tanaman induknya sehingga dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar. Ukuran
biji yang kecil juga dapat memberikan kesempatan untuk penyebaran yang lebih
jauh.

Tanaman hasil pembiakan generatif akan mempunyai sifat yang berbeda


dengan kedua induknya karena merupakan perpaduan dari kedua induknya
sehingga menimbulkan variasi-variasi baru baik secara fenotipe maupun
genotype. Kegiatan budidaya tanaman sayuran dan beberapa jenis tanaman buah
semusim seperti Semangka dan melon, tetap menggunakan biji yang berasal dari
perbanyakan secara generatif tetapi bibit yang digunakan berupa bibit/benih
unggul atau benih varietas hibrid yang berkualitas baik. Pembiakan generatif juga
bisa digunakan untuk menghasilkan jenis buah yang tidak memiliki biji, biasanya
tanaman buah yang diciptakan tanpa biji berasal dari buah yang memiliki biji
banyak seperti semangka dan melon.

Adanya varietas hibrida merupakan salah satu hasil pembiakan secara


generatif. Dengan cara menyilangkan beberapa varietas yang dianggap unggul.
Tanaman transgenik juga merupakan hasil dari pembiakan generatif yang mana
dalam pembuatannya disusupkan gen bakteri dengan cara merendam biji tanaman
dalam larutan kimia yang mengandung bakteri atau gen tertentu. Tanaman hasil
pembiakan secara generatif biasanya mempuyai daya adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungannya, selain itu tanaman hasil pembiakan generatifmempunyai
umur produktif yang lebih lama dibandingkan dengan tanaman hasil pembiakan
secara vegetatif.
Kerugian Perbanyakan Tanaman secara generatif

Sedang kekurangan dari pembiakan generatif yaitu sifat biji yang


dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika biji tersebut
ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang berasal dari satu pohon induk yang
sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam.
Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk,
bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh
mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina.

Kelemahan lainnya, pertumbuhan vegetatif tanaman hasil perbanyakan


secara generatif juga relatif lambat. Karena diawal pertumbuhannya, makanan
yang dihasilkan dari proses fotosintesa lebih banyak digunakan untuk membentuk
batang dan tajuk tanaman. Akibatnya, tanaman memerlukan waktu yang lama
untuk berbunga dan berbuah. Contohnya tanaman mangga, durian, lengkeng,
manggis atau duku yang berasal dari hasil perbanyakan secara generatif, baru
akan berbuah setelah 8-10 tahun setelah tanam.

Siklus Hidup Seksual atau Generatif pada Tanaman

Dalam siklus ini biji digunakan sebagai alat perbanyakan. Sifat turunan
merupakan sumbangan genetis tetuanya. Reproduksi dengan biji akan
meyebabkan variasi antar tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari
kecambah terjadi dalam tiga fase.

1. Fase embrio dimulai dengan fusi antara gamet jantan dan betina untuk
membentuk zigot,

2. Fase Juvenil dimulai dengan perkecambahan biji dan embrio tumbuh menjadi
tanaman muda.Dalam fase ini pertumbuhan vegetatif yang mendominasi
morfologi tanaman berkembmg .secara umum tanaman pada fase ini tidak respon
terhadap zat perangsang pembungaan,

3. Pada fase dewasa tanaman mencapai ukuran maksimal dan memasuki stadia
yang di dominasi oleh pembentukan bunga buah dan biji,

4. fase transisi adalah fase pada saat tanaman secara bertahap kehilangan sifat
Juvenilitas nya dan memasuki masa dewasa. Perubahan ini di tujukan pada
perubahan morfogi seperti hilangya kemampuan berkembang secara vegetatif,
meningkatnya kemampuan untuk memberikan respon kepada zat perangsang
pembungaan.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan

Ketersediaan air

Dalam kaitannya dengan ketersediaan air, perkecambahan biji berbeda


antar spesies.persentase perkecambahan cenderung sama pada kebanyakan kisaran
kelembaban tanah dari kapasitas lapang sampai persentase layu
permanan.perbedaan antar spesies menjadi nyata manakala ketersediaan air tanah
mendekati kekeringan. Beberapa biji berkecambah di atas persentase layu
permanen, biji lain berkecambah di bawah nya.

Suhu

Suhu merupakan faktor lingkungan yang paling penting mengatur


perkecambahan. Setiap spesies mempunyai batas suhu maksimum dan minimum
untuk perkecambahan. Tuntutan suhu selalu kostan tetapi dapat berubah menurut
waktu atau berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan yang lain seperti cahaya.

Pertukaran gas antara embrio dan atmosfir

Gas-gas yang dapat mempengaruhi perkecambahan adalah oksigen,


karbon dioksida, dan etilen. Oksigen sangat perlu untuk proses respiransi yang
apabila aerasi buruk dapat terakumulasi dan dapat menghambat parkecambahan.
Etilen berfungsi merangsang perkecambahan biji beberapa spesies dan juga
memecahkan dormansi.

Cahaya

Cahaya dapat merangsang atau menghambat perkecambahan biji beberapa


tanaman. Kebutuhan cahaya cenderung tidak ada bila biji disimpan di ruang
simpan bersuhu dingin, dan sering dapat diatasi oleh pendinginan, pergantian
suhu, atau perlakuan kimia KN03, kinetin, asam giberelik.

Penyimpanan dan Perlakuan Benih

Biasanya petani mendapatkan benih dari dua sumber, yaitu dari pedagang
yang berasal dari produsen benih dan dari petani itu sendiri. Keduanya
memerlukan penyimpanan dahulu sebelum ditanam di lapangan. Lingkungan
tempat penyimpanan sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih dan oleh karena
itu harus dikontrol sebaik-baiknya.Melalui pengaturan lingkungan yang baik,
benih dapat disimpan beberapa tahun tanpa harus kehilangan viabilitas yang
berarti.

Faktor lingkungan yang paling berperan dalam mempengaruhi viabilitas


benih selama penyimpanan adalah temperatur dan kadar air benih. Penurunan
viabilitas dapat ditekan serendah mungkin bila benih disimpan pada temperatur
dan kadar air benih yang rendah.

Benih tanaman serealia biasanya mempunyai kandungan air kurang dari 15


persen. Selain itu kelembaban udara juga harus dijaga serendah mungkin agar
vibilitas benih tetap tinggi serta untuk mencegah perkembangan hama dan
penyakit terutama cendawan. Sedangkan cahaya bukan merupakan faktor penting
dalam penyimpanan benih .Untuk mendapatkan perkecambahan yang bagus,
sering dilakukan “perlakuan benih”, baik sebelum benih tersebut disimpan atau
ditanam. Beberapa metode perlakuan benih yang sering dilakukan adalah :

Perlakuan Fisik

Perlakuan fisik, penyeragaman ukuran benih dengan membuang benih


yang terlalu besar atau terlalu kecil, termasuk perlakuan fisik .Tujuan Dari
perlakuan ini tidak lain adalah untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam di
lapang selain guna memudahkan pekerjaan tanam terutama bila menggunakan
alat. Seleksi benih untuk keseragaman ini biasanya dilakukan sebelum dilakukan
pembersihan benih untuk menghilangkan benih-benih gulma, kerikil, tanah, sisa-
sisa tanaman dan mungkin benih-benih tanaman lain.

Perlakuan Kimiawi

Perlakuan Kimiawi, beberapa perlakuan kimiawi sering diberikan pada


benih. Perlakuan yang paling sederhana adalah perendaman benih dalam air untuk
menghilangkan penghambat perkecambahan. Namun perlakuan kimiawi yang
banyak dilakukan adalah pemberian insektisida dan fungisida. Insektisida
digunakan untuk mencegah benih atau kecambah dari serangan hama tanah atau
hama tanaman diatas tanah .

Sebagai contoh : Benih gandum yang diperlukan dengan perendaman


dalam pestisida untuk mencegah hama lalat bibit. Fungisida juga banyak
digunakan dalam perlakuan benih yang dapat melindungi benih dan kecambah
dari patogen dalam tanah dan benih, bahkan dapat melindungi tanaman dewasa
dari patogen yang menyerang daun.

Namun perlu diingat bahwa perlakuan benih dengan bahan –bahan kimia
untuk pencegahan hama dan penyakit dapat berakibat kurang baik bagi proses
perkecambahan dan pertumbuhan lebih lanjut. Oleh karena itu penggunaan
metode dan dosis bahan kimia yang digunakan harus benar-benar tepat. Dosis
yang berlebihan atau konsentrasi larutan bahan perendaman terlalu tinggi akan
menurunkan viabilitas benih yang akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan
kecambah abnormal. Selain itu perlakuan benih sering justru memperpendek daya
simpan benih tersebut
Inokulasi Rhizobium,

Salah satu keuntungan penanaman tanaman kacang-kacangan (legume)


adalah karena kemampuannya menambat nitrogen dari udara kedalam bintil akar
dengan bantuan bakteri Rhizobium. Pada tanah yang tidak ditanami tanaman
legume sebelumnya, sudah barang tentu kecil kemungkinannya terdapat strain
bakteri Rhizobium disitu sehingga proses nodulasi tidak dapat berlangsung
dengan baik. Dalam kondisi seperti ini benih tanaman perlu diinokulasi dengan
bahan Rhizobium. Mengingat bakteri ini tidak dapat bertahan lama, maka benih
harus segera ditanam begitu selesai inokulasi .
BAB. III PENUTUP

3.3. Kesimpulan

Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah suatu cara-cara perbanyakan


tanaman menggunakan bagian-bagian tanaman seperti : batang, pucuk,  daun,
umbi  dan akar, untuk menghasilkan tanaman baru, yang sama dengan induknya.
Arti penting perbanyakan tanaman secara vegetatif antara lain mempertahankan
genotipe unggul, mengatasi masalah pada perkecambahan dan penyimpanan biji,
memperpendek waktu berbunga dan berbuah, menggabungkan lebih dari satu
genotipe dalam satu tanaman, mengendalikan fase perkembangan tanaman, dan
mendapatkan keseragaman tanaman. Teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif yaitu stek, cangkok, penyusuan, okulasi, dan sambungan.

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam perbanyakan tanaman secara


vegetatif meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan genetik Aspek anatomi berkaitan
dengan pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun. Aspek fisiologi
berkaitan dengan peranan secara fisiologis berbagai hormon tanaman dalam
mempengaruhi pertumbuhan hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik berkaitan
dengan keseragaman dan keragaman genetik tanaman yang diperbanyak secara
vegetatif.  

Perbanyakan Tanaman secara Generatif terjadi secara seksual melalui


penyerbukan dan pembuahan Jenis-jenis perbanyakan tanaman secara generative
adalah sebagai berikut, Konjugasi, isogami, Anisogami, dan Penyerbukan yang
diikuti dengan pembuahan. Ada beberapa keunggulan dan kerugian pada
perbanyakan secara generative Ada beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkecambahan diantaranya adalah, ketersediaan air, suhu, cahaya,
pertukaran gas antara embrio dan atmosfir, penyimpanan dan perlakuan benih,
perlakuan fisik, perlakuan
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press.


Jakarta.

Harjadi. 2018. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and
Practices. 6th ed. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New York.

Jaenicke, J. and Beniest, J. 2002. Vegetative Tree Propagation in Agroforestry.


  ICRAFT. Nairobi. Kenya.

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.


Yogyakarta

Raharja, PC. dan Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agro
Media Pustaka. Jakarta.

Toogood, A. 1999. Plant Propagation : The Fully Illustrated Plant-by-Plant


Manual of Practical Techniques. DK Publishing Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai