Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL

TENTANG PELAKSANAAN PATIENT SAFETY PADA


PEMBERIAN OBAT DIRUMAH SAKIT
Untuk memenuhi tugas farmakologi

Ditulis oleh :
Riani Nurpadilah
NIM KHGA20087
1B D3 KEPERAWATAN

PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES KARSA HUSADA GARUT
REVIEW JURNAL

Contoh jurnal 1 :
Judul : Pelaksanaan PATIENT SAFETY di rumah sakit Umum daerah dalam pemberian obat
Penulis : yuni pertiana dan kurniasari pratiwi
Reviewer : Riani nurpadilah khga20087

Tujuan penelitian : untuk menemukan ,mengembangkan ,dan menguji kebenaran ilmu


pengetahuan dan memecahkan maslah.
Pembahasan :
rumah sakit sebagai tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bersifat
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) mempunyai potensi yang besar dalam
penularan atau penyebaran penyakit, baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, dari
pasien ke alat/fasilitas kesehatan atau sebaliknya, dan dari tenaga kesehatan ke alat/fasilitas
kesehatan. Rumah sakit dalam melaksanakan tujuan, fungsi dan perannya memerlukan suatu
bentuk pengaturannya yang jelas.
Banyak unsur-unsur yang terkandung di dalam penyelenggaraan Rumah Sakit terutama
terkait dengan tugas utamanya dalam pelayanan ystem yakni melakukan pelayanan kesehatan,
maka membutuhkan perangkat hukum yang memadai. Hal itu dimaksudkan agar
penyelenggaraannya sungguhsungguh dapat sesuai dengan kedudukan, peran dan fungsinya,
serta terutama untuk dapat memenuhi amanat konstitusi yaitu mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Berdasarkan tujuan penyelenggaraan pelayanan rumah sakit yang tercantum dalam
UndangUndang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (selanjutnya
disingkat UURS) pada Pasal 3 yaitu
a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah
sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit,
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, dan
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah
sakit dan rumah sakit.
Makna undang-undang tersebut di atas bahwa rumah sakit memiliki tugas utama yaitu
memberikan pelayanan kesehatan dengan memberikan perlindungan kepada semua pihak
terutama perlindungan kepada pasien. Setiap pasien di rumah sakit tentu membutuhkan jaminan
keamanan, terutama dalam penanganan kesehatannya. Untuk itu diperlukan standar penanganan
agar jangan sampai terjadi tindakan di luar standar penanganan pasien yang ujungnya justru
membahayakan kehidupan pasien rumah sakit. Kesalahan dalam penanganan pasien yang justru
merugikan pasien sejauh mungkin harus dihindari, baik yang dilakukan oleh dokter, perawat
serta petugas rumah sakit lain. Untuk itu pasien dan keluarganya membutuhkan suatu jaminan
hukum bagi penanganan petugas rumah sakit. Sehingga hal-hal penanganan pasien di luar
standar sejauh mungkin bisa dihindarkan. (Wahyati, 2012) Organisasi kesehatan dunia WHO
(World Health Organization) juga telah menegaskan pentingnya Keselamatan dalam pelayanan
kepada pasien: “Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of
quality management.” Sehubungan dengan data Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah
Sakit di berbagai ystem menunjukkan angka: 3 -16% yang tidak kecil. (WHO. 2004) Di rumah
sakit terdapat ratusan macam obat.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Daerah Bantul,
mengetahui pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Swasta Bantul dan
membandingkan pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Daerah Dan Rumah Sakit
Umum Swasta Bantul
Metode Penelitian :
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
pendekatan perbandingan analitik (analisis comparation). Penelitian ini untuk menggambarkan
perbedaan pelaksanaan patient safety di rumah sakit umum daerah dengan rumah sakit swasta
berkaitan tentang nine saving safety solution. Pendekatan penelitian menggunakan studi cross
sectional (Notoatmodjo, 2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat atau bidan yang bekerja di Rumah Sakit
UmumDaerah Panembahan Senopati Bantul dan Rumah Sakit Umum Swasta Rajawali Citra
Bantul pada bangsal rawat inap. Perawat atau bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan
Senopati Bantul pada bangsal rawat inap sebanyak 187 orang dan Rumah Sakit Umum Swasta
Rajawali Citra Bantul pada bangsal rawat inap sebanyak 40 orang, untuk mendapatkan
perbandingan yang seimbang maka sampel yang digunakan adalah 40 orang.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sample pada responden
rumah sakit Rajawali Citra, sedangkan teknik sampling yang digunakan untuk sampel rumah
sakit umum daerah panembahan senopati yaitu simple random sampling
Penelitian ini menggunakan kuesioner/ angket sebagai alat pengumpulan data berdasarkan
panduan nasional keselamatan pasien (Patient Safety) yang disusun oleh Komite Akreditasi
Rumah Sakit Departemen Kesehatan. Kuesioner berisi daftar pertanyaan berjumlah 9 item total
pernyataan 45. Pernyataan mengacu pada Sembilan solusi
keselamatan pasien (nine saving safety Solution) yaitu :
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names).
2. Pastikan Identifikasi Pasien.
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (Concentrated).
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial
Analisa data tersebut meliputi analisis univariat dan analisis ystem ic (Notoatmodjo,
2003). Analisis ystem ic menggunakan uji ystem ic yang digunakan Uji T- Independent. Uji
T- Independent digunakan untuk menguji perbedaan pada dua kelompok yang independent
(saling bebas). Data dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro Wilk.
Hasil :
Berdasarkan skor keselamatan pasien di Keselamatan Pasien di RSUD didapatkan nilai
rata-rata sebesar 171,8 dengan standar deviasi sebesar 900, sementara skor keselamatan pasien di
Rumah Sakit Umum Swasta Bantul didapatkan nilai rata-rata sebesar 174,2 dengan standar
deviasi sebesar 7,19. Hasil uji beda menggunakan Wilcoxon didapatkan sebesaar -0,714 dengan
nilai probabilitas sebesar 0,475 (α>0,05) sehingga dinyatakan tidak ada perbedaan yang
bermakna skor keselamatan pasien yang dilakukan di RSUD Bantul dengan Rumah Sakit Umum
Swasta Bantul.
Hasil penelitian menemukan bahwa pelaksanaan patient safety di kedua rumah sakit yang
menjadi tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Bantul dan Rumah Sakit Umum
Swasta Bantul menemukan bahwa pelaksanaan patient safety di kedua rumah sakit tersebut telah
berjalan dengan baik. Hanya saja pelaksanaan patient safety ini masih ditemukan beberapa item
yang masih kurang seperti di Rumah Sakit Umum Daerah Bantul tentang pengendalian cairan
elektrolit masih ditemukn 35,0% yang tidak baik, item keselamatan yang berkaitan dengan
menghindari kesalahan kateter dan salah sambung selang masih ditemukan 37,5% yang tidak
baik.
Sementara itu pelaksanaan patient safety yang tidak baik juga ditemukan di rumah Sakit
umum Swasta Bantul yaitu berkaitan dengan item memastikan identifikasi pasien masih
ditemukan 47,5% yang tidak baik, dan item pengendalian cairan elektrolit pekat juga masih
ditemukan 32,5% yang tidak baik. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Selleya C.B., yang
judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap perawat Dengan pelaksanaan Keselamatan Pasien
(Patient Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendade Tahuna”. Menyatakan bahwa ada
hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di
Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, p=0,014 (α<0,05).
Keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna,
p=0,000 (α<0,05). Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah ystem pelayanan dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk di dalamnya
mengukur risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien, analisa insiden,
kemampuan untuk belajar & menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mengurangi
risiko. Keselamatan pasien merupakan suatu ystem yang sangat dibutuhkan mengingat saat ini
banyak pasien yang dalam penanganannya sangat memprihatikan,dengan adanya ystem ini
diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD,
rawat inap maupun pada pasien poliklinik.
Pelaksanaan patient safety yang masih rendah ini tidak terlepas dari pemahaman responden
yang masih rendah. Rendahnya pemahaman responden ini menjadi salah satu kendala dalam
pelaksanaan patients safety. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa budaya
keselamatan yang rendah berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan yang kurang baik
Sementara responden dengan budaya keselamatan pasien yang tinggi akan melaksanakan
pelayanan dengan baik.
Solusi yang diharapkan dari adaya kendala atau hambatan ini adalah pemberian pelatihan
secara berkala kepada semua tenaga kesehatan di rumah sakit. Pelatihan dinyatakan sebagai
bagian pendidikan yang menyangkit proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan di luar system pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat.
Keterampilan yang dimaksud dalam hal ini adalah keterampilan dalam berbagai bentuk antara
lain physical skill, intellectual skill, dan managerial skill. Jika dikaitkan dengan teori tersebut
maka pelatihan yang dilakukan dalam penelitian ini harus berkaitn dengan peningkatan
intellectual skill yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan evaluasi pelaksanaan Patient Safety di
lingkungan Rumah Sakit agar supaya dapat meningkatkan budaya patient safety yaitu adanya
SOP, media monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan patient safety yang dilakukan oleh
tenaga medis sarana prasarana yang memadai, melakukan pelatihan tentang budaya keselamatan
pasien secara berkesinambungan, serta ystem pelaporan setiap insiden terarah dan
ditindaklanjuti.
Kesimpulan :
Sebagian besar pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Daerah Bantul
pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit Umum Swasta Bantul dalam kategori baik sehingga
tidak terdapat perbedaan pelaksanaan patient safety di Rumah Sakit
Sumber Jurnal :
http://journal.unhas.ac.id/index
.php/mkmi/article/view/484:
https://ejournal.unsrat.ac.id/ind
ex.php/jkp/article/view/2237. 1.
www.academia.edu/19879457/Jur nal_patient_safety_
REVIEW JURNAL
Contoh jurnal 2

Judul : Evaluasi Penerapan Patient Safety dalam Pemberian Obat di puskesmas


Penulis : Anggi napida anggraeni dan fatma siti patimah
Reviewer : Riani Nurpadilah KHGA20087
Tujuan Penelitian : Untuk menjawab persoalan dan pemecahan maslah keperawatan yang
sfesifik.ini dilakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang utuh bagi
perawat
Pembahasan :
Keselamatan pasien adalah pelayanan yang tidak menciderai atau merugikan pasien,
dengan demikian pelayanan yang mengandung unsur kesalahan namun tidak sampai merugikan
pasien (menciderai fisik, finansial) atau KNC (Kejadian Nyaris Cedera) masih ditoleransi(1).
Sampai saat ini masalah keselamatan pasien Rumah Sakit masih menjadi masalah global, Joint
Commission International (JCI) & world health organitation (WHO) melaporkan beberapa
negara terdapat 70% kejadian kesalahan pengobatan meskipun, JCI & WHO mengeluarkan
“Nine Life-Saving Patient Safety Solutions” atau 9 solusi keselamatan pasien. Kenyataannya,
permasalahan keselamatan pasien masih banyak terjadi termasuk di Indonesia(2,3).
Berdasarkan DepKes dan Permenkes No. 1691 tahun 2011 tentang keselamatan pasien,
menyebutkan jenis-jenis keselamatan pasien antara lain: 3-16% di Rumah sakit terjadi antara
lain: kejadian tidak diinginkan (KTD) (advere event), Cahyono menjelaskan KTD dampak yang
dirasakan pasien menyebabkan kerugian pasien yang didapat diluar penyakit yang diderita
dikarenakan cidera medis, kejadian nyaris cidera (KNC) (near miss), kejadian potensial cidera
(KPC), dan kejadian sentinel, Cahyono menjelaskan insiden keselamatan pasien sentinel terjadi
di Amerika sebanyak 100.000 pasien meninggal karena cidera medis yang seharusnya bisa
dicegah(1,4,5).
DepKes melaporkan insiden keselamatan pasien yang paling banyak terjadi di Indonesia
adalah kesalahan pemberian obat(4). Pelaksanaan pemberian obat pelaksaan pemberian obat
harus menerapkan prinsip 5 benar untuk menghindari insiden keselamatan pasien. American
Nursing Association’s (ANA), Potter & Perry, Berman et al menjelaskan prinsip-prinsip
pemberian obat antara lain: yang pertama adalah benar obat, benar obat merupakan obat yang
diberikan kepada pasien sesuai dengan resep dari dokter. Prinsip pemberian obat yang ke dua
adalah benar dosis, dosis diberikan sesuai dengan karakteristik pasien maksudnya sesuai hasil
perhitungan dan jenis obatnya dalam jumlah tertentu. Benar jalur atau rute, benar rute merupakan
pemberian obat sesuai jalur yang diprogramkan dan dipastikan bahwa rute tersebut aman sesuai
untuk pasien. Benar pasien, benar pasien dapat dipastikan dengan cara memastikan gelang
indentifikasi sesuai dengan prosedur yang
berlaku, benar expired atau kadaluwarsa lebih memperhatikan tanggal kadaluwarsa dan selalu
rutin dalam memeriksa tanggal kadaluwarsa secara berkala. Terakhir adalah benar informasi,
perawat memberikan informasi yang benar tentang obat untuk menghindari kesalahan dalam
menerima obat, memberikan informasi cara kerja dan efek samping obat yang diberikan(6,7).
Keselamatan pasien bisa terjamin dengan adanya upaya yang dilakukan dari semua pihak
yang terlibat dalam pelayanan kesehatan khususnya yang berhubungan langsung dengan pasien.
Untuk mengetahui terjaminnya keselamatan pasien maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pelaksanaan keselamatan pasien terutama berhubungan dengan pemberian obat telah
dilakukan di Puskesmas Kasihan II. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah penelitian
ini adalah untuk melihat bagaimanakah evaluasi penerapan patient safety dalam pemberian obat
di Puskesmas Kasihan II, selain itu masalah dan hambatan penerapan patient safety dalam
pemberian obat di Puskesmas Kasihan II, serta saran dan harapan dalam penerapan patient safety
dalam pemberian obat di Puskesmas Kasihan
Metode Penelitian :
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Mix Method yaitu penelitian kuantitatif dengan
rancangan cross sectional survey dan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kasihan II pada bulan 5-28 Oktober 2015. Responden
dalam wawancara mendalam ada 4 orang yaitu, Apoteker yang terlibat langsung melayani pasien
serta semua tindakan pemberian obat yang dilaksanakan di Puskesmas Kasihan II berjumlah 2
orang, pasien puskesmas berjumlah 1 orang dan Kepala Puskesmas Kasihan II berjumlah 1
orang. Teknik pengumpulan data menggunakan ceklis observasi dan panduan wawancara
terstruktur, kemudian data tersebut di analisis menggunakan analisis kuantitatif dan analisis
konten untuk data kualitatif
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian didalam naskah ini, disajikan dalam bentuk kuantitaif dan kualitatif yang
disertai dengan uraian, serta akan diurutkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil Wawancara (Kualitatif)
Evaluasi penerapan patient safety pemberian obat dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara mendalam (Indepth Interview) sebagai sumber pencarian data pokok dalam
penelitian. Wawancara mendalam dilakukan dengan berdasarkan pedoman wawancara
terstruktur. Penyajian hasil wawancara dalam naskah ini, akan disajikan sesuai dengan tujuan
penelitian.
Evaluasi Penerapan Patient Safety dalam Pemberian Obat di Puskesmas Kasihan II
Berdasarkan hasil koding wawancara kepada 4 responden di Puskesmas Kasihan II dapat dilihat
bahwa penerapan patient safety dalam pemberian obat di Puskesmas Kasihan II sudah berjalan
dengan baik, petugas sudah menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat, antara lain benar
pasien, benar obat, benar jalur, benar dosis, benar kadaluarsa, dan benar informasi. Pada
komponen prinsip 6 benar pemberian obat, yang pertama adalah benar obat. Hasil evaluasi yang
didapat adalah dari 2 responden, petugas memberikan obat sesuai order dokter yang tertera
dalam resep, seluruh responden yang dievaluasi menyatakan bahwa dapat membaca resep
dengan baik atau
apabila ada ketidak jelasan pada resep, petugas akan mengkonfirmasi langsung pada dokter yang
bersangkutan yang memberi resep. Pada komponen benar obat, 2 responden (R2 dan R3)
menyatakan selalu memastikan nama obat sesuai dengan label yang tertera pada tempat obat,
kemudian responden menyesuaikan obat yang ada diresep, sehingga pemberian dapat terpastikan
benar.
Komponen yang kedua adalah benar dosis, berdasarkan hasil wawancara pada 2 responden
(R2 dan R3) terkait dengan benar dosis didapatkan hasil, responden R3 selalu memberikan dosis
yang sesuai dengan sesuai dengan resep dokter, sedangkan pada responden R2, peneliti
menemukan perbedaan hasil, berdasarkan observasi secara langsung yang dilakukan oleh peneliti
yang ikut terlibat dalam menyiapkan obat-obatan untuk pasien, terdapat 6 resep yang dilebihkan
dosisnya, antara lain untuk sejenis vitamin, CTM, Analgesic dan Anti Inflamasi. Konfirmasi
yang dilakukan peneliti pada R2 dalam wawancara, responden R2 menyatakan untuk beberapa
jenis obat diberikan dengan dosis lebih dikarenakan persediaan obat yang berlebih dan ada
beberapa jenis obat diberikan dengan dosis yang kurang dengan alasan penyediaan yang sudah
disiapkan, hal ini dikuatkan dengan hasil deskriptif wawancara kepada R2 yaitu:
“Oh itu kan obat-obatnya banyak stoknya mbak jadi gapapa lah klo dilebihin ngasihnya. Klo
kurang gitu juga gapapa, biasanya karna sediaannya yang sudah kita kasih etiket itu biasanya kita
sama ratakan gitu, soalnya disini kan dokternya ada dua dan keduanya ini beda-beda ngasih
dosisnya, ada yang ngasih 10 ada yang ngasih 6, lah itu kan kita nyediainnya yg dikasih etiket
kan yang 10, jadi gapapa.”
Hal ini tidak tepat karena dapat menyebabkan hal-hal yang dapat membahayakan
keselamatan pasien, dengan melihat latar belakang pendidikan masyarakat yang berobat di
puskesmas beragam, sehingga tidak menutup kemungkinan dapat terjadinya penyalahgunaan
obat-obatan. Sesuai dengan hasil observasi Tabel 1 sebanyak 5,9% yang belum menerapkan
benar dosis. Pasien yang mendapatkan obat berlebih atau kurang akan menyebabkan respon obat
menjadi tidak maksimal.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai jawaban atas
permasalahan yang ada di dalam penelitian ini, yaitu: penerapan patient safety dalam pemberian
obat berdasarkan 6 prinsip benar menunjukkan 100% prinsip benar rute dan kadaluarsa telah
dilaksanakan. dan 78,5% prinsip benar pasien, 63,7% benar obat, 94,1% benar dosis dan 25,5%
benar informasi telah dilakukan pada Puskesmas Kasihan II.
Berdasarkan hasil wawancara, evaluasi penerapan patient safety dikategorikan 2 kelompok,
pada bidang manajemen berkaitan dengan SOP yang telah ada namun tidak ditempel di ruangan,
dan evaluasi terhadap 6 prinsip pemberian obat sudah berjalan dengan baik meski terdapat
beberapa masalah yang masih belum sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang ada,
dalam hal ini terkait dengan penempatan obat-obatan yang telah kadaluarsa yang masih belum
terkelola dengan baik, serta tidak sesuainya rasio perbandingan antara Apoteker dengan pasien
sehingga kinerja kurang maksimal.
Saran dan harapan antara lain adanya penataan manajemen apotek yang lebih terkelola,
termasuk adanya sarana dan prasarana komputerisasi yang terintegrasi dengan system, serta
penambahan jumlah SDM apoteker atau asisten apoteker. Terkait dengan manajemen, antara lain
adalah sistem penataan resep pada bulan yang telah lalu
dapat tertata dengan baik. Pengadaan komputer diruangan apotek yang terintegrasi dengan
system. Tersedianya ruang tersendiri untuk penyimpanan obat-obat kadaluarsa, serta adanya
penambahan SDM di ruang apotek.
Sumber jurnal :
file:///C:/Users/HP%20PC/Desktop/Evaluasi_Penerapan_Patient_Safety_dalam_Pemberian_.pdf

Anda mungkin juga menyukai