Anda di halaman 1dari 36

Ciri- ciri Ekosistem Darat

Kita mengetahui bahwasannya di Bumi ini mempunyai beberapa macam eksosistem. Pada
dasarnya memang ekosistem di Bumi dibagi menjadi dua macam, yakni ekosistem daratan
dan juga ekosostem air. Namun ekosistem tersebut dipecah lagi menjadi beberapa macam.
Artikel ini akan membahas mengenai eksosistem daratan secara lebih spesifik, maka dari
itulah berikut ini merupakan ciri- cici dari ekosistem darat:

1. Ekosistem yang memiliki lingkungan fisik berupa daratan


Lingkungan fisik dari ekosistem daratan memang ada di wilayah daratan, namun bukan
berarti tidak ada perairan sama sekali. Di ekosistem daratan pun kita juga bisa menemukan
perairan, namun yang disoroti secara umum adalah wilayah daratannya, sedangkan
perairan hanya sebagai tambahan saja.

2. Memiliki tipe struktur vegetasi dominan dalam skala luas


Ekosistem daratan merupakan gambaran interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya
secara umum. Sehingga ekosistem daratan tidak hanya mencakup wilayah yang sempit
saja, namun meliputi wilayah yang luas. Maka dari itulah ekosistem daratan ini juga dikenal
sebagai bioma.

3. Jenis tumbuhan dan juga hewan beradaptasi pada lingkungan atau wilayah
daratan
Karena ekosistem darat, maka dari itulah binatang dan tumbuhan atau flora dan fauna juga
beradaptasinya dalam wilayah daratan. Hal ini karena daratan menjadi habitat dari flora dan
fauna tersebut. Oleh karena ekosistem daratan ini terdiri dari beberpa jenis dan setiap jenis
mempunyai karakteristiknya masing- masing, maka dari itulah setiap jenis ekosistem
daratan ini mempunyai flora dan fauna yang khas dari masing- masing.

Komponen Ekosistem Darat


Seperti halnya jenis ekosistem yang lainnya, ekosistem daratan juga memiliki komponen-
komponen yang menyusun ekosistem itu sendiri. Komponen yang terdapat dalam
ekosistem darat ini juga meliputi komponen biotik dan juga abiotik. komponen abiotik
merupakan komponen yang tidak hidup atau berupa benda mati, sedangkan komponen
biotik merupakan komponen yang berupa makhluk hidup. Berikut ini merupakan komponen
yang ada di dalam ekosistem darat.

 Komponen biotik. Komponen biotik atau komponen yang berupa makhluk hidup
yang ada di ekosistem daratan banyak sekali jenisnya, yakni binatang, tumbuhan, manusia,
serta organisme- organisme lainnya.
 Komponen abiotik. Selain komponen yang hidup, ada pula komponen yang tidak
hidup. Meskipun tidak hidup namun keberadaan komponen ini bisa mempengaruhi
komponen- komponen lain yang ada di ekosistem tersebut. Berikut merupakan komponen
abiotik atau komponen yang tidak hidup di ekosistem darat, yaitu suhu, cahaya matahari,
air, iklim, tanah, garam batu, dan lain sebagainya.
Jenis jenis Ekosistem Darat
Bila membicarakan tentang bioma, kita mengetahui bahwasannya bioma ini terdiri atas
beberapa macam. Nama- nama bioma seringkali kita dengar, bahkan mirip dengan nama
hutan. Sebagian nama bioma tersebut diambil dari vegetasi tumbuh- tumbuhan atau pohon-
pohon yang hidup dominan di bioma tersebut.

Beberapa jenis bioma yang mempunyai nama disesuaikan dengan vegetasi tanaman yang
tumbuh dominan adalah bioma hutan gugur, bioma savana, bioma tundra, bioma gurun,
bioma taiga, hutan hujan tropis, dan padang rumput. Masing- masing bioma tersebut akan
kita bahas satu- per satu karena merupakan ekosistem daratan. Berikut merupakan
penjelasan dari masing- masing ekosistem darat atau bioma.

1. Bioma hutan gugur

Bioma hutan gugur merupakan jensi ekosistem darat yang pertama akan kita bahas. Bioma
hutan gugur ini terdapat di daerah yeng mengalami empat musim, yakni musim panas,
musim gugur, musim dingin, dan musim semi.
Bioma hutan gugur ini kebanyakan berada di daerah Amerika Serikat bagian timur, Asia
timur, Chili, dan juga Eropa Barat. Bioma hutan gugur ini bisa dikatakan sebagai bioma
yang khas karena memiliki ke khas an sendiri apabila dibandingan dengan bioma yang
lainnya. Beberapa ciri yang dimiliki oleh bioma hutan gugur antara lain:

 Memiliki curah hujan yang merata di sepanjang tahunnya, yakni sekitar 75 hingga
100 cm/ tahun
 Tumbuhan yang hidup di bioma ini pada umumnya memiliki daun yang lebar
 Terdapat di daerah yang mempunyai empat musim, yaitu musim dingin, musim
semi, musim panas, dan musim gugur
 Air yang ada di bioma ini akna membeku apabila terjadi musim dingin
 Tumbuhan tidak melakukan fotosintesis ketika musim dingin karena air tidak dapat
diserap dengan baik
 Dihuni oleh binatang- binatang yang mengalami hibernasi ketika musim dingin
menyerang
 Beberapa hewan melakukan hibernasi ketika musim dingin, dan beberapa hewan
lagi melakukan membentuk jaringan lebak di bawah kulitnya, dan ada pula yang bermigrasi
ke tempat lain
 Berada di wilayah yang mempunyai iklim sub tropis, yakni yang terletak di
23,5ᵒ garis lintang utara/ lintang selatan
 Radiasi sinar matahari, curah hujan, dan kelembaban meninggi ketika musim panas
tiba
 Sebaliknya, radiasi sinar matahari, curah hujan , dan tingkat kelembaban akan turun
ketika musim dingin tiba
 Daun- daun berubah menjadi merah atau coklat ketika musim dingin karena
tumbuhan tidak melakukan fotosintesis (tidak dapat menyerapp air)
 Salju mulai mencair adalah tanda musim panas tiba.
2. Bioma Sabana

Bioma sabana merupakan ekosistem darat yang berupa padang rumput dengan diselingi
oleh beberapa pohon. Sabana ini berada di daerah yang memiliki iklim tropis. Wilayah yang
banyak terdapat bioma sabana adalah di Australia Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Batat, dan Kenya.

Bioma sabana ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni bioma sabana murni (yaitu sabana
yang terdiri atas satu jenis pohon), dan bioma sabana campuran (yaitu sabana yang terdiri
atas beberapa jenis pohon). Beberapa jenis pohon yang hidup di bioma sabana ini adalah
rumput, Aucalyptus, tumbuhan gerbang, dan Acacia. Sedangkan beberapa hewan yang
menempati bioma sabana ini antara lain macan tutul, gajah, rusa atau kijang, zebra, singa,
kuda, dan beberapa macam serangga termasuk rayap. Untuk mengetahui lebih dalam
mengenai bioma sabana ini, berikut ini merupakan ciri- ciri dari bioma ini:

 Mempunyai curah hujan antara 90 – 150 cm/ tahun


 Merupakan padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon
 Ditumbuhi oleh beberapa jenis flora, seperti tumbuhan gerbang, rumput, Acacia,
Aucalyptus
 Dihuni oleh beberapa jenis fauna, seperti gajah, macan tutul, kijang, zebra, singa,
kuda, dan beberapa jenis serangga
Itulah beberapa  ciri yang dimiliki oleh bioma sabana ini. Untuk mengetahui lebih lengkap
mengenai bioma ini, baca Bioma Sabana.
3. Bioma Tundra
Jenis ekosistem darat selanjutnya adalah bioma tundra. Bioma tundra ini bisa dikatakan
sebagai bioma yang paling dingin. Bioma tundra ini dipecah menjadi dua macam, yakni
tundra Arktik dan juga tundra Alpin. Tundra Arktik merupakan tundra yang berada di daerah
kutub utara atau Artktik, dan tundra Alpin terdapat di puncak pegunungan yang tinggi,
seperti di puncak pegunungan Jaya Wijaya.

Bioma tundra ini banyak kita jumpai di daerah kutub Utara atau Arktik, Siberia, Finlanda,
Rusia, dan juga Kanada. Bioma tundra ini merupakan ekosisten darat yang mempunyai ciri-
cicri sebagai berikut:

 Mengalami musim dingin yang sangat panjang, hingga mencapai 9 bulan


 Mendapatkan sangat sedikit radiasi sinar matahari ketuka musim dingin, sehingga
terlihat gelap
 Mengalami musim panas selama 3 bulan saja
 Tumbuhan- tumbuhan mulai tumbuh dan berkembang di musim panas ini
 Tanahnya ditutupi oleh salu- salju yang mencaik ketika musim panas berlangsung
 Memiliki flora yang khas, yaitu lumut sphagnum, dan lichen “reindeer”, pohon willow,
birch, serta tumbuhan berbiji pendek yang mana mempunyai masa perkembangan sangat
singkat, yakni 2 bulan saja
 Mempunyai fauna yang khas juga, yakni muskoxem (bison yang berbulu teba),
reindeer atau caribou atau rusa kutub, rubah, dan burung ptarmigan.
Itulah beberapa  ciri yang dimiliki oleh bioma tundra ini. Untuk mengetahui lebih lengkap
mengenai bioma ini, baca Bioma Tundra
4. Bioma Gurun
Ekosistem darat yang selanjutnya adalah bioma gurun. Gurun merupakan padang yang
mempunyai ukuran sangat luas dan mempunyai sifat tandus. Hal ini karena curah hujan
yang turun sangatlah sedikit. bisa dikatakan bahwasannya hujan sangat jarang menimpa
wilayah gurun ini.

Contoh gurun yang terkenal di dunia adalah gurun Sahara di Afrika, dan gurun Gobi di Asia.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai gurun ini, berikut merupakan ciri- ciri yang dimiliki
oleh gurun:

 Mempunyai curah hujan yang sangat rendah, yakni kurang dari 25 cm/ tahun
 Keadaan tanah sangat tandus
 Tanah tidak dapat menyimpan air
 Mempunyai kecepatan evaporasi atau tingkat penguapan yang sangat tinggi
 Memiliki kelembapan udara yang sangat rendah
 Terdapat perbedaan suhu yang sangat ekstrim pada malam dan siang hari. Suhu
pada siang hari bisa mencapai 60ᵒ Celcius, sedangkan di malam hari suhu bisa mencapai
0ᵒ Celcius.
Itulah beberapa  ciri yang dimiliki oleh bioma gurun ini. Untuk mengetahui lebih lengkap
mengenai bioma ini, baca Bioma Gurun.
5. Bioma Taiga

Jenis ekosistem darat yang selanjutnya ada bioma taiga. Bioma taiga ini juga disebut
sebgai hutan boreal. Bioma taiga ini berada di wilayah atau daerah di antara daerah
pemiliki iklim sub tropis denagan daerah yang memiliki iklim kutub.

Selain di daerah yang demikian, bioma taiga ini juga berada di daerah yang memiliki iklim
dingin. Daerah- daerah yang memiliki bioma ini antara lain Alaska, Amerika Utara, Rusia,
dan semenanjung Skandinavia. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai bioma ini, berikut
ini merupakan ciri- ciri bioma  taiga ini:

 Terdapat di antara daerah iklim sub tropis dengan daerah iklim kutub atau di daerah
iklim dingin
 Terdapat perbedaan suhu yang sangat mencolok antara musim panas dan juga
musim dingin
 Terjadi pertumbuhan tanaman ketika musim panas, yakni selama 3 hingga 6 bulan
 Memiliki flora atau tumbuhan yang bersifat homogen atau berseragam
 Tumbuhan yang dominan tumbuh disana adalah tumbuhan yang memiliki daun
runcing seperti jaru (tumbuhan konifer), yang tampak selalu hijau sepanjang tahunnya
 Dihuni oleh berbagai fauna khas, yakni srigala, burung, beruang hitam, moosem
ajak, dan lynx.
Itulah beberapa  ciri yang dimiliki oleh bioma taiga ini. Untuk mengetahui lebih lengkap
mengenai bioma ini, baca Bioma taiga.
6. Hutan hujan tropis

Ekosistem darat selanjutnya juga berupa hutan hujan tropis. Sesuai dengan namanya,
hutan ini berada di daerah yang memiliki iklim tropis, yakni daerah yang dilalui oleh garis
khatulistiwa.

Contoh hutan hujan tropis yang sangat terkenal di dunia antara lain hutan hujan tropis di
lembah sungai Amazon, lembah sungai Kongo, dan beberapa lagi di Asia Tenggara
(termasuk di Kalimantan, Indonesia). Untuk mengetahui lebih dalam mengenai hutan hujan
tropis ini, berikut ini merupakan ciri- ciri yang dimiliki oleh hutan hujan tropis tersebut:

 Memiliki tingkat curah hujan yang sangat tinggi, yakni antara 200 hingga 450 cm/
tahun
 Mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun
 Suhu lingkungan antara 21 hingga 30 derajat Celcius
 Pohon yang berada di hutan ini tumbuh tinggi hingga mencapai 55 m, dan juga
membentuk tudung atau kanopi.
 Hutan ini juga ditumbuhi beberapa tanaman rambat seperti rotan dan anggrek yang
menempel di ponon- pohon untuk mendapatkan sinar matahari.
 Sebagi tempat naungan beberapa fauna yang hidup di sekitar kanopi pohon, seperti
macan tutul, jaguar, dan babi hutan. Hal ini karena di bawah kanopi binatang- binatang
tersebut bisa dengan mudah mendapatkan makanan. Beberapa binatang juga ditemukan
bisa terbang dan emmanjat, seperti monyet, burung, kelelawar, ular, tupai, dna juga
beberapa macam serangga.
Itulah beberapa  ciri yang dimiliki oleh hutan hujan tropis ini. Untuk mengetahui lebih
lengkap mengenai bioma ini, baca hutan hujan tropis.
7. Padang Rumput

Jenis ekosistem darat yang terakhir adalah padang rumput. Sama seperti hutan hujan
tropis, padang rumput ini  juga terdapat di wilayah atau daerah tropis hingga mempunyai
iklim sedang. Beberapa negara yang mempunyai banyak padang rumput antara lain
Amerika Selatan, Hongaria, Australia, Rusia bagian Selatan, dan beberapa di wilayah
Indonesia.

Daerah di Indonesia yang banyak mempunyai padang rumput adalah di wilayah Nusa
Tenggara. Untuk mengenal lebih dekat mengenai padang rumput ini, berikut merupakan
ciri- ciir dari padang rumput:

 Terdapat di daerah yang mempunyai iklim tropis dan juga sub tropis
 Mempunyai curah hujan rata- rata sebesar 25 hingga 50 cm/ tahun. Curah hujan
yang demikian ini turun dengan tidak teratur
 Di daerah yang memiliki curah hujan tinggi, terdapat rumput yang tumbuh subur
yang tingginya mencapai 3 meter, seperti bluestem grasses. Sementara di daerah surah
hujannya hanya sedikit terdapat rumput- rumput yang pendek seperti grama dan bufallo
grasses.
 Suhu di padang rumput umumnya terasa panas
 Terdapat posoritan dan juga drainase yang tidak teratur, hal ini akan menyebabkan
tumbuhan sukar untuk dapat mengambil air
 Dihuni oleh beberapa hewan khas padang rumput, yakni reptil, burung, kijang, singa,
kanguru, srigala, cheetah, jaguar, zebra, jerapah, hewan- hewan pengerat, dan berbagai
jenis serangga.
Itulah beberapa ciri yang dimiliki oleh bioma padang rumput ini. Dari semua ekosistem
darat, padang rumput merupakan salah satu ekosistem yang indah dan didatangi oleh
banyak orang untuk berbagai macam kepentingan.

Itulah ketujuh macam ekosistem darata yang tergambar dalam bioma. Ekosistem darat
tersebut tersebar di berbagai belahan dunia, dan setiap daerahnya pun mempunyai jenis
ekosistemnya masing- masing. Hal ini tergantung dengan letak geografis negara tersebut
pula.

Manfaat Ekosistem Darat


Ekosistem yang merupakan istilah bagi interaksi yang dilakukan oleh makhluk hidup
dengan lingkunganya ini pastilah mempunyai banyak sekali peranan. Peranan tersebut
tentu saja merupakan peranan yang membawa manfaat. Dengan kata lain bahwa
ekosistem- ekosistem tersebut mempunyai manfaat masing- masing. Demikian halnya
dengan eksosistem darat ini. Ekosistem darat juga merupakan sebuah eksositem yang
mempunyai banyak sekali manfaat. Berikut ini merupakan manfaat yang akan kita peroleh
dari ekosistem darat:

1. Sebagai tempat hidup atau habitat beragam makhluk hidup


Ekosistem daratan yang berupa bioma ini merupakan suatu tempat yang bermanfaat
sebagai rumah dari berbagai jenis tumbuhnan maupun hewan atau flora atau fauna yang
berada di wilayah bioma tersebut. Di tempat inilah tumbuhan dan binatang tersebut
menjalani kehidupan, siklus hidup maupun rantai makanan yang mereka punyai. Karena
bioma inilah flora dan fauna tersebut dapat lestari dan menjadi kekayaan alam.

2. Mencerminakan bahwa kehidupan darat itu ada


Ekosistem yang merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya ini
merupakan suatu pertanda bahwasannya kehidupan di Bumi, khususnya kehidupan di
daratan itu ada. Ekosistem ini merupakan hubungan yang saling terkait antara satu sama
lain dari berbagai komponen. Hal ini juga mengindikasikan bahwasannya setiap makhluk
hidup saling membutuhkan satu sama lainnya.

3. Sebagai sarana edukasi


Ekosistem darat juga mempunyai fungsi sebagai sarana edukasi tentang ketergantungan
makhluk hidup terhadap lingkungannya. Bioma- bioma yang merupakan bentuk ekosistem
darat bisa dijadikan sebagai objek penelitian sehingga manusia bisa meneliti tentang
seperapa besar pengaruh lingkungan terhadap makhluk hidup dan juga komponen mana
saja kan yang paling mempengaruhi bagi makhuk hidup.

Ekosistem hutan musim merupakan ekosistem hutan campuran yang berada di


daerah beriklim muson (monsoon), yaitu daerah dengan perbedaan antara musim kering
dan basah yang jelas. Salah satu ekosistem hutan musim yang ada di Indonesia adalah
Hutan Musim Taman Nasional Bali Barat. Ekosistem Hutan Musim di Taman Nasional Bali
Barat (TNBB) merupakan salah satu ekosistem darat yang berupa ekosistem asli dengan
berbagai keanekaragaman flora dan fauna. Hutam Musim Taman Nasional Bali Barat
memiliki luas 600 hektar.
Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY dalam rangka studi
ekskursi melakukan pengamatan karakteristik hutan musim di TNBB menggunakan analisa
vegetasi, baru-baru ini. Para mahasiswa tersebut yaitu Rusmiasih, Fatimah Umi U, Nila
Puspita Sari, Dhita Dewinta P, dan Misbachun Aji S.

Menurut Nila, vegetasi adalah faktor atau komponen lingkungan yang paling mudah
digunakan untuk keperluan tersebut, sebab vegetasi dengan sifatnya yang inmobil sangat
peka terhadap faktor-faktor lingkungan. Metode yang digunakan yaitu Quadrat Sampling
Techniques. Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contoh (plotless). Metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon
dan tiang, contohnya vegetasi hutan.

Berdasarkan pengamatan, lanjut Nila, diperoleh hasil bahwa keanekaragaman vegetasi di


hutan musim Taman Nasional Bali Barat tidak terlalu tinggi. Terdapat 17 jenis tumbuhan
yang ditemukan yang sebagian besar masih berbentuk semai namun ditemukan dalam plot
pengamatan. Hal ini disebabkan keterbatasan kondisi dan lingkungan yang kurang
menguntungkan bagi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan. Keterbatasan kondisi lingkungan
dapat diketahui dari hasil pengukuran komponen abiotik di mana kelembaban udara
ataupun tanah cukup rendah dengan suhu lingkungan yang tinggi serta pH tanah yang
cenderung asam. Cahaya matahari juga mampu menembus vegetasi sampai ke tanah.

“Dengan demikian, maka hutan musim Taman Nasional Bali Barat merupakan kawasan
yang kering dengan keanekaragan vegetasi yang tidak terlalu tinggi. Akan tetapi
mempunyai peran ekologi yang sangat berarti dalam menyusun habitat Taman Nasional
Bali Barat terutama sebagai area konservasi bagi flora dan fauna yang endemik dan
langka,” tambah Nila. (witono)

Stabilitas Ekosistem

Satuan pokok ekologi adalah ekosistem atau sistem ekologi, yakni satuan kehidupan
yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda
mati yang berinteraksi membentuk suatu sistem. Ekosistem dicirikan dengan berlangsungnya
pertukaran materi dan transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung di antara berbagai
komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain di luarnya. Kehidupan akan
berlangsung dalam berbagai fenomena kehidupan menurut prinsip, tatanan dan hukum alam
atau ekologi seperti homeostatis (keseimbangan), kelentingan (resilience atau kelenturan),
kompetisi, toleransi, adaptasi, suksesi, evolusi, mutasi, hukumminimum, hukum entropi dan
sebagainya (ingat lagi materi dasar Biologi danEkologi).

Penelaahan terhadap sifat dan perilaku sistem ekologi amat penting,karena persepsi
kita terhadap sistem ekologi akan menentukan metode yang kita pakai dalam penelaahan dan
pemecahan permasalahan lingkungan dan sumber daya alam.

Hal penting yang perlu kita ketahui bahwa sebelum manusia ada di bumi,sistem alam
telah mengalami berbagai bentuk gangguan yang berkonsekuensi pada perubahan-perubahan
ekologi. Akan tetapi gangguan ini justru membentuk sistem alam yang kokoh dan luwes dalam
arti mampu menyerap dampak gangguan selanjutnya serta mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan

Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang bersifat dinamis


(homeostasis). Artinya ekosistem tersebut memiliki kemampuan untuk menahan berbagai
perubahan yang mengenai lingkungan tersebut. Mekanisme keseimbangan tersebut diatur oleh
berbagai faktor yang rumit. Mekanisme ini terdiri atas :

1. penyimpanan bahan-bahan
2. pelepasan hara makanan
3. pertumbuhan organisme dan produksi
4. dekomposisi bahan-bahan organik.

Oleh karena ekosistem memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangannya, maka


ekosistem memiliki sifat sibernetiks (kybernetes : pandu/mengatur. Fungsi sibernetika adalah
untuk mengendalikan faktor-faktor ekosistem agar berada dalam keadaan seimbang yang
dinamis. Fungsi ini dapat dikerjakan oleh beberapa jenis komponen lingkungan. Hal ini
memungkinkan adanya sifat stabilitasi suatu ekosistem. Derajat stabilitas suatu ekosistem akan
bervariasi, tergantung padahambatan-hambatan lingkungan dan efisiensi dari pengendalian di
alam. Ada 2 jenis stabilitas, yakni :

1. Stabilitas resistensi, yakni kemampuan suatu ekosistem untuk bertahan menghadapi


tekanan lingkungan
2. Stabilitas resiliensi, yakni kemampuan untuk cepat pulih.

Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadaap perubahan,
tetapi bisanya batas mekanisme homeostasis dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan
manusia. Jika masalah ini berlangsung, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan.

Kedua kemampuan ekosistem yakni Stabilitas resistensi dan stabilitas resiliensi adalah dua
kemampuan yang tidak dapat ditemukan dalam waktu yang sama. Misalnya, di hutan yang
memiliki kulit tebal biasanya tahan akan api;namun bila hutan tersebut terbakar maka hal ini
akan menyebabkan sulit untuk pulih kembali. Artinya, hutan tersebut memiliki stabilitas
resistensi yang tinggi,namun berdaya resiliensi yang rendah.

Sebaliknya, padang ilalang memiliki stabilitas resistensi yang rendah terhadap api,namun
bersifat stabilitas resiliensi yang tinggi. Pada umumnya, ekosistem yang kompleks memiliki
resistensi yang tinggi tetapi memiliki resiliensi yang rendah.

Dinamika di alam adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari. Segala sesuatu yang
sekarang ada sebenarnya hanyalah merupakan suatu stadiumdari deretan proses perubahan
yang tidak pernah ada akhirnya. Keadaankeseimbangan yang tampaknya begitu mantap,
hanyalah bersifat relatif karenakeadaan itu segera akan berubah jika salah satu dari
komponennya mengalami perubahan.

Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yangdinamik, sebentar
menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan
dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan.
Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi.

Pengertian Suksesi

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi
pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang
berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain, suksesi dapat diartikan sebagai
perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang.

Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks.
Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil(tidak berubah) yang mencapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitasklimaks ditandai dengan tercapainya
homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatukomunitas yang mampu mempertahankan
kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam system secara
keseluruhan.
Tahap suksesi

Dalam suksesi terjadi suatu proses perubahan secara bertahap menujusuatukeseimbangan.


Clements menyusun urutan kejadian secara rasional ke dalam 5 fase, yaitu:

NUDASI :proses awal terjadinya pertumbuhan pada lahan terbuka/kosong.

MIGRASI : proses hadirnya biji-biji tumbuhan, spora dan lain-lainnya.

ECESIS : proses kemantapan pertumbuhan biji-biji tersebut.

REAKSI :proses persaingan atau kompetisi antara jenis tumbuhan yangtelah ada/hidup, dan
pengaruhnya terhadap habitat setempat.

STABILISASI : proses manakala populasi jenis tumbuhan mencapai titik akhir kondisi yang seimbang
(equilibrium), di dalam keseimbangandengan kondisi habitat lokal maupun regional.

Suksesi lebih lanjut tersusun atas suatu rangkaian rute perjalananterbentuknya komunitas vegetasi
transisional menuju komunitas dalamkesetimbangan. Clements memberi istilah untuk tingkat komunitas
vegetasitransisi dengan nama SERE/SERAL, dan kondisi akhir yang seimbang disebutsebagai Vegetasi
Klimaks. Untuk komunitas tumbuhan yang berbeda akan berkembang pada tipe habitat yang berbeda.

Jenis suksesi

Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan 2 macamsuksesi, yaitu suksesi primer
dan suksesi sekunder.

Suksesi Primer

Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguanyang mengakibatkan komunitas
awal hilang secara total sehinggaterbentuk habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara
alamimaupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan
gunung berapi, dan endapan lumpur dimuara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat
berupakegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).

Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut kerak. Lumut
kerak mampu melapukkan batuan menjaditanah sederhana. Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh
penguraimenjadi zat anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien pada tanahsederhana sehingga
terbentuk tanah yang lebih kompleks.

Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur. Setelahitu. akan tumbuh rumput,
semak, perdu, dan pepohonan. Bersamaandengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas yang baru
terbentuk.Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selaludiikuti dengan
suksesi komunitas hewan. Secara langsung atau tidak langsung. Hal ini karena sumber makanan hewan
berupa tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada suatu wilayah komunitas tumbuhan akan
senantiasa menyesuaikan diri dengan jenis tumbuhan yang ada. Akhirnyaterbentuklah komunitas
klimaks atau ekosistem seimbang yang tahanterhadap perubahan (bersifat homeostatis).Salah satu
contoh suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah letusan itu, bagian pulau
yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampaikedalaman rata – rata 30 m.

Suksesi sekunder

Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatukomunitas tidak bersifat merusak
total tempat komunitas tersebut sehinggamasih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya.
Proses suksesisekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.

Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami
atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon
besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan
manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.

Proses suksesi sangat terkait dengan faktor linkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah.
Lingkungan sangat menentukan pembentukkanstruktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi
berlangsung didaerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) padatahap
komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi akan
terhenti pada komunitas (hutan) conifer,serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah,
maka kegiatanyang sama akan terhenti pada hutan hujan tropic.

Lalu proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisilingkungan. Proses suksesi pada daerah
hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Coba kalian bandingkan
kejadiansuksesi pada daerah yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau daerahyang sangat kering).
Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapairibuan tahun.

Faktor penentu kecepatan proses suksesi

Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :.

a) Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.


b) Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
c) Kehadiran pemencar benih.
d) Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih
serta curah hujan.
e) Jenis substrat baru yang terbentuk
f) Sifat– sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi
Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang kompone abiotiknya sebagai
besar terdiri atas air. Makhluk hidup (komponen biotik) dalam ekosistem
perairan dibagi dalam beberapa kelompok antara lain sebagai berikut.

1. Plankton
Terdiri atas fitoplankton dan zooplankton, Organisme ini dapat bergerak
dan berpindah tempat secara pasif karena pengaruh arus air, seperti
ganggung uniseluler dan protozoa.
2. Nekton
Organisme yang bergerak aktif ( berenag ) seperti katak dan ikan.
3. Neuston
Organisme yang mengapung di permukaan air, seperti eceng gondok,
serangga air, ganggang dan teratai.
4. Bentos
Organisme yang berada di dasar perairan, seperti cacing, udang,
ganggang dan kepiting.
5. Perifiton
Organisme yang melekat pada organisme lain seperti siput dan
ganggang.

Macam-Macam Ekosistem Perairan (Akuatik)

1. Ekosistem Air Tawar

Ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan yang ada
di dalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup di dalam air
tersebut dan lingkungan air tawar itu sendiri.Ekosistem air tawar sering
dikatakan juga sebagai perairan darat.
 Ciri-ciri ekosistem air tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Salinitas (kadar garam) rendah, lebih rendah jika dibandingkan dengan


sitoplasma.
2. Adanya aliran air (arus), hal ini amat menentukan distribusi gas yang
vital, garam mineral dan organisme kecil.
3. Variasi suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar.
4. Penetrasi (masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang.
5. Ekosistem air tawar tetap dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, meskipun
pengaruh tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem
darat.
6. Perubahan ketinggian air terlihat nyata sekali , misalnya pada waktu
musim hujan air sungainya tinggi (berlimpah) dan musim kemarau
terlihat sedikit (kekeringan).
7. Kadar oksigen terlarut pada ekosistem air tawar relatif lebih tinggi.
8. Intensitas cahaya yang diterima pada ekosistem air tawar cukup tinggi,
walaupun karena berbagai faktor penetrasi cahaya matahari ke dalam
air agak berkurang.
9. Secara fisik dan biologis ekosistem ait tawar merupakan perantaraan
ekosistem darat dan laut , yang sering disebut sebagai air payau
(lingkungan estuarin) , estuarin merupakan lingkungan lingkungan
perairan setengah tertutup di pinggiran daratan yang terpengaruh oleh
pasang surut air laut.
10. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang ,
sedangkan lainnya adalah tumbuhan biji.

 Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Gerak Airnya

Berdasarkan gerak airnya, ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi


ekosistem lentik dan lotik.

1. Ekosistem Lentik, adalah ekosistem yang airnya tenang atau diam,


misalnya danau, telaga dan rawa.
2. Ekosistem Lotik, adalah ekosistem yang airnya bergerak mengalir,
misalnya selokan, parit, atau sungai. Ciri-ciri ekosistem lotik adalah
airnya mengalir, merupakan ekosistem terbuka dari kadar oksigen
terlarut relatif tinggi.
Aliran air dalam ekosistem lotik merupakan faktor pembatas bagi organisme
yang ada di dalamnya. Artinya organisme yang tidak dapat melakukan
adaptasi terhadap adanya aliran air akan tersingkir. Aliran ini juga dapat
menjadi penentu jenis dan komposisi komponen biotik dalam ekosistem.Aliran
air tergantung pada topografi, besarnya sungai dan debit air yang
mengalir.Misalnya, jenis organisme di pinggir sungai berbeda dengan jenis
organisme di dalam atau di dasar sungai.

Air ekosistem lotik tidak tetap, melainkan berubah tergantung pada musim. Di
Pulau Jawa, pada umumnya air sungai keruh dan banjir di musim hujan
sedangkan di musim kemarau airnya kecil dan bahkan mengering. Keadaan
ini merupakan suatu indikator adanya kerusakan ekosistem darat didaerah
hulu sungai.

Sebagai suatu Ekosistem terbuka.Ekosistem lotik memperoleh kiriman bahan


organik yang terbawa aliran air dari daerah hulu atau daratan misalnya,
berupa bangkai, sampah atau daun-daun yang gugur ke sungai.Meskipun dari
ekosistem lotik itu sendiri hewan-hewan dapat memperoleh makanan,
beberapa hewan sungai ada yang memakan bahan organik yang terbawa
aliran air.Jadi, ekosistem lotik mendapat pengaruh yang besar dari ekosistem
daratan.

Sebagai ekosistem yang mobil, aliran air memudahkan terjadinya


persentuhan antara permukaan air yang luas dengan udara.Apalagi, jika
disepanjang ekosistem lotik terdapat jeram, riak-riak kecil, dan air terjun.
Keadaan yang demikian menyebabkan kadar oksigen terlarut relatif tinggi.
Tingginya kadar oksigen memberikan kondisi pada hewan-hewan sungai
untuk hidup dilingkungan yang cukup oksigen, sehingga mereka menjadi peka
terhadap kekurangan oksigen. Adanya bahan pencemar yang dapat
mereduksi (mengurangi) oksigen terlarut dapat menimbulkan bencana bagi
hewan air itu.
 Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya ekosistem air tawar dapa digolongkan menjadi:

1. Kolam

Kolam merupakan ekosistem buatan dan sebuah perairan yang cukup


dangkal sehingga cahaya dapat menembus sampai ke dasarnya. Tumbuhan
yang hidup di habitat kolam antara lain teratai dan enceng gondok.
Organisme lain yang  berada di dalam kolam adalah berbagai jenis plankton,
crustacea kecil, molusca, beberapa jenis ikan, serta insecta.

2. Danau

Danau adalah perairan darat yang ukurannya lebih besar daripada kolam.
Akan tetapi batas-batas ukuran danau tidak jelas. Para ahli menyebutkan
danau adalah perairan darat yang mempunyai kedalaman air sedemikian
rupa, sehingga dasar perairannya selalu gelap karena tidak dapat tercapai
oleh cahaya matahari.

3. Sungai

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah.Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan.Aliran air dan
gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air.Suhu air bervariasi
sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

4. Rawa
Ekosistem air tawar berupa rawa memiliki habitat dengan ciri-cirinya adalah
variasi temperatur atau suhu rendah, kadar garam rendah, penetrasi cahaya
yang kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar, dan memiliki tumbuhan-
tumbuhan tingkat tinggi (dikotil dan monokotil), tumbuhan tingkat rendah
(alga, jamur, gulma, ganggang hijau) yang berfungsi sebagai produsen, serta
memiliki ikan air tawar yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan protein
hewani (Irwan 1997).

2. Ekosistem Air Laut


Ekosistem air laut merupakan sumber daya hayati dan non hayati, lebih
kurang 70% dari permukaan bumi tertutup oleh laut. Wilayah indonesia yang
terdiri atas lebih dari 13000 pulau, dikelilingi oleh laut. Ilmu yang mempelajari
ekosistem air laut disebut oceanologi.

 Ciri-Ciri Ekosistem Air Laut

Adapun ciri-ciri dari ekosistem air laut adalah:

1. Salinitas tinggi terutama di daerah tropis , sedangkan di daerah dingin


salinitasnya rendah.
2. Mineral air laut 75% berupa NaCl (garam dapur)
3. Pada kedalaman 200 m , suhu air laut dari kutub sampai khatulistiwa
berkisar 0 ͦ – 22 ͦ C.
4. Pada bagian yang lebih dalam, hampir tidak ada perbedaan suhu.
5. Jumlah energi cahaya yang diterima air laut dipergunakan untuk
fotosintesis organisme autotrofik.
6. Aliran air laut menyebarkan senyawa kimia yang diperlukan organisme
yang hidup di laut , serta mempengaruhi suhu dan kadar garam.
7. Aliran air laut di pengaruhi oleh pola angin dan putaran bumi.

 Penggolongan Ekosistem Air Laut Berdasarkan Bentuknya


Berdasarkan bentuknya ekosistem air laut dapat di bedakan menjadi lautan,
pantai, estuari,dan terumbu karang.

1. Lautan

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.Batas antara lapisan air yang
panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut
daerah termoklin. Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat
bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton
serta ikan.Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas
turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai
makanan yang berlangsung baik.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel
yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.

Ekosistem air laut dapat dibagi-bagi dalam kelompok menurut berbagai cara,
salah satu cara adalah dengan membedakan ekosistem air laut menjadi 3
daerah lautan.

1. Lautan terbuka, mempunyai ciri khas sebagai berikut :

1. Produsen utama adalah Diatomae (alga mikroskopik


dan Dinoflagellatae).
2. Seluruh kehidupan ekosistem tergantung pada phytoplankton.

2. Kedalaman laut (laut dalam) , mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Tekanan airnya kuat.


 Tekanan di dalam tubuh sama dengan tekanan di luar tubuh
organisme.
 Tidak terdapat produsen.
 Umumnya , hewan berwarna hitam atau merah tua , dan mempunyai
indera penglihat yang sangat peka.
 Hewan-hewan tersebut kadang mempunyai
kemampuan bioluminessens yang berguna untuk pemikat mangsa dan
menghindar dari serangan lawan , serta sebagai tanda pengenal.
 Biota yang di temui binatang karang , ikan , udang dan cumi-cumi.

3. Lautan lepas pantai, dengan ciri sebagai berikut :

1. Relatif dangkal , sebagian dari daratan menjulur ke bawah air yang


menggenanginya.
2. Daerah yang tegenanh di sebut papan kontinen.
3. Lebar rata-rata papan kontinen ± 50 km.
4. Cahaya matahari dapat menembus sampai ke dasar.
5. Jarang bahkan tidak terdapat lumut dan paku- pakuan.
6. Banyak terdapat crustaceae , molusca dan cacing annelida.

2. Pantai

Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan.Bentuk-
bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses yang
ada di wilayah tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin yang
berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai.
Pesisir adalah wilayah antara batas pasang tertinggi hingga batas air laut
yang terendah pada saat surut. Pesisir dipengaruhi oleh gelombang air laut.
Pesisir juga merupakan zona yang menjadi tempat pengendapan hasil
pengikisan air laut dan merupakan bagian dari pantai.
Bagi kehidupan, terutama di daerah tropis pantai dapat dimanfaatkan sebagai
:

 Areal tambak garam.


 Daerah pertanian pasang surut.
 Wilayah perkebunan kelapa dan pisang.
 Objek pariwisata.
 Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak khas daerah
pantai, dan lain-lain.

3. Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari


sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut.
Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut
aimya.Nutrien dari sungai memperkaya estuari.

Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut
dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi
untuk menuju habitat air tawar.Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
4. Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun


terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis
karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di
dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, crustasea, echinodermata,
polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di
perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.

Pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh beberapa faktor seperti suhu,


salinitas, cahaya, kedalaman, gelombang dan arus.Fungsi dari terumbu
karang sendiri adalah untuk tempat asuhan, mencari makan, dan pemijahan
ikan.Ekosistem terumbu karang di pangandaran banyak ditemukan di pantai
sebelah barat dan timur.Pada ekosistem terumbu karang terjadi interaksi
makan-memakan hingga terbentuklah jaring makanan.

 Penggolongan Ekosistem Air Laut Berdasarkan Intensitas Cahaya


Yang Diterima

Berdasarkan Intensitas cahaya yang diterima air laut , habitat air laut dapat di
bedakan menjadi 3, yaitu:

1. Daerah fotik

Daerah yang masih mendapatkan cahaya matahari.

2. Daerah twilight (disfotik)

Daerah dari kedalaman 200-2.000 m , cahaya bersifat remang-remang dan


tidak efektif , sehingga fotosintesis lebih kecil atau sama dengan respirasi.
3. Daerah Afotik

Daerah dengan kedalaman lebih dari 2.000 m, daerah ini tidak terkena
cahaya matahari dan fotosintesis tidak ada.

3. Ekosistem Binaan Manusia


Ekosistem binaan atau ekosistem buatan adalah ekosistem yang dibuat dan
direkayasa oleh manusia.Ekosistem buatan atau binaan merupakan
lingkungan yang diciptakan manusia untuk berbagai keperluan. Manusia
harus terus-menerus mengelola dan mengembangkan lingkungan tersebut
sesuai dengan kebutuhan. Contoh ekosisem  binaan itu adalah kolam,
aquarium,  waduk, sawah, ladang, dan taman. Pada umumnya, ekosistem
buatan mempunyai komponen biotik sesuai dengan yang diinginkan
pembuatnya.

Terhadap lingkungan binaan tersebut, manusia senantiasa berupaya


mengaturnya.Interaksi alami hampir terkendali. Di dalam ekosistem pertanian,
misalnya, serangga yang memakan tanaman dikendalikan dengan
memberantasnya dengan menggunakan insektisida. Di daerah perkotaan
jarang terdapat tumbuhan (produsen). Tumbuhan didominasi oleh tanaman
hijau di sepanjang jalan, di taman atau di halaman. Kurangnya tumbuhan
hijau di perkotaan mengakibatkan udara kota terasa pengap, kering, dan suhu
udara meningkat.

Ekosistem buatan juga memiliki ciri khas yaitu komponen ekosistem yang
berada di dalamnya mendapatkan energi dari luarekosistemnya. contohnya
ekosistem aquarium yang air, oksigen dan makanan berasal dari pemberian si
pemilik auqrium. Selain itu, ekosistem buatan juga memiliki ciri
keanekaragaman hayatinya rendah atau kecil, contohnya ekosistem sawah,
yang hanya ada padi, rumput, ular, dan/ atauhewan maupun tumbuhan lain
dimana jenis organisme yang ada di dalamnya hanya sedikit.
Berikut beberapa contoh ekosistem binaan manusia :

1. Waduk/bendungan

Suatu ekosistem buatan yang berupa bangunan penahan atau penimbun air
untuk berbagai keperluan, misalnya untuk irigasi, pembangkit listrik, tempat
rekreasi, dan sarana olahraga. Selain itu, waduk merupakan ekosistem baru
dengan substrat dasar biasanya berasal dari kebun atau sawah maupun
hutan dengan sifat geologi yang berbeda-beda. Waduk jatiluhur di Jawa Barat
contohnya. Di bawah ini adalah gambar bendungan untuk irigasi

2. Hutan Tanaman Produksi

Hutan tanaman merupakan vegetasi yang terdiri atas tanaman budidaya


bernilai tinggi yang dengan sengaja ditanam pada kawasan tertentu. Biasanya
jenis tanaman yang dibudidayakan bernilai tinggi, seperti tanaman jati,
mahoni, pinus, dammar, rasamala, ampupu, manglit, dan puspa.

3. Agroekosistem

Agroekosistem merupakan ekosistem yang dengan sengaja dibuat untuk


keperluan pertanian, misalnya sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah
surjan, sawah rawa, sawah pasang surut, perkebunan (teh, kopi kelapa sawit,
dan karet), kolam tambak, ladang, dan pekarangan. Kebun Buah Apel adalah
salah satu jenis Agroekosistem.
4. Pemukiman

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,


baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dantempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pemukiman di
sini termasuk komplek perumahan, desa, kota, dll.

Permasalahan Yang Terjadi Pada Ekosistem Air


(Aquatik)
Terdiri atas:

1. Permasalahan yang terjadi pada ekosistem air tawar

Permasalahan pada ekosistem air sering terjadi diakibatkan oleh penduduk


atau manusia, salah satunya permasalahan pada ekosistem air tawar yaitu:

 Pencemaran Air Sungai

Sungai-sungai di Indonesia memiliki peranan penting bagi kehidupan, yaitu


sebagai sarana irigasi, sumber air minum, keperluan industri, dan lain-lain.
Tetapi dalam kurun waktu lima tahun ini, kualitas air telah mengalami
penurunan. Hal itu disebabkan sebanyak 64 dari 470 Daerah Aliran Sungai
(DAS) di Indonesia dalam keadaan kritis. Pendangkalan sungai terjadi di
mana-mana. Selain itu, sungai di Indonesia banyak yang tercemar oleh
berbagai limbah di antaranya:
1. Limbah domestik, yaitu limbah rumah tangga berupa detergen, tinja,
dan sampah yang sengaja dibuang ke sungai.
2. Limbah Industri berupa berbagai zat kimia dan logam berat yang
berbahaya dan beracun.
3. Limbah pertanian seperti sisa pestisida dan pupuk.
4. Racun dari kegiatan penangkapan ikan yang terlarang.

 Pencemaran Air Tanah

Perumahan di kota-kota padat di Indonesia  banyak yang menggunakan


sumur tanah sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari, menggantikan
peran PAM. Akan tetapi, air tanah dari sumur-sumur tersebut mengandung
bakteri Fecal coli, coliform, serta mineral-mineral seperti besi yang melebihi
baku mutu. Sumber pencemaran tersebut berasal dari tempat penampungan
tinja penduduk (septic tank). Akibatnya, kondisi air berwarna kuning dan
berbau. Hal ini bisa saja tidak terjadi jika jarak antara septic tank dengan
sumur lebih dari 10 meter. Tapi karena kota merupakan kawasan padat, hal
ini menjadi sulit diimplementasikan dan terjadilah pencemaran air tanah.

Selain itu, pembuangan limbah industri yang berdekatan dengan sumur


penduduk juga menyebabkan air tanah tercemar. Air tanah di kota-kota besar
yang dekat pantai (seperti Jakarta) juga tercemar oleh air asin (air laut)
karena penyedotan air tanah secara besar-besaran oleh industri dan berbagai
bangunan besar. Karena air tanah sudah banyak tersedot, akhirnya di rongga
bekas air tanah tadi air laut merembes dan mengurangi kualitas air tanah
yang disedot oleh kota.

 Dampak Dari Pencemaran Air

Pencemaran air memberikan dampak sebagai berikut.

1. Musnahnya berbagai jenis ikan dan terjadi kerusakan pada tumbuhan


air. Dampak lebih lanjut yang terjadi adalah terganggunya ekosistem
yang pada saatnya pasti akan merugikan manusia sendiri.
2. Air sungai yang terkontaminasi mengancam kesehatan penduduk di
sepanjang DAS karena menjadi sumber berbagai penyakit.
3. Terjadinya banjir di musim hujan.
4. Bau menyengat dari limbah pabrik.
5. Terjadinya kelangkaan air bersih.
6. Terjadinya blooming algae, suatu keadaan ketika air sungai dan danau
ditutupi oleh ganggang yang menyebabkan matinya biota
bawah Bloomingalgae disebabkan oleh banyaknya pupuk yang terlarut
dalam air.
7. Limbah dari sungai yang terbawa ke laut akan mencemari biota laut,
sehingga turut membawa petaka bagi manusia yang mengonsumsinya.
Sebgai contoh penyakit Minamata di Jepang, suatu penyakit yang
terjadi di daerah Minamata yang disebabkan oleh menumpuknya logam
berat dalam tubuh ikan laut yang dikonsumsi orang-orang.

 Upaya penganggulangan pencemaran air dapat dilakukan dengan


langkah berikut.

1. Limbah harus diminimalisir dan kalau bisa didaur ulang. Jika tidak bisa
didaur ulang, limbah harus dinetralisir agar tidak mencemari lingkungan.
2. Masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya harus turut mengawasi
dan menjaga pelestarian air.
3. Pelaksanaan undang-undang lingkungan hidup harus tegas, para
pelanggar harus diganjar dengan sanksi yang sesuai.

2. Permasalahan pada ekosistem air laut

Disamping permasalahan air yang terjadi pada ekosistem air tawar , pada
ekosistem air laut juga memiliki permasalahan yang terjadi pada airnya
maupun lingkungan yang mendukungnya salah satunya permasalahan pada
pantai.

Ekosistem pantai merupakan ekosistem yang memiliki kekayaan alam


beragam karena merupakan pertemuan antara wilayah darat dan wilayah laut.
Berbagai jenis makhluk hidup dapat ditemukan di pantai. Di daerah pantai
dapat ditemukan hutan bakau, terumbu karang, dan tentu saja pasir pantai.

Hutan bakau dapat dijadikan bahan baku pembuatan mebel. Terumbu karang
merupakan kawasan yang indah, namun sayang sering ada tangan-tangan
jahil yang mencopoti terumbu karang untuk dijual. Adapun pasir pantai dapat
dijadikan bahan bangunan. Pengerukan sumber daya alam pantai secara
berlebihan dapat membuat pantai menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Ekosistem pantai akan hancur.

Untuk mengurangi dampak rusaknya ekosistem pantai, perlu dilakukan


langkah berikut.

1. Reboisasi hutan bakau.


2. Dibuat peraturan yang membatasi penambangan pasir.
3. Masyarakat terutama nelayan ikut berperan aktif dalam menjaga daerah
pesisir pantai.
4. Pemberian tanggung jawab untuk konservasi hutan di sepanjang pantai
bagi pengusaha yang bergerak di bidang wisata bahari.

3. Permasalahan Yang Terjadi Pada Ekosistem Binaan Manusia

Pada ekosistem binaan manusia juga sering di temui permasalahan yang


terjadi salah satunya permasalahan yang terjadi pada ekosistem binaan yaitu
sawah. Didalam Ekosistem sawah, banyak sekali masalah-masalah yang
timbul diantaranya, yaitu:

1. Pencemaran Tanah

Tanah dapat tercemar apabila penggunaan secara berlebihan terhadap


pupuk dan pestisida. Pencemaran tanah mempunyai ciri yaitu ada-Nya
perubahan tanah menjadi kering dank keras, hal ini disebabkan oleh jumlah
kandungan garam yang sangat besar yang terdapat didalam tanah. Selain itu,
pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh sampah plastik karena pada
umum-Nya sampah plastic tidak mengalami proses penghancuran secara
sempurna.

2. Hama

Dalam ekosistem sawah, masalah yang sering terjadi adalah banyak-Nya


hama yang mengganggu atau merusak tanaman yang berfungsi sebagai
produsen, sehingga menyebabkan tanaman menjadi kurang tumbuh secara
sempurna dan pertumbuhan-Nya menjadi terhambat. Hal tersebut akan
sangat berpengaruh pada perekonomian dinegara kita. Semakin banyak
tanaman yang terkena hama, semakin mahal harga jual tanaman tersebut.

3. Cuaca atau iklim

Cuaca yang tidak menentu akan sangat berpengaruh pada tanaman padi
yang terdapat pada ekosistem sawah. Ketika musim hujan, hama tikus akan
semakin banyak sehingga produksi tanaman padi akan sangat menurun.
Ketika musim panas, tanah sawah akan menjadi retak-retak sehingga padi
banyak yang mati karena kekurangan air.

4. Pencemaran air

Air sangat mempengaruhi tumbuh kembang tanaman dan hewan yang


terdapat pada ekosistem sawah. Tidak sedikit lahan persawahan yang
memanfaatkan sistemirigasi yang telah tercemari oleh limbah-limbah pabrik.
Hal ini menyebabkan terganggunya  system rantai makanan yang ada pada
ekosistem sawah.

 Upaya-Upaya Mengatasi Masalah-Masalah Yang Timbul Pada


Ekosistem Sawah
Pada umumnya  permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara
berikut:

1. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada


pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak
dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tamping;
2. Untuk menghindari terjadi-Nya pencemaran lingkungan dan kerusakan
sumber daya alam maka diperlukan penegakan hokum secara adil dan
konsisten;
3. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap
terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
4. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap
dapat dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan
ekonomi;
5. Untuk mengetahui keberhasilan dan pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan hidup dengan penggunaan indicator harus ditetapkan
secara efektif;
6. Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman
konservasi yang sudah ada sebelumnya; dan
7. Mengikut sertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi
permasalahan lingkungan global.

Dekomposisi 
Dekomposisi adalah proses di mana zat organik mati dipecah menjadi bahan organik atau
anorganik yang lebih sederhana seperti karbon dioksida , air , gula sederhana dan garam mineral.
Proses tersebut merupakan bagian dari siklus nutrisi dan penting untuk mendaur ulang materi
terbatas yang menempati ruang fisik di biosfer . Tubuh organisme hidup mulai membusuk segera
setelah kematian . Hewan, seperti cacing, juga membantu menguraikan bahan organik.
Organisme yang melakukan ini dikenal sebagai pengurai. Meskipun tidak ada dua organisme
yang membusuk dengan cara yang sama, mereka semua mengalami tahap penguraian berurutan
yang sama. Ilmu yang mempelajari dekomposisi umumnya disebut
sebagai taphonomy dari kata Yunani taphos , yang berarti makam. Dekomposisi juga bisa
menjadi proses bertahap untuk organisme yang memiliki periode dormansi yang lama. 
Satu dapat membedakan abiotik dari substansi biotik ( biodegradasi ). Yang pertama
berarti "degradasi suatu zat oleh proses kimia atau fisik, misalnya, hidrolisis .  Yang terakhir
berarti" pemecahan metabolik bahan menjadi komponen yang lebih sederhana oleh organisme
hidup ", biasanya oleh mikroorganisme.

Dekomposisi hewan
Pembusukan dimulai pada saat kematian, disebabkan oleh dua faktor:
1.) autolisis: pemecahan jaringan oleh bahan kimia dan enzim internal tubuh sendiri , dan
2.) pembusukan: pemecahan jaringan oleh bakteri . Proses ini melepaskan senyawa
seperti kadaverin dan putresin , yang merupakan sumber utama bau busuk dari jaringan hewan
yang membusuk.
Pengurai utama adalah bakteri atau jamur , meskipun pemakan bangkai yang lebih
besar juga memainkan peran penting dalam pembusukan jika tubuh dapat diakses
oleh serangga , tungau , dan hewan lainnya. Yang paling arthropoda penting yang terlibat dalam
proses ini termasuk kumbang bangkai , tungau,  yang daging-lalat (Sarcophagidae) dan blow-
lalat ( Calliphoridae ), seperti botol hijau lalat terlihat di musim panas. Di Amerika Utara, hewan
non-serangga terpenting yang biasanya terlibat dalam proses termasuk mamalia dan pemakan
bangkai burung, seperticoyote , anjing , serigala , rubah , tikus , gagak , dan burung
nasar . Beberapa dari pemulung ini juga membuang dan menyebarkan tulang, yang mereka telan
di lain waktu. Lingkungan perairan dan laut memiliki agen pemecah yang meliputi bakteri, ikan,
krustasea, larva lalat an pemakan bangkai lainnya.
Tahapan dekomposisi
Lima tahapan umum digunakan untuk mendeskripsikan proses pembusukan pada hewan
vertebrata: segar, kembung, pembusukan aktif, pembusukan lanjut, dan sisa-sisa kering. Tahap
umum dekomposisi digabungkan dengan dua tahap dekomposisi
kimiawi: autolisis dan pembusukan .  Kedua tahap ini berkontribusi pada proses kimiawi
pembusukan , yang memecah komponen utama tubuh. Dengan kematian, mikrobioma organisme
hidup runtuh dan diikuti oleh nekrobioma yang mengalami perubahan yang dapat diprediksi dari
waktu ke waktu.
Segar
Di antara hewan yang memiliki jantung, tahap "segar" dimulai segera setelah jantung berhenti
berdetak. Dari saat kematian, tubuh mulai mendingin atau menghangat agar sesuai dengan suhu
lingkungan sekitar, selama tahap yang disebut algor mortis .  Tak lama setelah kematian, dalam
waktu tiga sampai enam jam, jaringan otot menjadi kaku dan tidak mampu rileks, selama tahap
yang disebut rigor mortis . Karena darah tidak lagi dipompa ke seluruh
tubuh, gravitasi menyebabkannya mengalir ke bagian tubuh yang bergantung, menciptakan
perubahan warna ungu kebiruan secara keseluruhan yang disebut livor mortis.atau, lebih umum,
pucat. Tergantung pada posisi tubuh, bagian-bagian ini akan berbeda-beda. Misalnya, jika orang
itu telentang saat meninggal, darah akan terkumpul di bagian-bagian yang menyentuh tanah. Jika
orang itu tergantung, itu akan terkumpul di ujung jari, jari kaki, dan daun telinga mereka.
Begitu jantung berhenti, darah tidak dapat lagi memasok oksigen atau mengeluarkan karbon
dioksida dari jaringan. Penurunan pH dan perubahan kimiawi lainnya menyebabkan sel
kehilangan integritas strukturalnya , menyebabkan pelepasan enzim seluler yang mampu
memulai pemecahan sel dan jaringan di sekitarnya. Proses ini dikenal sebagai autolisis .
Perubahan yang terlihat yang disebabkan oleh dekomposisi terbatas selama tahap baru, meskipun
autolisis dapat menyebabkan lepuh muncul di permukaan kulit. 
Sejumlah kecil oksigen yang tersisa di dalam tubuh dengan cepat terkuras
oleh metabolisme sel dan mikroba aerobik yang secara alami ada di saluran
pernapasan dan saluran pencernaan, menciptakan lingkungan yang ideal untuk
perkembangbiakan organisme anaerobik . Ini berkembang biak,
mengonsumsi karbohidrat , lipid , dan protein tubuh , untuk menghasilkan berbagai zat
termasuk asam propionat , asam laktat , metana , hidrogen sulfida , dan amonia.. Proses
perkembangbiakan mikroba di dalam tubuh disebut pembusukan dan mengarah ke tahap kedua
pembusukan, yang disebut kembung. 
Lalat dan lalat daging adalah serangga bangkai pertama yang datang, dan mereka mencari
lokasi oviposisi yang sesuai .
Mengasapi
Tahap mengasapi memberikan tanda visual pertama yang jelas bahwa proliferasi mikroba sedang
berlangsung. Pada tahap ini, terjadi metabolisme anaerobik, yang mengarah pada penumpukan
gas, seperti hidrogen sulfida , karbon dioksida , metana , dan nitrogen . Akumulasi gas di dalam
rongga tubuh menyebabkan perut membengkak dan membuat mayat terlihat membengkak secara
keseluruhan.  Gas yang dihasilkan juga menyebabkan cairan alami dan jaringan yang mencair
menjadi berbusa.  Saat tekanan gas di dalam tubuh meningkat, cairan dipaksa keluar dari lubang
alami, seperti hidung, mulut, dan anus, dan masuk ke lingkungan sekitarnya. Penumpukan
tekanan yang dikombinasikan dengan hilangnya integritas kulit juga dapat menyebabkan tubuh
pecah. 
Bakteri anaerob usus mengubah hemoglobin menjadi sulfhemoglobin dan pigmen berwarna
lainnya. Gas terkait yang terakumulasi di dalam tubuh saat ini membantu pengangkutan
sulfhemoglobin ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah dan limfatik , memberikan
tubuh penampilan marmer secara keseluruhan. 
Jika serangga memiliki akses, belatung menetas dan mulai memakan jaringan tubuh.  Aktivitas
belatung, biasanya terbatas pada lubang alami, dan massa di bawah kulit, menyebabkan kulit
terlepas, dan rambut terlepas dari kulit.  Pemberian makan maggot, dan penumpukan gas di
dalam tubuh, pada akhirnya menyebabkan kulit pecah-pecah yang selanjutnya akan
memungkinkan pembuangan gas dan cairan ke lingkungan sekitarnya.  Pecahnya kulit
memungkinkan oksigen masuk kembali ke dalam tubuh dan menyediakan lebih banyak area
permukaan untuk perkembangan larva lalat dan aktivitas mikroorganisme aerobik.  Pembersihan
gas dan cairan menghasilkan bau khas yang kuat yang terkait dengan pembusukan. 
Peluruhan aktif
Peluruhan aktif ditandai dengan periode kehilangan massa terbesar. Kehilangan ini terjadi
sebagai akibat dari pemberian makan belatung yang rakus dan pembersihan cairan dekomposisi
ke lingkungan sekitarnya. Cairan yang dibersihkan menumpuk di sekitar tubuh dan membuat
pulau dekomposisi mayat (CDI). Pencairan jaringan dan disintegrasi menjadi jelas selama waktu
ini dan bau yang kuat tetap ada.  Berakhirnya pembusukan aktif ditandai dengan migrasi
belatung menjauhi tubuh menjadi kepompong. 
Peluruhan tingkat lanjut
Dekomposisi sebagian besar terhambat selama pembusukan lanjut karena hilangnya bahan
kadaver yang tersedia.  Aktivitas serangga juga berkurang selama tahap ini.  Jika bangkai berada
di tanah, area di sekitarnya akan menunjukkan bukti kematian vegetasi .  CDI yang mengelilingi
bangkai akan menunjukkan peningkatan karbon tanah dan nutrisi,
seperti fosfor , kalium , kalsium , dan magnesium ;  perubahan pH; dan
peningkatan nitrogen tanah yang signifikan . 
Keringkan / sisa
Selama tahap kering / sisa, dapat terjadi kebangkitan kembali pertumbuhan tanaman di sekitar
CDI dan merupakan tanda bahwa unsur hara yang ada di tanah sekitarnya belum kembali ke
tingkat normalnya. Yang tersisa dari mayat pada tahap ini adalah kulit kering, tulang rawan ,
dan tulang ,  yang akan menjadi kering dan memutih jika terkena elemen.  Jika semua jaringan
lunak dikeluarkan dari jenazah, itu disebut kerangka sepenuhnya , tetapi jika hanya bagian tulang
yang terbuka, itu disebut kerangka sebagian. 

Faktor yang mempengaruhi dekomposisi tubuh


Eksposur ke elemen
Mayat yang terpapar elemen terbuka, seperti air dan udara, akan membusuk lebih cepat dan
menarik lebih banyak aktivitas serangga daripada tubuh yang dikubur atau dikurung di alat
pelindung atau artefak khusus. Hal ini sebagian disebabkan oleh terbatasnya jumlah serangga
yang dapat menembus peti mati dan suhu yang lebih rendah di bawah tanah.
Laju dan cara pembusukan dalam tubuh hewan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam
tingkat kepentingan yang secara kasar menurun,  mereka adalah:
 Suhu ;
 Ketersediaan oksigen ;
 Sebelum pembalseman ;
 Penyebab kematian ;
 Penguburan , kedalaman penguburan, dan jenis tanah;
 Akses oleh pemulung ;
 Trauma , termasuk luka dan pukulan telak;
 Kelembaban , atau basah;
 Curah hujan ;
 Ukuran dan berat badan;
 Komposisi;
 Pakaian ;
 Permukaan tempat tubuh bersandar;
 Makanan / benda di dalam saluran pencernaan spesimen (bacon dibandingkan dengan selada).

Kecepatan terjadinya dekomposisi sangat bervariasi. Faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, dan
musim kematian semuanya menentukan seberapa cepat tubuh segar akan membentuk kerangka
atau menjadi mumi. Panduan dasar untuk pengaruh lingkungan pada dekomposisi diberikan
sebagai Hukum Casper (atau Rasio): jika semua faktor lain sama, maka, ketika ada akses bebas
udara, tubuh membusuk dua kali lebih cepat jika direndam dalam air dan delapan kali. lebih
cepat dibanding jika terkubur di bumi. Pada akhirnya, laju pembusukan bakteri yang bekerja
pada jaringan akan bergantung pada suhu di sekitarnya. Suhu yang lebih dingin menurunkan laju
dekomposisi sementara suhu yang lebih hangat meningkatkannya. Tubuh yang kering tidak akan
terurai secara efisien. Kelembaban membantu pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan
bahan organik,tetapi terlalu banyak uap air dapat menyebabkan kondisi anaerobik yang
memperlambat proses dekomposisi.
Variabel terpenting adalah aksesibilitas tubuh terhadap serangga, khususnya lalat. Di permukaan
di daerah tropis, invertebrata saja dapat dengan mudah mengecilkan bangkai yang berdaging
lengkap untuk membersihkan tulang dalam waktu kurang dari dua minggu. Kerangka itu sendiri
tidak permanen; asam dalam tanah dapat menguranginya menjadi komponen yang tidak dapat
dikenali. Inilah salah satu alasan yang diberikan atas kurangnya sisa-sisa manusia yang
ditemukan di bangkai kapal Titanic , bahkan di beberapa bagian kapal yang dianggap tidak dapat
diakses oleh pemulung. Tulang baru kerangka sering disebut tulang "hijau" dan memiliki
karakteristik rasa berminyak. Dalam kondisi tertentu (biasanya sejuk, tanah lembab), tubuh dapat
mengalami saponifikasi dan mengembangkan zat lilin yang disebut adipocere., disebabkan oleh
aksi bahan kimia tanah pada protein dan lemak tubuh . Pembentukan adipocere memperlambat
dekomposisi dengan cara menghambat bakteri penyebab pembusukan.
Dalam kondisi yang sangat kering atau dingin, proses pembusukan normal terhenti - baik karena
kurangnya kelembaban atau kontrol suhu pada bakteri dan aksi enzimatik - menyebabkan tubuh
diawetkan sebagai mumi . Mumi beku biasanya memulai kembali proses dekomposisi saat
dicairkan (lihat Ötzi the Iceman ), sementara mumi yang dikeringkan dengan panas tetap seperti
itu kecuali terkena kelembapan.
Tubuh bayi baru lahir yang tidak pernah menelan makanan merupakan pengecualian penting
untuk proses pembusukan normal. Mereka kekurangan flora mikroba internal yang menghasilkan
banyak pembusukan dan cukup sering menjadi mumi jika disimpan bahkan dalam kondisi yang
cukup kering.

Anaerobik vs aerobik
Dekomposisi aerobik terjadi dengan adanya oksigen. Ini paling umum terjadi di alam. Organisme
hidup yang menggunakan oksigen untuk bertahan hidup memakan tubuh. Dekomposisi
anaerobik terjadi tanpa adanya oksigen. Ini bisa menjadi tempat di mana tubuh terkubur bahan
organik dan oksigen tidak bisa mencapainya. Proses pembusukan ini memiliki bau tidak sedap
yang disertai dengan adanya hidrogen sulfida dan bahan organik yang mengandung belerang. 
Dekomposisi tanaman
Penguraian materi tanaman terjadi dalam banyak tahap. Ini dimulai dengan pencucian dengan
air; senyawa karbon yang paling mudah hilang dan larut dibebaskan dalam proses ini. Proses
awal lainnya adalah pemecahan fisik atau fragmentasi bahan tanaman menjadi potongan-
potongan kecil yang memiliki luas permukaan lebih besar untuk kolonisasi dan
serangan mikroba . Pada tumbuhan mati yang lebih kecil, proses ini sebagian besar dilakukan
oleh fauna invertebrata tanah, sedangkan pada tumbuhan yang lebih besar, bentuk kehidupan
parasit utama seperti serangga dan jamur memainkan peran utama dalam kerusakan dan tidak
dibantu oleh banyak spesies detritivora .
Selanjutnya, detritus tanaman (terdiri dari selulosa , hemiselulosa , produk mikroba, dan lignin )
mengalami perubahan kimiawi oleh mikroba. Berbagai jenis senyawa terurai dengan laju yang
berbeda. Ini tergantung pada struktur kimianya .
Misalnya, lignin adalah salah satu komponen kayu yang relatif tahan terhadap pembusukan dan
bahkan hanya dapat terurai oleh jamur tertentu , seperti jamur pelapuk hitam. Dekomposisi kayu
adalah proses kompleks yang melibatkan jamur yang mengangkut nutrisi ke kayu yang langka
nutrisi dari lingkungan luar.  Karena pengayaan nutrisi ini fauna serangga saproksil dapat
berkembang dan pada gilirannya mempengaruhi kayu mati, berkontribusi pada dekomposisi
kayu dan siklus nutrisi di lantai hutan. Lignin adalah salah satu produk sisa dari tanaman yang
membusuk dengan struktur kimia yang sangat kompleks yang menyebabkan laju kerusakan
mikroba melambat. Kehangatan meningkatkan kecepatan pembusukan tanaman, dengan jumlah
yang sama terlepas dari komposisi tanaman 
Di sebagian besar ekosistem padang rumput , kerusakan alami dari api , serangga yang memakan
materi yang membusuk, rayap , mamalia yang merumput , dan pergerakan fisik hewan melalui
rumput adalah agen utama pemecah dan siklus nutrisi , sedangkan bakteri dan jamur memainkan
peran utama dalam dekomposisi lebih lanjut.
Aspek kimiawi dari pembusukan tumbuhan selalu melibatkan
pelepasan karbondioksida . Faktanya, dekomposisi menyumbang lebih dari 90 persen karbon
dioksida yang dilepaskan setiap tahun. 
Dekomposisi makanan
Penguraian makanan, baik tumbuhan maupun hewan, yang disebut pembusukan dalam konteks
ini, merupakan bidang studi penting dalam ilmu pangan . Pembusukan makanan dapat
diperlambat dengan konservasi . Pembusukan daging terjadi, jika daging tidak diolah, dalam
hitungan jam atau hari dan mengakibatkan daging menjadi tidak enak, beracun atau menular.
Pembusukan disebabkan oleh infeksi yang hampir tidak dapat dihindari dan pembusukan daging
oleh bakteri dan jamur, yang ditularkan oleh hewan itu sendiri, oleh orang yang menangani
daging, dan oleh peralatannya. Daging dapat disimpan untuk waktu yang lebih lama - meskipun
tidak untuk waktu yang tidak terbatas - jika kebersihan yang baik diamati selama produksi dan
pemrosesan, dan jika keamanan makanan sesuai, pengawetan makanan dan prosedur
penyimpanan makanan diterapkan.
Pembusukan makanan dikaitkan dengan kontaminasi dari mikroorganisme seperti bakteri, jamur,
dan ragi, bersama dengan pembusukan alami makanan. Bakteri dekomposisi ini berkembang
biak dengan kecepatan tinggi di bawah kondisi kelembaban dan suhu yang disukai. Ketika
kondisi yang tepat kurang, bakteri dapat membentuk spora yang mengintai sampai kondisi yang
sesuai muncul untuk melanjutkan reproduksi. 
Tingkat dekomposisi
Laju penguraian diatur oleh tiga rangkaian faktor — lingkungan fisik (suhu, kelembapan, dan
sifat tanah), kuantitas dan kualitas bahan mati yang tersedia untuk pengurai, dan sifat komunitas
mikroba itu sendiri. 
Laju dekomposisi rendah pada kondisi sangat basah atau sangat kering. Tingkat penguraian
paling tinggi dalam kondisi lembab dan lembab dengan tingkat oksigen yang memadai. Tanah
basah cenderung kekurangan oksigen (terutama di lahan basah ), yang memperlambat
pertumbuhan mikroba. Di tanah kering, dekomposisi juga melambat, tetapi bakteri terus tumbuh
(meskipun dengan laju yang lebih lambat) bahkan setelah tanah menjadi terlalu kering untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Ketika hujan kembali turun dan tanah menjadi basah, gradien
osmotik antara sel bakteri dan air tanah menyebabkan sel memperoleh air dengan cepat. Dalam
kondisi ini, banyak sel bakteri pecah, melepaskan denyut nadi.  Laju penguraian juga cenderung
lebih lambat di tanah asam.  Tanah yang kaya akan mineral lempung cenderung memiliki laju
dekomposisi yang lebih rendah, sehingga kadar bahan organiknya lebih tinggi. Partikel tanah liat
yang lebih kecil menghasilkan luas permukaan yang lebih besar yang dapat menampung air.
Semakin tinggi kadar air suatu tanah, semakin rendah kadar oksigen  dan akibatnya, semakin
rendah laju dekomposisi. Mineral tanah liat juga mengikat partikel bahan organik ke
permukaannya, sehingga sulit diakses oleh mikroba.  Gangguan tanah
seperti mengolah meningkatkan dekomposisi dengan meningkatkan jumlah oksigen di dalam
tanah dan dengan memaparkan bahan organik baru ke mikroba tanah. 
Kualitas dan kuantitas bahan yang tersedia untuk pengurai merupakan faktor utama lain yang
mempengaruhi laju penguraian. Zat seperti gula dan asam amino mudah terurai dan dianggap
labil. Selulosa dan hemiselulosa , yang dipecah lebih lambat, "cukup labil". Senyawa yang lebih
tahan terhadap pembusukan, seperti lignin atau cutin , dianggap bandel.  Sampah dengan
proporsi lebih tinggi dari senyawa labil terurai jauh lebih cepat daripada sampah dengan proporsi
bahan bandel yang lebih tinggi. Akibatnya, hewan yang mati membusuk lebih cepat daripada
daun mati, yang dengan sendirinya membusuk lebih cepat daripada cabang yang tumbang.
Seiring bertambahnya usia bahan organik dalam tanah, kualitasnya menurun. Senyawa yang
lebih labil terurai dengan cepat, meninggalkan peningkatan proporsi bahan bandel. Dinding sel
mikroba juga mengandung bahan bandel seperti kitin , dan ini juga terakumulasi saat mikroba
mati, selanjutnya mengurangi kualitas bahan organik tanah yang lebih tua .

Anda mungkin juga menyukai