Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/279178988

PENGEMBANGAN KONSEP INTERAKSI GENOTIPE DENGAN LINGKUNGAN


(GxE) UNTUK MENDUKUNG RANTAI NILAI KOPI BERKELANJUTAN

Article · June 2015

CITATIONS READS

0 1,596

1 author:

Edi Wardiana
Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute
32 PUBLICATIONS   24 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Industrial and Beverage Crops Research Institute, Agency for Agricultural Research and Development, Ministry of Agriculture, Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Edi Wardiana on 25 June 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Edi Wardiana

PENGEMBANGAN KONSEP INTERAKSI GENOTIPE DENGAN


LINGKUNGAN (GxE) UNTUK MENDUKUNG RANTAI NILAI KOPI
BERKELANJUTAN

DEVELOPMENT IN THE CONCEPT OF GENOTYPE AND ENVIRONMENT


INTERACTIONS (GxE) TO SUPPORT SUSTAINABLE
VALUE CHAINS OF COFFEE

Edi Wardiana

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar


Jalan Raya Pakuwon km 2 Parungkuda, Sukabumi 43357
ediwardiana@yahoo.com

ABSTRAK

Interaksi genotipe dan lingkungan (GxE) merupakan konsep pemuliaan yang umum digunakan untuk
menganalisis respon suatu genotipe terhadap beragam kondisi lingkungan. Konsep ini didasari oleh teori yang
menyatakan bahwa penampilan suatu fenotipe merupakan resultante dari perbedaan faktor genetik, faktor
lingkungan, dan interaksi dari kedua faktor tersebut. Konsep ini pada awalnya dinilai oleh para pemulia tanaman
sebagai suatu hambatan bagi kemajuan genetik, tetapi dewasa ini dipandang oleh para konsumen sebagai suatu
sumber kualitas yang spesifik, oleh produsen (petani) sebagai cara untuk membebaskan diri dari standarisasi, dan
oleh masyarakat umum sebagai isu keanekaragaman hayati. Pada model pertanian konvensional, faktor
lingkungan hanya dipersepsikan sebagai lingkungan biofisik dan manajemen tanaman, sedangkan pada pertanian
modern terjadi pengembangan sehingga konsep interaksi GxE menjadi lebih luas dan komplek. Hubungan
pengembangan konsep interaksi GxE dengan rantai nilai kopi berkelanjutan terletak pada pemenuhan aspek
kualitas dari suatu varietas/genotipe tertentu dan interaksinya dengan faktor lingkungan yang tidak hanya
terbatas pada lingkungan biofisik dan manajemen tanaman, tetapi meluas ke arah pemenuhan tuntutan dan
persyaratan sertifikasi kopi berkelanjutan. Pengembangan konsep interaksi GxE berimplikasi terhadap kebijakan
dan program penelitian dan pengembangan kopi ke depan.

Kata Kunci : Kopi, GxE, rantai nilai berkelanjutan, penelitian dan pengembangan

ABSTRACT

Interaction of genotype and environment (GxE) is a breeding concept commonly used to analyze the response of a
genotype to different environmental conditions. This concept is based on the theory which states that the phenotypic
performance is the resultant of the difference in genetic factors, environmental factors, and interaction of both
factors. Initially, this concept was assessed by plant breeders as an obstacle to progress in genetics, but today
perceived by consumers to be source of a specific quality, by the producers (farmers) to be a way of breaking away
from standardization, and by citizen as a biodiversity issues. Based on the model of conventional agriculture,
environmental factors have been perceived as biophysical and crops management, while in the modern agriculture it
has been developed and giving rise to more complex interactions of GxE. The relationship between development of the
interaction concept of GxE and sustainable coffee value chain lies in the fulfillment of the quality aspects of a
variety/genotype and their interaction with environmental factor that are not only limited to the biophysical
environment and crop management but extends toward fulfilling the demands and requirements of sustainable coffee
certification. Development of the interaction concept of GxE implicates for future policies and research and
development programs of coffee.

Keywords : Coffee, GxE, sustainable value chain, research and development

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 35


Pengembangan Konsep Interaksi Genotipe dengan Lingkungan (GxE) untuk Mendukung Rantai Nilai Kopi Berkelanjutan

PENDAHULUAN dimensi lainnya dari suatu faktor lingkungan,


di antaranya dimensi kesehatan manusia,
Konsep tentang interaksi genotipe kelestarian lingkungan, dan sosial-ekonomi
dengan lingkungan (GxE) banyak digunakan (Chiffoleau dan Desclaux, 2006; Sylvander et
dalam ilmu pemuliaan tanaman untuk al., 2006; Brummer et al., 2011).
menganalisis respon atau perilaku suatu Inovasi teknologi pertanian modern,
genotipe terhadap beragam kondisi terutama varietas tanaman yang akan
lingkungan. Konsep ini didasari oleh suatu dihasilkan diharapkan tidak hanya unggul
teori yang menyatakan bahwa penampilan kuantitas dan atau kualitas pada lingkungan
suatu fenotipe merupakan resultante dari biofisik dan agronomik tertentu saja, tetapi
adanya perbedaan faktor genetik, faktor harus dapat berinteraksi secara lebih komplek
lingkungan, dan interaksi dari kedua faktor dengan berbagai faktor lingkungan lainnya,
tersebut (Falconer dan Mackay, 1996). seperti lingkungan hidup, industri, konsumen,
Dalam konsep interaksi GxE, faktor pemerintahan, dan sosial lainnya. Sebagai
lingkungan dapat didefinisikan sebagai salah satu contoh, di dalam perdagangan kopi
keseluruhan faktor, di luar faktor genetik, yang di pasar global ternyata peran konsumen
akan mempengaruhi penampilan fenotipe sangat menentukan terhadap pola penerimaan
suatu jenis tanaman. Namun demikian, para produk dan harga jual, atau dengan kata lain
pemulia tanaman dalam menganalisis perilaku bahwa proses perdagangan kopi di pasar
atau respon suatu genotipe pada umumnya global lebih bersifat buyer-oriented. Dalam pola
membatasi faktor lingkungan sebagai suatu perdagangan tingkat global banyak dikenal
faktor yang berkaitan dengan perbedaan istilah-istilah yang menjadi prasyarat penting
lingkungan biofisik (tanah dan iklim) dan bagi produsen, dan sebenarnya hal ini berawal
agronomik atau manajemen tanaman (secara dari inisiatif korporasi secara sukarela yang
sederhana didefinisikan sebagai kegiatan disepakati oleh para stakeholders dalam
modifikasi atau pengendalian lingkungan jaringan bisnis yang melingkupinya.
biofisik yang menjadi faktor pembatas Dinamika perubahan yang terjadi
produksi) (Desclaux et al., 2010). dewasa ini memberikan konsekuensi perlunya
Sejalan dengan pesatnya perubahan konsep, disain, arah dan kebijakan
perkembangan di bidang industri dan jasa di dalam merancang suatu inovasi teknologi
lingkungan global maka industri di bidang pertanian. Inovasi teknologi pemuliaan
pertanian pun mengalami perubahan cukup tanaman dituntut untuk dapat merakit
mendasar. Para konsumen produk-produk varietas/genotipe (G) yang sesuai dengan
pertanian tidak hanya membatasi diri pada kebutuhan beragam stakeholder serta sejalan
masalah citarasa dan harga yang menjadi dengan kondisi dan dinamika perubahan
perhatian dalam mengkonsumsi suatu produk lingkungan biofisik yang terjadi.
pertanian. Perhatian terhadap kesehatan Varietas/genotype yang diperoleh
produk yang dikonsumsi, kelestarian kemudian harus dapat diadaptasikan terhadap
lingkungan hidup tempat barang itu faktor lingkungan (E) biofisik dan agronomik
diproduksi, serta nilai-nilai sosial lainnya yang dimodifikasi untuk menghasilkan produk
menjadi prasyarat penting dalam membeli yang aman dikonsumsi oleh manusia, aman
atau mengkonsumsi suatu produk pertanian. bagi kelestarian lingkungan hidup serta
Konsep interaksi dari komponen-komponen lingkungan sosial lainnya. Oleh karena itu,
faktor genetik (G) dan lingkungan (E) dalam pengembangan konsep interaksi GxE pada era
upaya memenuhi tuntutan dan atau pertanian modern dewasa ini merupakan
persyaratan-persyaratan konsumen seperti sesuatu tantangan sekaligus peluang bagi para
tersebut di atas akan menjadi lebih luas dan peneliti di bidang pertanian dalam
komplek. memperkaya lingkup dan area penelitiannya
Berdasarkan pada fenomena- guna memperoleh inovasi teknologi untuk
fenomena di atas, maka diperlukan suatu memenuhi kebutuhan beragam stakeholders.
perluasan atau pengembangan segi teoritis Makalah ini bertujuan untuk
maupun empiris tentang konsep interaksi GxE menganalisis konsep pengembangan interaksi
yang disesuaikan dengan dinamika perubahan GxE untuk mendukung agribisnis kopi
dan tuntutan yang ada. Pengembangan atau berkelanjutan. Bagian pertama, pembahasan
perluasan terhadap konsep interaksi GxE, lebih difokuskan pada analisis tentang
terutama tentang kriteria faktor lingkungan perubahan konsep interaksi GxE yang terjadi
(E), tentunya tidak hanya dibatasi pada pada model pertanian konvensional dan
lingkungan biofisik dan agronomik saja, tetapi modern. Bagian kedua, membahas keterkaitan
di dalamnya harus terkait dengan dimensi- antara perubahan konsep interaksi GxE dan

36 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat


Edi Wardiana

upaya-upaya pencapaian rantai nilai kopi varietas yang dihasilkan pada model pertanian
berkelanjutan, dan bagian ketiga membahas konvensional adalah merupakan galur-galur
mengenai implikasi dari pengembangan murni bagi spesies-spesies yang bersifat
konsep interaksi GxE bagi kebijakan program autogami, varietas hibrida bagi spesies-spesies
penelitian dan pengembangan tanaman kopi yang bersifat alogami, atau klon bagi spesies-
berikutnya. spesies yang diperbanyak secara vegetatif
(Desclaux et al., 2010).
Berdasarkan pada pembahasan-
KERANGKA PEMIKIRAN PENGEMBANGAN pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan
KONSEP INTERAKSI GxE bahwa pada model pertanian konvensional
varietas-varietas yang akan dihasilkan oleh
Konsep Dasar Interaksi GxE pada Model para pemulia tanaman adalah varietas yang
Pertanian Konvensional dapat beradaptasi baik (dengan indikator
Metode pemuliaan tanaman, kuantitas dan kualitas hasil) pada cakupan
berdasarkan pada teori interaksi antara lingkungan yang lebih luas dengan standarisasi
genotipe dengan lingkungan (GxE) dikenal faktor lingkungan biofisik (tanah dan iklim)
istilah varietas unggul “spesifik lokasi” dan yang sesuai serta praktek agronomik yang
varietas unggul “multilokasi” (lebih dikenal optimum atau intensif. Menurut konsep yang
dengan sebutan varietas unggul nasional). telah dikemukakan oleh Desclaux et al. (2008),
Perbedaan ini didasarkan pada daya adaptasi maka faktor genotipe tanaman (G)
dari varietas-varietas tersebut terhadap diadaptasikan terhadap faktor lingkungan (E)
kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. yang distandarisasi oleh lingkungan biofisik
Varietas unggul spesifik lokasi adalah varietas- (B) dan pengelolaan tanaman (crop
varietas yang dapat beradaptasi secara baik management) (C) yang sesuai dan optimum.
hanya pada lingkungan tumbuh (agroekologis) Konsep pemuliaan seperti ini identik dengan
yang terbatas (spesifik), sedangkan varietas konsep Pemuliaan Tanaman Formal/PTF
unggul multilokasi (nasional) adalah varietas- (Formal Plant Breeding) yang umum dilakukan
varietas yang dapat beradaptasi secara baik oleh lembaga-lembaga penelitian formal.
pada cakupan lingkungan tumbuh yang lebih PTF memang terbukti efektif dalam
luas (beragam). Indikator atau kriteria menghasilkan varietas-varietas yang responsif
adaptasi dapat bervariasi tergantung tujuan terhadap input produksi dan beradaptasi luas,
pemuliaan yang diinginkan, tetapi pada terutama pada tanaman serealia semusim.
umumnya indikator yang dimaksud adalah Akan tetapi, pada lingkungan yang kurang
kemampuannya dalam hal berproduksi subur, lingkungan yang mengalami cekaman,
(kuantitas maupun kualitas) dari genotipe- dan lingkungan yang petaninya mempunyai
genotipe yang diuji. keterbatasan dalam hal sumberdaya, ternyata
Tujuan utama pemuliaan tanaman varietas hasil PTF sulit untuk beradaptasi. Hal
pada model pertanian konvensional (klasik) ini disebabkan karena sifat-sifat yang
adalah menghasilkan suatu varietas tanaman dibutuhkan pada lingkungan spesifik tersebut
yang dapat beradaptasi secara baik pada belum menjadi perhatian para pemulia, atau
kisaran lingkungan yang lebih luas, atau karena kesulitan dalam menggabungkan sifat-
pemuliaan tanaman diarahkan untuk sifat untuk daya adaptasi dengan kualitas hasil
meminimalisasi interaksi GxE. Yang dimaksud (Atlin et al., 2001; Sobir, 2005).
dengan varietas atau genotipe pada model Keterbatasan pendekatan PTF telah
pertanian ini adalah sesuatu yang memiliki dirasakan akhir-akhir ini, terutama sekali
sifat keunikan (Distinctness), keseragaman untuk pertanaman di lahan-lahan marginal
(Uniformity), dan kestabilan (Stability) yang dan atau di lingkungan yang amat beragam
umum dikenal dengan istilah standarisasi DUS. (diverse) yang membutuhkan persyaratan-
Ketiga kriteria tersebut dievaluasi di dalam persyaratan petani yang lebih kompleks
suatu lingkungan yang terstandarisasi, yaitu (Bishaw dan Turner, 2008). Kurang efektifnya
lingkungan biofisik (tanah dan iklim) suatu PTF bagi lingkungan spesifik antara lain
lahan yang dikelola secara merata dan disebabkan karena : (1) seleksi dan sistem
homogen oleh suatu sistem usahatani yang pengujian untuk produktivitas tinggi dilakukan
intensif (optimum). Indikator atau parameter pada lingkungan optimum (dilakukan di kebun
evaluasi umumnya difokuskan pada parameter percobaan atau pada petani maju), (2)
kuantitas dan kualitas hasil (Desclaux et al., kecenderungan menghasilkan varietas yang
2008; 2010). Berdasarkan pada ketiga kriteria beradaptasi luas daripada varietas yang
yang telah dikemukakan di atas (distinctness, beradaptasi lokal, dan (3) seleksi kurang
uniformity, dan stability), maka varietas-

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 37


Pengembangan Konsep Interaksi Genotipe dengan Lingkungan (GxE) untuk Mendukung Rantai Nilai Kopi Berkelanjutan

memperhatikan sifat-sifat penting bagi petani tanaman dewasa ini dituntut untuk dapat
dan konsumen (Sobir, 2005; Atlin et al., 2001). menghasilkan varietas/genotipe tanaman yang
dapat memenuhi kebutuhan beragam
Pengembangan Konsep Interaksi GxE untuk stakeholders yang didukung oleh modifikasi
Model Pertanian Modern teknik agronomis atau manajemen tanaman
untuk dapat menghasilkan produk yang aman
a. Perubahan Paradigma Sistem Pertanian bagi kesehatan konsumen, ramah serta arif
Pada dekade terakhir ini telah terjadi terhadap kelestarian lingkungan hidup dan
perubahan paradigma sistem pertanian yang lingkungan sosial lainnya.
dapat memperluas diversitas Prestasi kinerja para pemulia tanaman
varietas/genotipe tanaman yang dibutuhkan. sangat beragam dan tidak hanya terbatas pada
Varietas/genotipe yang diinginkan adalah isu peningkatan hasil. Saat ini, pemuliaan
untuk keperluan usahatani inovatif (bukan untuk sifat-sifat komposisi kimia tanaman bagi
konvensional), dapat beradaptasi secara peningkatan kualitas atau untuk pemenuhan
spesifik, dan diperoleh dari populasi dengan standar industri merupakan tujuan utama
keberagaman yang tinggi. Inovasi-inovasi (sebagai contoh : varietas dengan kandungan
pertanian yang diinginkan hendaknya berawal protein tinggi, jagung dengan kandungan
dari kecakapan dan pengalaman petani sebagai lysine tinggi yang banyak dihasilkan untuk
mitra (Tabel 1). berbagai manfaat, beragam jenis gandum
Dampak lain dari telah meluasnya diperlukan untuk beragam produk seperti roti,
diversitas sistem usahatani adalah pasta, kue, semolina, dan lain-lain).
munculnya bermacam-macam model sistem Keberhasilan yang tinggi juga telah dicapai
pertanian, seperti model pertanian input melalui adaptasi tanaman yang didasarkan
rendah (low-input model), model pertanian pada pendekatan interaksi GxE (Van Elsen et
organik (organic model), model pertanian al., 2013).
agroekologi (agroecology model), model Para pemulia tanaman, terutama di
pertanian agroforestri (agroforestry model), lembaga-lembaga publik, memiliki
dan model-model lainnya. Di sisi lain, muncul kepentingan dalam mengurangi dampak
juga persyaratan-persyaratan atau tuntutan- negatif pertanian dan memperbaiki lingkungan
tuntutan baru yang bisa berasal dari pihak hidup untuk mempertahankan ekosistem
petani maupun dari pihak konsumen (tanah, air, dan udara bersih, serta serapan
(Desclaux et al., 2010). karbon), serta berupaya untuk dapat
Pendekatan baru yang diperlukan menciptakan paradigma baru sistem
pada era pertanian modern adalah pertanian. Pemuliaan tanaman dapat menjadi
mengintegrasikan proses-proses biologis dan alat yang ampuh untuk membawa "harmoni"
ekologis dalam memproduksi pangan, antara pertanian dan lingkungan melalui pola
meminimalkan penggunaan input-input “non- kemitraan antara pemulia tanaman, ahli
terbarukan” yang menyebabkan kerusakan ekologi, perencana kota, dan para pembuat
terhadap lingkungan atau kesehatan petani kebijakan. Melalui pola kemitraan ini, para
dan konsumen, memanfaatkan secara pemulia tanaman bercita-cita untuk dapat
produktif pengetahuan dan keterampilan mengembangkan produk yang positif bagi
petani sehingga dapat mengganti atau kepentingan umat manusia dan lingkungan,
mengurangi biaya sumber daya manusia tetapi kesuksesan ini memerlukan stabilitas
sebagai input eksternal yang mahal, serta dan dukungan jangka panjang dari sektor
memanfaatkan secara produktif kapasitas publik (Brummer et al., 2011).
masyarakat secara kolektif untuk bekerja Bermunculannya berbagai kebutuhan
bersama-sama dalam memecahkan masalah- dan tuntutan baru sejalan dengan
masalah sumberdaya pertanian dan alam. berkembangnya diversitas sistem usahatani
Konsep pertanian berkelanjutan memberikan konsekuensi terhadap
(agricultural sustainability) fokus pada : (1) pentingnya perluasan konsep interaksi GxE.
perbaikan genotipe melalui berbagai Walaupun secara konvensional para pemulia
pendekatan biologi modern, dan (2) tanaman memandang konsep interaksi GxE
peningkatan pemahaman tentang manfaat sebagai “suatu hambatan utama bagi kemajuan
manajemen ekologi dan manajemen tanaman, genetik” (Lefort et al. dalam Desclaux et al.,
serta konsep manipulasi dan rancang-ulang 2008; Dudley dan Moll dalam Lee et al., 2003),
(Pretty, 2008). tetapi dewasa ini interaksi GxE dipandang : (1)
Sejalan dengan pernyataan- oleh para konsumen, sebagai suatu sumber
pernyataan di atas, maka para pemulia

38 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat


Edi Wardiana

Tabel 1. Perubahan paradigma sistem pertanian


P a r a d i g m a
Hal-hal yang biasa dilakukan Hal-hal yang juga diperlukan
 Pemuliaan konvensional untuk usahatani  Pemuliaan alternatif untuk usahatani inovatif
konvensional (input rendah, organik, agroforestri, dll.)
 Adaptabilitas luas  Adaptabilitas spesifik
 Keseragaman (galur murni, hibrida, klon)  Keberagaman : populasi
 Pemuliaan : dari berbagai persilangan  Pemuliaan : dari populasi
 Inovasi = dari bioteknologi  Inovasi = dari kecakapan petani
 Petani = Pelanggan  Petani = Mitra

Sumber : Desclaux et al. (2010)

kualitas yang spesifik (khas) yang dapat empat model didasarkan pada kriteria sosial-
dimiliki oleh wilayah geografik tertentu; (2) ekonomi (logika individual dan penguasaan
oleh para produsen (petani), menjadi cara kolektif) sebagai sumbu X, dan kriteria
untuk membebaskan diri dari tuntutan atau agroekologi (ketaatan pada pedoman dan
standarisasi manajemen tanaman dan atau rancangan sistem baru) sebagai sumbu Y
manajemen pasar; dan (3) oleh warga negara (Gambar 1).
(masyarakat), adalah sebagai suatu isu Tipe varietas/genotipe yang
keanekaragaman hayati yang terkait dengan dihasilkan pada Model I merupakan tipe yang
persoalan-persoalan identitas, kebijakan, dan terregisterasi dengan kriteria distinctness (D),
peraturan perundang-undangan (Desclaux et uniformity (U), dan stability (S) dengan
al., 2008). adaptasinya pada agroekologi yang sesuai
Melalui pengembangan konsep dengan pedoman/aturan collective governance.
interaksi GxE, maka akan dapat diperoleh : (1) Varietas/genotipe seperti ini sesuai dengan
varietas/genotipe lokal yang memiliki model pertanian konvensional yang fokus
keunikan (ciri khas) sebagai sumber kualitas pada kemajuan genetik (hasil dan standar
sehingga dapat mendukung rancangan kualitas).
penetapan Indikasi Geografis wilayah tertentu, Tipe varietas/genotipe yang
(2) varietas/genotipe yang adaptif terhadap dihasilkan pada Model II merupakan tipe
lingkungan yang spesifik sehingga modifikasi yang memiliki sifat spesifik sesuai dengan
teknik manajemen tanaman dapat dilakukan target yang diinginkan pasar/outlet tertentu
dengan input rendah, dan (3) varietas/ berdasarkan kontrak, dan adaptasinya pada
genotipe yang dapat mendukung terhadap agroekologi spesifik yang ditetapkan oleh
kelestarian lingkungan hidup dan pasar atau outlet yang bersangkutan.
keanekaragaman hayati. Varietas/genotipe pada Model III merupakan
varietas/genotipe lokal (patrimonial varieties)
b. Diferensiasi Pertanian dan Lingkungan yang difokuskan terhadap kepuasan pelanggan
Sejalan dengan pengembangan konsep (customers satisfaction) dan dapat dirancang
interaksi GxE, Desclaux et al. (2008) membagi secara khusus untuk penetapan Indikasi
diferensiasi pertanian dan lingkungan menjadi Geografis suatu wilayah tertentu.

Rancangan
sistem baru

Model III Model IV


Logika Penguasaan
individual kolektif
Model II Model I

Ketaatan pada
pedoman

Gambar 1. Diferensiasi pertanian dan lingkungan


(Sumber : Desclaux et al., 2008)

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 39


Pengembangan Konsep Interaksi Genotipe dengan Lingkungan (GxE) untuk Mendukung Rantai Nilai Kopi Berkelanjutan

Tabel 2. Perbedaan sifat G, E, GxE, dan tujuan dari keempat model diferensiasi
Komponen utama
Model Genotipe sasaran Tujuan Sasaran (GxE)
faktor lingkungan

I Kemajuan genetik R Regulasi Adaptasi G terhadap R; R=>G=>(C x B)


(B x C) terhadap G

II Sifat khusus O Penggunaan Adaptasi G terhadap O; O=>G=>(C x B)


tersegmentasi (B x C) terhadap G

III Isu patrimonial dan A Petani dan konsumen A beradaptasi pada G; B=>G=>A
politik G beradaptasi pada B

IV Beragam dan S Demokrasi partisipatif Adaptasi (G & C) terhadap S=>A x (G x O x


relevan terhadap Teknis (S, O, B), dan R terhadap (B x C) =>R
proyek semua yang di atas

Keterangan : A=aktor/pelaksana; B=biofisik yang terkait; C=manajemen tanaman; O=outlet, pasar; G=genotipe;
E=lingkungan; R=struktur regulasi (kebijakan publik atau standar pribadi, dll.)
(sumber : Desclaux et al., 2008)

Tipe varietas/ genotipe pada Model interaksi GxE menjadi lebih luas dan komplek
IV adalah yang bersifat multifungsi serta berbeda-beda untuk setiap model
(multifunctional varieties) yang memiliki diferensiasi.
tingkat heterogenitas dan diversitas yang luas
serta dihasilkan oleh sekumpulan
aktor/pelaksana (petani, peneliti/pemulia, dan KETERKAITAN PENGEMBANGAN KONSEP
konsumen) melalui pendekatan Pemuliaan INTERAKSI GxE DENGAN RANTAI NILAI
Tanaman Partisipatif (PTP). Model IV ini KOPI BERKELANJUTAN
memiliki keseimbangan yang sama besar
antara interaksi agro-ekologis (aspek Perdagangan Kopi Skala Global
keberlanjutan lingkungan) dengan interaksi Pola perdagangan kopi skala global
sosial-ekonomis (antar aktor) serta peduli dikenal asumsi buyer-driven value chain model,
terhadap kemajuan sosial, etika, ekonomi, dan dimana posisi produsen (petani) adalah
pemberdayaan petani (Desclaux et al., 2010). marginal sementara pemegang merk dan
PTP didefinisikan sebagai program pemasar merupakan pemain yang memliki
pemuliaan tanaman yang melibatkan peneliti, posisi yang kuat dalam rantai tersebut (Gilbert,
petani, dan stakeholders lainnya seperti 2007/2008; Blowfield, 2004).
konsumen, vendors, industri, penyuluh, dan Peran konsumen sangat menentukan
kelompok tani (Bellon et al., 2010; Lancon et terhadap harga dan pola penerimaan produk,
al., 2005; Sobir, 2005; Witcombe et al., 2005; dan di dalam pelaksanaannya banyak dikenal
Almekinders dan Elings, 2001; Sperling et al., istilah-istilah yang muncul karena pengaruh
2001). Konsumen yang harus dilayani dalam rantai nilai global (global value chain) dan
sebuah program pemuliaan tanaman, menjadi prasyarat penting bagi para produsen
merupakan konsumen bertingkat, mulai dari (petani), di antaranya : Sertifikat Organik, Fair
petani, distributor, pengecer, dan konsumen Trade, 4C Common Code, Utz Kapeh, Rainforest
sebagai pengguna akhir (Sobir, 2005). Alliance, dan Smithsonian Bird Friendly (Linton,
Keempat model diferensiasi pertanian 2005; 2009; SCAA Sustainability Council, 2010;
dan lingkungan seperti yang diperlihatkan Pierrot et al., 2010; Arifin, 2011; Kolk, 2011)
pada Gambar 1, memiliki perbedaan yang (Tabel 3).
signifikan dalam hal varietas/genotipe yang Walaupun kualitas hasil kopi yang
akan menjadi sasaran, komponen utama faktor diproduksi termasuk ke dalam kategori
lingkungan yang terlibat, tujuan yang ingin unggul, tetapi apabila tidak dilengkapi dengan
dicapai, dan target interaksi GxE (Tabel 2). sertifikat-sertifikat seperti di atas maka akan
Karena adanya perbedaan dalam tujuan serta mengalami kesulitan dalam bersaing dengan
komponen-komponen yang menjadi penyusun produsen-produsen kopi lainnya yang telah
faktor lingkungan untuk setiap model melengkapi produknya dengan sertifikat yang
diferensiasi, maka menyebabkan sasaran dimaksud. Produsen kopi yang telah

40 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat


Edi Wardiana

melengkapi produknya dengan sertifikat Analisis Keterkaitan Pengembangan


seperti di atas, selain akan memperoleh Konsep Interaksi GxE dengan Rantai Nilai
keunggulan bersaing secara berkelanjutan Kopi Berkelanjutan
(sustainable competitive advantage), juga akan Analisis hubungan keterkaitan antara
menerima harga lebih (premium) dari proses pengembangan konsep interaksi GxE dengan
penjualannya. rantai nilai kopi berkelanjutan adalah
Pada ekonomi kopi, inisiatif baru merupakan kompatibilitas interaksi antara
governansi lingkungan global itu pada awalnya faktor varietas/genotipe (G) dengan faktor
berkembang melalui inisiatif korporasi secara lingkungan (E) yang dapat memenuhi standar
sukarela yang disepakati oleh para kualitas serta memenuhi semua persyaratan
stakeholders dalam jaringan bisnis yang dan tuntutan beragam stakeholders.
melingkupinya. Konsensus tersebut memang Varietas/genotipe yang telah memenuhi
dibangun di luar manajemen korporasi standar kualitas, tetapi bila tidak didukung
pemerintahan, sehingga tidak seharusnya oleh manajemen faktor lingkungan yang
dituangkan ke dalam sebuah peraturan dipersyaratkan tentunya tidak akan dapat
perundangan yang melibatkan negara terlalu meraih rantai nilai kopi yang berkelanjutan,
besar. Para stakeholders itu pada umumnya dan demikian juga sebaliknya. Kedua faktor
memiliki kepedulian yang sama tentang pembatas tersebut (G dan E) tidak dapat
kesehatan konsumen, kontaminasi pupuk dan dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,
pestisida, perspektif tentang pertanian karena kedua faktor tersebut saling
organik, perlindungan spesies langka, berinteraksi.
keanekaragaman hayati dan lain-lain yang Untuk memperoleh rantai nilai kopi
berhubungan dengan perlindungan dan yang berkelanjutan, maka semua persyaratan
konservasi lingkungan hidup (Arifin, 2011). dan tuntutan pihak konsumen yang
Pemetaan sederhana dari masing- dituangkan ke dalam berbagai model
masing sistem governansi adalah di bawah sertifikasi (Tabel 3) harus dapat dipenuhi. Oleh
kerangka kerja tujuh dimensi global karena itu, fungsi, peran, dan tuntutan
sustainability regulation dalam ekonomi kopi, terhadap faktor varietas/genotipe, faktor
di antaranya : (1) fokus pada governansi lingkungan , dan interaksi dari keduanya
lingkungan, (2) tipe koordinaasi antara petani, menjadi lebih luas dan komplek ke arah
pedagang, dan pengolah (roaster), (3) pemenuhan terhadap : (1) tuntutan kualitas
manajemen resiko dan kapabilitas dan (2) persyaratan-persyaratan lain seperti
perencanaan, (4) target group petani kopi, (5) yang tercantum pada sertifikat kopi
akses pasar dan jaringan, (6) harga premium berkelanjutan, tidak hanya terbatas pada isu
yang diharapkan, dan (7) kesesuaian dengan peningkatan kuantitas hasil dengan
jasa lingkungan (Arifin, 2009). manajemen tanaman yang terstandarisasi
Berdasarkan pada fenomena- seperti pada model pertanian konvensional.
fenomena tersebut di atas, maka dapat Definisi kualitas pada kopi sangatlah
diketahui bahwa dalam pola perdagangan kopi beragam, kompleks, dan bersifat multifaktor,
skala global ternyata para konsumen dunia tergantung pada persepsi dan kebutuhan dari
tidak hanya membatasi diri pada masalah setiap rantai nilai yang ada, mulai dari tingkat
kualitas (aroma dan atau citarasa) dalam petani (produsen) sampai tingkat konsumen
membeli atau mengkonsumsi kopi, tetapi akhir. Pada tingkat produsen, kualitas kopi
mereka sangat peduli terhadap segi kesehatan merupakan kombinasi dari tingkat produksi,
manusia, peduli terhadap kelestarian harga, dan kemudahan dalam praktek
lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati, budidaya. Pada tingkat eksportir atau importir,
serta terhadap dimensi-dimensi sosial lainnya. kualitas kopi berhubungan erat dengan
Kepedulian-kepedulian para masalah ukuran biji, karakteristik fisik biji, dan
konsumen tersebut dituangkan ke dalam suatu harga. Selanjutnya pada tingkat industri
bentuk sertifikasi yang menjadi prasyarat pengolah (roaster), kualitas kopi sangat
penting bagi para produsen kopi untuk bergantung pada faktor-faktor yang
memperoleh rantai nilai yang berkelanjutan. berhubungan dengan masalah kadar air,
Informasi tentang perbedaan dan persamaan stabilitas karakter, kemurnian, harga,
dalam misi, fokus pasar, dan lingkup kegiatan kandungan biokimia, dan kualitas
dari keenam model sertifikat kopi organoleptik. Sedangkan pada tingkat
berkelanjutan seperti sertifikat Organic, Fair konsumen akhir, kualitas kopi berhubungan
Trade, Rainforest Alliance, Smithsonian Birds erat dengan masalah harga, citarasa dan
Friendly, Utz Kapeh, dan 4C Common Code, aroma, efek terhadap kesehatan, serta
disajikan pada Tabel 3 berikut ini. kepedulian terhadap kemurnian geografis,

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 41


Pengembangan Konsep Interaksi Genotipe dengan Lingkungan (GxE) untuk Mendukung Rantai Nilai Kopi Berkelanjutan

Tabel 3. Perbandingan misi, fokus pasar, dan lingkup program dari keenam model sertifikat kopi berkelanjutan
Sertifikasi/ Sertifikasi Rainforest Smithsonian Utz Kapeh
Organik 4C Common Code
Verifkasi Fair Trade Alliance Bird Friendly Certified

Misi Menciptakan sistem Mendukung kehidupan yang Mengintegrasikan Melakukan penelitian dan Misi UTZ CERTIFIED adalah Asosiasi 4C adalah
pertanian berkelanjutan lebih baik bagi keluarga petani konservasi pendidikan seputar untuk mencapai rantai pasokan keanggotaan yang dihela
terverifikasi, bahan di negara berkembang melalui keanekaragaman hayati, masalah populasi burung pertanian berkelanjutan, organisasi petani kopi,
makanan yang diproduksi harga yang adil, akses langsung pengembangan migran neo-tropis, melalui cara : produsen adalah perdagangan dan industri,
memiliki harmoni dengan ke perdagangan, masyarakat, hak-hak mempromosikan kopi profesional melaksanakan serta masyarakat sipil.
alam, dan dmendukung pengembangan masyarakat dan pekerja dan praktek naungan bersertifikat praktek-praktek yang baik Anggota bekerja sama untuk
keanekaragaman hayati kepedulian terhadap pertanian yang produktif sebagai habitat yang dengan mengaktifkan lebih baik memperbaiki kondisi
serta meningkatkan lingkungan. untuk memastikan layak untuk burung dan bisnis, mata pencaharian dan ekonomi, sosial dan
kesehatan tanah. pengelolaan pertanian organisme lainnya. lingkungan; industri makanan lingkungan melalui praktek-
berkelanjutan yang bertanggung jawab dengan praktek yang lebih
komprehensif. menuntut dan menghargai berkelanjutan dan transparan
tumbuhnya produk bagi semua orang yang
berkelanjutan; mencari nafkah di sektor kopi.
konsumen membeli produk
yang memenuhi standar
mereka untuk tanggung jawab
sosial dan lingkungan.

Fokus Semua pasar Semua pasar Global, dengan Semua pasar Mainstream dan Pasar Mainstream (ambisi:
Pasar penekanan khusus pada Specialty sebagian besar pasar kopi)
Amerika Utara, Eropa,
Jepang, dan Australia

Lingkup Usahatani dan praktek- Ekonomi dan lingkungan Manajemen pertanian Sertifikasi ditujukan pada Ekonomi dan lingkungan Ekonomi dan lingkungan
Program praktek pengolahan secara berkelanjutan bagi petani dan berkelanjutan dalam arti daerah produksi berkelanjutan bagi petani dan berkelanjutan bagi petani dan
organik. masyarakat. Harga minimum yang paling holistik – agroekosistem kopi masyarakat. Harga minimum masyarakat. Harga minimum
dan premi sosial untuk perbaikan program (pengembangan program dan premi sosial untuk dan premi sosial untuk
menutupi biaya produksi dan sosial, lingkungan, ke depan adalah yang menutupi biaya produksi dan menutupi biaya produksi dan
program pengembangan ekonomi, dan etika. dapat mengatasi masalah program pengembangan program pengembangan
masyarakat terpilih. Premi lanskap juga). masyarakat terpilih. Premi masyarakat terpilih. Premi
organik untuk kopi organik. organik untuk kopi organik. organik untuk kopi organik.
Model ini memberdayakan Model ini memberdayakan Model ini memberdayakan
petani kecil yang dikelola petani kecil yang dikelola petani kecil yang dikelola
secara demokratis dalam suatu secara demokratis dalam suatu secara demokratis dalam
koperasi untuk dapat bersaing koperasi untuk dapat bersaing suatu koperasi untuk dapat
secara global. secara global. bersaing secara global.
Sumber : SCAA Sustainability Council (2010) (dikutip sebagian)

42 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat


Edi Wardiana

kelestarian lingkungan, dan aspek-aspek Varietas/genotipe yang akan


sosiologis (Leroy et al., 2006). Selanjutnya dihasilkan tidak hanya terbatas pada isu
dikemukakan bahwa ekspresi kualitas kopi peningkatan kuantitas dan kualitas hasil. Misi
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, dan lingkup kegiatan masing-masing sertifikat
meliputi faktor genetik, faktor lingkungan kopi sangat kental dengan isu pelestarian
(pedoklimat), faktor teknik agronomis, lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, dan
faktor kondisi penyimpanan, dan faktor menghindari sedemikian rupa penggunaan
metode pengolahan (Wintgens, 2004; Yigzaw, bahan kimia yang beracun (pupuk kimia dan
2005; Leroy et al., 2006; Behailu et al., 2008; pestisida). Oleh karena itu, varietas/genotipe
Oberthur dan Watts, 2012; Laderach et al., yang dihasilkan di samping harus memiliki
2012). Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, juga
kopi sangat ditentukan oleh interaksi antara harus memiliki toleransi yang tinggi terhadap
genotipe dengan lingkungan. gangguan hama/penyakit, adaptif pada
Banyaknya pihak yang terlibat pada lingkungan biofisik yang marginal (sinar
rantai nilai kopi yang memandang kualitas matahari, hara, dan air), dan mampu
dengan persepsi yang berbeda-beda serta menghadapi perubahan iklim tingkat global
beragamnya faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga manajemen tanaman dapat dilakukan
ekspresi kualitas kopi adalah merupakan dengan input rendah (tanpa atau rendah
bagian atau komponen dari pengembangan penggunaan pupuk kimia dan pestisida).
faktor lingkungan. Hal ini identik dengan Di samping itu, varietas/genotipe yang
pengembangan faktor lingkungan menjadi dihasilkan harus kompatibel dengan
beberapa komponen utama seperti yang telah varietas/genotipe lainnya, kompatibel antara
dilakukan oleh Desclaux et al., (2008), yaitu : varietas/genotipe dengan beragam jenis
komponen regulation (R), komponen tanaman penaung (shade trees) atau tanaman
segmented use (S), komponen farmer and lain sebagai tanaman sela dalam suatu
consumer (A), dan komponen technical polatanaman campuran (polyculture), dan
participatory democracy (S) (Tabel 2). kompatibel antara varietas/genotipe dengan
Komponen-komponen yang terbentuk komoditas pertanian lainnya (misal : ternak)
dari pengembangan faktor lingkungan tersebut dalam suatu pola usahatani campuran (mixed
memiliki kekuatan yang signifikan terhadap farming).
rantai nilai kopi berkelanjutan sehingga tujuan Di sisi lainnya, karena definisi kualitas
dan target GxE seperti yang dicontohkan kopi sangat beragam, komplek, dan
Desclaux et al., (2008) pada Tabel 2 menjadi multifaktor tergantung pada kebutuhan dan
lebih luas dan komplek. Pengembangan persepsi setiap aktor yang ada pada setiap
interaksi GxE ke arah yang lebih luas dan rantai nilai, maka varietas/genotipe yang akan
komplek akan terjadi juga pada komponen- dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan
komponen lain yang terbentuk dari untuk setiap aktor tersebut. Metode pemuliaan
pengembangan faktor lingkungan yang tanaman yang sesuai dengan tujuan-tujuan
mempengaruhi ekspresi kualitas kopi seperti yang telah dikemukakan di atas adalah metode
yang telah dikemukakan di atas (komponen PTP, karena model ini diarahkan untuk
pedoklimat, komponen metode/teknik memenuhi kepentingan beragam pengguna
agronomis, kondisi penyimpanan, dan dan dalam pelaksanaanya melibatkan banyak
komponen metode pengolahan). aktor (pelaksana) seperti peneliti, petani,
penyuluh, serta stakeholders lainnya secara
bertingkat dalam sebuah rantai nilai kopi.
IMPLIKASI BAGI KEBIJAKAN DAN Varietas/genotipe kopi yang memiliki
PROGRAM PENELITIAN DAN aroma dan citarasa tinggi (varietas Arabika)
PENGEMBANGAN KOPI KE DEPAN umumnya menghendaki lingkungan biofisik
(terutama ketinggian tempat) tertentu.
Sejalan dengan pengembangan konsep Demikian juga halnya dengan varietas/
interaksi GxE menuju pemenuhan persyaratan genotipe lainnya, bahwa secara teoritis
dan tuntutan pada sertifikasi produk kopi, terdapat hubungan yang positif antara
maka fungsi, peran, dan tuntutan terhadap ketinggian tempat dengan kualitas kopi yang
faktor varietas/genotipe (G), faktor lingkungan dihasilkan. Dalam kondisi varietas/genotipe
(E), dan interaksi dari keduanya (GxE) dan lingkungan biofisik yang telah
semakin meluas dan komplek. Kondisi seperti terstandarisasi, maka praktek manajemen
ini akan berimplikasi terhadap kebijakan dan tanaman memegang peranan kunci. Dalam hal
area program penelitian dan pengembangan ini, praktek manajemen tanaman
kopi. diadaptasikan terhadap varietas/genotipe

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 43


Pengembangan Konsep Interaksi Genotipe dengan Lingkungan (GxE) untuk Mendukung Rantai Nilai Kopi Berkelanjutan

pada lingkungan biofisik (ketinggian tempat, dan oleh masyarakat umum sebagai isu
tanah, dan iklim) tertentu. Di samping harus keanekaragaman hayati yang terkait dengan
menghindari sedemikian rupa penggunaan persoalan-persoalan identitas, kebijakan, dan
pupuk kimia dan pestisida, inovasi-inovasi peraturan perundang-undangan.
teknologi manajemen tanaman harus Pada model pertanian konvensional,
kompatibel dengan varietas/genotipe tertentu pengertian faktor lingkungan hanya dibatasi
pada lingkungan biofisik tertentu. pada lingkungan biofisik dan manajemen
Di sisi lainnya, interaksi antara tanaman, dan metode pemuliaan tanaman
berbagai varietas/genotipe dengan lingkungan formal yang umum dilakukan lebih difokuskan
manajemen tanaman pada area yang pada upaya untuk mendapatkan
terfragmentasi secara sempit (terbatas) varietas/genotipe yang dapat beradaptasi
merupakan kajian yang perlu dilakukan pada lingkungan yang luas. Selanjutnya pada
mengingat usahatani akan dilakukan secara pertanian modern terjadi proses
polikultur untuk mempertahankan diversitas pengembangan faktor lingkungan menjadi
genetik dan keanekaragaman hayati, beberapa komponen sejalan dengan makin
memelihara kesuburan dan fisik tanah, serta meluasnya diversitas usahatani. Komponen-
untuk mematahkan daur hidup organisme komponen faktor lingkungan yang dimaksud
pengganggu tanaman. di antaranya adalah komponen lingkungan
Pola usahatani yang berkelanjutan hidup, lingkungan industri, lingkungan
seperti pertanian organik, pertanian input konsumen, lingkungan pemerintahan
rendah, pertanian agroforestry, minimum (berkaitan dengan peratutan perundangan-
tillage, dan lain sebagainya, tentunya undangan), lingkungan ekonomi, serta
menghendaki kearifan dalam pengelolaan lingkungan sosial lainnya.
sumberdaya pertanian dan sumberdaya alam. Sejalan dengan pengembangan faktor
Studi-studi dasar pemanfaatan jasad hidup lingkungan menjadi beberapa komponen
mikro untuk mensubstitusi kebutuhan unsur utama seperti di atas, maka metode pemuliaan
hara tanaman, dan beragam jenis agens hayati tanaman pun berkembang ke arah komponen-
untuk mengendalikan organisme pengganggu komponen tersebut, dan di dalam
yang kompatibel dengan varietas/genotipe pelaksanaannya banyak melibatkan para
kopi tertentu merupakan kajian “yang tidak stakeholders melalui metode pemuliaan
akan pernah hilang” selama masih tanaman secara partisipatif. Perubahan-
diberlakukannya sertifikasi produk kopi secara perubahan yang terjadi ini memberikan
khusus, dan selama masih ada kepedulian konsekuensi berkembangnya konsep tentang
manusia terhadap masalah kesehatan dan interaksi GxE ke arah interaksi yang lebih luas
kelestarian lingkungan hidup secara umum. dan komplek.
Kualitas pada kopi sangat dipengaruhi
oleh interaksi genotipe dengan ligkungan,
PENUTUP maka keterkaitan pengembangan konsep
interaksi GxE dengan rantai nilai kopi
Konsep interaksi genotipe dengan berkelanjutan terletak pada pemenuhan aspek
lingkungan (GxE) banyak digunakan dalam kualitas dari suatu varietas/genotipe kopi
ilmu pemuliaan tanaman untuk mengetahui tertentu dan interaksinya dengan faktor
respon suatu genotipe terhadap beragam lingkungan yang semakin berkembang
kondisi lingkungan. Uji multilokasi atau uji menjadi beberapa komponen utama.
adaptasi suatu varietas/genotipe didasari oleh Komponen-komponen yang dimaksud
konsep ini, sehingga dapat diketahui adanya mengarah pada upaya para produsen (petani)
varietas/genotipe yang dapat beradaptasi dalam memenuhi semua tuntutan dan atau
secara baik pada kondisi lingkungan yang persyaratan-persyaratan yang tercantum pada
beragam (luas) maupun yang hanya dapat sertifikat kopi berkelanjutan.
beradaptasi pada lingkungan yang sempit Tujuan-tujuan tersebut di atas
(spesifik). tentunya akan dapat diperoleh melalui
Konsep interaksi GxE ini pada awalnya kegiatan-kegiatan pengumpulan informasi dan
dinilai oleh para pemulia tanaman sebagai inovasi-inovasi teknologi melalui proses
suatu hambatan bagi kemajuan genetik, tetapi penelitian dan pengembangan, sehingga
dewasa ini dipandang oleh para konsumen pengembangan konsep interaksi GxE memiliki
sebagai suatu sumber kualitas yang spesifik, implikasi yang luas terhadap kebijakan dan
oleh produsen (petani) sebagai suatu cara program penelitian dan pengembangan kopi
untuk membebaskan diri dari standarisasi ke depan.
manajemen tanaman dan manajeman pasar,

44 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat


Edi Wardiana

DAFTAR PUSTAKA Kolk, A. 2011. Mainstreaming sustainable coffee.


Sustainable Development, Published online in
Wiley Online Library (wileyonlinelibrary.com)
Almekinders, C. J. M. and A. Elings. 2001. Collaboration of
DOI: 10.1002/sd.507. John Wiley & Sons, Ltd and
farmers and breeders: Participatory crop
ERP Environment.
improvement in perspective. Euphytica 122: 425-
438. Laderach, P., T. Oberthur, J. Pohlan, L. Collet, M. Estrada,
and H. Usma. 2012. Agronomic management
Arifin, B. 2009. Global sustainability regulation and coffee
framework for intrinsic coffee product quality
supply chains in Lampung province, Indonesia.
dalam : Oberthur et al. (eds.). Specialty Coffee,
Asian J. of Agric. and Develop. 7 (2): 67-89.
Managing Quality. International Plant Nutrition,
Arifin, B. 2011. Insiatif korporasi global dalam IPNI Institute, Georgia, USA.
perdagangan kopi. Metro Kolom, 24 Mei 2011.
Lancon, J., B. Bertrand, A. Clemen-Demange, H. Hocde, B.
Atlin, G. N., M. Cooper, and Å. Bjørnstad. 2001. A Nouy, and G. Trouche. 2005. What determines
comparison of formal and participatory breeding stakeholder’s participation in plant breeding
approaches using selection theory. Euphytica 122: pragrams? case studi in the South. Actes de
463-475. l’atelier-recherche, 14-18 mars 2005, Cotonou,
Bénin. p. 179-193.
Behailu, W., A. Sualeh, N. Mekonen, and S. Endris. 2008.
Coffee processing and quality research in Ethiopia. Lee, E. A., T. K. Doerksen, and L. W. Kannenberg. 2003.
Coffee diversity and knowledge. Proceeding of a Genetic components of yield stability in maize
national workshop four decade of coffee research breeding populations. Crop. Sci. 43: 2018-2027.
and development in Ethiopia, 14-17 August 2007.
Leroy, T., F. Riberye, B. Bertrand, P. Charmetant, M. Dufour,
Addis Ababa, Ethiopia. p. 307-316.
C. Montagnon, P. Marraccini, and D. Pot. 2006.
Bellon, S., D. Desclaux, and V. Le Pichon. 2010. Innovation Genetic of coffee quality. Braz. J. Plant Physiol. 18
and researh in organic farming: A multi-level (1) : 229-242.
approach to facilitate cooperation among
Linton, A. 2005. Partnering for sustainability business-
stakeholders. 9th European IFSA Symposium, 4-7
NGO alliances in the coffee industry. Development
July 2010, Vienna, Austria.
in Practices 15 (3 & 4): 600-614.
Bishaw, Z. and M. Turner. 2008. Linking participatory plant
Oberthur, T. And G. Watts. 2012. Agronomic management
breeding to the seed supply system. Euphytica
framework for intrinsic coffee product quality
163: 31-44.
dalam : Oberthur et al. (eds.). Specialty Coffee,
Blowfield, M. 2004. Ethical supply chain in the cocoa, Managing Quality. International Plant Nutrition,
coffee and tea industries. Greenleaf Publishing. p. IPNI Institute, Georgia, USA.
15-24.
Pierrot, J., D. Giobannucci, and A. Kasterine. 2010. Trends
Brummer, E. C., W. T. Barber, S. M. Collier, T. S. Cox, R. in the trade of certified coffees. PRE-
Johnson, S. T. Murray, R. T. Olsen, R. C. Pratt, and A. PUBLICATION COPY. International Trade Centre,
M. Thro. 2011. Plant breeding for harmony Geneva.
between agriculture and the environment. Front.
Pretty, J. 2008. Agricultural sustainability: concepts,
Ecol. Environ. 2011; DOI: 10.1890/100225.
principles and evidence. Phil. Trans. R. Soc. 363:
http://www.frontiersinecology.org. The Ecological
447–465
Society of America.
SCAA Sustainability Council. 2010. Sustainable coffee
Chiffoleau, Y. and D. Desclaux. 2006. Participatory plant
certifications, a comparative matrix. Last update:
breeding: the best way to breed for sustainable
10/6/2010 by Adam Kline.
agriculture?. Int. J. of Agric. Sustain. 4 (2): 119-130.
Sobir. 2005. Pemuliaan Tanaman Partisipatif (PTP) dan
Desclaux, D., J. M. Nolot, Y. Chiffoleau, E. Goze, and C.
percepatan perakitan varietas. Participatory Plant
Leclerc. 2008. Changes in the concept of genotype
Breeding (Pemuliaan Tanaman Partisipatif). Pusat
x environment interactions to fit agriculture
Kajian Buah-Buahan Tropika, Lembaga Penelitian
diversification and decentralized participatory
dan Pemberdayaan Masyarakat. Institut Pertanian
plant breeding : pluridisciplinary point view.
Bogor dan Kementerian Negara Riset dan
Euphytica 163: 533-546.
Teknologi RI. Hlm. 2-21.
Desclaux, D., J. M. Nolot, P. Triboulet, B. Lorentz, and Y.
Sperling, L., J. A. Ashby, M. E. Smith, E. Weltzein, and S.
Chiffoleau. 2010. Needed complementary of
McGuire. 2001. A framework for analyzing
actors for variety innovation. ISDA 2010,
particpatory plant breeding approaches and
Montpellier, France, 28-30 Juni 2010.
results. Euphytica 122: 439-450.
Falconer, D. S. and T. F. C. Mackay. 1996. Introduction to
Sylvander, B., S. Bellon, and M. Benoit. 2006. Facing the
quantitative genetic. 4th edition. Addison Wesley
organic reality: the diversity of development
Longman, Essex, UK. 464 p.
models and their consequences on research
Gilbert, C. L. 2007/2008. Value chain analysis and market policies. Paper presented at Joint Organic
power in commodity processing with application Congress, Odense, Denmark, May 30-31, 2006.
to the cocoa and coffee sectors. Commodity market
review 2007-2008. p. 5-33.

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 45


Pengembangan Konsep Interaksi Genotipe dengan Lingkungan (GxE) untuk Mendukung Rantai Nilai Kopi Berkelanjutan

van Elsen, A., A. A. Gotor, C. di Vicente, D. Traon, J. Witcombe, J. R., K. D. Joshi, S. Gjawali, A. M. Musa, C.
Gennatas, L. Amat, V. Negri, and V. Chable. 2013. Johansen, D. S. Virk, and B. R. Shapit. 2005.
Plant breeding for an EU bio-based economy. The Participatory plant breeding is better described as
potential of public sector and public/private highly client-oriented plant breeding. I. Four
partnerships. URC Scientific and Policy Reports. indicators of client-orientation in plant breeding.
European Commision Joint Research Center, Exp. Agric. 41: 299-319.
Institute for Prospective Technological Studies,
Seville, Spain. Yigzaw, D. 2005. Assessment of cup quality, morphological,
biochemical and molecular diversity of C. arabica
Wintgens, J.N. 2004. Coffee: Growing, Processing, L. genotypes of Ethiopia. PhD thesis University
Sustainable Production. A guide book for growers, Free State. 97 p.
processors, traders and researchers.Weinheim.

46 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai