Pengembangan Konsep Interaksi Genotipe Dengan Lingkungan (Gxe) Untuk Mendukung Rantai Nilai Kopi Berkelanjutan
Pengembangan Konsep Interaksi Genotipe Dengan Lingkungan (Gxe) Untuk Mendukung Rantai Nilai Kopi Berkelanjutan
net/publication/279178988
CITATIONS READS
0 1,596
1 author:
Edi Wardiana
Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute
32 PUBLICATIONS 24 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Industrial and Beverage Crops Research Institute, Agency for Agricultural Research and Development, Ministry of Agriculture, Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Edi Wardiana on 25 June 2015.
Edi Wardiana
ABSTRAK
Interaksi genotipe dan lingkungan (GxE) merupakan konsep pemuliaan yang umum digunakan untuk
menganalisis respon suatu genotipe terhadap beragam kondisi lingkungan. Konsep ini didasari oleh teori yang
menyatakan bahwa penampilan suatu fenotipe merupakan resultante dari perbedaan faktor genetik, faktor
lingkungan, dan interaksi dari kedua faktor tersebut. Konsep ini pada awalnya dinilai oleh para pemulia tanaman
sebagai suatu hambatan bagi kemajuan genetik, tetapi dewasa ini dipandang oleh para konsumen sebagai suatu
sumber kualitas yang spesifik, oleh produsen (petani) sebagai cara untuk membebaskan diri dari standarisasi, dan
oleh masyarakat umum sebagai isu keanekaragaman hayati. Pada model pertanian konvensional, faktor
lingkungan hanya dipersepsikan sebagai lingkungan biofisik dan manajemen tanaman, sedangkan pada pertanian
modern terjadi pengembangan sehingga konsep interaksi GxE menjadi lebih luas dan komplek. Hubungan
pengembangan konsep interaksi GxE dengan rantai nilai kopi berkelanjutan terletak pada pemenuhan aspek
kualitas dari suatu varietas/genotipe tertentu dan interaksinya dengan faktor lingkungan yang tidak hanya
terbatas pada lingkungan biofisik dan manajemen tanaman, tetapi meluas ke arah pemenuhan tuntutan dan
persyaratan sertifikasi kopi berkelanjutan. Pengembangan konsep interaksi GxE berimplikasi terhadap kebijakan
dan program penelitian dan pengembangan kopi ke depan.
Kata Kunci : Kopi, GxE, rantai nilai berkelanjutan, penelitian dan pengembangan
ABSTRACT
Interaction of genotype and environment (GxE) is a breeding concept commonly used to analyze the response of a
genotype to different environmental conditions. This concept is based on the theory which states that the phenotypic
performance is the resultant of the difference in genetic factors, environmental factors, and interaction of both
factors. Initially, this concept was assessed by plant breeders as an obstacle to progress in genetics, but today
perceived by consumers to be source of a specific quality, by the producers (farmers) to be a way of breaking away
from standardization, and by citizen as a biodiversity issues. Based on the model of conventional agriculture,
environmental factors have been perceived as biophysical and crops management, while in the modern agriculture it
has been developed and giving rise to more complex interactions of GxE. The relationship between development of the
interaction concept of GxE and sustainable coffee value chain lies in the fulfillment of the quality aspects of a
variety/genotype and their interaction with environmental factor that are not only limited to the biophysical
environment and crop management but extends toward fulfilling the demands and requirements of sustainable coffee
certification. Development of the interaction concept of GxE implicates for future policies and research and
development programs of coffee.
upaya-upaya pencapaian rantai nilai kopi varietas yang dihasilkan pada model pertanian
berkelanjutan, dan bagian ketiga membahas konvensional adalah merupakan galur-galur
mengenai implikasi dari pengembangan murni bagi spesies-spesies yang bersifat
konsep interaksi GxE bagi kebijakan program autogami, varietas hibrida bagi spesies-spesies
penelitian dan pengembangan tanaman kopi yang bersifat alogami, atau klon bagi spesies-
berikutnya. spesies yang diperbanyak secara vegetatif
(Desclaux et al., 2010).
Berdasarkan pada pembahasan-
KERANGKA PEMIKIRAN PENGEMBANGAN pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan
KONSEP INTERAKSI GxE bahwa pada model pertanian konvensional
varietas-varietas yang akan dihasilkan oleh
Konsep Dasar Interaksi GxE pada Model para pemulia tanaman adalah varietas yang
Pertanian Konvensional dapat beradaptasi baik (dengan indikator
Metode pemuliaan tanaman, kuantitas dan kualitas hasil) pada cakupan
berdasarkan pada teori interaksi antara lingkungan yang lebih luas dengan standarisasi
genotipe dengan lingkungan (GxE) dikenal faktor lingkungan biofisik (tanah dan iklim)
istilah varietas unggul “spesifik lokasi” dan yang sesuai serta praktek agronomik yang
varietas unggul “multilokasi” (lebih dikenal optimum atau intensif. Menurut konsep yang
dengan sebutan varietas unggul nasional). telah dikemukakan oleh Desclaux et al. (2008),
Perbedaan ini didasarkan pada daya adaptasi maka faktor genotipe tanaman (G)
dari varietas-varietas tersebut terhadap diadaptasikan terhadap faktor lingkungan (E)
kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. yang distandarisasi oleh lingkungan biofisik
Varietas unggul spesifik lokasi adalah varietas- (B) dan pengelolaan tanaman (crop
varietas yang dapat beradaptasi secara baik management) (C) yang sesuai dan optimum.
hanya pada lingkungan tumbuh (agroekologis) Konsep pemuliaan seperti ini identik dengan
yang terbatas (spesifik), sedangkan varietas konsep Pemuliaan Tanaman Formal/PTF
unggul multilokasi (nasional) adalah varietas- (Formal Plant Breeding) yang umum dilakukan
varietas yang dapat beradaptasi secara baik oleh lembaga-lembaga penelitian formal.
pada cakupan lingkungan tumbuh yang lebih PTF memang terbukti efektif dalam
luas (beragam). Indikator atau kriteria menghasilkan varietas-varietas yang responsif
adaptasi dapat bervariasi tergantung tujuan terhadap input produksi dan beradaptasi luas,
pemuliaan yang diinginkan, tetapi pada terutama pada tanaman serealia semusim.
umumnya indikator yang dimaksud adalah Akan tetapi, pada lingkungan yang kurang
kemampuannya dalam hal berproduksi subur, lingkungan yang mengalami cekaman,
(kuantitas maupun kualitas) dari genotipe- dan lingkungan yang petaninya mempunyai
genotipe yang diuji. keterbatasan dalam hal sumberdaya, ternyata
Tujuan utama pemuliaan tanaman varietas hasil PTF sulit untuk beradaptasi. Hal
pada model pertanian konvensional (klasik) ini disebabkan karena sifat-sifat yang
adalah menghasilkan suatu varietas tanaman dibutuhkan pada lingkungan spesifik tersebut
yang dapat beradaptasi secara baik pada belum menjadi perhatian para pemulia, atau
kisaran lingkungan yang lebih luas, atau karena kesulitan dalam menggabungkan sifat-
pemuliaan tanaman diarahkan untuk sifat untuk daya adaptasi dengan kualitas hasil
meminimalisasi interaksi GxE. Yang dimaksud (Atlin et al., 2001; Sobir, 2005).
dengan varietas atau genotipe pada model Keterbatasan pendekatan PTF telah
pertanian ini adalah sesuatu yang memiliki dirasakan akhir-akhir ini, terutama sekali
sifat keunikan (Distinctness), keseragaman untuk pertanaman di lahan-lahan marginal
(Uniformity), dan kestabilan (Stability) yang dan atau di lingkungan yang amat beragam
umum dikenal dengan istilah standarisasi DUS. (diverse) yang membutuhkan persyaratan-
Ketiga kriteria tersebut dievaluasi di dalam persyaratan petani yang lebih kompleks
suatu lingkungan yang terstandarisasi, yaitu (Bishaw dan Turner, 2008). Kurang efektifnya
lingkungan biofisik (tanah dan iklim) suatu PTF bagi lingkungan spesifik antara lain
lahan yang dikelola secara merata dan disebabkan karena : (1) seleksi dan sistem
homogen oleh suatu sistem usahatani yang pengujian untuk produktivitas tinggi dilakukan
intensif (optimum). Indikator atau parameter pada lingkungan optimum (dilakukan di kebun
evaluasi umumnya difokuskan pada parameter percobaan atau pada petani maju), (2)
kuantitas dan kualitas hasil (Desclaux et al., kecenderungan menghasilkan varietas yang
2008; 2010). Berdasarkan pada ketiga kriteria beradaptasi luas daripada varietas yang
yang telah dikemukakan di atas (distinctness, beradaptasi lokal, dan (3) seleksi kurang
uniformity, dan stability), maka varietas-
memperhatikan sifat-sifat penting bagi petani tanaman dewasa ini dituntut untuk dapat
dan konsumen (Sobir, 2005; Atlin et al., 2001). menghasilkan varietas/genotipe tanaman yang
dapat memenuhi kebutuhan beragam
Pengembangan Konsep Interaksi GxE untuk stakeholders yang didukung oleh modifikasi
Model Pertanian Modern teknik agronomis atau manajemen tanaman
untuk dapat menghasilkan produk yang aman
a. Perubahan Paradigma Sistem Pertanian bagi kesehatan konsumen, ramah serta arif
Pada dekade terakhir ini telah terjadi terhadap kelestarian lingkungan hidup dan
perubahan paradigma sistem pertanian yang lingkungan sosial lainnya.
dapat memperluas diversitas Prestasi kinerja para pemulia tanaman
varietas/genotipe tanaman yang dibutuhkan. sangat beragam dan tidak hanya terbatas pada
Varietas/genotipe yang diinginkan adalah isu peningkatan hasil. Saat ini, pemuliaan
untuk keperluan usahatani inovatif (bukan untuk sifat-sifat komposisi kimia tanaman bagi
konvensional), dapat beradaptasi secara peningkatan kualitas atau untuk pemenuhan
spesifik, dan diperoleh dari populasi dengan standar industri merupakan tujuan utama
keberagaman yang tinggi. Inovasi-inovasi (sebagai contoh : varietas dengan kandungan
pertanian yang diinginkan hendaknya berawal protein tinggi, jagung dengan kandungan
dari kecakapan dan pengalaman petani sebagai lysine tinggi yang banyak dihasilkan untuk
mitra (Tabel 1). berbagai manfaat, beragam jenis gandum
Dampak lain dari telah meluasnya diperlukan untuk beragam produk seperti roti,
diversitas sistem usahatani adalah pasta, kue, semolina, dan lain-lain).
munculnya bermacam-macam model sistem Keberhasilan yang tinggi juga telah dicapai
pertanian, seperti model pertanian input melalui adaptasi tanaman yang didasarkan
rendah (low-input model), model pertanian pada pendekatan interaksi GxE (Van Elsen et
organik (organic model), model pertanian al., 2013).
agroekologi (agroecology model), model Para pemulia tanaman, terutama di
pertanian agroforestri (agroforestry model), lembaga-lembaga publik, memiliki
dan model-model lainnya. Di sisi lain, muncul kepentingan dalam mengurangi dampak
juga persyaratan-persyaratan atau tuntutan- negatif pertanian dan memperbaiki lingkungan
tuntutan baru yang bisa berasal dari pihak hidup untuk mempertahankan ekosistem
petani maupun dari pihak konsumen (tanah, air, dan udara bersih, serta serapan
(Desclaux et al., 2010). karbon), serta berupaya untuk dapat
Pendekatan baru yang diperlukan menciptakan paradigma baru sistem
pada era pertanian modern adalah pertanian. Pemuliaan tanaman dapat menjadi
mengintegrasikan proses-proses biologis dan alat yang ampuh untuk membawa "harmoni"
ekologis dalam memproduksi pangan, antara pertanian dan lingkungan melalui pola
meminimalkan penggunaan input-input “non- kemitraan antara pemulia tanaman, ahli
terbarukan” yang menyebabkan kerusakan ekologi, perencana kota, dan para pembuat
terhadap lingkungan atau kesehatan petani kebijakan. Melalui pola kemitraan ini, para
dan konsumen, memanfaatkan secara pemulia tanaman bercita-cita untuk dapat
produktif pengetahuan dan keterampilan mengembangkan produk yang positif bagi
petani sehingga dapat mengganti atau kepentingan umat manusia dan lingkungan,
mengurangi biaya sumber daya manusia tetapi kesuksesan ini memerlukan stabilitas
sebagai input eksternal yang mahal, serta dan dukungan jangka panjang dari sektor
memanfaatkan secara produktif kapasitas publik (Brummer et al., 2011).
masyarakat secara kolektif untuk bekerja Bermunculannya berbagai kebutuhan
bersama-sama dalam memecahkan masalah- dan tuntutan baru sejalan dengan
masalah sumberdaya pertanian dan alam. berkembangnya diversitas sistem usahatani
Konsep pertanian berkelanjutan memberikan konsekuensi terhadap
(agricultural sustainability) fokus pada : (1) pentingnya perluasan konsep interaksi GxE.
perbaikan genotipe melalui berbagai Walaupun secara konvensional para pemulia
pendekatan biologi modern, dan (2) tanaman memandang konsep interaksi GxE
peningkatan pemahaman tentang manfaat sebagai “suatu hambatan utama bagi kemajuan
manajemen ekologi dan manajemen tanaman, genetik” (Lefort et al. dalam Desclaux et al.,
serta konsep manipulasi dan rancang-ulang 2008; Dudley dan Moll dalam Lee et al., 2003),
(Pretty, 2008). tetapi dewasa ini interaksi GxE dipandang : (1)
Sejalan dengan pernyataan- oleh para konsumen, sebagai suatu sumber
pernyataan di atas, maka para pemulia
kualitas yang spesifik (khas) yang dapat empat model didasarkan pada kriteria sosial-
dimiliki oleh wilayah geografik tertentu; (2) ekonomi (logika individual dan penguasaan
oleh para produsen (petani), menjadi cara kolektif) sebagai sumbu X, dan kriteria
untuk membebaskan diri dari tuntutan atau agroekologi (ketaatan pada pedoman dan
standarisasi manajemen tanaman dan atau rancangan sistem baru) sebagai sumbu Y
manajemen pasar; dan (3) oleh warga negara (Gambar 1).
(masyarakat), adalah sebagai suatu isu Tipe varietas/genotipe yang
keanekaragaman hayati yang terkait dengan dihasilkan pada Model I merupakan tipe yang
persoalan-persoalan identitas, kebijakan, dan terregisterasi dengan kriteria distinctness (D),
peraturan perundang-undangan (Desclaux et uniformity (U), dan stability (S) dengan
al., 2008). adaptasinya pada agroekologi yang sesuai
Melalui pengembangan konsep dengan pedoman/aturan collective governance.
interaksi GxE, maka akan dapat diperoleh : (1) Varietas/genotipe seperti ini sesuai dengan
varietas/genotipe lokal yang memiliki model pertanian konvensional yang fokus
keunikan (ciri khas) sebagai sumber kualitas pada kemajuan genetik (hasil dan standar
sehingga dapat mendukung rancangan kualitas).
penetapan Indikasi Geografis wilayah tertentu, Tipe varietas/genotipe yang
(2) varietas/genotipe yang adaptif terhadap dihasilkan pada Model II merupakan tipe
lingkungan yang spesifik sehingga modifikasi yang memiliki sifat spesifik sesuai dengan
teknik manajemen tanaman dapat dilakukan target yang diinginkan pasar/outlet tertentu
dengan input rendah, dan (3) varietas/ berdasarkan kontrak, dan adaptasinya pada
genotipe yang dapat mendukung terhadap agroekologi spesifik yang ditetapkan oleh
kelestarian lingkungan hidup dan pasar atau outlet yang bersangkutan.
keanekaragaman hayati. Varietas/genotipe pada Model III merupakan
varietas/genotipe lokal (patrimonial varieties)
b. Diferensiasi Pertanian dan Lingkungan yang difokuskan terhadap kepuasan pelanggan
Sejalan dengan pengembangan konsep (customers satisfaction) dan dapat dirancang
interaksi GxE, Desclaux et al. (2008) membagi secara khusus untuk penetapan Indikasi
diferensiasi pertanian dan lingkungan menjadi Geografis suatu wilayah tertentu.
Rancangan
sistem baru
Ketaatan pada
pedoman
Tabel 2. Perbedaan sifat G, E, GxE, dan tujuan dari keempat model diferensiasi
Komponen utama
Model Genotipe sasaran Tujuan Sasaran (GxE)
faktor lingkungan
III Isu patrimonial dan A Petani dan konsumen A beradaptasi pada G; B=>G=>A
politik G beradaptasi pada B
Keterangan : A=aktor/pelaksana; B=biofisik yang terkait; C=manajemen tanaman; O=outlet, pasar; G=genotipe;
E=lingkungan; R=struktur regulasi (kebijakan publik atau standar pribadi, dll.)
(sumber : Desclaux et al., 2008)
Tipe varietas/ genotipe pada Model interaksi GxE menjadi lebih luas dan komplek
IV adalah yang bersifat multifungsi serta berbeda-beda untuk setiap model
(multifunctional varieties) yang memiliki diferensiasi.
tingkat heterogenitas dan diversitas yang luas
serta dihasilkan oleh sekumpulan
aktor/pelaksana (petani, peneliti/pemulia, dan KETERKAITAN PENGEMBANGAN KONSEP
konsumen) melalui pendekatan Pemuliaan INTERAKSI GxE DENGAN RANTAI NILAI
Tanaman Partisipatif (PTP). Model IV ini KOPI BERKELANJUTAN
memiliki keseimbangan yang sama besar
antara interaksi agro-ekologis (aspek Perdagangan Kopi Skala Global
keberlanjutan lingkungan) dengan interaksi Pola perdagangan kopi skala global
sosial-ekonomis (antar aktor) serta peduli dikenal asumsi buyer-driven value chain model,
terhadap kemajuan sosial, etika, ekonomi, dan dimana posisi produsen (petani) adalah
pemberdayaan petani (Desclaux et al., 2010). marginal sementara pemegang merk dan
PTP didefinisikan sebagai program pemasar merupakan pemain yang memliki
pemuliaan tanaman yang melibatkan peneliti, posisi yang kuat dalam rantai tersebut (Gilbert,
petani, dan stakeholders lainnya seperti 2007/2008; Blowfield, 2004).
konsumen, vendors, industri, penyuluh, dan Peran konsumen sangat menentukan
kelompok tani (Bellon et al., 2010; Lancon et terhadap harga dan pola penerimaan produk,
al., 2005; Sobir, 2005; Witcombe et al., 2005; dan di dalam pelaksanaannya banyak dikenal
Almekinders dan Elings, 2001; Sperling et al., istilah-istilah yang muncul karena pengaruh
2001). Konsumen yang harus dilayani dalam rantai nilai global (global value chain) dan
sebuah program pemuliaan tanaman, menjadi prasyarat penting bagi para produsen
merupakan konsumen bertingkat, mulai dari (petani), di antaranya : Sertifikat Organik, Fair
petani, distributor, pengecer, dan konsumen Trade, 4C Common Code, Utz Kapeh, Rainforest
sebagai pengguna akhir (Sobir, 2005). Alliance, dan Smithsonian Bird Friendly (Linton,
Keempat model diferensiasi pertanian 2005; 2009; SCAA Sustainability Council, 2010;
dan lingkungan seperti yang diperlihatkan Pierrot et al., 2010; Arifin, 2011; Kolk, 2011)
pada Gambar 1, memiliki perbedaan yang (Tabel 3).
signifikan dalam hal varietas/genotipe yang Walaupun kualitas hasil kopi yang
akan menjadi sasaran, komponen utama faktor diproduksi termasuk ke dalam kategori
lingkungan yang terlibat, tujuan yang ingin unggul, tetapi apabila tidak dilengkapi dengan
dicapai, dan target interaksi GxE (Tabel 2). sertifikat-sertifikat seperti di atas maka akan
Karena adanya perbedaan dalam tujuan serta mengalami kesulitan dalam bersaing dengan
komponen-komponen yang menjadi penyusun produsen-produsen kopi lainnya yang telah
faktor lingkungan untuk setiap model melengkapi produknya dengan sertifikat yang
diferensiasi, maka menyebabkan sasaran dimaksud. Produsen kopi yang telah
Tabel 3. Perbandingan misi, fokus pasar, dan lingkup program dari keenam model sertifikat kopi berkelanjutan
Sertifikasi/ Sertifikasi Rainforest Smithsonian Utz Kapeh
Organik 4C Common Code
Verifkasi Fair Trade Alliance Bird Friendly Certified
Misi Menciptakan sistem Mendukung kehidupan yang Mengintegrasikan Melakukan penelitian dan Misi UTZ CERTIFIED adalah Asosiasi 4C adalah
pertanian berkelanjutan lebih baik bagi keluarga petani konservasi pendidikan seputar untuk mencapai rantai pasokan keanggotaan yang dihela
terverifikasi, bahan di negara berkembang melalui keanekaragaman hayati, masalah populasi burung pertanian berkelanjutan, organisasi petani kopi,
makanan yang diproduksi harga yang adil, akses langsung pengembangan migran neo-tropis, melalui cara : produsen adalah perdagangan dan industri,
memiliki harmoni dengan ke perdagangan, masyarakat, hak-hak mempromosikan kopi profesional melaksanakan serta masyarakat sipil.
alam, dan dmendukung pengembangan masyarakat dan pekerja dan praktek naungan bersertifikat praktek-praktek yang baik Anggota bekerja sama untuk
keanekaragaman hayati kepedulian terhadap pertanian yang produktif sebagai habitat yang dengan mengaktifkan lebih baik memperbaiki kondisi
serta meningkatkan lingkungan. untuk memastikan layak untuk burung dan bisnis, mata pencaharian dan ekonomi, sosial dan
kesehatan tanah. pengelolaan pertanian organisme lainnya. lingkungan; industri makanan lingkungan melalui praktek-
berkelanjutan yang bertanggung jawab dengan praktek yang lebih
komprehensif. menuntut dan menghargai berkelanjutan dan transparan
tumbuhnya produk bagi semua orang yang
berkelanjutan; mencari nafkah di sektor kopi.
konsumen membeli produk
yang memenuhi standar
mereka untuk tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
Fokus Semua pasar Semua pasar Global, dengan Semua pasar Mainstream dan Pasar Mainstream (ambisi:
Pasar penekanan khusus pada Specialty sebagian besar pasar kopi)
Amerika Utara, Eropa,
Jepang, dan Australia
Lingkup Usahatani dan praktek- Ekonomi dan lingkungan Manajemen pertanian Sertifikasi ditujukan pada Ekonomi dan lingkungan Ekonomi dan lingkungan
Program praktek pengolahan secara berkelanjutan bagi petani dan berkelanjutan dalam arti daerah produksi berkelanjutan bagi petani dan berkelanjutan bagi petani dan
organik. masyarakat. Harga minimum yang paling holistik – agroekosistem kopi masyarakat. Harga minimum masyarakat. Harga minimum
dan premi sosial untuk perbaikan program (pengembangan program dan premi sosial untuk dan premi sosial untuk
menutupi biaya produksi dan sosial, lingkungan, ke depan adalah yang menutupi biaya produksi dan menutupi biaya produksi dan
program pengembangan ekonomi, dan etika. dapat mengatasi masalah program pengembangan program pengembangan
masyarakat terpilih. Premi lanskap juga). masyarakat terpilih. Premi masyarakat terpilih. Premi
organik untuk kopi organik. organik untuk kopi organik. organik untuk kopi organik.
Model ini memberdayakan Model ini memberdayakan Model ini memberdayakan
petani kecil yang dikelola petani kecil yang dikelola petani kecil yang dikelola
secara demokratis dalam suatu secara demokratis dalam suatu secara demokratis dalam
koperasi untuk dapat bersaing koperasi untuk dapat bersaing suatu koperasi untuk dapat
secara global. secara global. bersaing secara global.
Sumber : SCAA Sustainability Council (2010) (dikutip sebagian)
pada lingkungan biofisik (ketinggian tempat, dan oleh masyarakat umum sebagai isu
tanah, dan iklim) tertentu. Di samping harus keanekaragaman hayati yang terkait dengan
menghindari sedemikian rupa penggunaan persoalan-persoalan identitas, kebijakan, dan
pupuk kimia dan pestisida, inovasi-inovasi peraturan perundang-undangan.
teknologi manajemen tanaman harus Pada model pertanian konvensional,
kompatibel dengan varietas/genotipe tertentu pengertian faktor lingkungan hanya dibatasi
pada lingkungan biofisik tertentu. pada lingkungan biofisik dan manajemen
Di sisi lainnya, interaksi antara tanaman, dan metode pemuliaan tanaman
berbagai varietas/genotipe dengan lingkungan formal yang umum dilakukan lebih difokuskan
manajemen tanaman pada area yang pada upaya untuk mendapatkan
terfragmentasi secara sempit (terbatas) varietas/genotipe yang dapat beradaptasi
merupakan kajian yang perlu dilakukan pada lingkungan yang luas. Selanjutnya pada
mengingat usahatani akan dilakukan secara pertanian modern terjadi proses
polikultur untuk mempertahankan diversitas pengembangan faktor lingkungan menjadi
genetik dan keanekaragaman hayati, beberapa komponen sejalan dengan makin
memelihara kesuburan dan fisik tanah, serta meluasnya diversitas usahatani. Komponen-
untuk mematahkan daur hidup organisme komponen faktor lingkungan yang dimaksud
pengganggu tanaman. di antaranya adalah komponen lingkungan
Pola usahatani yang berkelanjutan hidup, lingkungan industri, lingkungan
seperti pertanian organik, pertanian input konsumen, lingkungan pemerintahan
rendah, pertanian agroforestry, minimum (berkaitan dengan peratutan perundangan-
tillage, dan lain sebagainya, tentunya undangan), lingkungan ekonomi, serta
menghendaki kearifan dalam pengelolaan lingkungan sosial lainnya.
sumberdaya pertanian dan sumberdaya alam. Sejalan dengan pengembangan faktor
Studi-studi dasar pemanfaatan jasad hidup lingkungan menjadi beberapa komponen
mikro untuk mensubstitusi kebutuhan unsur utama seperti di atas, maka metode pemuliaan
hara tanaman, dan beragam jenis agens hayati tanaman pun berkembang ke arah komponen-
untuk mengendalikan organisme pengganggu komponen tersebut, dan di dalam
yang kompatibel dengan varietas/genotipe pelaksanaannya banyak melibatkan para
kopi tertentu merupakan kajian “yang tidak stakeholders melalui metode pemuliaan
akan pernah hilang” selama masih tanaman secara partisipatif. Perubahan-
diberlakukannya sertifikasi produk kopi secara perubahan yang terjadi ini memberikan
khusus, dan selama masih ada kepedulian konsekuensi berkembangnya konsep tentang
manusia terhadap masalah kesehatan dan interaksi GxE ke arah interaksi yang lebih luas
kelestarian lingkungan hidup secara umum. dan komplek.
Kualitas pada kopi sangat dipengaruhi
oleh interaksi genotipe dengan ligkungan,
PENUTUP maka keterkaitan pengembangan konsep
interaksi GxE dengan rantai nilai kopi
Konsep interaksi genotipe dengan berkelanjutan terletak pada pemenuhan aspek
lingkungan (GxE) banyak digunakan dalam kualitas dari suatu varietas/genotipe kopi
ilmu pemuliaan tanaman untuk mengetahui tertentu dan interaksinya dengan faktor
respon suatu genotipe terhadap beragam lingkungan yang semakin berkembang
kondisi lingkungan. Uji multilokasi atau uji menjadi beberapa komponen utama.
adaptasi suatu varietas/genotipe didasari oleh Komponen-komponen yang dimaksud
konsep ini, sehingga dapat diketahui adanya mengarah pada upaya para produsen (petani)
varietas/genotipe yang dapat beradaptasi dalam memenuhi semua tuntutan dan atau
secara baik pada kondisi lingkungan yang persyaratan-persyaratan yang tercantum pada
beragam (luas) maupun yang hanya dapat sertifikat kopi berkelanjutan.
beradaptasi pada lingkungan yang sempit Tujuan-tujuan tersebut di atas
(spesifik). tentunya akan dapat diperoleh melalui
Konsep interaksi GxE ini pada awalnya kegiatan-kegiatan pengumpulan informasi dan
dinilai oleh para pemulia tanaman sebagai inovasi-inovasi teknologi melalui proses
suatu hambatan bagi kemajuan genetik, tetapi penelitian dan pengembangan, sehingga
dewasa ini dipandang oleh para konsumen pengembangan konsep interaksi GxE memiliki
sebagai suatu sumber kualitas yang spesifik, implikasi yang luas terhadap kebijakan dan
oleh produsen (petani) sebagai suatu cara program penelitian dan pengembangan kopi
untuk membebaskan diri dari standarisasi ke depan.
manajemen tanaman dan manajeman pasar,
van Elsen, A., A. A. Gotor, C. di Vicente, D. Traon, J. Witcombe, J. R., K. D. Joshi, S. Gjawali, A. M. Musa, C.
Gennatas, L. Amat, V. Negri, and V. Chable. 2013. Johansen, D. S. Virk, and B. R. Shapit. 2005.
Plant breeding for an EU bio-based economy. The Participatory plant breeding is better described as
potential of public sector and public/private highly client-oriented plant breeding. I. Four
partnerships. URC Scientific and Policy Reports. indicators of client-orientation in plant breeding.
European Commision Joint Research Center, Exp. Agric. 41: 299-319.
Institute for Prospective Technological Studies,
Seville, Spain. Yigzaw, D. 2005. Assessment of cup quality, morphological,
biochemical and molecular diversity of C. arabica
Wintgens, J.N. 2004. Coffee: Growing, Processing, L. genotypes of Ethiopia. PhD thesis University
Sustainable Production. A guide book for growers, Free State. 97 p.
processors, traders and researchers.Weinheim.