Anda di halaman 1dari 43

GRANULASI KERING

1. Nama dan Kekuatan Sediaan


Nama Sediaan : Mafen Tab dan Asmic Tab
Kekuatan Sediaan : 100 mg
2. Prinsip Percobaan dan Teori Dasar
2.1 Prinsip Percobaan
Granulasi kering dilakukan berdasarkan proses pembentukan granulasi
dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi (mekanis) melalui proses
slugging sehingga antar partikel terikat melalui gaya adhesi dan kohesi yang
kemudian akan membentuk tablet besar yang tak beraturan. Bongkahan kompak
lalu digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.
2.2. Teori Dasar
Tablet merupakan sediaan padat yang diberikan secara oral dan
mengandung satu unit dosis lazim dengan satu jenis zat aktif atau lebih sesuai
dengan tujuan terapi yang inginkan. Tablet berbentuk bulat datar atau bikonvek
yang dibuat dengan pengompresan zat aktif atau campuran zat aktif dengan zat
tambahan. Pada umumnya sebelum tabletasi dilakukan, zat aktif dan zat tambahan
perlu digranulasi dimana partikel-partikel serbuk akan diubah menjadi butiran
granul (Sulaiman, 2007).
Granulasi merupakan proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil yang
membentuk padatan lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan
massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa
jenis, ukuran serta bentuk partikel. Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki
sifat aliran dan kompressibilitas dari massa cetak tablet, memadatkan bahan-
bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah, mengendalikan
kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki penampakan
tablet. Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan proses granulasi basah, granulasi
kering atau kempa langsung (Ansel, 1989).
Metode granulasi kering merupakan proses pembentukan granul dengan
cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi tanpa penambahan pelarut ke
dalam massa serbuk. Tujuan metode granulasi kering yaitu untuk memperoleh
granul yang dapat mengalir bebas pada pembuatan tablet. Granulasi kering
dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi basah, karena tidak stabil
atau peka terhadap panas dan lembab atau tidak mungkin dikempa langsung
menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas dan dosis efektif zat
aktif terlalu besar untuk kempa langsung (Agoes, 2012).
Pada proses granulasi kering, komponen-komponen tablet dikompakkan
dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan
punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug. Selanjutnya, slug diayak
untuk menghasilkan granul yang daya alirnya lebih baik (Davey, 2005). Dalam
jumlah besar, granulasi kering dapat dilakukan menggunakan roller compactor
yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg. Roller compacter
merupakan alat yang memiliki dua mesin penggiling yang putarannya berlawanan
antara satu sama lain. Alat ini dibantu dengan teknik hidrolik pada salah satu
mesin penggiling yang dapat menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk
yang mengalir antara penggiling (Voight,1984).
Keuntungan granulasi kering :
a. Peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah.
b. Cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab.
c. Tahap pengerjaan tidak terlalu lama.
d. Biaya lebih efisien dibanding granulasi basah.
e. Mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan
pengikat.
Kekurangan granulasi kering :
a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug (mengempa
campuran bahan kering menjadi massa padat).
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.
d. Keseragaman kandungan lebih sulit untuk dicapai.
e. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih banyak.
(Siregar, 2008).
Asam mefenamat merupakan obat golongan antiinflamasi non steroid
yang dapat mengobati rasa sakit ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit
gigi, nyeri otot, nyeri pasca operasi dan pada saat menstruasi. Asam mefenamat
bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin sehingga memiliki efek
analgesik, antiinflamasi dan antipiretik. Penggunaan bersamaan dengan asam
mefenamat dibatasi karena dapat menimbulkan reaksi bahaya atau mengurangi
efek obat tersebut. Obat-obat yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan
asam mefenamat yaitu obat antasida, obat darah tinggi, antirematik, pengencer
darah dan obat antidepresan (TMM, 2019).
Efek samping dari penggunaan asam mefenamat yaitu mual, muntah,
diare, pusing, penglihatan kabur, insomnia, mulut kering, dengung telinga dan
rasa sakit pada abdominal. Dosis asam mefenamat yang biasanya diberikan pada
dewasa dan anak-anak > 14 tahun adalah 500 mg (dosis awal), kemudian
dianjurkan 250 mg tiap 6 jam sesuai kebutuhan (Dirjen POM, 2014).

3. Tujuan Percobaan
- Dapat membuat granul menggunakan metode granulasi kering
- Dapat melakukan evaluasi granul dan tablet sesuai persyaratan.
- Dapat membedakan pengaruh konsentrasi pengikat terhadap mutu granul
4. Preformulasi Zat Aktif
4.1 Asam Mefenamat

Gambar 4.1. Struktur Kimia Asam Mefenamat


Nama resmi : ACIDUM MAFENAMICUM
Nama lain : Asam mefenamat
Rumus molekul : C15H13NO3
Berat molekul : 241,29
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur
pada suhu 230 serta pemurnian
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar
larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol
dan methanol, praktis tidak larut dalam air
kloroform, sukar larut dalam eter dan benzene.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai obat analgesic
Katagori obat : Obat resep
inkompabilitas : Tidak inkompabilitas dengan senyawa lain
Stabilitas : Simpan dalam wadah tertutup rapat dengan suhu
dibawah 40 , disarankan 15-30 , mudah terurai
dengan udara, higroskopis
Efek samping : Sistem pencernaan : mual, muntah, diare dan rasa
sakit pada abdominal. Sistem hematopoetik:
leukopenia, eosinophilia, trombocytopenia, dan
agranulocytopenia. Sistem saraf : rasa mengantuk,
pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
Kontra indikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap Asam
Mefenamat. Pasien yang dengan aspirin
mengalami bronkospasme, alergi rhinitis dan
urtikaria. Penderita dengan tukak lambung dan
usus. Penderita dengan ganguan ginjal yang berat.
Indikasi : Meredakan nyeri ringan sampai sedang
sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi,
dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma,
nyeri otot dan nyeri sesudah oprasi.
Farmakologi : Asam Mefenamat merupakan kelompok
antiinflamasi non steroid, bekerja dengan cara
menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan
tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase
sehingga mempunyai efek analgesik, antiinflamasi
dan antipiretik.
Farmakokinetik : Asam Mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari
saluran gastrointestinal apabila diberikan secara
oral. Kadar plasma puncak dapat dicapai 1 sampai
2 jam setelah pemberian 2 x 250 mg kapsul asam
mefenamat. Pemberian dosis tunggal secara oral
sebesar 1000 mg memberikan kadar plasma
puncak selama 2 sampai 4 jam dengan t ½ dalam
plasma sekitar 2 jam.
Farmakodinamik : Karena Asam Mefenamat termasuk ke dalam
golongan (NSAIDS), maka kerja utama
kebanyakan non steroida anti-inflammatory drugs
(NSAIDS) adalah sebagai penghambat sintesis
prostaglandin, sedangkan kerja utama obat
antiradang glukortikoid menghambat pembebasan
asam arakidonat.
Aturan pakai : Diminum setelah makan atau bersama dengan
makan. Dewasa dan anak di atas 14 tahun
Dosis : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian
dilanjutkan 250 mg.

(Drug Information Handbook, 2009; Martindale, 2009: 80-81; Farmakope


Indonesia IV, 1995: 43)

5. Preformulasi Zat Tambahan


5.1 Amprotab ( Amilum pro tablet)
Gambar 5.1. Struktur Kimia amprotab

Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, halus, putih, serbuk putih,


butiran bulat, butiran telur sangat kecil
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95%,
mengembang dalam air 5-10%, terlarut dalam air panas
Bobot Jenis : 0,69-0,72 g/cm3
Stabilitas : Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban dan
harus disimpan di dalam wadah kedap udara
Inkompabilitas : Pengoksida kuat
Kegunaan : Penghancur tablet (3-25%)

(Rowe et al, 2009: 685-691)


5.2 Talkum

Gambar 5.2. Struktur Kimia Talkum


Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih, atau kelabu, berkilat,
tidak berbau, tidak berasa, bubuk kristal bebas dari
butiran
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut basa dan asam, pelarut
organik, dan air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Dapat disterilkan pada suhu 160 oC, dan disimpan dalam
wadah tertutup rapat.
Inkompabilitas : Surfaktan
Kegunaan : Glidan (1-10%), lubrikan (1-10%).
(Rowe et al, 2009: 728)

5.3 Magnesium Stearat

Gambar 5.3. Struktur Kimia Mg Stearat


Pemerian : Serbuk putih terang, bau khas asam asetat.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter, dan air, sedikit
larut dalam benzen dan etanol hangat
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang sejuk (15-25oC), kering
dan tertutup rapat
Stabilitas : Stabil pada suhu ruangan.
Inkompabilitas : Dengan asam kuat, basa dan garam besi, tidak
kompatibel dengan pengoksidasi kuat aspirin, beberapa
vitamin dan kebanyakan garam alkohol
Kegunaan : Lubrikan (0,25-5%).

(Rowe et al, 2009: 404)


5.4 PVP (Polipinyl Prolidone)
Gambar 5.4. Struktur Kimia PVP
Pemerian : Putih krem sampai putih berwarna, tidak berbau,
higroskopis
Kelarutan : Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol 95%,
metatiol, dan air. Praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon, dan mineral oil.
Bobot jenis : 1,180 g/cm3
Stabilitas : Stabil pada pemanasan 110-130
Inkompabilitas : Dapat bercampur dalam berbagai larutan dengan
berbagai garam organik, resin alami, sintetik, dan bahan
kimia lainnya
Kegunaan : pengikat (0,5-5%).

(Rowe et al, 2009: 581-583)


5.5 Laktosa

Gambar 5.5. Struktur Kimia laktosa

Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih


krem,tidak berbau, rasa sedikit manis.
Kelarutan : Larut dalam air dan mudah larut dalam air mendidih,
sangat sukar larut dalam etanol
Bobot jenis : 1,589 g/cm3
Stabilitas : Dapat berubah warna menjadi kecoklatan pada
penyimpanan
Inkompabilitas : Pengoksida kuat
Kegunaan : pengikat dan pengisi
(Rowe et al, 2009: 359-361)
6. Preformulasi Wadah Kemasan
6.1. Primer
Wadah yang digunakan adalan botol plastik PET karena dalam USP
dicantumkan bahwa asam mefenamat harus disimpan dalam wadah yang tertutup
rapat. Botol tersebut dipilih karena bentuknya yang tidak mudah rusak, ringan,
dan tahan terhadap kebocoran. Botol yang dililih berwarna putih sehingga dapat
melindungi sediaan dari cahaya. Botol ini dipilih karena PET bersifat inert (Dirjen
POM, 1995: 650).
6.2 Sekunder
Wadah yang digunakan adalah wadah yang berbentuk kotak terbuat dari
kardus yang di dalamnya berisikan informasi obat bentuk leaflet dengan tujuan
untuk melindungi wadah primer dari gesekan pada saat penyimpanan maupun saat
pendistribusian, wadah sekunder juga memberikan informasi obat yang
dibutuhkan pasien (mengenai obat yang terdapat dalam wadah).
(Alderborn,2002)
7. Analisis Pertimbangan Formula
7.1. Asam Mefenamat
Merupakan zat aktif yang bersifat higroskopis dan memiliki sifat alir yang
buruk sehingga perlu dilakukan granulasi karena sifatnya yang higroskopis atau
peka terhadap kelembaban maka dibuat dengan granulasi kering (AHFS, 2011)
7.2. Amprotab
Amprotab digunakan sebagai penghancur tablet baik penghancur dalam
maupun penghancur luar. Kekuatan amprotab sebagai penghancur karena
memiliki aksi kapiler. Dimana aksi bahan pengikat akan membantu untuk
mengembang yang akan membantu menghancurkan tablet. Pati memiliki sifat
hidrofolik yang mampu menyerap air dan membentuk pori-pori dalam tablet. Hal
ini akan meningkatkan penetrasi air ke dalam tablet sehingga akan mempercepat
waktu hancur tablet (Voight, 1971: 231). Amprotab yang digunakan sebagai
penghancur tablet adalah 3-25% (Rowe et al, 2009: 685-691).
7.3. PVP
Merupakan eksipien yang umumnya digunakan dalam formulasi tablet
terutama sebagai pengikat dalam granuasi. PVP digunakan karena mempunyai
daya ikat yang kuat dimana 95% dapat menghasilkan granul dengan daya
kompresi yang baik (Rowe et al, 2009)
7.4. Laktosa
Digunakan sebagai pengisi untuk menggenapkan volume tablet. Laktosa
dipilih karena memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang baik sehingga dapat
membantu zat aktif memperbaiki sifat alirnya (Rowe et al, 2009)
7.5. Mg-Stearat
Digunakan sebagai lubrikan yang dapat mencegah terjadinya gesekan dan
melekatnya granul pada alat dan mesin ketika dicetak. Konsentrasi Mg-stearat
sebagai lubrikan yaitu 0,25-5% (Rowe et al, 2009: 404)
7.6. Talk
Digunakan sebagai glidan yang dapat meningkatkan sifat alir granul dari
hopper ke die ketika dilakukan pengempaan. Konsentrasi talk yang bisa
digunakan yaitu 1-10% (Rowe et al, 2009).
8. Formula
8.1 Formula 2
Fase dalam
Asam Mefenamat 100 mg
Amprotab 10%
PVP 3%
Laktosa q.s
Fase luar
Mg-Stearat 1%
Talk 2%
Amprotab 5%
8.2 Formula 3
Fase dalam
Asam Mefenamat 100 mg
Amprotab 10%
PVP 5%
Laktosa q.s
Fase luar
Mg-Stearat 1%
Talk 2%
Amprotab 5%
9. Perhitungan dan Penimbangan
9.1 Formula 2

9.2 Formula 3
10. Prosedur
10.1. Pembuatan
Bahan ditimbang sesuai kebutuhan, tidak dilakukan penghalusan bahan karena
bahan pembantu diharapkan berbentuk granul. Bahan-bahan dicampur sesuai
dengan aturan pencampuran (kecuali Mg stearat dan talk), dicampurkan hingga
homogen. Kemudian ditambahkan Mg-stearat dan talk dicampur hingga
homogen. Dilakukan evaluasi terhadap massa kempa, sebagaimana evaluasi yang
dilakukan pada granul. Massa kempa ditabletasi dengan menggunakan punch
diameter 6-8 mm sesuai dengan bobit tablet. Dilakukan evaluasi terhadap tablet
yang diperoleh.
10.2. Prosedur Evaluasi
10.2.1. Uji Kelembaban
Pengujian dilakukan menggunakan alat uji Moisture Analytical Balance
yang bersih dan kering dengan kondisi cawan sampel dalam kondisi baik. Sampel
granul yang digunakan pada pengujian ini sebanyak 5 gram dan diletakkan pada
cawan sampel. Hasil kadar air ditunggu hingga angka pada alat Moisture
Analytical Balance tidak berubah. Pengujian dilakukan pada kedua formula.
Kemudian alat uji dibersihkan.
10.2.2. Uji Sifat Alir
Pengujian dilakukan menggunakan alat uji Flow-tester yang bersih dan
kering dengan kondisi corong dalam keadaan tertutup dan alas berupa kertas
milimeter block. Disiapkan juga stopwatch untuk menghitung laju alir dan mistar
untuk menghitung diameter dan tinggi ruahan serbuk yang terbentuk. Sampel
granul yang digunakan pada pengujian ini sebanyak 100 gram kemudian
dimasukkan ke dalam corong. Pengujian dilakukan dengan membuka penutup
corong bersamaan dengan melakukan hitung waktu menggunakan stopwatch.
Ketika sampel telah keluar semuanya, hitung waktu dihentikan dan waktu yang
didapat kemudian dicatat untuk penentuan laju alir (g/s). Diameter ruahan
dihitung dengan cara memberi tanda di ujung-ujung ruahan dan tinggi yang
dihitung menggunakan mistar. Data diameter dan tinggi digunakan untuk
penentuan data sudut baring (ɑ°) dengan fungsi tangensial. Pengujian dilakukan
pada kedua formula. Kemudian alat uji dibersihkan.
10.2.3. Uji Distribusi Ukuran Partikel (Granulometri)
Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat uji Granulometer dengan
pengayak yang bersih dan kering. Sampel granul yang digunakan pada pengujian
ini sebanyak 60,39 gram untuk granul pada formula 5 dan sebanyak 60,17 gram
untuk granul pada formula 6. Pengujian dilakukan dengan memasukkan granul
kedalam pengayak kemudian granulometer dinyalakan selama 10 menit. Setelah
alat granulometer berhenti bekerja, granul pada tiap ayakan ditimbang. Pengujian
dilakukan pada kedua formula. Kemudian alat uji dibersihkan.
10.2.4. Uji Densitas/Bobot Jenis
Pengujian dilakukan menggunakan alat uji Tapped Density Tester yang
bersih dan kering. Sampel granul yang digunakan sebanyak 100 gram. Pengujian
bobot jenis dilakukan untuk penentuan bobot jenis nyata, bobot jenis mampat,
bobot jenis sejati, kadar pemampatan, angka Haussner, dan persen
kompresibilitas. Bobot jenis nyata merupakan bobot sebelum pemampatan dimana
bobot granul dibagi dengan volume granul saat dimasukkan ke dalam gelas ukur
alat uji. Bobot jenis mampat merupakan bobot setelah pemampatan dimana bobot
granul dibagi dengan volume granul setelah pemampatan (ketukan 500 kali dan
750 kali). Bobot jenis sejati merupakan bobot jenis granul sesungguhnya dimana
bobot granul dibagi dengan volume granul dan tidak termasuk pori-pori granul
dan rongga antar granul. Kadar pemampatan merupakan persentase pemampatan
setelah pengetukan yang merupakan persentase dari selisih antara volume granul
sebelum dengan setelah pemampatan (ketukan 500 kali dan 750 kali) dibagi
dengan volume granul sebelum pemampatan. Angka Haussner merupakan
perbandingan BJ setelah pemampatan dengan BJ sebelum pemampatan. Dan
persen kompresibilitas merupakan persentase dari kemampuan granul untuk di
kompres (dimampat-cetakan) menjadi sediaan tablet. Pengujian dilakukan pada
kedua formula. Kemudian alat uji dibersihkan.
10.2.5. Uji Organoleptis
Pengujian dilakukan dengan cara mengambil 20 tablet secara acak pada
setiap formula kemudian diamati bentuk, warna dan bau pada tablet.
10.2.6. Uji Keseragaman Ukuran
Pengujian dilakukan menggunakan jangka sorong yang bersih dan kering.
Sampel yang digunakan adalah 20 tablet yang diambil secara acak pada setiap
formula. Pengujian dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet
menggunakan jangka sorong. Kemudian alat uji dibersihkan.
10.2.7. Uji Kekerasan
Pengujian dilakukan menggunakan alat uji Hardness Tester yang bersih
dan kering. Sampel yang digunakan dalam pengujian ini adalah 20 tablet yang
diambil secara acak untuk setiap formula. Pengujian dilakukan dengan cara
meletakkan setiap tablet pada tempat sampel, kemudian alat dinyalakan dan tuas
akan bergerak mendekati tablet. Pengujian selesai ketika tablet terbelah dan alat
akan menampilkan Gaya (N). Gaya (N) digunakan untuk menentukan kekerasan
tablet. Kemudian alat uji dibersihkan.
10.2.8. Uji Friksibilitas dan Friabilitas
Pengujian dilakukan menggunakan alat uji Friability Abrasion Tester yang
bersih dan kering. Sampel yang digunakan pada pengujian ini adalah 20 tablet
karena bobotnya 250 mg yang diambil secara acak untuk setiap formula dan setiap
pengujian (friabilitas dan friksibilitas). Pengujian dilakukan dengan cara
menimbang seluruh tablet sebelum pengujian kemudian dimasukkan ke dalam
masing-masing drum. Selanjutnya alat Friability Abrasion Tester diatur putaran
dan kesepatannya, putara 100 dengan kecepatan 25 rpm. Setelah pengujian
selesai, tablet ditimbang kembali seluruhnya. Kemudian alat dibersihkan.
10.2.9. Uji Keragaman Bobot
Pengujian dilakukan menggunakan alat uji Analytical balance yang bersih
dan kering. Sampel yang digunakan pada perngujian ini adalah 30 tablet yang
dipilih secara acak pada setiap formula. Pengujian dilakukan dengan cara
menimbang ke 30 tablet seluruhnya dan menimbang satu persatu tablet pada
setiap formula. Kemudian alat uji dibersihkan.
10.2.10. Uji Waktu Hancur
Pengujian dilakukan menggunakan ala uji Disintegrator Tester dengan
bejana yang bersih dan kering dan terangkat di atas permukaan media pelarut.
Bejana diisi dengan air dengan volume diatur pada kedudukan tertinggi dan suhu
pelarut yang digunakan sebesar 36°C. Sampel yang digunakan berupa 6 tablet
yang dipilih secara acak pada setiap formula. Pengujian dilakukan dengan
memasukkan tiap tablet ke dalam keranjang yang kemudian ditutup agar tablet
tidak keluar dari keranjang ketika dilakukan pengujian. Keranjang dikaitkan pada
alat disintegrator tester dan kemudian alat dinyalakan sambil menghitung waktu
sampai tablet hancur sempurna. Kemudian alat uji dibersihkan.
11. Evaluasi dan Data Pengamatan
11.1. Evaluasi Massa Granul
11.1.1. Uji Kelembaban

a. Data Pengamatan
Kadar Air/Kelembaban
Formula
(%)
2 4,31
3 3,2

b. Penafsiran Hasil
Kandungan air yang baik yaitu 2-3%.
c. Hasil
Formula 2 dan 3 tidak memenuhi persyaratan uji kelembaban karena kadar
airnya lebih dari 3%

11.1.2. Uji Sifat Alir


a. Data Pengamatan
Parameter Formula 2 Formula 3
Tinggi (h) 2,3 cm 2,5 cm
Diameter (d) 9,1 cm 8,7 cm
Jari-jari (r) 4,55 cm 4,35 cm

Perbandingan sudut tan ɑ = = tan ɑ = =


baring 0,5055 0,5747
tan ɑ = h/r ɑ = tan-1 0,5055 ɑ = tan-1 0,5747
ɑ = tan-1 h/r ɑ = 26,81° ɑ = 29,89°
Bobot 30 gram 30 gram
Waktu 3,07 detik 3,19 detik

Laju alir (g/s) = 9,77 g/s = 9,4 g/s

b. Penafsiran Hasil
 Laju alir yang baik yaitu 10 gram/detik atau 100 gram ≤ 10 detik.
 Sudut baring yang baik yaitu:
ɑ = 25-30° → Granul sangat mudah mengalir
ɑ = 30-38° → Granul mudah mengalir
ɑ ˃ 38° → Granul kurang mengalir
c. Hasil
Granul pada formula 2 laju alirnya 9,77 g/s dan granul pada formula 3 laju
alirnya 9,4 g/s. Pada granul formula 2 dan 3 memenuhi persyaratan. Pada
granul formula 2 sudut baringnya yaitu 26,81° dan pada granul formula 3
sudut baringnya 29,89°. Granul pada formula 2 sangat mudah mengalir
sedangkan granul pada formula 3 mudah mengalir.
11.1.3. Uji Distribusi Ukuran Partikel (Granulometri)
a. Data Pengamatan
Ukuran Formula 2 Formula 3
No
Mesh W (gram) % W (gram) %
1 20 12,16 40,53 14,16 47,2
2 40 3,06 10,2 4,62 15,4
3 60 2,15 7,17 1,39 4,63
4 80 1,08 3,6 1,65 5,5
5 100 0,73 2,43 0,73 2,43
6 120 1,63 5,43 2,01 6,7
7 140 2,97 9,9 0,64 2,13
8 Sisa 4,56 15,2 0,35 1,17

b. Rumus dan Perhitungan

Perhitungan persen (%) =

Wo formula 2 = 30 gram
1. Mesh 20: %= = 40,53% 5. Mesh 100: %= = 2,43%

2. Mesh 40: %= = 10,2% 6. Mesh 120: %= = 5,43%

3. Mesh 60: %= = 7,17% 7. Mesh 140: %= = 9,9%

4. Mesh 80: %= = 3,6% 8. Sisa: %= = 15,2%

Wo formula 3 = 30 gram
1. Mesh 20: %= = 47,2% 5. Mesh 100: %= = 2,43%

2. Mesh 40: %= = 15,4% 6. Mesh 120: %= = 6,7%

3. Mesh 60: %= = 4,63% 7. Mesh 140: %= = 2,13%

4. Mesh 80: %= = 5,5% 8. Sisa: %= = 1,17%

c. Penafsiran Hasil
Bila perolehan sampel (≥ 40%) pada ayakan #6, maka metode
granulasi/formulasi yang dilakukan tidak baik sebab lebih banyak yang
berbentuk fines/serbuk. Ukuran partikel granul yang baik terdapat pada hasil
ayakan #3-4, sehingga persentase sebaran yang paling banyak hendaknya
pada rentang ini (≥40%)
d. Hasil
Formula 2 dan 3 tidak memenuhi persyaratan uji distribusi ukuran partikel
pada granul formula 2 perolehan sampel pada ayakan #3-4 sebanyak 10,77%
dan pada granul formula 3 perolehan sampel pada ayakan #3-4 sebanyak
10,13%.

11.1.4. Uji Bobot Jenis/Densitas


a. Data Pengamatan
 Bobot Jenis Nyata
W Vo ρ
Formula
(gram) (mL) (g/mL)
2 30,04 44 0,68
3 30,01 50 0,60

 Bobot Jenis Mampat


W Vo ρ
Formula
(gram) (mL) (g/mL)
2 500 x 30,04 35 0,86
750 x 30,04 34 0,88
500 x 30,01 42 0,71
3
750 x 30,01 41 0,73

 Bobot Jenis Sejati


Formula a (g) b (g) c (g) d (g) ρ(g/mL)
2 17,27 18,27 26,29 26,37 0,79
3 17,27 18,27 26,12 26,40 0,66

 Kadar Pemampatan
Vo Vn
Formula ρ (g/mL)
(mL) (mL)
500 x 44 35 20,45
2

500 x 50 42 16
3

 Angka Haussner
Bo Bn
Formula H
(g/mL) (g/mL)
2 0,68 0,88 1,29
3 0,60 0,73 1,22

 Persen Kompresibilitas
BJ BJ
Formula %K
Mampat Nyata

2 0,88 0,68 22,72%


g/mL g/mL
3 0,73 0,60 17,81%
g/mL g/mL
b. Rumus dan Perhitungan
 Bobot Jenis Nyata
ρ = BJ nyata (g/mL)
Rumus Bobot Jenis W = Bobot granul (gram)
Nyata: ρ = Vo = Volume granul tanpa pemampatan
(mL)

Formula 2: ρ = = 0,68 g/mL

Formula 3: ρ = = 0,60 g/mL

 Bobot Jenis Mampat


Rumus Bobot Jenis ρn = BJ mampat (g/mL)

Mampat: ρn = W = Bobot granul (gram)


Vn = Volume granul pada ketukan
(mL)

Formula 2 Formula 3
ρ500 = = 0,86 g/mL ρ500 = = 0,71 g/mL

ρ750 = = 0,88 g/mL ρ750 = = 0,73 g/Ml

 Bobot Jenis Sejati


a = Bobot piknometer (g)
b = Bobot piknometer + 1 g granul (g)
Perhitungan Bobot Jenis Sejati: c = Bobot piknometer + 1 g granul +
BJ sejati = cairan pendispersi (g)
d = Bobot piknometer + cairan
pendispersi (g)

‒ Formula 2
BJ sejati = x 0,85 g

=0,79g/mL

‒ Formula 3

BJ sejati = x 0,85 g

= 0,66 g/Ml

 Kadar Pemampatan
Kp = Kadar pemampatan
Perhitungan Kadar Pemampatan:
Vo = Volume granul sebelum pemampatan (mL)
Kp = x 100%
Vn = Volume granul pada n kali ketukan (mL)

Formula 2 Formula 3

Kp500 = x 100% = 20,45% Kp500 = x 100% = 16%

 Angka Haussner
Perhitungan Angka Haussner:
Angka Haussner

Formula 2 Formula 3

Angka Haussner = Angka Haussner =

 Persen Kompresibilitas
Perhitungan Persen Kompresibilitas:
%K = x 100%
Formula 2 Formula 3

%K = = 22,72% %K = = 17,81%

c. Penafsiran Hasil
 Kadar Pemampatan: Granul memenuhi syarat jika Kp ≤ 20%
 Angka Haussner: Granul memenuhi syarat jika angka Haussner ≈ 1
 Persen Kompresibilitas:
Indeks Kompresibilitas
No Sifat Alir
(persentase)
1 < 10 Sangat Baik
2 11 – 15 Baik
3 16 – 20 Cukup Baik
4 21 – 25 Agak Baik
5 26 – 31 Buruk
6 32 – 37 Sangat Buruk
Sangat Buruk
7 > 38
Sekali

d. Hasil
 Kadar pemampatan pada formula 2 dengan 500 ketukan sebesar 20,45%
sedangkan Kadar pemampatan pada formula 3 dengan 500 ketukan sebesar
16%. Kadar pemampatan granul pada formula 2 tidak memenuhi persyaratan
sedangkan granul pada formula 3 memenuhi syarat.
 Angka Haussner pada formula 2 sebesar 1,29 sedangkan pada formula 3
sebesar 1,22. Angka Haussner granul pada formula 2 dan 3 tidak memenuhi
persyaratan karena angka haussner tidak sama dengan 1.
 Indeks kompresibilitas pada formula 2 sebesar 22,72% yaitu sifat alirnya
agak baik dan pada formula 3 sebesar 17,81% yaitu sifat alirnya cukup baik
sehingga formula 2 tidak memenuhi persyaratan sedangkan formula 3
memenuhi persyaratan persen kompresibilitas.
12.2. Evaluasi Tablet
12.2.1. Uji Organoleptis
a. Data Pengamatan
Formula 2 Formula 3
Tablet
Bentuk Warna Bau Bentuk Warna Bau
1 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
2 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
3 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
4 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
5 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
6 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
7 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
8 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
9 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
10 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
11 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
12 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
13 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
14 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
15 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
16 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
17 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
18 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
19 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau
20 Bulat Putih Tidak berbau Bulat Putih Tidak berbau

b. Penafsiran Hasil
Tablet parasetamol berbentuk bulat, berwarna putih, dan tidak berbau.
c. Hasil
Tablet pada formula 2 berbentuk bulat, berwarna putih, dan tidak berbau.
Tablet pada formula 3 berbentuk bulat, berwarna putih, dan tidak berbau.
Tablet pada formula 2 dan formula 3 memenuhi persyaratan uji organoleptik.
12.2.2. Uji Keseragaman Ukuran
a. Data Pengamatan

Formula 2 Formula 3
Tablet
Diameter (cm) Tebal (cm) Diameter (cm) Tebal (cm)
1 0,75 0,35 0,72 0,37
2 0,75 0,35 0,72 0,37
3 0,75 0,36 0,72 0,37
4 0,75 0,36 0,72 0,38
5 0,76 0,35 0,72 0,38
6 0,76 0,35 0,71 0,39
7 0,76 0,34 0,71 0,38
8 0,75 0,35 0,71 0,39
9 0,75 0,35 0,70 0,38
10 0,76 0,35 0,70 0,37
11 0,77 0,35 0,72 0,37
12 0,76 0,35 0,73 0,37
13 0,77 0,35 0,73 0,36
14 0,75 0,35 0,72 0,37
15 0,75 0,34 0,72 0,37
16 0,75 0,35 0,72 0,36
17 0,76 0,35 0,72 0,37
18 0,75 0,34 0,71 0,37
19 0,74 0,34 0,71 0,38
20 0,75 0,34 0,74 0,38
ΣX 15,09 6,97 14,35 7,38
X 0,75 0,35 0,72 0,37
SD 0,007592 0,005871 0,024688 0,024688

b. Rumus dan Perhitungan


Syarat Penyimpangan dengan
Rata-rata Rata-rata
Formula Ketebalan
Diameter Tebal
> 1 ⁄ kali < 3 kali
2 0,75 cm 0,35 cm 0,46 cm 1,05 cm
3 0,72 cm 0,37 cm 0,493 cm 1,11 cm

c. Penafsiran Hasil
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⁄ kali tebal
tablet.
d. Hasil
Rata-rata diameter tablet formula 2 yaitu 0,75 cm dengan syarat
penyimpangannya 0,46 – 1,05 cm. Rata-rata diameter tablet formula 3 yaitu
0,72 cm dengan syarat penyimpangannya 0,493 – 1,11 cm. Tablet pada
formula 2 dan 3 memenuhi persyaratan uji Keseragaman ukuran.
12.2.3. Uji Kekerasan
a. Data Pengamatan
Formula 2 Formula 3
Tablet Gaya Gaya
N/9,8 (kg/cm2) N/9,8 (kg/cm2)
(N) (N)
1 26,2 26,2/9,8 2,67 34,8 34,8/9,8 3,55
2 27,4 27,4/9,8 2,79 35,1 35,1/9,8 3,56
3 27,3 27,3/9,8 2,78 32,6 32,6/9,8 3,33
4 25,6 25,6/9,8 2,61 32,4 32,4/9,8 3.31
5 30,7 30,7/9,8 3,15 30,1 30,1/9,8 3,07
6 30,6 30,6/9,8 3,12 28,7 28,7/9,8 2,93
7 31,8 31,8/9,8 3,24 28,6 28,6/9,8 2,75
8 28,4 28,4/9,8 2,90 29,4 29,4/9,8 3
9 27,1 27,1/9,8 2,76 29,5 29,5/9,8 3,01
10 26,2 26,2/9,8 2,67 29,7 29,7/9,8 3,03
11 27,2 27,2/9,8 2,77 30,9 30,9/9,8 3,15
12 26,3 26,3/9,8 2,68 30,5 30,5/9,8 3,11
13 28,4 28,4/9,8 2,90 31,6 31,6/9,8 3,22
14 27,3 27,3/9,8 2,78 31,7 31,7/9,8 3,23
15 26,8 26,8/9,8 2,88 33,4 33,4/9,8 3,40
16 33,9 33,9/9,8 2,46 35,6 35,6/9,8 3,63
17 33,6 33,6/9,8 3,43 35,4 35,4/9,8 3,61
18 31,7 31,7/9,8 3,23 33,6 33,6/9,8 3,43
19 30,6 30,6/9,8 3,12 33,7 33,7/9,8 3,44
20 29,2 29,2/9,8 2,98 32,8 32,8/9,8 3,35
ΣX 57,9 ΣX 65,11
X 2,89 X 3,25
SD 0,25 SD 0,26

b. Penafsiran Hasil
Tablet kecil (bobot tablet sampai 300 mg) = 4 – 7 kg/cm2
Tablet besar (bobot tablet 400 – 700 mg) = 7 – 12 kg/cm2
c. Hasil
Kekerasan tablet pada formula 2 yaitu 2,89 kg/cm2 dan pada formula 3 yaitu
3,25 kg/cm2. Tablet pada formula 2 dan 3 tidak memenuhi persyaratan uji
kekerasan tablet karena rata-rata kurang dari 4 kg/cm2 sehingga tidak masuk
kedalam rentang tablet kecil maupun besar.
12.2.4. Uji Friabilitas (Kejatuhan) dan Friksibilitas (Abrasi/gesekan)
a. Data Pengamatan
 Friksibilitas
Formula a (gram) b (gram) F (%)
2 4,7651 4,5765 3,96
3 4,6621 4,6213 0,87
 Friabilitas
Formula a (gram) b (gram) F (%)
2 4,8971 4,8760 0,43
3 4,7651 4,6572 2,26

b. Rumus dan Perhitungan


Perhitungan Friksibilitas dan a = Bobot seluruh tablet sebelum pengujian
Friabilitas: b = Bobot seluruh tablet setelah pengujian

F= x 100%

Friksibilitas: Friabilitas:
Formula 2 Formula 2

F= x 100% = 3,96% F = x 100% =

Formula 3 0,43%

F= x 100% = 0,87% Formula 3

F = x 100% =

2,26%

c. Penafsiran Hasil
Bobot yang hilang setelah pengujian tidak boleh lebih dari 1%.
d. Hasil
Fiksibilitas pada formula 2 yaitu 3,96% dan pada formula 3 yaitu 0,87%.
Pada formula 2 tidak memenuhi syarat uji friksibilitas (kejatuhan) sedangkan
pada formula 3 memenuhi syarat karena bobot yang hilang tidak lebih dari
1%. Friabilitas pada formula 2 yaitu 0,43% dan pada formula 3 yaitu 2,26%.
Formula 2 memenuhi syarat uji friabilitas (gesekan) sedangkan pada formula
3 tidak memenuhi syarat karena bobot yang hilang lebih dari 1%.
12.2.5. Uji Keseragaman Bobot
a. Data Pengamatan
Tablet Bobot Tablet ( mg)
Formula 2 Formula 3
1 250 250
2 250 240
3 250 250
4 250 261
5 250 257
6 255 254
7 255 235
8 240 240
9 245 260
10 240 256
11 242 240
12 245 245
13 247 255
14 255 247
15 250 252
16 250 250
17 250 257
18 255 252
19 245 250
20 240 240
21 235 237
22 245 241
23 250 258
24 255 253
25 255 251
26 240 248
27 240 247
28 240 246
29 250 250
30 250 250
ΣX 7424 7472
X 247,47 249,07
SD 5,74 6,92

b. Rumus dan Perhitungan


 Formula 2
Bobot rata-rata = 247,47 mg Batas kolom A = 7,5%
Batas kolom B = 15%
- Penyimpangan bobot kolom A - Penyimpangan bobot kolom B
= 7,5% x bobot rata-rata = 15% x bobot rata-rata
= 7,5% x 247,47 mg = 15% x 247,47 mg
= 18,56 mg = 37,12 mg
Batas atas: Batas atas:
247,47 mg + 18,56 mg = 266,03 247,47 mg + 37,12 mg = 284,59
mg mg
Batas bawah: Batas bawah:
247,47 mg – 18,56 mg = 228,91 mg 247,47 mg – 37,12 mg = 210,35
Range bobot kolom A: mg
(228,91 mg – 266,03 mg) Range bobot kolom A:
(210,35 mg – 284,59 mg)

 Formula 3
Bobot rata-rata = 249,07 mg Batas kolom A = 7,5% Batas kolom B
= 15%
- Penyimpangan bobot kolom A - Penyimpangan bobot kolom B
= 7,5% x bobot rata-rata = 15% x bobot rata-rata
= 7,5% x 249,07 mg = 15% x 249,07 mg
= 18,68 mg = 37,36 mg
Batas atas: Batas atas:
249,07 mg + 18,68 mg = 267,75 249,07 mg + 37,36 mg = 286,43
mg mg
Batas bawah: Batas bawah:
249,07 mg – 18,68 mg = 230,39 mg 249,07 mg – 37,36 mg = 211,71
Range bobot kolom A: mg
(230,39 mg – 267,75 mg) Range bobot kolom A:
(211,71 mg – 286,43 mg)

c. Penafsiran Hasil
Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang lebih besar
dari harga yang ditetapkan pada kolom A dari bobot rata-rata dan tidak
boleh ada 1 tablet pun yang menyimpang dari harga pada kolom B.

Bobot Rataan Penyimpangan Bobot Rata-rata (%)


(mg) A B
<25 15 30
26 – 150 10 20
151 – 300 7,5 15
>300 5 10

d. Hasil
Tablet pada formula 2 dan 3 memenuhi persyaratan karena ke 30 tablet dari
masing-masing formula masuk kedalam rentang penyimpangan bobot kolom
A dan B.
12.2.6. Uji Waktu Hancur
a. Data Pengamatan
Waktu Hancur (menit)
Tablet
Formula 2 Formula 3
1 4’27 3’16
2 4’51 3’42
3 5’16 4’12
4 5’31 4’31
5 5’47 4’46
6 6’16 5’08
b. Penafsiran Hasil
Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan 6 tablet tidak lebih dari 15
menit untuk tablet yang tidak bersalut atau sesuai dengan waktu yang
ditentukan pada monografi. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
maka pengujian diulangi dengan 12 tablet lainnya dan hasilnya tidak kurang
16 dari 18 tabet yang diuji harus hancur sempurna.
c. Hasil
Tablet pada formula 2 dan 3 memenuhi persyaratan uji waktu hancur karena
waktu hancur pada 6 tabletnya tidak lebih dari 15 menit atau tablet dapat
hancur sempurna.

12. Pembahasan
Granulasi kering adalah metode pembuatan tablet di mana zat aktif dan zat
tambahan (termasuk pengikat) dicampurkan dalam bentuk serbuk kering,
kemudian dibentuk menjadi granul melalui proses slugging. Granul yang
dihasilkan dari proses granulasi kering tidak mengalami pembasahan untuk
mengikat partikel, tetapi mendapat tekanan dari proses slugging tersebut. Pada
granulasi kering, pembuatan dilakukan dengan mencampur fasa dalam ditambah
dengan setengah bagian glidan dan lubrikan dari fasa luar. Glidan dan lubrikan
berfungsi agar saat slugging, slug dapat keluar dari mesin dan tidak menempel
pada mesin tersebut.
Pada praktikum yang dilakukan, zat aktif yang digunakan adalah asam
mefenamat dengan kekuatan sediaan 100 mg. Asam mefenamat adalah obat
analgetik dan antiinflamasi. Untuk menjaga stabilitasnya, asam mefenamat harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat dengan suhu di bawah 40℃, disarankan 15-
30℃ (Dirjen POM, 1995:43). Berdasarkan jurnal penelitian, asam mefenamat
adalah golongan NSAID yang termasuk BCS kelas II, yaitu obat dengan kelarutan
yang buruk (Kumar dan Kumari, 2019:48-52). Maka, asam mefenamat dibuat
menjadi sediaan tablet dengan metode granulasi kering.
Terdapat 2 formula yang digunakan. Perbedaan dari kedua formula ini
terletak pada konsentrasi pengikat yang digunakan. Formula 2 menggunakan
pengikat berupa PVP sebesar 3%, sedangkan formula 3 menggunakan pengikat
berupa PVP sebesar 5%. Granul yang dihasilkan dari metode ini mengalami
beberapa evaluasi pengujian untuk memastikan kualitasnya apakah memenuhi
syarat atau tidak.
1. Evaluasi Granul
Evaluasi yang pertama adalah uji kelembaban menggunakan alat Moisture
Analytical Balance. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam granul.
Kadar air yang terlalu kecil akan menyebabkan granul menjadi mudah rapuh,
sedangkan kadar air yang terlalu besar akan menyebabkan granul lengket saat
dicetak. Hasil yang didapatkan yaitu: formula 2 kadar airnya sebesar 4,31% dan
formula 3 kadar airnya sebesar 3,2%. Kedua hasil ini menunjukkan bahwa kedua
formula tidak memenuhi syarat kadar air yang baik, karena standar nilai kadar air
pada granul adalah 2-3% (Dirjen POM, 1995). Hal ini dapat terjadi karena
pengaruh kelembaban ruangan laboratorium, juga karena asam mefenamat
bersifat higroskopis (Dirjen POM, 1995:43). Kedua penyebab tersebut
menyebabkan kadar air tidak memenuhi syarat.
Evaluasi yang kedua adalah uji sifat alir menggunakan alat flow tester
berbentuk corong. Hasil yang didapatkan yaitu: formula 2 memiliki laju alir 9,77
g/s dan sudut baring 26,81°; formula 3 memiliki laju alir 9,4 g/s dan sudut baring
29,89°. Berdasarkan literatur, sifat alir yang memenuhi syarat untuk 100 g granul
adalah kurang dari atau sama dengan 10 s atau laju alirnya 10 g/s (Sulaiman,
2007:150). Maka, granul pada formula 2 dan 3 memenuhi syarat karena laju
alirnya kurang dari 10 g/s. Untuk sudut baring, uji dikatakan memenuhi syarat
apabila 25° > α < 40° (Voight, 1994). Kriterianya yaitu 25-30° = granul sangat
mudah mengalir; 30-38° = granul mudah mengalir; >38° = granul kurang
mengalir. Maka, granul pada formula 2 dan formula 3 bersifat sangat mudah
mengalir. Formula 2 dan 3 granulnya sudah memenuhi syarat uji sifat alir karena
sesuai dengan literatur.
Evaluasi yang ketiga adalah uji distribusi ukuran partikel (granulometri).
Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui keseragaman ukuran granul. Jika ukuran
granul berdekatan, aliran akan lebih baik (Dhamayanti dkk, 2015). Mesh yang
digunakan terdiri dari 7 macam ukuran, yaitu 20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 140.
Untuk formula 2, jumlah granul yang tertahan pada mesh berturut-turut adalah
40,53; 10,2; 7,17; 3,6; 2,43; 5,43; dan 9,9%. Formula 2 menyisakan 15,2% granul.
Untuk formula 3, jumlah granul yang tertahan pada mesh berturut-turut adalah
47,2; 15,4; 4,63; 5,5; 2,43; 6,7; dan 2,13%. Formula 3 menyisakan 1,17% granul.
Menurut literatur, ukuran partikel granul yang baik terdapat pada hasil ayakan #3-
4 (mesh 60-80), sehingga persentase sebaran yang paling banyak hendaknya pada
rentang ini (>40%) (Lachman dkk, 1994). Berdasarkan literatur tersebut, granul
formula 2 dan 3 tidak memenuhi syarat uji granulometri, karena total granul yang
tertahan di mesh 60 dan 80 untuk formula 2 hanya sebesar 10,77% dan untuk
formula 3 hanya sebesar 10,13% (keduanya kurang dari 40%). Granul justru lebih
banyak tertahan di mesh teratas, untuk formula 2 sebesar 40,53% dan untuk
formula 3 sebesar 47,2%. Hal ini menandakan bahwa mayoritas granul berukuran
besar sehingga tertahan di mesh 20.
Evaluasi granul yang keempat adalah uji densitas/bobot jenis menggunakan
tapped density tester. Evaluasi ini dilakukan dengan menentukan BJ nyata, BJ
mampat, BJ sejati, kadar pemampatan, perbandingan Haussner dan persen
kompresibilitas. BJ nyata adalah bobot sebelum pemampatan, BJ mampat adalah
BJ setelah granul mengalami ketukan sebanyak 500 kali dan 750 kali, BJ sejati
adalah BJ yang tidak termasuk pori-pori. Dari pengamatan ketiganya, diperoleh
kadar pemampatan untuk formula 2 (ketukan 500 kali dan 750 kali) sebesar
20,45% dan 22,72%. Sedangkan kadar pemampatan untuk formula 3 (ketukan
500 kali dan 750 kali) sebesar 16% dan 18%. Menurut literatur, granul memenuhi
syarat jika kadar pemampatan (Kp) ≤ 20% (Lachman dkk, 1994). Berdasarkan
literatur tersebut, formula 2 (ketukan 500 kali dan 750 kali) tidak memenuhi
syarat karena Kp >20%. Sedangkan formula 3 (ketukan 500 kali dan 750 kali)
memenuhi syarat karena Kp ≤ 20%. Formula 2 tidak memenuhi syarat karena
konsentrasi pengikat (PVP) yang digunakan hanya 3%, sedangkan formula 3
konsentrasi pengikat (PVP) yang digunakan 5%. Penggunaan pengikat yang lebih
sedikit menyebabkan ikatan antar granul pada formula 2 lebih lemah
dibandingkan formula 3. Sehingga saat pemampatan, formula 3 akan lebih
mampat.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan angka Haussner yang dilakukan dengan
membagi bobot mampat dengan bobot nyata. Semakin tinggi angka Haussner,
maka semakin buruk sifat aliran granul (Dhamayanti dkk, 2015). Angka Haussner
untuk formula 2 dan 3 masing-masing adalah 1,29 dan 1,22. Berdasarkan literatur,
granul memenuhi syarat jika angka Haussner ≈ 1 (Dirjen POM, 2014). Maka,
granul formula 2 dan 3 tidak memenuhi syarat karena angka Haussner-nya ≠ 1.
Kemudian, dilakukan pula perhitungan persen kompresibilitas. Dari hasil
perhitungan, diperoleh persen kompresibiltas untuk formula 2 dan 3 masing-
masing 22,72% dan 17,81%. Berdasarkan literatur, indeks kompresibilitas dengan
nilai 22,72% termasuk kategori agak baik, dan 17,81% termasuk kategori cukup
baik. Ini menandakan bahwa formula 3 memenuhi syarat indeks kompresibilitas,
sedangkan formula 2 tidak memenuhi. Kompresibilitas granul ini dipengaruhi
oleh nilai bobot jenis mampat dan bobot jenis nyata. Dari formula 2 dan 3, indeks
kompresibiltas formula 3 lebih baik, sebab penggunaan pengikat yang lebih besar
akan membuat partikel granul lebih terikat, dan lebih mudah saat dikompres
menjadi tablet.
2. Evaluasi Tablet

Setelah granul dikempa menjadi tablet, dilakukan pula evaluasi tablet.


Evaluasi yang pertama adalah uji organoleptis. Uji organoleptis meliputi
pengujian fisik berupa bentuk, warna, dan bau dari tablet yang dilakukan secara
visual. Seluruh tablet yang diuji, baik formula 2 maupun formula 3 memiliki
bentuk bulat, berwarna putih, dan tidak berbau. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa asam mefenamat berwarna putih (Dirjen POM,
2014:150).
Evaluasi tablet yang kedua adalah uji keseragaman ukuran yang dilakukan
dengan alat jangka sorong. Menurut literatur, diameter tablet yang baik adalah
tidak lebih dari 3 kali, dan tidak kurang dari 1 tebal tablet (Dirjen POM, 1979).

Ketebalan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu tekanan saat mencetak
tablet, jumlah massa pada ruang cetak tablet, dan kerapatan massa tablet
(Lachman dkk, 1994). Sedangkan diameter tablet dipengaruhi oleh ukuran ruang
cetak tablet (Voight, 1994). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa formula 2
memenuhi syarat keseragaman ukuran, karena diameter rata-ratanya (0,75 cm)
tidak lebih dari 3 kali tebal tablet (1,05 cm) dan tidak kurang dari 1 tebal tablet

(0,46 cm). Formula 3 juga memenuhi syarat keseragaman ukuran, karena diameter
rata-ratanya (0,72 cm) tidak lebih dari 3 kali tebal tablet (1,11 cm) dan tidak
kurang dari 1 tebal tablet (0,49 cm).

Evaluasi tablet yang ketiga adalah uji kekerasan. Uji kekerasan dilakukan
untuk mengetahui gambaran kekompakan dan ketahanan tablet ketika diberi
tekanan mekanik. Kekerasan juga akan mempengaruhi uji waktu hancur,
friabilitas dan friksibilitas. Kekerasan ideal untuk tablet kecil (bobot sampai 300
mg) adalah 4-7 kg/cm2, untuk tablet besar (bobot 400-700 mg) adalah 7-12
kg/cm2 (Dhamayanti dkk, 2015). Hasil yang didapatkan adalah formula 2 dan
formula 3 tidak memenuhi syarat uji kekerasan karena bobot rata-ratanya adalah
2,89 kg/cm2 dan 3,25 kg/cm2, kurang dari 4 kg/cm2. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan pengikat yang ditambahkan pada formula 2 dan formula 3 masih
kurang, sehingga gaya kohesi granul tidak cukup kuat dan menyebabkan tablet
mudah patah.
Evaluasi tablet selanjutnya adalah uji friksibilitas dan friabilitas. Kerapuhan
tablet berkaitan dengan sifat tablet yang tahan dengan goncangan dan abrasi, tidak
menghasilkan serpihan selama proses hingga sampai digunakan oleh konsumen.
Kerapuhan ini adalah cara untuk mengukur kekuatan tablet yang dipengaruhi oleh
kandungan air granul (Parrott, 1971). Uji ketahanan tablet jika terjatuh dari suatu
tempat tertentu disebut uji friabilitas, sedangkan uji ketahanan tablet akan gesekan
antar tablet disebut uji friksibilitas. Menurut literatur, kerapuhan tablet yang dapat
ditoleransi adalah ≤1,0% (Banker dan Anderson, 1986). Hasil yang diperoleh
untuk uji friksibilitas formula 2 adalah 3,96% dan untuk formula 3 adalah 0,87%.
Hal ini menandakan formula 2 tidak memenuhi syarat friksibilitas (tidak tahan
terhadap gesekan antar tablet), sedangkan formula 3 memenuhi syarat friksibilitas.
Uji friabilitas formula 2 menghasilkan 0,43% dan formula 3 menghasilkan 2,26%.
Hal ini menandakan formula 2 memenuhi syarat friabilitas sedangkan formula 3
tidak memenuhi syarat friabilitas (tidak tahan terhadap jatuh dari suatu tempat
tertentu). Ketahanan tablet ini dapat dipengaruhi oleh kekerasan tablet. Jika suatu
tablet nilai kekerasannya kecil, maka tablet tidak akan kuat menahan gesekan dan
saat terjatuh (Dhamayanti dkk, 2015). Tablet formula 2 dan 3 hasil uji
kekerasannya tidak memenuhi syarat, sehingga berpengaruh pada hasil uji
friksibilitas dan friabilitasnya pula.
Berikutnya adalah evaluasi keseragaman sediaan. Yang dilakukan pada saat
praktikum adalah uji keragaman bobot. Bobot rata-rata formula 2 adalah 247,47
mg dan bobot rata-rata formula 3 adalah 249,07 mg. Kedua bobot ini ada pada
rentang 151-300 mg, yang pada literatur tertulis bahwa persyaratan untuk tablet
dengan bobot sekian adalah tidak ada tablet yang bobotnya menyimpang lebih
dari 7,5% dari bobot rata-rata dan tidak ada satupun tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 15% dari bobot rata-rata (Dirjen POM, 1979). Hasil yang
diperoleh adalah formula 2 dan 3 memenuhi syarat karena ke 30 tablet pada
masing-masing formula masuk ke dalam rentang bobot tablet kolom A maupun
rentang bobot tablet kolom B.
Evaluasi selanjutnya adalah uji waktu hancur. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui waktu yang diperlukan untuk suatu tablet hancur dalam media
tertentu. Waktu hancur ini dipengaruhi oleh penggunaan zat penghancur (dalam
formula 2 dan 3 digunakan amprotab). Menurut literatur, syarat waktu hancur
untuk tablet tidak bersalut yaitu tidak lebih dari 15 menit (Dirjen POM, 1995).
Hasil uji waktu hancur formula 2 dan 3 memenuhi syarat karena seluruh tablet
hancur sempurna sebelum 15 menit.
13. Kesimpulan
- Granulasi kering adalah pembuatan tablet dengan cara menekan massa serbuk
secara mekanis (tanpa penambahan pelarut pengikat) yang dilakukan dengan
tekanan tinggi, sehingga terbentuk ikatan partikel yang kuat dan
menghasilkan granul yang diinginkan.
- Tablet asam mefenamat formula 2 memenuhi syarat sifat alir, keseragaman
ukuran, friabilitas, keragaman bobot, dan waktu hancur. Tetapi tidak
memenuhi syarat kadar air, granulometri, kadar pemampatan, angka haussner,
persen kompresibilitas, kekerasan, dan friksibilitas. Tablet asam mefenamat
formula 3 memenuhi syarat sifat alir, kadar pemampatan, persen
kompresibilitas, keseragaman ukuran, friksibilitas, keragaman bobot, dan
waktu hancur. Tetapi tidak memenuhi syarat kadar air, granulometri, angka
haussner, kekerasan, dan friabilitas.
- Tablet asam mefenamat formula 3 (yang mengandung 5% pengikat) lebih
baik daripada tablet asam mefenamat formula 2 (yang mengandung 3%
pengikat). Penggunaan jumlah pengikat yang lebih besar menyebabkan ikatan
partikel di dalam tablet lebih kuat, sehingga tablet cenderung lebih stabil
terhadap tekanan.
14. Informasi Obat Standar
Asam mefenamat
Asam mefenamat (mefenamic acid) adalah obat yang digunakan untuk
mengobati nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri. Contohnya nyeri yang
muncul pada gigi dan setelah cabut gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi,
demam, nyeri setelah operasi, termasuk nyeri haid. Obat pereda nyeri ini juga
bisa digunakan sebagai penghilang rasa sakit pada penyakit asam urat.
Indikasi:
nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, dan nyeri pasca operasi.
Dosis:
500 mg 3 kali sehari sebaiknya setelah makan; selama tidak lebih dari 7
hari.
Peringatan dan Perhatian :

 Segera hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika mengalami efek
samping serius, seperti sesak napas, BAB berdarah, atau muntah darah.
 Konsultasikan kepada dokter sebelum menggunakan obat ini jika Anda
sedang hamil atau sedang merencanakan kehamilan.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang atau pernah menderita tukak lambung,
gangguan saluran pencernaan, asma, kelainan darah, gangguan hati, gangguan
ginjal, penyakit jantung, polip hidung, obesitas, diabetes, hipertensi,
epilepsi, lupus, porfiria, stroke, serta pernah menjalani operasi jantung.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan lainnya, baik
obat resep atau obat yang dijual bebas, serta suplemen dan obat herbal.
 Obat ini bisa menimbulkan rasa kantuk, pusing, dan gangguan penglihatan.
Jangan mengemudi atau mengoperasikan alat berat setelah mengonsumsi obat
ini.
 Jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis, segera temui dokter

Efek Samping:
Gangguan sistem darah dan limpatik berupa agranulositosis, anemia
aplastika, anemia hemolitika autoimun, hipoplasia sumsum tulang, penurunan
hematokrit, eosinofilia, leukopenia, pansitopenia, dan purpura trombositopenia.
Dapat terjadi reaksi anafilaksis. Pada sistem syaraf dapat mengakibatkan
meningitis aseptik, pandangan kabur; konvulsi, mengantuk. Diare, ruam kulit
(hentikan pengobatan), kejang pada overdosis
Golongan :
Obat antiinflamasi nonsteroid
Kategori :
Obat resep
Bentuk obat :
Tablet, kapsul, dan sirup
Menggunakan Asam Mefenamat dengan Benar :
Gunakanlah asam mefenamat sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk
membaca keterangan pada kemasan sebelum dikonsumsi. Sebaiknya obat
dikonsumsi sesudah atau saat makan untuk mencegah efek samping. Obat ini
umumnya hanya diberikan untuk konsumsi jangka pendek. Pasien disarankan
untuk memeriksakan diri secara rutin ke dokter, terutama jika membutuhkan
konsumsi asam mefenamat untuk jangka panjang. Simpan asam mefenamat di
tempat yang kering, sejuk, dan terhindar dari paparan sinar matahari secara
langsung. Di samping itu, jauhkan juga dari jangkauan anak-anak. Jangan simpan
obat jika sudah kedaluwarsa
15. Wadah dan Kemasan
15.1 Brosur
15.2 Kemasan
15.3. Etiket

PT. Aubree Farma PT. Aubree Farma


Bandung-Indonesia Bandung-Indonesia

Komposisi: Tiap gram mengandung Asam Komposisi: Tiap gram mengandung Asam
Mefenamat 100 mg Mefenamat 100 mg
Indikasi: sakit kepala, sakit gigi, nyeri pada otot Indikasi: sakit kepala, sakit gigi, nyeri pada otot
dan nyeri pasca operasi dan nyeri pasca operasi
Informasi lengkap lihat di brosur Informasi lengkap lihat di brosur

Simpan pada suhu dibawah 30oC, terlindung dari Simpan pada suhu dibawah 30oC, terlindung dari
cahaya cahaya

No. Reg. : DKL1360321410 A1 No. Reg. : DKL1360321510 A1

16. Daftar Pustaka


AHFS. 2011. AHFS : Drug Information Essentials. USA : American
Society of Health-System Pharmacists
Alderborn, G., 2002, Tablets and Compaction, In: Pharmaceutics : The Science
of Dosage Form Design, Second Ed., 413, 423-424, 431, 437, United
Kingdom, Churchill Livingstone.
Agoes, Goeswin. (2012). Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITB.
Ansel, Howard C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta:
UI Press.
Banker, S., dan Anderson, R. (1986). The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy 3rd Edition. Philadelphia: Lea and Febiger
Davey, Patrick. (2005). At a Glace Medicine. Jakarta: Erlangga.
Dhamayanti, R., dkk. (2015). Pengaruh Pengikat PVP dan Amylum Manihot
terhadap Karakteristik Sediaan Tablet yang Mengandung Ekstrak Etanol
dan Ekstrak Air Daun Mimba. Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba,
2015, 362-370.
Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Kumar, R., dan Kumari, A. (2019). Formulation and Evaluation of Mefenamic
Acid Solid Dispersions Employing Starch Citrate-A New Solubility
Enhancer. Journal of Drug Delivery and Therapeutics, 9, 48-52.
Lachman, L., dkk. (1994). The Theory and Practice of Industrial Pharmacy 2nd
Edition. Philadelphia: Lea and Febiger
Parrott, E. (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics 3rd.
Minneapolis: Burgess Publishing Company
Siregar, Charles. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Soedirman, I., dkk. (2009). Pengaruh Metode Penambahan PVP sebagai Bahan
Pengikat terhadap Sifat Fisis Tablet Asam Mefenamat. Pharmacy Journal,
6, 35-40.
Sulaiman, T. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta: Mitra
Communications Indonesia.
Sulaiman, T. (2007). Teknologi Sediaan Tablet. Yogyakarta: Lab Teknologi
Farmasi Universitas Gadjah Mada
Tim Medical Mini Notes. (2019). Basic Pharmacology dan Drug Notes. Makasar:
MMN Publishing.
Voight. (1984). Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani
Noeroto. Yogyakarta: UGM Press.
Voight, R. (1994). Buku Pengantar Teknologi Farmasi. diterjemahkan oleh
Soedani, N. Yogyakarta: UGM Press

Anda mungkin juga menyukai