DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat kasih
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tentang “Asuhan
Keperawatan Geontik Pada Nenek S Dengan Masalah Kesehatan Rematik di Desa
Pulo RT 03/RW 03”. Penulis menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
Praktik Keperawatan Gerontik.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pembimbing praktik keperawatan gerontik, Ns. Sang Ayu Made
Adyani, S.Kep., M.Kep.
2. Keluarga saya yang sudah mensupport dan membantu dalam melaksanakan
kegiatan gerontik.
3. Nenek S yang sudah berkenan untuk menjadi pasien dan bersedia
mendapatkan intervensi terkait masalah kesehatan gerontik oleh mahasiswa.
4. Keluarga Nenek S yang sudah berkenan memberikan izin untuk dilakukannya
asuhan keperawatan gerontik pada nenek S
5. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini
Jika terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan makalah ini,
penulis minta maaf sebesar-besarnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
penulis terima untuk perbaikan kedepannya.Dengan menyelesaikan makalah ini,
saya mengharapkan banyak maanfaat yang dapat diambil dari makalah ini. Akhir
kata, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
I.1 Latar Belakang.......................................................................................... 5
I.2 Perumusan Masalah...................................................................................6
I.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 7
I.4 Manfaat Penulisan..................................................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................
IV.1 Analisis Masalah Keperawatan/Intervensi Dengan Konsep Terkait.......83
BAB V ...............................................................................................................................
V.1 Simpulan..................................................................................................85
V.2 Saran........................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 87
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Rematik termasuk dalam kelompok penyakit reumatologi yang
menunjukkan suatu kondisi nyeri dan kaku yang menyerang anggota gerak
atau system musculoskeletal, yaitu sendi, otot, tulang, maupun jaringan
disekitar sendi (Soumya, 2011). Manifestasi klinis yang sering dapat
dilihat adalah, nyeri sendi, kekakuan sendi selepas tidak bergerak
(terutamanya pada waktu pagi), sendi yang tidak stabil, kehilangan fungsi,
kelembutan pada sendi (joint tenderness), krepitus pada pergerakkan,
pergerakkan terbatas, tahap inflamasi yang bervariasi, dan pembengkakan
tulang (Suryanda, Nazori, & Zanzibar, 2019).
Di dunia, osteoarthritis merupakan penyakit muskuloskeletal yang
paling sering terjadi. Prevalensi osteoarthritis lutut di dunia yaitu sebesar
3,8% dan osteoarthritis pinggul sebesar 0,85%. Sementara, prevalensi
Rheumatoid arthritis di dunia yaitu sebesar 0,24%. Di Amerika Serikat,
prevalensi penyakit Rheumatoid arthritis yang tersering disebabkan oleh
osteoarthritis sekitar 27 juta penduduk Amerika Serikat dan meningkat
setiap tahunnya yaitu berjumlah sekitar 21 juta.
Proporsi lansia di dunia diperkirakan mencapai 22 persen dari penduduk
dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di
negara berkembang. Jumlah lansia di seluruh dunia dapat mencapai jumlah
1 miliar orang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. WHO (2016)
menyatakan bahwa Penderita reumatoid atritis diseluruh dunia sudah
mencapai angka 335 juta, dan diperkirakan jumlah penderita Rheumatoid
arthritis akan selalu mengalami peningkatan. Angka Rheumatoid arthritis
di Indonesia tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%,
sedang pada tahun 2012 prevalensi Rheumatoid arthritis sebanyak 39,47%
dan pada tahun 2013 jumlah prevalensinya sebanyak 45,59%.
Riset Kesehatan Dasar (2018) Menunjukkan bahwa kecenderungan
prevalensi rematik di Indonesia pada tahun 2013 mencapai sekitar 45,59%
Sedangkan data penderita rematik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin
cenderung terjadi pada perempuan dengan prevalensi 34% (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, 2018)
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa rasa nyeri akibat rematik
sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama
mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah perkotaan seperti
mengendarai kendaraan ditengah arus kemacetan, duduk selama berjam-
jam tanpa gerakan tubuh yang berarti, tuntutan untuk tampil menarik dan
prima, kurangnya porsi berolahraga serta faktor bertambahnya usia. Selain
itu menurut Efendi & Makhfudli, (2009) perlu pula peran yang besar dari
keluarga sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan klien untuk
bagaimana bisa merawat dengan baik dan bahkan membuat lansia tersebut
menjadi mandiri serta sejahtera di masa tuanya. Kesibukan keluarga dalam
pekerjaan berdampak terhadap kelonggaran mereka dalam merawat
anggota keluarga termasuk lansia, sehingga peran keluarga dalam merawat
lansia kurang.Dahliyani dkk (2014) yang meneliti aktivitas keluarga
dengan tingkat kemandirian dalam merawat anggota keluarga
menyimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas keluarga maka
kemandiriannya semakin rendah.
Berdasarkan hasil diatas, maka dari itu penulis berkeinginan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh nenek S dengan
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat terkait masalah
rematik dengan memberikan edukasi dan demonstrasi guna meningkatkan
pengetahuan serta terapi tradisional masalah kesehatannya.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi
suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani
menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur
ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal
±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman nafas
turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering
terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan
menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse
berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen,
progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya,
perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. System Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
2. Perubahan psikososial
a. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple
pathology ), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang
sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan- kebutuhan fisik
dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau
harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya
dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara
seimbang.
a. Osteoatritis
14
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama Poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada
pasien Atritis Rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya.
Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan
umum cepat lelah.
c. Olimialgia Reumatik
a. Umur
Wanita lebih sering terkena rematik pada lutut dan pria lebih
sering terkena pada paha, pergelangan tangan dan leher.
c. Genetik
15
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya
pada seorang ibu dari seorang wanita dengan rematik pada
sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering
rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibuknya.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya rematik paha lebih jarang diantara orang berkulit
hitam dengan orang berkulit putih dan usia dari pada
kaukasia. Rematik lebih sering dijumpai pada orang-orang asli
amerika dari pada orang berkulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainanan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan (Obesitas)
Berat badan berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya rematik pada pria dan wanita. Karena
menahan beban berat badan sehinga mengangu sendi.
(Soumya,2011)
16
17
III.3.5 Patofisiologi
18
WOC
Sinovial Menebal
Kurang Pengetahuan
Kartilago Nekrosis
Erosi Kartilago
Tendon & ligament melemah
20
III.3.6 Pemeriksaan Penunjang
- Erosi sendi
- amiloidosis
- infeksi
21
- sindroma Sjorgen ;
22
3) Anemia : berat ringannya anemia normakromik biasanya
berkaitan dengan aktifitas.
4) Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkin
terdapat kelainan ekstra artikuler.
5) Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.
23
III.3.8 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Memberikan Pendidikan
24
5. Gizi
25
- Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang
terjadi pada sendi.
- Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung
pada orang lain.
Cara penatalaksanaan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di
atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah
memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit
kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang
berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan
meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit),
penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit
ini, semua komponen program penatalaksanaan, sumber-
sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode
efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim
kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara
terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai
rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat
saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita
merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
26
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu
beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
27
III.3.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, alamat, agama, status perkawinan, dx. Penyakit.
tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk rematik lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
28
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan
pada mata dan membran mukosa.
29
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera;
distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas
skeletal Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas,
penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya
pemahaman/ mengingat,kesalahan
II.4. Asuhan Keperawatan Lansia
II.4.1 Pengkajian Keperawatan Lansia
1. Definisi Pengkajian Keperawatan Lansia
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi
lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis
masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.
36
Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa
seseorang) sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu seperti masalah bersihan
jalan napas (jalan napas yang tidak effektif).
2) Prioritas sedang:
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam
hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.
3) Prioritas rendah
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan
prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik, seperti masalah keuangan
atau lainnya.
b. Berdasarkan kebutuhan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan
kebutuhan, diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan,
mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri. Untuk prioritas diagnosis
yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan tersebut berdasarkan kebutuhan
dasar manusia, diantaranya :
1) Kebutuhan fisiologis
Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan
kulit, mobilitas, dan eliminasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian,
bebas dari infeksi dan rasa takut.
3) Kebutuhan mencintai dan dicintai
Meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok antar
manusia.
4) Kebutuhan harga diri
Meliputi masalah respect dari keluarga, perasaaan menghargi diri sendiri.
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.
37
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosis
keperawatan, dengan kata lain tujuan merupakan sinonim kriteria hasil (hasil yang
diharapkan) yang mempunyai komponen sebagai berikut:
S (subyek) P (predikat) K (kriteria) K (kondisi) W (waktu), dengan penjabaran sebagai
berikut:
S : Perilaku lansia yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi lansia.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standard evaluasi yang
merupakan gambaran faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah
tercapai. Kriteria hasil ini digunakan dalam membuat pertimbangan dengan cirri-ciri
sebagai berikut: setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan,
hasil yang ditetapkan sebelumnya memungkinkan dicapai, setiap kriteria hasil adalah
pernyataan satu hal yang spesifik, harus sekongkrit mungkin untuk memudahkan
pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, hasilnya dapat dilihat, didengar
dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif.
Contoh: gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada lansia teratasi
dengan kriteria hasil berat badan seimbang, porsi makan habis; setelah dilaksanakan
asuhan keperawatan selama 7 hari.
4. Rencana Tindakan
Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya adalah menyusun rencana
tindakan. Berikut ini dijelaskan rencana tindakan beberapa masalah keperawatan yang
lazim terjadi pada lansia.
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, gigi tidak lengkap, rasa penuh pada
perut dan susah buang air besar, otot-otot lambung dan usus melemah.
Rencana makanan untuk lansia :
1) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan,
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin,
38
3) Berikan makanan yang mengandung serat,
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori,
6) Batasi minum kopi dan teh.
39
15) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan
mata sesaat.
c. Gangguan kebersihan diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
1) Penurunan daya ingat,
2) Kurangnya motivasi,
3) Kelemahan dan ketidak mampuan fisik.
g. Masalah cemas
Rencana tindakan yang dilakukan adalah
1) Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat terjadinya cemas,
2) Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan mengurangi
ketakutan,
3) Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas,
4) Latih klien untuk teknik relaksasi.
42
kelompok penderita bersama-sama dengan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
1) Mengembangkan stimulasi persepsi,
2) Mengembangkan stimulasi sensoris,
3) Mengembangkan orientasi realitas,
4) Mengembangkan sosialisasi.
43
per satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi
dalam kelompok.
44
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang tampilkan.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana, dan
pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
c. Mengukur pencapaian tujuan,
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan,
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu.
Jenis Evaluasi menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven
& Hirnle, 2003), terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan
dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses
45
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup
jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi
dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons perilaku lansia
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah
perawat melakukan tindakan pada lansia. Evaluasi hasil/sumatif: menilai hasil
asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku lansia
setelah semua tindakan keperawatan dilakukan. Evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
Hasil evaluasi yang menentukan apakah masalah teratasi, teratasi sebagian,
atau tidak teratasi, adalah dengan cara membandingkan antara SOAP (Subjektive-
Objektive- Assesment-Planning) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari lansia setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.
Contoh:
S : Lansia mengatakan sudah menghabiskan makanannya
O : Porsi makan habis, berat badan naik, semula BB=51 kg menjadi 52 kg
A : Tujuan tercapai
P : Rencana keperawatan dihentikan
46
II.5. Peran Perawat
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi perawat gerontik adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada segala
usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang
dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas
pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being (memperhatikan serta mengurangi resiko
terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan lansia supaya mampu
berkembang sesuai kapasitasnya).
8. Listern and support (mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement and hope (memberikan semangat, dukungan dan harapan
pada lansia).
10. Generate, support, use and participate in research (menerapkan hasil penelitian, dan
mengembangkan layanan keperawatan melalui kegiatan penelitian).
11. Implement restorative and rehabilititative measures (melakukan upaya pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan).
12. Coordinate and managed care (melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan).
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner (melakukan
pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan
perawatan secara menyeluruh).
14. Link services with needs (memmberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15. Nurture future gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa
depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (mengenal dan
mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja).
47
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan
dalam menghadapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN
PENGKAJIAN INDIVIDU
KEPERAWATAN KESEHATAN LANSIA
48
Jenis Kelamin : Perempuan
Ststaus Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SD
Sumber Informasi : Nenek S
Keluarga yang dapat dihubungi : Anak
Diagnosa medis (bila ada) : Rematik
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Lansia mengatakan nyeri pegel-pegel pada bagian tubuhnya jika kelelahan setelah
melakukan aktivitas sehari-hari dan pada malam hari terkadang sulit untuk tidur dan sering
terbangun apalagi jika nyerinya sedang kambuh,nyeri lutut sangat terasa ketika cuaca
sedang dingin. Nenek S akhir-akhir merasa khawatir jika anaknya yang bekerja belum
pulang, nenek S tidak berani jika malam hari di rumah sendiri karena takut tidak ada yang
menjaganya, jika malam hari nenek S ingin buang air kecil terkadang ditahan karena tidak
berani untuk ke kamar mandi sendirian dan tidak enak jika membangunkan anaknya.
P : Kelelahan jika beraktivitas lebih
Q : Nyeri (3), kemeng
R : Ekstremitas bawah ( Paha, lutut dan bagian pinggang)
2. Kronologi Keluhan
a. Faktor pencetus
Kelelahan
b. Timbulnya keluhan : (V) mendadak () bertahap
c. Lamanya : 2 tahun yang lalu
d. Tindakan utama mengatasi : Minum obat dan terkadang berendam di air hangat
III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Tidak ada
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Riwayat keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan.
V. STATUS PEMERIKSAAN FISIK
49
A. Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah (TD) : 110/70 mmHg
b. Nadi : 78x/menit
c. RR : 20x/menit
d. Suhu : 36.70C
e. Tinggi Badan : 157 cm
f. Berat Badan : 57 kg
2. Kepala dan Rambut
Inspeksi: kepal simetris, penyebaran rambut rata, rambut berwarna putih dan kehitaman,
rambut bersih dan tidak ada ketombe, tidak ada bau.
Palpasi: kepala tidak ada benjolan dan luka
3. Mata
Inspeksi: mata simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva ananemis, pandangan masih
jelas, masih bisa melihat dengan jelas dengan jarak jauh, masih bisa membaca buku atau
tulisan dengn font 12-14 dengan jarak 50-60 cm
Palpasi: tidak ada nyeri, tidak ada benjolan.
4. Hidung
Inspeksi: hidung terlihat simetris, tidak ada sumbatan dan bersih, tidak sedang flu, bisa
mencium bau minyak kayu putih dan parfum.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, tidak ada sinus
5. Telinga
Inspeksi: hidung terlihat simetris, tidak ada sumbatan dan bersih tidak ada serumen.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan, fungsi pendengaran menurun.
Harus keras jika berbicara dengan nenek S
6. Mulut
Inspeksi: mulut bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, warna bibir merah
kehitaman, gigi tidak lengkap karena penuaan, gigi ada yang bolong, mulut tidak
berbau. Langit-langit dan lidah tampak bersih
7. Leher
Inspeksi: tidak ada luka
50
Palpasi: nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
benjolan ataupun tidak merasakan nyeri dan sakit, refleks menelan baik, teraba vena
jugularis.
8. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, kering, halitosis, tidak ada sariawan, tidak ada
ginggivitis, terdapat gigi geraham Nenek S yang masih tersisa sedikit dan kadang terasa
sakit jika dipakai mengunyah makanan yang agak keras.
B. Sistem Pernafasan
Dada simetris, tidak ada pembengkakan Frekuensi nafas normal 17x/menit, nafas reguler,
nafas spontan tidak menggunakan otot bantu nafas, suara nafas vesikuler tidak ada suara
tambahan.
C. Sistem Kardiovaskuler
Frekuensi nadi 80x/menit, suara jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan (galop
dan murmur), nadi karotis, nadi brakialis, nadi radialis terapa dengan kuat, TD 110/70
D. Sistem Pencernaan
BAB 1 x sehari pada pagi hari, tidak ada nyeri tekan, bising usus 8x/menit.
E. Sistem Perkemihan
BAK tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan obat pencahar, tidak ada nyeri.masih bisa
menahan BAK
F. Sistem Integumen
Tidak terkaji
G. Ektremitas
1. Estremitas Atas
Tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan. Kuku bersih capillary refill
kembali < 2 detik. Kekuatan otot 5555l5555
2. Ekstremitas Bawah
Kuku bersih, capilary refil kembali < 2 detik, telapak kaki pecah- pecah. Nenek S
mengatakan sering mengalami nyeri dan kemeng dibagian kedua kaki pahanya.
Kekuatan otot 4444l4444
51
VI. PENILAIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITIAL
A. Pola Interaksi Dengan Lingkungan
Nenek S merasa betah dan nyaman tinggal di rumah dikarenakan tinggal bersama anak dan
cucu-cucunya. Di lingkungan sekitar nenek S merasa beruntung karena memiliki tetangga
yang baik, ramah dan saling tolong menolong. Nenek S berinteraksi sangat baik dengan
keluarga dan tetangganya. Saling memberi perhatian dan tolong menolong membuat nenek
S bahagia. Nenek S rajin mengikuti kegiatan kajian, arisan dan perkumpulan yang diadakan
oleh RT atau warga setempat maka dari itu tetangga nenek S juga sangat mengenalinya.
B. Bahasa
Bahasa yang digunakan Nenek S adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia
C. Perhatian Dengan Orang Lain/Lawan Bicara
Nenek S memperhatikan jika ada orang yang berbicara dan kontak mata selalu ada. Namun
terkadang Nenek S sedikit lama untuk merespon pertanyaan atau ucapan dari lawan bicara.
D. Keadaan Emosi
Nenek S jarang mengekspresikan kesedihannya. Jika sudah lelah baru nenek S terkadang
nangis dan itupun sangat jarang. Nenek S mengatakan hidup tenang untuk sekarang ini
membuat hatinya lega dan bahagia.
E. Persepsi Klien Tentang Kondisinya
Nenek S mengatakan dirinya sudah tua jadi sebisa mungkin menjaga pola makan dan
pikirannya. Ketika pegel-pegel dan nyeri menyerang Nenek S menganggapnya penyakit
tersebut karena sudah tua.
F. Konsep Diri
1. Gambaran Diri
Nenek S mengatakan dirinya sudah tidak muda lagi, pendengarannya sudah terganggu
sehingga terkadang menyulitkan dirinya untuk mendengar. Nenek S juga terkadang lupa
menaruh uang dan hal itu dianggapnya wajar karena Nenek S sadar sudah semakin tua
daya ingat menurun. Kaki pegel-pegelnya sering terasa jika Nenek S mengalami
kelelahan oleh sebab itu Nenek S mengatakan harus banyak istirahat.
2. Ideal Diri
Nenek S mempunyai harapan supaya hidupnya selalu tenang dan bahagia tidak ada
sesuatu hal yang membuat khawatir. Nenek S juga ingin anaknya beserta suaminya
52
selalu rukun dan saling memberikan kasih sayang sehingga Nenek S tidak merasa
khawatir.
3. Harga Diri
Nenek S mengatakan ketika dirinya dibutuhkan oleh orang lain Nenek S merasa senang
dan Nenek S juga jarang mau untuk dibantu oleh anaknya. Nenek S terkadang merasa
sedih jika dirinya sedang memasak tetapi makanannya tidak disukai dan tidak
dihabiskan oleh cucu-cucunya karena Nenek S sangat mencintai cucunya.
4. Peran Diri
Nenek S berperan sebagai lansia yang tinggal bersama dengan anak dan cucunya. Nenek
S adalah sosok nenek yang baik bagi anak dan cucunya karena selalu memberikan
perhatian dan kasih sayang. Ketika cucunya minta untuk dimasakan mie ataupun
meminta sesuatu nenek S selalu bersedia karena diirnya mengatakan itu salah satu
bentuk perhatian dan kasih sayang.
5. Identitas Diri
Nenek S seorang lansia berumur 72 tahun. Nenek S seorang yang bertanggung
jawab dan penuh perhatian.
G. Spiritual
Nenek S melakukan aktivitas keagamaan yang dianutnya, selalu shalat 5 waktu di masjid
dan mengaji setiap habis shalat magrib serta aktif dalam kajian setiap bulan.
Hasil Penilaian:
Hasil penilaian dari pengkajian indeks katz adalah jawaban yang mengindikasikan kemandirian
berjumlah 6. Nenek S Mengindikasikan Ketidaktergantungan dalam keenam fungsi.
Kategori:
A: Ketidaktergantungan dalam semua fungsi keenam fungsi
B. BARTHEL INDEKS
No Aktivitas Dengan Tanpa
54
. Batuan Bantuan
5. Mandi sendiri 0 5
√
9. Mengontrol BAB 5 10
√
Jumlah 100
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari pegkajian Nenek S adalah mendapatkan skor 100 dengan hasil penilaian
Mandiri.
Penilaian:
0-20 : Ketergantungan
55
21-61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : Ketergantungan berat
91-99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Jumlah: salah 0
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari pengkajian Short Portable Mental Status Question Are (SPMSQA) adalah
berjumlah 0 dengan interpretasi skal 0-2 (fungsi intelektual utuh) yang mengartikan fungsi
intelektual nenek S masih berfungsi secara utuh.
Keterangan:
Pertanyaan 1: Benar apabila dapat menyebutkan tanggal, bulan, dan tahun yang tepat
Pertanyaan 2: Benar apabila dapat menyebutkan hari
Pertanyaan 3: Benar apabila dapat mendeskripsikan temapt dengan benar
Pertanyaan 4: Benar apabila dapat menyebutkan alamat dengan benar
56
Pertanyaan 5: Benar apabila dapat menjawab umur sesuai dengan kelahirannya
Pertanyaan 6: Benar apabila menjawab tanggal, bulan, dan tahun kelahiran
Pertanyaan 7: Benar apabila menyebutkan nama presiden saat ini
Pertanyaan 8: Benar apabila menyebutkan nama presiden sebelumnya
Pertanyaan 9: Benar apabila dapat menyebutkan nama ibunya
Pertanyaan 10: Benar apabila mengurangi dengan benar sampai akhir
Interpretasi:
Skala 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skala 3-4 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skala 5-7 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Skala 8-10 : Fungsi intelektuan kerusakan berat
57
benar. Berhenti setelah 5 hitungan (93, 86, 79,
72, 65). Kemungkinan lain ejalah kata “dunia”
dari akhir ke awal (a-i-n-u-d).
Jumlah: 29
Hasil Penilaian:
Hasil penilaian dari pengkajian Mini Mental Status Examination (MMSE) yaitu berjumlah 29 dengan
penilaian 24-30 yang mengartikan penilaian normal.
Pada aspek orientasi Nenek S kesulitan dalam menyebutkan alamat serta tanggal hari, pada
aspek attensi dan kalkulasi Nenek S terlihat bisa menjawab semua pertanyaan, pada aspek
daya ingat Nenek S mengingat semua benda yang sebelumnya ditanyakan, dan pada aspek
58
bahasa Nenek S bisa mengikuti semua intruksi.
Penilaian:
Nilai 24-30 : Normal
Niali 17-23 : Probable gangguan kognitif
Niali 0-16 : Definitif gangguan kognitif
60
keputusan 0
30. Apakah anda berpikiran jernih seperti biasanya Ya Tidak
0
Jumlah item yang terganggu: 8
Hasil Penelitian:
Hasil penelitian dari pengkajian skala depresi adalah 8 jumlah item yang terganggu dengan
keterangan nilai 0 -10 (normal/tidak depresi).
Keterangan:
Pertanyaan bila di jawab dengan pilihan “Ya” atau “Tidak” yang bercetak tebal berarti terganggu:
nilai 1, yang tidak bercetak tebal berarti tidak terganggu: nilai 0, jawaban kemudian dibuat total
skornya, bila:
Nilai 0-10 : Normal/tidak depresi
Nilai 11-15 : Depresi ringan
Nilai 16-20 : Depresi sedang
Nilai 21-30 : Depresi berat
6. Status mental 0
a. Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri 0
b. Lansia mengalami kerusakan daya ingat 15
Total: 0
Hasil Penilaian
Hasil penilaian dari pengkajian risiko jatuh totalnya adalah 0 dengan interpretasi hasil 0-24 yang
mengintrepretasikan nenek S tidak memiliki risiko jatuh.
Interpretasi Hasil:
Nilai 0-24 : Tidak memiliki risiko jatuh
Nilai 25-50 : Risiko jatuh rendah
Nilai >51 : Risiko jatuh tinggi
62
DATA FOKUS
Subjektif Objektif
1. Nenek S mengatakan nyeri sendi di 1. Nenek S sesekali terlihat
bagian lutut, paha dan pinggang memegang lututnya
2. Nenek S mengatakan nyeri yang 2. P: Nyeri karena rematik
paling sering dirasakan dibagian Q: 1-3 menit
lutut dan paha, rasanya kemeng R : Lutut, paha, pinggang
dan ada sensasi panas S:4
3. Nenek S mengatakan jika cuaca T: sewaktu-waktu,makin nyeri jika
dingin sendinya sangat terasa nyeri cuaca dingin
dan kaku terutama dibagian lutut 3. Nenek S menanyakan tentang
4. Nenek S mengatakan jika lututnya penyakit rematik,penyebab dan
sangat nyeri,nenek S hanya diam makanan pantangan
dan menggerang kesakitan 4. Nenek S tampak ingin tahu
5. Nenek S membatasi aktivitasnya 5. Nenek S tampak lesu dan
dikarenakan jika kelelahan mengantuk
tubuhnya akan terasa sakit dan
nyeri
63
6. Nenek S mengatakan belum
mengetahui tentang penyakit
rematik, penyebab rematik dan
makanan pantangan
7. Nenek S mengatakan penyakit ini
sudah 2,5 tahun
8. Nenek S mengatakan sulit tidur
dimalam hari apalagi jika merasak
nyeri di bagian paha dan lutut
9. Nenek merasa gelisah dengan
penyakitnya
10. Nenek S akhir-akhir merasa
khawatir jika anaknya yang bekerja
belum pulang
11. nenek S tidak berani jika malam
hari di rumah sendiri karena takut
tidak ada yang menjaganya
12. jika malam hari nenek S ingin
buang air kecil terkadang ditahan
karena tidak berani untuk ke kamar
mandi sendirian.
ANALISA DATA
64
dan ada sensasi panas lagi licin – tulang
3. Nenek S mengatakan jika cuaca mengalamu
dingin sendinya sangat terasa nyeri gesekan – nyeri
dan kaku terutama dibagian lutut kronis (rematik)
DO :
1. Nenek S sesekali terlihat
memegang lututnya
2. P: Nyeri karena rematik
Q: 1-3 menit
R : Lutut, paha, pinggang
S:4
T: sewaktu-waktu,makin nyeri jika
cuaca dingin
65
DS: Kurang terpapar Defisit
1. Nenek S mengatakan belum informasi pengetahuan
mengetahui tentang penyakit tentang rematik
rematik, penyebab rematik dan (D.0111)
makanan pantangan
2. Nenek S mengatakan penyakit ini
sudah 2,5 tahun
DO:
1. Nenek S menanyakan tentang
penyakit rematik,penyebab dan
makanan pantangan
2. Nenek tampak ingin tahu
66
III.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d kondisi rematik kronis
2. Defisit Pengetahuan tentang masalah rematik b.d kurangnya terpapar
informasi
3. Ansietas b.d ancaman konsep diri
III. 3 INTERVENSI
68
7. Demonstrasikan dan
latih teknik teknik
relaksasi nafas dalam
Dukungan pengungkapan
perasaan (I.09267, Hal 35)
1. Identifikasi perasaan
saat ini
2. Identifikasi hubungan
antara apa yang
dirasakan dan perilaku
3. Fasilitasi
mengungkapkan
pengalaman emosional
4. Ajarkan
mengekspresikan
perasaan secara asertif
5. Informasikan menekan
perasaan dapat
mempengaruhi
hubungan interpersonal
DX IMPLEMENTASI EVALUASI
Nyeri kronis Hari/tanggal : 2. nenek S mengatakan nenek S
71
lokasi,karakteristik, dan tidak makan jeroan ayam
durasi frekuensi,kualitas seperti ampel, hati usus
intensitas nyeri pada 3. nenek mengatakan mengerti
nenek S tentang efektifitas pemberian
2. Mengidentifikasi terapi kompres air hangat jahe
pengaruh budaya dan bersedia menggunakan
terhadap respon nyeri terapi tersebut di rumah jika
makanan yang biasa sedang nyeri sendi.
dikonsumsi oleh nenek 4. Nenek S mengatakan merasa
S nyaman dan terasa bagian
3. Mendemonstrasikan lutunya panas saat diberikan
dan memberikan terapi terapi kompres air hangat
non farmakologis terapi dengan jahe
kompres air hangat 5. Nenek S mengatakan jika
rendaman jahe untuk rematiknya kambuh akan
mengurangi rasa nyeri beristirahat dengan mengurangi
pada lutut nenek S aktivitasnya
4. Memberitahukan 6. Nenek S mengatakan sudah
kepada nenek S supaya teratur minumobat analgesik ()
bisa mengontrol dan setiap dua bulan sekali
lingkungan yang pergi ke pelayanan kesehatan
memperberat rasa nyeri untuk memeriksakan
seperti kebisingan dan kesehatannya
rasa stres yang 7. Nenek S mengatakan akan
menganggu, kemudian berusaha mengendalikan rasa
secara singkat cemas dan stresnya dengan
mengajarkan nenek S menenangkan pikiran
cara terapi relaksasi 8. Nenek S mengatakan akan
nafas dalam memberikan kompres air jahe
5. Memfasilitasi istirahat dua kali dalam sehari
dan tidur nenek S
72
dengan O:
A : Masalah tertasi
P : Intervensi dihentikan
Ansietas Hari/tanggal S:
Kamis/28/1/21 1. nenek S mengatakan menikmati
Jam 10.00 kegiatan TAK
2. nenek S mengatakan senang
Melakukan TAK terapi mengikuti TAK
guided imagery (imajinasi 3. Nenek S mengatakan lebih
terbimbing) via platform di
tenang dan rileks
google meet untuk
menurunkan rasa nyeri dan
O:
kecemasan serta
1. Nenek S terlihat senang dan
merilekskan pikiran para
semangat mengikuti kegiatan
lansia.
TAK
2. Nenek S tampak mengikuti
intruksi dan arahan ketika
sedang melakukan imajinasi
terbimbing
3. Nenek S terlihat fokus
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
75
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pengkajian Nenek S (74 tahun) dengan keluhan nyeri pegel-pegel sudh dua tahun pada
bagian tubuhnya jika kelelahan setelah melakukan aktivitas sehari-hari dan pada malam hari terkadang sulit
76
untuk tidur dan sering terbangun apalagi jika nyerinya sedang kambuh,nyeri lutut sangat terasa ketika cuaca
sedang dingin.nenek S ingin mengetahui lebih dalam terkait penyait rematik dan cara perawatannya. Nenek S
akhir-akhir merasa khawatir jika anaknya yang bekerja belum pulang, nenek S tidak berani jika malam hari di
rumah sendiri karena takut tidak ada yang menjaganya, jika malam hari nenek S ingin buang air kecil
terkadang ditahan karena tidak berani untuk ke kamar mandi sendirian dan tidak enak jika membangunkan
anaknya, nenek S juga mengatakan memikirkan tentang kesehatannya.
Dengan masalah diatas maka ditemukan tiga iagnose masalah kesehatan pada nenek S yaitu nyeri
kronis karena masalah rematik dibuktikan dengan nenek S sudah mengalami pegel-pegel dan nyeri persendian
selama dua tahun, nyeri dirasakan lebih hebat ketika cuaca dingin, defisit pengetahuan tentang rematik
dibuktikan dengan keingintahuan nenek S tentang rematik dan cara perawatannya dan kecemasan dibuktikan
dengan nenek S sering merasa takut dengan masalah kesehatannya dan akhir-akhir ini kawatir tentang anaknya
jika belum pulang.
Dengan tiga masalah tersebut maka mahasiswa melakukan rencana keperawatan dengan melakukan
pemberian terapi non farmakologis/ terapi tradisional pemberian kompres air hangat dengan jahe untuk
memberikan kenyamanan dan mengurangi rasa nyer. Kemudian edukasi tentang rematik dengan harapan jika
wawasan/pengetahuan nenek S meningkat bisa lebih menjaga kesehatannya untuk meningkatkan perilaku
hidup sehat dan bisa melakukan perawatan dengan masalah rematik dengan baik dan benar. Kemudian
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan TAK relaksasi guided imagery terbimbing dengan tujuan
untuk menurunkan rasa nyeri, memberikan ketenangan dan membuat rileks diri.
Setelah melakukan rencana terkait dengan masalah tersebut mahasiswa melakukan implementasi untuk
mengatasi masalah tersebut. Mahasiswa melakukan edukasi tentang rematik dengan media ppt dan leaflet.
Edukasi tersebut berlangsung dengan metode diskusi. Materi yang dipaparkan terkait pengertian rematik,
faktor resiko rematik, tanda dan gejala rematik, penyebab rematik, diit makanan yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan orang yang terkena rematik dan cara perawatan pada rematik.pada saat edukasi nenek S terlihat
fokus mendengarkan dengan tenang . Nenek S bercerita sudah tidak makan,makanan yang tidak diperbolehkan
seperti kangkung,bayam, kacang-kacangan dan jeroan.kemudian mahasiswa melakukan demonstrasi tentang
terapi pemberian kompres air hangat dengan jahe untuk menurunkan rasa nyeri sendi pada nenek S. Dalam
kegiatan tersebut mahasiswa melakukan kompres di lutut kiri nenek S yang sedang nyeri. Kemudian untuk
mengatasi rasa cemas mahasiswa mengajarkan nenek S untuk melakukan terapi relaksasi nafas dalam. Dalam
tindakan tersebut nenek S mampu melakukan dengan baik dan terlihat mengikuti intruksi mahasiswa. Nenek
S terlihat senang dalam kegiatan tersebut dikarenakan nenek S berani terbuka untuk mengungkapkan
perasaannya.
Dari tindakan yang sudah dilakukan setelah memberikan kompres air hangat jahe nenek S mengatakan
lututnya terasa nyaman dan hangat dan terapi ini akan dilakukan dua kali sehari atau ketika nenek S sedang
mengalami nyeri sendi. Untuk edukasi tentang rematik nenek S senang karena mendapatkan informasi yang
sangat bermanfaat untuk kesehatannya. Setelah mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, nenek S merasa
77
kebih rilkes dan nenek S mengatakan akan mengaplikasikan atau menerapkan terapi relaksasi nafas dalam
ketika nenek S sedang merasa cemas.
Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam
menurunkan skala nyeri rheumathoid arhtritis yaitu dengan kompres jahe (Santoso, 2013). Jahe
(Zinger Officinale (L) Rosc) mempunyai manfaat yang beragam, antara lain sebagai rempah, minyak
atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk
mengobati rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual,
demam dan infeksi. Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone
memberi efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik,
antikarsinogenik .Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer
yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (Swarbrick dan Boylan, 2002). Senyawa gingerol telah terbukti
mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif anti inflamasi dan analgesik . (Winarti,
2010)
Penelitian yang telah diperoleh, kompres jahe terlihat memiliki pengaruh dalam mengurangi
intensitas nyeri rheumathoid arthritis dimana seluruh responden mengalami penurunan intensitas
nyeri setelah perlakuan kompres jahe selama 20 menit, namun penurunan intensitas nyeri yang
dialami oleh responden berbeda-beda, dimana responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri
4 sebanyak 5 orang (16,7%), responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 3 sebanyak 11
orang (36,7), responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 2 sebanyak 11 orang (36,7) dan
responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 1 sebanyak 3 orang(Syapitri, 2018)
78
BAB V
V.1Simpulan
Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada nenek S dengan masalah rematik di Desa
Pulo RT 03/RW 03 didapatkan simpulan :
1. Hasil pengkajian Lansia mengatakan nyeri pegel-pegel pada bagian tubuhnya jika kelelahan
setelah melakukan aktivitas sehari-hari dan pada malam hari terkadang sulit untuk tidur dan
sering terbangun apalagi jika nyerinya sedang kambuh,nyeri lutut sangat terasa ketika cuaca
sedang dingin. Nenek S akhir-akhir merasa khawatir jika anaknya yang bekerja belum pulang,
nenek S tidak berani jika malam hari di rumah sendiri karena takut tidak ada yang
menjaganya, jika malam hari nenek S ingin buang air kecil terkadang ditahan karena tidak
berani untuk ke kamar mandi sendirian dan tidak enak jika membangunkan anaknya.
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang sudah ditemukan nyeri kronis, defisit
pengetahuan tentang rematik dan ansietas.
3. Rumusan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai rumusan intervensi keperawatan
teoritis yaitu: memberikan edukasi tentang proses suatu penyakit rematik, memberikan terapi
non farmakologis dengan pemberian terapi kompres air hangat jahe dan teknik relaksasi nafas
dalam serta TAK terapi relaksasi guided imagery (imajinasi terbimbing)
79
4. Implementasi keperawatan yang diberikan seluruhnya sesuaidengan intervensi yang sudah
disusun secara teori tetapi pelaksanaannya disesuaikan situasi dan keadaan nenek S.
5. Evaluasi asuhan keperawatan pada nenek S menunjukan bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan telah memberikan dampak positif dala meningkatkan pengetahuan dan wawasan
nenek S sehingga nenek S bisa menjaga kesehatannya dan nenek S mengatakan senang bisa
mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan.
V.2 Saran
1. Bagi Penulis
Disarankan kepada para peneliti selanjutna untuk tertarik meneliti masalah rematik sehingga
bisa mengetahui lebih lanjut faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kejadian rematik pada
lansia.
2. Bagi Pendidikan
Disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar membaca dan menelaah referensi dan
literature dari berbagai bidang ilmu terkait topic agar wawasan dan kemampuan analitis
mahasiswa lebih tajam dalam menghadapi berbagai kasus yang ada di lingkungan atau di
lapangan.
3. Bagi Keluarga
Harapannya setelah diberikan pendidikan kesehatan dan kunjungan selama beberapa hari
pada nenek S, nenek S bisa memelihara kesehatan dengan baik dan meningkatkan perilaku
hidup sehat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. (2018). Penderita rematik di
Indonesia berdasarkan jenis kelamin.
Dahliyani, & Wasito, U. (2014). Hubungan Aktivitas Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Dalam
Merawat Anggota Keluarga Dengan Penyakit DM Tipe 2. Jurnal Keperawatan, 2.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Suryanda, S., Nazori, A., & Zanzibar, Z. (2019). Pengetahuan dan Sikap Keluarga dalam Pencegahan
Kekambuhan Rematik. Jurnal Vokasi Kesehatan, 5(1), 1. https://doi.org/10.30602/jvk.v5i1.134
Syapitri, H. (2018). Kompres Jahe Berkhasiat Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Penderita
Rheumathoid Arthritis. Jurnal Mutiara Ners Januari, 1(1), 57–64.
Winarti, H. (2010). Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya Dalam Bidang Kesehatan. In
Status Teknologi Hasil Penelitian Jahe. Bogor.
Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines
for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC. Jakarta.
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC.
81
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, (2000). Buku saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa. Edisi 8. Jakarta
Lampiran Dokumentasi
82
,
83
84
85
86