Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NENEK S DI RT 03/RW 03 DESA PULO KECAMATAN RANDUBLATUNG


KABUPATEN BLORA
PROVINSI JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH :

Fajri Eka Tyassari


2010721053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat kasih
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tentang “Asuhan
Keperawatan Geontik Pada Nenek S Dengan Masalah Kesehatan Rematik di Desa
Pulo RT 03/RW 03”. Penulis menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
Praktik Keperawatan Gerontik.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pembimbing praktik keperawatan gerontik, Ns. Sang Ayu Made
Adyani, S.Kep., M.Kep.
2. Keluarga saya yang sudah mensupport dan membantu dalam melaksanakan
kegiatan gerontik.
3. Nenek S yang sudah berkenan untuk menjadi pasien dan bersedia
mendapatkan intervensi terkait masalah kesehatan gerontik oleh mahasiswa.
4. Keluarga Nenek S yang sudah berkenan memberikan izin untuk dilakukannya
asuhan keperawatan gerontik pada nenek S
5. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini
Jika terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan makalah ini,
penulis minta maaf sebesar-besarnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
penulis terima untuk perbaikan kedepannya.Dengan menyelesaikan makalah ini,
saya mengharapkan banyak maanfaat yang dapat diambil dari makalah ini. Akhir
kata, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis

Fajri Eka Tyassari

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
I.1 Latar Belakang.......................................................................................... 5
I.2 Perumusan Masalah...................................................................................6
I.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 7
I.4 Manfaat Penulisan..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................


II.1. Definisi Lansia.......................................................................................... 8
II.2. Perubahan Pada Lansia (Terkait Kasus)..................................................10
II.3. Konsep Penyakit Terkait Kasus...............................................................17
II.4. Asuhan Keperawatan Lansia...................................................................30
II.5. Peran Perawat.......................................................................................... 51

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN..............................................................


III. 1 Pengkajian............................................................................................52
III. 2 Analisa Data.........................................................................................70
III. 3 Diagnosa Keperawatan........................................................................ 71
III. 4 Rencana Asuhan Keperawatan............................................................ 73
III. 5 Implementasi Keperawatan..................................................................77
III. 6 Evaluasi Keperawatan..........................................................................77

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................
IV.1 Analisis Masalah Keperawatan/Intervensi Dengan Konsep Terkait.......83
BAB V ...............................................................................................................................
V.1 Simpulan..................................................................................................85
V.2 Saran........................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 87
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Rematik termasuk dalam kelompok penyakit reumatologi yang
menunjukkan suatu kondisi nyeri dan kaku yang menyerang anggota gerak
atau system musculoskeletal, yaitu sendi, otot, tulang, maupun jaringan
disekitar sendi (Soumya, 2011). Manifestasi klinis yang sering dapat
dilihat adalah, nyeri sendi, kekakuan sendi selepas tidak bergerak
(terutamanya pada waktu pagi), sendi yang tidak stabil, kehilangan fungsi,
kelembutan pada sendi (joint tenderness), krepitus pada pergerakkan,
pergerakkan terbatas, tahap inflamasi yang bervariasi, dan pembengkakan
tulang (Suryanda, Nazori, & Zanzibar, 2019).
Di dunia, osteoarthritis merupakan penyakit muskuloskeletal yang
paling sering terjadi. Prevalensi osteoarthritis lutut di dunia yaitu sebesar
3,8% dan osteoarthritis pinggul sebesar 0,85%. Sementara, prevalensi
Rheumatoid arthritis di dunia yaitu sebesar 0,24%. Di Amerika Serikat,
prevalensi penyakit Rheumatoid arthritis yang tersering disebabkan oleh
osteoarthritis sekitar 27 juta penduduk Amerika Serikat dan meningkat
setiap tahunnya yaitu berjumlah sekitar 21 juta.
Proporsi lansia di dunia diperkirakan mencapai 22 persen dari penduduk
dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di
negara berkembang. Jumlah lansia di seluruh dunia dapat mencapai jumlah
1 miliar orang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. WHO (2016)
menyatakan bahwa Penderita reumatoid atritis diseluruh dunia sudah
mencapai angka 335 juta, dan diperkirakan jumlah penderita Rheumatoid
arthritis akan selalu mengalami peningkatan. Angka Rheumatoid arthritis
di Indonesia tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%,
sedang pada tahun 2012 prevalensi Rheumatoid arthritis sebanyak 39,47%
dan pada tahun 2013 jumlah prevalensinya sebanyak 45,59%.
Riset Kesehatan Dasar (2018) Menunjukkan bahwa kecenderungan
prevalensi rematik di Indonesia pada tahun 2013 mencapai sekitar 45,59%
Sedangkan data penderita rematik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin
cenderung terjadi pada perempuan dengan prevalensi 34% (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, 2018)
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa rasa nyeri akibat rematik
sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama
mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah perkotaan seperti
mengendarai kendaraan ditengah arus kemacetan, duduk selama berjam-
jam tanpa gerakan tubuh yang berarti, tuntutan untuk tampil menarik dan
prima, kurangnya porsi berolahraga serta faktor bertambahnya usia. Selain
itu menurut Efendi & Makhfudli, (2009) perlu pula peran yang besar dari
keluarga sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan klien untuk
bagaimana bisa merawat dengan baik dan bahkan membuat lansia tersebut
menjadi mandiri serta sejahtera di masa tuanya. Kesibukan keluarga dalam
pekerjaan berdampak terhadap kelonggaran mereka dalam merawat
anggota keluarga termasuk lansia, sehingga peran keluarga dalam merawat
lansia kurang.Dahliyani dkk (2014) yang meneliti aktivitas keluarga
dengan tingkat kemandirian dalam merawat anggota keluarga
menyimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas keluarga maka
kemandiriannya semakin rendah.
Berdasarkan hasil diatas, maka dari itu penulis berkeinginan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh nenek S dengan
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat terkait masalah
rematik dengan memberikan edukasi dan demonstrasi guna meningkatkan
pengetahuan serta terapi tradisional masalah kesehatannya.

I.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan ini antara lain :
1. Bagaimanakah Konsep Keperawatan Gerontik ?
2. Bagaimanakah Konsep Penyakit Pada nenek S?
3. Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik ?
4. Bagaimanakan Peran Perawat Dalam Keperawatan Gerontik
5. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada nenek S?
6. Bagaimanakah Analisis Antara Intervensi Asuhan Keperawatan
Dan Konsep Keperawatan Gerontik?
I.3 Tujuan Penulisan
I.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan terkait
konsep dari keperawatan gerontik dan menjelaskan terkait asuhan
keperawatan gerontik yang telah diberikan kepada nenek S terkait masalah
kesehatannya dengan memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi.

I.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus pada penulisan ini adalah
1. Memahami Konsep Keperawatan Gerontik
2. Memahami Konsep Penyakit nenek S
3. Memahami Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik
4. Mengetahui Peran Perawat Dalam Keperawatan Gerontik
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada nenek S
6. Mengetahui Analisis Antara Intervensi Asuhan Keperawatan Dan
Konsep Keperawatan Gerontik

I.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini antara lain :
1. Meningkatkan pengetahuan terkait konsep keperawatan gerontik
2. Memberikan gambaran asuhan keperawatan yang telah diberikan
kepada nenek S guna mengatasi masalah rematik yang dialaminya
3. Membandingkan hasil antara asuhan keperawatan dan konsep sehingga
dapat terlihat adanya perbedaan ataupun kesamaan antara teori dan
hasil pemberian asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Lansia


Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan aktifitas
jaringan untuk memperbaiki atu mengganti diri dan mempertahankan
strukrur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas dan memperbaiki kerusakan yang dide rita (Darmojo,2010).
Batasan umur menurut organisasi WHO ada 4 tahap lansia
meliputi : usia pertengahan (Middle age )= kelompok usia 45-59 tahun,
usia lanjut (Elderly)= antara 60-74 tahun, usia lanjut tua (Old)= antara 75-
90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old)=diatas 90 tahun. Di indonesia
batasan mengenai lansia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahtereraan lanjut usia pada
Bab 1 pasal 1 ayat 2 Menurut undang-undang tersebut diatas lanjut adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita
(Kurhariyadi,2011).

II.2. Perubahan Pada Lansia (Terkait Kasus)


Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Menurut Nugroho (2000) Perubahan Fisik pada lansia adalah :
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme
perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra
sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih
sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.

d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi
suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani
menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

e. Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur
ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal
±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh


Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering
ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan
reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman nafas
turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

i. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering
terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan
menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse
berefek pada seks sekunder.

j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen,
progesterone, dan testoteron.

k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya,
perubahan pada bentuk sel epidermis.

l. System Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
2. Perubahan psikososial
a. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda ( multiple
pathology ), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang
sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan- kebutuhan fisik
dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau
harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir
fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya
dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara
seimbang.

b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual


Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan
jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis,
baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi,
karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi,
golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

1) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual


padlansia.
2) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta
diperkuat oleh tradisi dan budaya
3) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya.
4) Pasangan hidup telah meninggal.
5) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah
kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat
menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan,
peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya
seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada
yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang
seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap
tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu,
baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan
diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada
masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-
kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk
masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan
terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu
dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap
memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan
kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan
pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-
masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri
yang sangat banyak jenis dan macamnya.

d. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak
fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas,
selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa
terasing atau diasingkan.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya


lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya
ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti
anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut
membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau
sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup
namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi
hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.
III.3. Konsep Penyakit Terkait Kasus
III.3.1 Pengertian Rematik
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (encok), arthritis
(radang sendi) yang menyebabkan pembengkakan, (Utomo2005).
Penyakit rematik meliputi cakupan dari penyakit yang dikarakteristikkan
oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak
(Soumya,2011).
Berdasarkan definisi diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit
rematik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada
persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas serta
menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya
semakin lama semakin parah.

III.3.2 Klasifikasi Rematik


Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat
dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu: rematik artikular dan rematik
non artikular. Rematik Artikular atau Arthritis (radang sendi) merupakan
gangguan rematik yang berlokasi pada persendian, diantaranya meliputi
Arthritis Rheumatoid, Osteoarthritis, Olimiagia Reumatik, Artritis gout.
Rematik non artikular arau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang
disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya Bursitis, Fibrositis,
Sciatica (Hembing,2006).
Rematik dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu:

a. Osteoatritis

Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang


berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut.

Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran


sendi,dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar menananggung beban.
b. Artritis Rematoid

14
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama Poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada
pasien Atritis Rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya.
Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan
umum cepat lelah.
c. Olimialgia Reumatik

Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa


nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas
proksimal, leher, bahu, dan panggul. Terutama mengenai usia
pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun keatas.
d. Artritis gout

Suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,


Artritis akut. Penyakit ini terjadi pada pria dan wanita pada
usia pertengahan.
III.3.3 Etiologi Rematik
Penyebab rematik hingga saat ini masih belum terungkap, Namun beberapa
resiko untuk timbulnya rematik diantara lain adalah:

a. Umur

Dari semua faktor resiko timbulnya rematik, faktor ketuaan


adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya rematik semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Rematik terjadi pada
usia lanjut.
b. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena rematik pada lutut dan pria lebih
sering terkena pada paha, pergelangan tangan dan leher.
c. Genetik

15
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya
pada seorang ibu dari seorang wanita dengan rematik pada
sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering
rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibuknya.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya rematik paha lebih jarang diantara orang berkulit
hitam dengan orang berkulit putih dan usia dari pada
kaukasia. Rematik lebih sering dijumpai pada orang-orang asli
amerika dari pada orang berkulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainanan kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan (Obesitas)
Berat badan berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya rematik pada pria dan wanita. Karena
menahan beban berat badan sehinga mengangu sendi.

III.3.4 Manifestasi Klinis


a. Nyeri pada anggota gerak.
b. Kelemahan otot.
c. Peradangan dan bengkak pada sendi.
d. Kekakuan sendi.
e. Kejang dan kontraksi pada otot.
f. Gangguan fungsi.
g. Sendi berbunyi (Krepitasi)
h. Sendi goyah.
i. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas).
j. Timbulnya benjolan nodul.

(Soumya,2011)

16
17
III.3.5 Patofisiologi

Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke


struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan
sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon
meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih,
pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan
jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran
sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran
darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan
berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh
jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan
pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak
sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.

18
WOC

Reaksi Faktor Rematik Dengan Antibodi, Faktor Metabolik, Infeksi Dengan


Kecenderunan Virus

Nyeri Reaksi Peradangan

Sinovial Menebal

Pannus Nodul Deformitas Sendi Gg Bodi


image

Informasi tentang proses penyakit Infltrasi kedlm os. Subcondria

Hambatan Nutrisi Pada Kartilago Artikulasi

Kurang Pengetahuan

Kartilago Nekrosis

Kerusakan Kartilago & Tulang

Erosi Kartilago
Tendon & ligament melemah

Mudah Luksasi Adhesi pd Permukaan Sendi


& Subluksasi
Ankilosis Finbro Ankilosis Tulang
Hilangnya Kekuatan otot Kekuatan Sendi Terbatasnya Gerakan Sendi
19
Resiko Cedera Gg. Mobilitas Fisik Defisit Self Care

20
III.3.6 Pemeriksaan Penunjang

Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa


klinis)
1. Tes serologik

2. rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif. Catatan: 100%


dengan factor rematoid yang positif jika terdapat nodul
atasindroma Sjogren.
3. Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada
kira-kira 20 kasus.
4. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena, perubahan-
perubahan yang dapat di temukan adalah:
- Pembengkakan jaringan lunak

- Penyempitan rongga sendi

- Erosi sendi

- Osteoporosis juksta artikule

5. Untuk menilai aktivitas penyakit:

1) Erosi progresif pada foto sinar X serial.

2) LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang


meningkat pada artritisreumatoid meliputi :
- penyakit aktif

- amiloidosis

- infeksi

21
- sindroma Sjorgen ;

22
3) Anemia : berat ringannya anemia normakromik biasanya
berkaitan dengan aktifitas.
4) Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkin
terdapat kelainan ekstra artikuler.
5) Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.

III.3.7 Pencegahan Rematik

a. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri,


sebaiknya berat badan diturunkan.
b. Istirahat yang cukup.

c. Hindarilah makanan secara berlebihan fakor pencetus rematik.

Makanan yang mengandung banyak purin misalnya : daging,


jeroan, babat, usus, hati.

23
III.3.8 Penatalaksanaan Keperawatan

1. Memberikan Pendidikan

Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang


patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit termasuk
komponen penatalaksanaan regimen obat yang kompleks.
Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan
siapa saja yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa
istirahat yang cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan
sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang berat secara
perlahan-lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai
rasa lelah yang hebat. Oleh karena itu, pasien harus
membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi
yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.

24
5. Gizi

Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk


mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal
serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein
cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan
disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata
– rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari,
karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75%
dari kebutuhan energi total.

III.3.9 Penatalaksanaan Medis

Oleh karena penyebab pasti arthritis Reumatoid tidak


diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang dapat
menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan
kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan
bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat
progresifvtas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah
sebagai berikut.
- Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan

- Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan


maksimal dari penderita

25
- Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang
terjadi pada sendi.
- Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung
pada orang lain.
Cara penatalaksanaan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di
atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah
memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit
kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang
berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan
meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit),
penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit
ini, semua komponen program penatalaksanaan, sumber-
sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode
efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim
kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara
terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai
rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat
saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita
merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus

26
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu
beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi

Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan


fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif
pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari.
Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum
memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Latihan dan
termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan
yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi
fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat
merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah
lemah oleh adanya penyakit.
d. Obat-obatan

Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh


program penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan
yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan
penyakit.

27
III.3.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, alamat, agama, status perkawinan, dx. Penyakit.
tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk rematik lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk


dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat


intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal).
3. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial,


pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.

28
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan
pada mata dan membran mukosa.

29
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera;
distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas
skeletal Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas,
penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya
pemahaman/ mengingat,kesalahan
II.4. Asuhan Keperawatan Lansia
II.4.1 Pengkajian Keperawatan Lansia
1. Definisi Pengkajian Keperawatan Lansia
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi
lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis
masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengkajian Pada Lansia


a. Interelasi (saling keterkaitan) antara aspek fisik dan psikososial: terjadi penurunan
kemampuan mekanisme terhadap stres, masalah psikis meningkat dan terjadi
perubahan pada fisik lansia.
b. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
30
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian, yaitu: ruang yang adekuat,
kebisingan minimal, suhu cukup hangat, hindari cahaya langsung, posisi duduk
yang nyaman, dekat dengan kamar mandi, privasi yang mutlak, bersikap sabar,
relaks, tidak tergesagesa, beri kesempatan pada lansia untuk berpikir, waspada
tanda-tanda keletihan.

3. Data Perubahan Fisik, Psikologis Dan Psikososial


a. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.

Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik :


Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran
adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya ingatan
menurun atau melemah,
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak. Pupil:
kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses pemenuaan,
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di bersihkan, apakah
ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi denyut
nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah ada keluhan
pusing, edema.
31
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,
kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan rongga mulut,
auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon,
apakah ada konstipasi(sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia(tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil,
kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan sosial
yang mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan luka,
luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut, keadaan
kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-gangguan umum
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan,keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah
atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
b. Perubahan psikologis, data yang dikaji:
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak,
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan,
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami,
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri,
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan,
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

c. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:


1) Darimana sumber keuangan lansia
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
3) Dengan siapa dia tinggal,
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya,
32
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah,
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi,
8) Seberapa besar ketergantungannya
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada.

d. Perubahan spiritual, data yang dikaji :


1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya,
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa,
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.

II.4.2 Diagnosis Keperawatan Gerontik


1. Pengertian Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada
respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA,
2015-2017).
Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis keperawatan
gerontik adalah keputusan klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap kondisi
kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di keluarga
maupun lansia dalam kelompoknya.

2. Katagori Diagnosis Keperawatan


Ada beberapa tipe diagnosis keperawatan, diantaranya: tipe aktual, risiko,
kemungkinan, sehat dan sejahtera (welfare),dan sindrom.
a. Diagnosis keperawatan aktual
Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis aktual) adalah clinical judgment
yang menggambarkan respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan baik pada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas. Hal ini didukung oleh batasan karakteristik kelompok data yang saling
berhubungan
Contoh :
33
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
2) gangguan pola nafas,
3) gangguan pola tidur,
4) disfungsi proses keluarga,
5) ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.

b. Diagnosis keperawatan risiko atau risiko tinggi


Adalah clinical judgment yang menggambarkan kerentanan lansia sebagai
individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang memungkinkan berkembangnya
suatu respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan/proses
kehidupannya. Setiap label dari diagnosis risiko diawali dengan frase: “risiko”
(NANDA, 2014). Contoh diagnosis risiko adalah:
1) Risiko kekurangan volume cairan,
2) Risiko terjadinya infeksi,
3) Risiko intoleran aktifitas,
4) Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua,
5) Risiko distress spiritual.

c. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan


Adalah Clinical judgement yang menggambarkan motivasi dan keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk mengaktualisasikan potensi
kesehatan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Respon dinyatakan
dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan yang spesifik dan dapat
digunakan pada seluruh status kesehatan. Setiap label diagnosis promosi kesehatan
diawali dengan frase: “Kesiapan meningkatkan”…… (NANDA, 2014).
Contoh :
1) Kesiapan meningkatkan nutrisi,
2) Kesiapan meningkatkan komunikasi,
3) Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan,
4) Kesiapan meningkatkan pengetahuan,
5) Kesiapan meningkatkan religiusitas.

d. Diagnosis keperawatan sindrom


34
Adalah clinical judgement yang menggambarkan suatu kelompok diagnosis
keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi masalah secara bersama dan melalui
intervensi yang sama. Sebagai contoh adalah sindrom nyeri kronik
menggambarkan sindrom diagnosis nyeri kronik yang berdampak keluhan lainnya
pada respon klien, keluhan tersebut biasanya diagnosis gangguan pola tidur, isolasi
sosial, kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik. Kategori diagnosis sindrom dapat
berupa risiko atau masalah.
Contoh:
1) Sindrom kelelahan lansia,
2) Sindrom tidak berguna,
3) Sindrom post trauma,
4) Sindrom kekerasan.

e. Rumusan diagnosis keperawatan


1) Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia sebagai individu
a) Katagori aktual, contoh :
1)) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
2)) Gangguan pola nafas,
3)) Gangguan pola tidur,
b) Katagori risiko, contoh :
1)) Risiko kekurangan volume cairan
2)) Risiko terjadinya infeksi
3)) Risiko intoleran aktifitas
c) Promosi kesehatan, contoh :
1)) Kesiapan meningkatkan nutrisi
2)) Kesiapan meningkatkan komunikasi
3)) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan
d) Sindrom
1)) Sindrom kelelahan lansia
2)) Sindrom tidak berguna
2) Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia sebagai anggota keluarga
a) Katagori aktual, contoh :
1)) Ketidakefektifan manajemen terapeutik keluarga pada Nenek S
35
2)) Gangguan proses keluarga Nenek S
b) Katagori risiko, contoh :
1)) Risiko terjadinya disfungsi keluarga Nenek S
2)) Risiko penurunan koping keluarga Nenek S
c) Promosi kesehatan, contoh :
1)) Kesiapan meningkatkan komunikasi keluarga Nenek S
2)) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan keluarga Nenek S
3) Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia dalam kelompok
a) Katagori aktual
Gangguan aktivitas fisik pada kelompok lansia di Panti Werdha
b) Katagori risiko
Risiko trauma fisik pada lansia pada kelompok lansia

II.4.3 Intervensi Keperawatan Gerontik


1. Pengertian Perencanaan Keperawatan Gerontik
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah lansia.

2. Prioritas Masalah Keperawatan


Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan setelah
tahap diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka
perawat dapat mengetahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama
kali atau yang segera dilakukan. Terdapat beberapa pendapat untuk menentukan
urutan prioritas, yaitu:
a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang
dilatarbelakangi oleh prinsip pertolongan pertama, dengan membagi beberapa
prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah.
1) Prioritas tinggi:

36
Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa
seseorang) sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu seperti masalah bersihan
jalan napas (jalan napas yang tidak effektif).
2) Prioritas sedang:
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam
hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.

3) Prioritas rendah
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan
prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik, seperti masalah keuangan
atau lainnya.
b. Berdasarkan kebutuhan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan
kebutuhan, diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan,
mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri. Untuk prioritas diagnosis
yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan tersebut berdasarkan kebutuhan
dasar manusia, diantaranya :
1) Kebutuhan fisiologis
Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan
kulit, mobilitas, dan eliminasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian,
bebas dari infeksi dan rasa takut.
3) Kebutuhan mencintai dan dicintai
Meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok antar
manusia.
4) Kebutuhan harga diri
Meliputi masalah respect dari keluarga, perasaaan menghargi diri sendiri.
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.

3. Penentuan Tujuan Dan Hasil Yang Di Harapkan

37
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosis
keperawatan, dengan kata lain tujuan merupakan sinonim kriteria hasil (hasil yang
diharapkan) yang mempunyai komponen sebagai berikut:
S (subyek) P (predikat) K (kriteria) K (kondisi) W (waktu), dengan penjabaran sebagai
berikut:
S : Perilaku lansia yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi lansia.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standard evaluasi yang
merupakan gambaran faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah
tercapai. Kriteria hasil ini digunakan dalam membuat pertimbangan dengan cirri-ciri
sebagai berikut: setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan,
hasil yang ditetapkan sebelumnya memungkinkan dicapai, setiap kriteria hasil adalah
pernyataan satu hal yang spesifik, harus sekongkrit mungkin untuk memudahkan
pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, hasilnya dapat dilihat, didengar
dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif.
Contoh: gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada lansia teratasi
dengan kriteria hasil berat badan seimbang, porsi makan habis; setelah dilaksanakan
asuhan keperawatan selama 7 hari.

4. Rencana Tindakan
Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya adalah menyusun rencana
tindakan. Berikut ini dijelaskan rencana tindakan beberapa masalah keperawatan yang
lazim terjadi pada lansia.
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, gigi tidak lengkap, rasa penuh pada
perut dan susah buang air besar, otot-otot lambung dan usus melemah.
Rencana makanan untuk lansia :
1) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan,
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin,
38
3) Berikan makanan yang mengandung serat,
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori,
6) Batasi minum kopi dan teh.

b. Gangguan keamanan dan keselamatan lansia :


Penyebab kecelakaan pada lansia :
1) Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2) Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3) Pencahayaan yang berkurang.
4) Lantai licin dan tidak rata.
5) Tangga tidak ada pengaman.
6) Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.

Tindakan mencegah kecelakaan :


1) Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
2) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
3) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
4) Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
5) Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan obat
penenang/deuretik.
6) Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
7) Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
8) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau.
9) Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara penggunaannya.
10) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
11) Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat
yang biasa digunakannya.
12) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
13) Pasang pegangan dikamar mandi/WC
14) Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100
watt.

39
15) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan
mata sesaat.
c. Gangguan kebersihan diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
1) Penurunan daya ingat,
2) Kurangnya motivasi,
3) Kelemahan dan ketidak mampuan fisik.

Rencana tindakan untuk kebersihan diri, antara lain :


1) Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri,
2) Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak
atau berikan skin lotion
3) Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata,
4) Membantu lansia untuk menggunting kuku.

d. Gangguan istirahat tidur


Rencana tindakannya, antara lain :
1) Sediakan tempat tidur yang nyaman,
2) Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari,
3) Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-bauan,
4) Latih lansia dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi darah
dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi),
5) Berikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.

e. Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi


Rencana tindakan yang dilakukan antara lain :
1) Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata,
2) Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan,
3) Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia,
4) Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan atau perawat tanggap
terhadap respon verbal lansia,
5) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia,
6) Menghargai pendapat lansia.
40
f. Masalah mekanisme pertahanan diri (Koping)
Rencana tindakan yang dilakukan :
1) Dorong aktifitas sosial dan komunitas,
2) Dorong lansia untuk mengembangkan hubungan,
3) Dorong lansia berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama,
4) Dukung lansia untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang sesuai,
5) Kenalkan lansia kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama.

g. Masalah cemas
Rencana tindakan yang dilakukan adalah
1) Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat terjadinya cemas,
2) Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan mengurangi
ketakutan,
3) Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas,
4) Latih klien untuk teknik relaksasi.

II.4.4 Implementasi Keperawatan Gerontik


1. Pengertian Tindakan Keperawatan Gerontik
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Cara Mempertahankan Kemampuan Aktifitas Sehari-Hari Pada Lansia


Strategi mempertahankan kebutuhan aktifitas pada lansia meliputi :
a. Exercise/olahraga bagi lansia sebagai individu/ kelompok
Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang membutuhkan energi; seperti
berjalan, mencuci, menyapu dan sebagainya. Olah raga adalah aktifitas fisik yang
terencana dan terstruktur, melibatkan gerakan tubuh berulang yang bertujuan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani
Manfaat olah raga :
1) Meningkatkan kekuatan jantung sehingga sirkulasi darah meningkat,
41
2) Menurunkan tekanan darah,
3) Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi,
4) Mencegah jatuh & fraktur,
5) Memperkuat sistem imunitas,
6) Meningkatkan endorphin zat kimia di otak menurunkan nyeri sehingga
perasaan tenang & semangat hidup meningkat,
7) Mencegah obesitas,
8) Mengurangi kecemasan dan depresi,
9) Kepercayaan diri lebih tinggi,
10) Menurunkan risiko terjadinya penyakit kencing manis, hipertensi dan jantung,
11) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tidur,
12) Mengurangi konstipasi,
13) Meningkatkan kekuatan tulang, otot dan fleksibilitas.
Latihan senam aerobik adalah olah raga yang membuat jantung dan paru
bekerja lebih keras untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen. Contoh:
berjalan, berenang, bersepeda atau senam, dilakukan sekurang-kurangnya 30 menit
dengan intensitas sedang, dilakukan 5 kali dalam seminggu, 20 menit dengan
intensitas tinggi dilakukan 3 kali dalam seminggu, kombinasi 20 menit intensitas
tinggi dalam 2 hari dan 20 menit intensitas sedang dalam 2 hari.
Latihan penguatan otot adalah aktifitas yang memperkuat dan menyokong otot
dan jaringan ikat. Latihan dirancang supaya otot mampu membentuk kekuatan
untuk menggerakkan dan menahan beban seperti aktivitas yang melawan gravitasi
(gerakan berdiri dari kursi, ditahan beberapa detik dan dilakukan berulang-ulang).
Penguatan otot dilakukan 2 hari dalam seminggu dengan istirahat untuk masing-
masing sesi dan untuk masing-masing kekuatan otot.
Fleksibilitas dan latihan keseimbangan adalah aktifitas untuk membantu
mempertahankan rentang gerak sendi (ROM) yang diperlukan untuk melakukan
aktifitas fisik dan tugas sehari-hari secara teratur.

b. Terapi Aktifitas Kelompok


Terapi aktivitas pada lansia sebagai individu/kelompok dengan indikasi
tertentu. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang dilakukan atas

42
kelompok penderita bersama-sama dengan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
1) Mengembangkan stimulasi persepsi,
2) Mengembangkan stimulasi sensoris,
3) Mengembangkan orientasi realitas,
4) Mengembangkan sosialisasi.

Jenis Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia


1) Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, kualitas dari musik yang
memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak
pada struktur dan urutan matematis yang dimiliki. Lansia dilatih dengan
mendengarkan musik terutama musik yang disenangi.
2) Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Proses ini diharapkan mengembangkan respon lansia terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan dan menjadi adaptif. Aktifitas berupa
stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: seperti membaca majalah,
menonton acara televisie. Stimulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi lansia yang mal adaptif atau destruktif, misalnya
kemarahan dan kebencian.
3) Orientasi Realitas
Lansia diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan
klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien.
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana
ke depan. Aktifitasnya dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda
yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
4) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu

43
per satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi
dalam kelompok.

Tahap Terapi Aktivitas Kelompok


a. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi pemimpin,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi
pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan
kelompok (biaya dan keuangan jika memungkinkan, proyektor dan lain-lain).
b. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi, yaitu orientasi, konflik
atau kebersamaan.
c. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system sosial masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontak dengan anggota.
d. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa
yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
e. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan nengatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil
dan realistik, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
f. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

II.4.5 Evaluasi Keperawatan Gerontik


1. Definisi Evaluasi Keperawatan Gerontik

44
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang tampilkan.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana, dan
pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
c. Mengukur pencapaian tujuan,
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan,
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu.

2. Manfaat Evaluasi Dalam Keperawatan


a. Menentukan perkembangan kesehatan klien,
b. Menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan,
c. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan,
d. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses
keperawatan,
e. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatan.

Jenis Evaluasi menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven
& Hirnle, 2003), terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan
dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses
45
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup
jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi
dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons perilaku lansia
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah
perawat melakukan tindakan pada lansia. Evaluasi hasil/sumatif: menilai hasil
asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku lansia
setelah semua tindakan keperawatan dilakukan. Evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
Hasil evaluasi yang menentukan apakah masalah teratasi, teratasi sebagian,
atau tidak teratasi, adalah dengan cara membandingkan antara SOAP (Subjektive-
Objektive- Assesment-Planning) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari lansia setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.

Contoh:
S : Lansia mengatakan sudah menghabiskan makanannya
O : Porsi makan habis, berat badan naik, semula BB=51 kg menjadi 52 kg
A : Tujuan tercapai
P : Rencana keperawatan dihentikan

46
II.5. Peran Perawat
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi perawat gerontik adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada segala
usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang
dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas
pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being (memperhatikan serta mengurangi resiko
terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan lansia supaya mampu
berkembang sesuai kapasitasnya).
8. Listern and support (mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement and hope (memberikan semangat, dukungan dan harapan
pada lansia).
10. Generate, support, use and participate in research (menerapkan hasil penelitian, dan
mengembangkan layanan keperawatan melalui kegiatan penelitian).
11. Implement restorative and rehabilititative measures (melakukan upaya pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan).
12. Coordinate and managed care (melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan).
13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner (melakukan
pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan
perawatan secara menyeluruh).
14. Link services with needs (memmberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15. Nurture future gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa
depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (mengenal dan
mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja).
47
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan
dalam menghadapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN

PENGKAJIAN INDIVIDU
KEPERAWATAN KESEHATAN LANSIA

Tanggal Pengkajian : 24 Januari 2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama : Nenek S
Umur : 73 tahun

48
Jenis Kelamin : Perempuan
Ststaus Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SD
Sumber Informasi : Nenek S
Keluarga yang dapat dihubungi : Anak
Diagnosa medis (bila ada) : Rematik
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Lansia mengatakan nyeri pegel-pegel pada bagian tubuhnya jika kelelahan setelah
melakukan aktivitas sehari-hari dan pada malam hari terkadang sulit untuk tidur dan sering
terbangun apalagi jika nyerinya sedang kambuh,nyeri lutut sangat terasa ketika cuaca
sedang dingin. Nenek S akhir-akhir merasa khawatir jika anaknya yang bekerja belum
pulang, nenek S tidak berani jika malam hari di rumah sendiri karena takut tidak ada yang
menjaganya, jika malam hari nenek S ingin buang air kecil terkadang ditahan karena tidak
berani untuk ke kamar mandi sendirian dan tidak enak jika membangunkan anaknya.
P : Kelelahan jika beraktivitas lebih
Q : Nyeri (3), kemeng
R : Ekstremitas bawah ( Paha, lutut dan bagian pinggang)

2. Kronologi Keluhan
a. Faktor pencetus
Kelelahan
b. Timbulnya keluhan : (V) mendadak () bertahap
c. Lamanya : 2 tahun yang lalu
d. Tindakan utama mengatasi : Minum obat dan terkadang berendam di air hangat
III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Tidak ada
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Riwayat keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan.
V. STATUS PEMERIKSAAN FISIK
49
A. Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah (TD) : 110/70 mmHg
b. Nadi : 78x/menit
c. RR : 20x/menit
d. Suhu : 36.70C
e. Tinggi Badan : 157 cm
f. Berat Badan : 57 kg
2. Kepala dan Rambut
Inspeksi: kepal simetris, penyebaran rambut rata, rambut berwarna putih dan kehitaman,
rambut bersih dan tidak ada ketombe, tidak ada bau.
Palpasi: kepala tidak ada benjolan dan luka
3. Mata
Inspeksi: mata simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva ananemis, pandangan masih
jelas, masih bisa melihat dengan jelas dengan jarak jauh, masih bisa membaca buku atau
tulisan dengn font 12-14 dengan jarak 50-60 cm
Palpasi: tidak ada nyeri, tidak ada benjolan.
4. Hidung
Inspeksi: hidung terlihat simetris, tidak ada sumbatan dan bersih, tidak sedang flu, bisa
mencium bau minyak kayu putih dan parfum.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, tidak ada sinus
5. Telinga
Inspeksi: hidung terlihat simetris, tidak ada sumbatan dan bersih tidak ada serumen.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan, fungsi pendengaran menurun.
Harus keras jika berbicara dengan nenek S
6. Mulut
Inspeksi: mulut bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, warna bibir merah
kehitaman, gigi tidak lengkap karena penuaan, gigi ada yang bolong, mulut tidak
berbau. Langit-langit dan lidah tampak bersih
7. Leher
Inspeksi: tidak ada luka

50
Palpasi: nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
benjolan ataupun tidak merasakan nyeri dan sakit, refleks menelan baik, teraba vena
jugularis.
8. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, kering, halitosis, tidak ada sariawan, tidak ada
ginggivitis, terdapat gigi geraham Nenek S yang masih tersisa sedikit dan kadang terasa
sakit jika dipakai mengunyah makanan yang agak keras.

B. Sistem Pernafasan
Dada simetris, tidak ada pembengkakan Frekuensi nafas normal 17x/menit, nafas reguler,
nafas spontan tidak menggunakan otot bantu nafas, suara nafas vesikuler tidak ada suara
tambahan.

C. Sistem Kardiovaskuler
Frekuensi nadi 80x/menit, suara jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan (galop
dan murmur), nadi karotis, nadi brakialis, nadi radialis terapa dengan kuat, TD 110/70
D. Sistem Pencernaan
BAB 1 x sehari pada pagi hari, tidak ada nyeri tekan, bising usus 8x/menit.
E. Sistem Perkemihan
BAK tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan obat pencahar, tidak ada nyeri.masih bisa
menahan BAK
F. Sistem Integumen
Tidak terkaji
G. Ektremitas
1. Estremitas Atas
Tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan. Kuku bersih capillary refill
kembali < 2 detik. Kekuatan otot 5555l5555
2. Ekstremitas Bawah
Kuku bersih, capilary refil kembali < 2 detik, telapak kaki pecah- pecah. Nenek S
mengatakan sering mengalami nyeri dan kemeng dibagian kedua kaki pahanya.
Kekuatan otot 4444l4444

51
VI. PENILAIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITIAL
A. Pola Interaksi Dengan Lingkungan
Nenek S merasa betah dan nyaman tinggal di rumah dikarenakan tinggal bersama anak dan
cucu-cucunya. Di lingkungan sekitar nenek S merasa beruntung karena memiliki tetangga
yang baik, ramah dan saling tolong menolong. Nenek S berinteraksi sangat baik dengan
keluarga dan tetangganya. Saling memberi perhatian dan tolong menolong membuat nenek
S bahagia. Nenek S rajin mengikuti kegiatan kajian, arisan dan perkumpulan yang diadakan
oleh RT atau warga setempat maka dari itu tetangga nenek S juga sangat mengenalinya.

B. Bahasa
Bahasa yang digunakan Nenek S adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia
C. Perhatian Dengan Orang Lain/Lawan Bicara
Nenek S memperhatikan jika ada orang yang berbicara dan kontak mata selalu ada. Namun
terkadang Nenek S sedikit lama untuk merespon pertanyaan atau ucapan dari lawan bicara.
D. Keadaan Emosi
Nenek S jarang mengekspresikan kesedihannya. Jika sudah lelah baru nenek S terkadang
nangis dan itupun sangat jarang. Nenek S mengatakan hidup tenang untuk sekarang ini
membuat hatinya lega dan bahagia.
E. Persepsi Klien Tentang Kondisinya
Nenek S mengatakan dirinya sudah tua jadi sebisa mungkin menjaga pola makan dan
pikirannya. Ketika pegel-pegel dan nyeri menyerang Nenek S menganggapnya penyakit
tersebut karena sudah tua.

F. Konsep Diri
1. Gambaran Diri
Nenek S mengatakan dirinya sudah tidak muda lagi, pendengarannya sudah terganggu
sehingga terkadang menyulitkan dirinya untuk mendengar. Nenek S juga terkadang lupa
menaruh uang dan hal itu dianggapnya wajar karena Nenek S sadar sudah semakin tua
daya ingat menurun. Kaki pegel-pegelnya sering terasa jika Nenek S mengalami
kelelahan oleh sebab itu Nenek S mengatakan harus banyak istirahat.
2. Ideal Diri
Nenek S mempunyai harapan supaya hidupnya selalu tenang dan bahagia tidak ada
sesuatu hal yang membuat khawatir. Nenek S juga ingin anaknya beserta suaminya
52
selalu rukun dan saling memberikan kasih sayang sehingga Nenek S tidak merasa
khawatir.
3. Harga Diri
Nenek S mengatakan ketika dirinya dibutuhkan oleh orang lain Nenek S merasa senang
dan Nenek S juga jarang mau untuk dibantu oleh anaknya. Nenek S terkadang merasa
sedih jika dirinya sedang memasak tetapi makanannya tidak disukai dan tidak
dihabiskan oleh cucu-cucunya karena Nenek S sangat mencintai cucunya.
4. Peran Diri
Nenek S berperan sebagai lansia yang tinggal bersama dengan anak dan cucunya. Nenek
S adalah sosok nenek yang baik bagi anak dan cucunya karena selalu memberikan
perhatian dan kasih sayang. Ketika cucunya minta untuk dimasakan mie ataupun
meminta sesuatu nenek S selalu bersedia karena diirnya mengatakan itu salah satu
bentuk perhatian dan kasih sayang.
5. Identitas Diri
Nenek S seorang lansia berumur 72 tahun. Nenek S seorang yang bertanggung
jawab dan penuh perhatian.
G. Spiritual
Nenek S melakukan aktivitas keagamaan yang dianutnya, selalu shalat 5 waktu di masjid
dan mengaji setiap habis shalat magrib serta aktif dalam kajian setiap bulan.

PENILAIAN KEMANDIRIAN LANSIA


A. INDEKS KATZ
1. Mandi (ke kemar mandi, menggosok bagian tubuh, gosok gigi)
√ Tanpa bantuan
Dengan menggunakan bantuan tapi hanya untuk satu bagian tubuh (misalnya:
menggosok bagian punggung/kaki)
2. Berpakaian (memakai dan melepaskan pakaian dan melakukannya dengan cepat)
Memakai pakaian komplit tanpa bantuan
√ Memakai pakaian tanpa bantuan, tapi kegiatan tertentu memerlukan asisten, seperti:
memakai/mengikat tali sepatu
3. Toilet (pergi ke toilet, untuk BAB dan BAK, membersihkan diri sendiri serta memakai
baju/celana sendiri)
53
Dapat pergi ke toilet, membersihkan sendiri dan menata baju/celana tanpa bantuan

sama sekali
Membtuhkan bantuan untuk pergi ke toilet, membersihkannya, memakai pakaian
setelah eliminasi
4. Pergerakan
Bergerak dari dan ke tempat tidur, kursi tanpa bantuan/asisten (mungkin bisa juga

dengan pegangan/tongkat penyangga)
Bergerak dari dan ke tempat tidur dengan bantuan/asisten
Tidak dapat bergerak dari tempat tidur sama sekali
5. Continence

√ Dapat mengontrol saat BAK dan BAB dengan sendiri


Kadang tidak dapat mengontrol saat BAK dan BAB sendiri
Membutuhkan bantuan serta supervisi untuk mengontrol BAK dan BAB atau dengan
penggunaan kateter
6. Makan
√ Makan sendiri tanpa bantuan
Makan sendiri tetapi membutuhkan bantuan untuk memotong makanan seperti daging,
sayur atau buah
Makan dengan bantuan/makan melalui IV flids/tubes
Keterangan:
: Mengindikasikan kemandirian
: Mengindikasikan ketergantungan

Hasil Penilaian:
Hasil penilaian dari pengkajian indeks katz adalah jawaban yang mengindikasikan kemandirian
berjumlah 6. Nenek S Mengindikasikan Ketidaktergantungan dalam keenam fungsi.

Kategori:
A: Ketidaktergantungan dalam semua fungsi keenam fungsi

B. BARTHEL INDEKS
No Aktivitas Dengan Tanpa
54
. Batuan Bantuan

1. Makan (jika makan harus dipotong terlebih 5 10


dahulu bearti memerlukan bantuan) √

2. Bergerak dari kursi roda ke tempat tidur 5-10 15


dan kembali (termasuk duduk tegak di √
tempat tidur)

3. Personal toilet (mencuci muka, menyisir 0 5


rambut, bercukur, membersihkan gigi) √

4. Duduk dan berdiri dari toilet (cara 5 10


memegang pakaian, mengelap, menyiram √
WC)

5. Mandi sendiri 0 5

6. Berjalan di permukaan yang berbeda (jika 10 15


tidak bisa berjalan penggunaan kursi roda) √

7. Naik turun tangga 5 10


8. Berpakaian (termasuk didalamnya mengikat 5 10


tali sepatu, mengencangkan, dan √
mengendorkannya)

9. Mengontrol BAB 5 10

10. Mengontrol BAK 5 10


Jumlah 100

Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari pegkajian Nenek S adalah mendapatkan skor 100 dengan hasil penilaian
Mandiri.
Penilaian:
0-20 : Ketergantungan
55
21-61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : Ketergantungan berat
91-99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

PENGKAJIAN STATUS MENTAL


A. SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTION ARE (SPMSQ)
Benar Salah No. Pertanyaan

√ 1. Tanggal berapa hari ini (tanggal, bulan, tahun)?

√ 2. Hari apa hari ini?

√ 3. Apa nama tempat ini?

√ 4. Dimana alamat anda?

√ 5. Berapa umur anda sekarang?

√ 6. Tanggal, bulan, dan tahun anda dilahirkan?

√ 7. Siapa presiden kita saat ini?

√ 8. Siapa presiden sebelumnya?

√ 9. Siapa nama ibu anda?

√ 10 Berapakah 20-3? Hasilnya dikurang 3 dan


seterusnya?

Jumlah: salah 0

Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari pengkajian Short Portable Mental Status Question Are (SPMSQA) adalah
berjumlah 0 dengan interpretasi skal 0-2 (fungsi intelektual utuh) yang mengartikan fungsi
intelektual nenek S masih berfungsi secara utuh.

Keterangan:
Pertanyaan 1: Benar apabila dapat menyebutkan tanggal, bulan, dan tahun yang tepat
Pertanyaan 2: Benar apabila dapat menyebutkan hari
Pertanyaan 3: Benar apabila dapat mendeskripsikan temapt dengan benar
Pertanyaan 4: Benar apabila dapat menyebutkan alamat dengan benar
56
Pertanyaan 5: Benar apabila dapat menjawab umur sesuai dengan kelahirannya
Pertanyaan 6: Benar apabila menjawab tanggal, bulan, dan tahun kelahiran
Pertanyaan 7: Benar apabila menyebutkan nama presiden saat ini
Pertanyaan 8: Benar apabila menyebutkan nama presiden sebelumnya
Pertanyaan 9: Benar apabila dapat menyebutkan nama ibunya
Pertanyaan 10: Benar apabila mengurangi dengan benar sampai akhir

Interpretasi:
Skala 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skala 3-4 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skala 5-7 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Skala 8-10 : Fungsi intelektuan kerusakan berat

B. MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)


No Aspek Kognitif Nilai Kriteria
.

1. Orientasi 9 Dapat menyebutkan dengan benar hari, tanggal,


(Skor maksimum: 10) bulan, tahun sekarang, musim apa, nama
tempat, alamat rumah (jalan, no. Rumah, kota,
kabupaten, dan provinsi), nama presiden
sebelumnya, nama ibu kandung, dan hasil
pengurangan bilangan.

2. Registrasi 3 Pewawancara menyebutkan 3 buah benda, 1


(Skor maksimum: 3) detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah
klien mengulang ke 3 nama tersebut. Berikan
satu angka untuk setiap jawaban yang benar.
Bila masih salah, ulanglah menyebutkan 3 nama
tersebut, samapi ia dapat mengulangnya dengan
benar. Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah
(bola, bendera, pohon).

3. Atensi & Kalkulasi 5 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100


(Skor maksimum: 5) kebawah 1 angka untuk tiap jawaban yang

57
benar. Berhenti setelah 5 hitungan (93, 86, 79,
72, 65). Kemungkinan lain ejalah kata “dunia”
dari akhir ke awal (a-i-n-u-d).

4. Daya Ingat (Recall) 3 Tanyakanlah kembali nama ke 3 benda yang


(Skor maksimum: 3) telah disebutkan diatas. Berikan 1 angka untuk
setiap jawaban yang benar.

5. Bahasa 8 a. Apakah benda-benda ini (perlihatkan pensil


(Skor maksimum: 9) dan arloji) (2 angka).
b. Ulangi kalimat berikut “jika tidak dan atau
tapi”. (1 angka).
c. Laksanakan 3 buah perintah ini, “peganglah
selembar kertas dengan tangan kananmu,
lipatlah kertas dengan tangan kananmu,
lipatlah kertas itu pada pertengahan dan
letakanlah di lantai”. (3 angka).
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut:
“pjamkan mata anda!” (1 angka).
e. Tulislah sebuah kalimat (1 angka).
f. Tirulah gambar ini (1 angka).

Jumlah: 29

Hasil Penilaian:
Hasil penilaian dari pengkajian Mini Mental Status Examination (MMSE) yaitu berjumlah 29 dengan
penilaian 24-30 yang mengartikan penilaian normal.
Pada aspek orientasi Nenek S kesulitan dalam menyebutkan alamat serta tanggal hari, pada
aspek attensi dan kalkulasi Nenek S terlihat bisa menjawab semua pertanyaan, pada aspek
daya ingat Nenek S mengingat semua benda yang sebelumnya ditanyakan, dan pada aspek

58
bahasa Nenek S bisa mengikuti semua intruksi.

Penilaian:
Nilai 24-30 : Normal
Niali 17-23 : Probable gangguan kognitif
Niali 0-16 : Definitif gangguan kognitif

PENGKAJIAN SKALA DEPRESI


No. Pertanyaan Ya Tidak
pilihlah jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda rasakan dalam 1 minggu
terakhir.
1. Apakah anda pada dasarnya anda puas dengan Ya Tidak
kehidupan saat ini 0
2. Apakah anda membatalkan banyak dari rencana Ya Tidak
kegiatan minat anda 0
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda Ya Tidak
kosong/hampa 0
4. Apakah anda sering merasa kebosanan Ya Tidak
0
5. Apakah anda mempunyai suatu harapan/masa Ya Tidak
depan yang baik setiap waktu 0

6. Apakah anda terganggu dengan memikirkan Ya Tidak


kesulitan anda tanpa jalan keluar 0
7. Apakah anda seringkali merasa bersemangat Ya Tidak
1 0
8. Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal yang Ya Tidak
buruk akan menimpa anda 0
9. Apakah anda seringkali merasa gembira Ya Tidak
1 0
10. Apakah anda seringkali merasa tak terbantukan Ya Tidak
1 0
11. Apakah anda seringkali merasa gelisah dan resah Ya Tidak
0
12. Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah Ya Tidak
59
daripada keluar rumah dan melakukan sesuatu 1
hal yang baru
13. Apakah anda seringkali mengkhwatirkan masa Ya Tidak
depan anda 0

14. Apakah anda merasa kesulitan dengan daya Ya Tidak


ingat anda 1
15. Apakah anda berpikir/bersykur masih hidup saat Ya Tidak
ini 0

16. Apakah anda sering merasa kelabu dan berputus Ya Tidak


asa 0

17. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya Tidak


0
18. Apakah anda sering menyesalkan masa lalu anda Ya Tidak
0
19. Apakah menurut anda hidup ini penuh tantangan Ya Tidak
yang menyenangkan 0
20. Apakah anda merasa kesulitan mengawali suatu Ya Tidak
kegiatan 0
21. Apakah anda merasakan penuh daya dan energi Ya Tidak
0
22. Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi Ya Tidak
tanpa harapan 1 0
23. Apakah anda seringkali marah karena alasan Ya Tidak
sepele 1
24. Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih Ya Tidak
baik dari anda 0
25. Apakah anda sering lupa bagaimana menangis Ya Tidak
0
26. Apakah anda sulit berkonsentrasi Ya Tidak
0
27. Apakah anda bangun pagi dengan perasaan yang Ya Tidak
menyenangkan 0
28. Apakah anda lebih suka menghindari Ya Tidak
acara/sosialisasi 1
29. Apakah mudah bagi anda dalam mengambil Ya Tidak

60
keputusan 0
30. Apakah anda berpikiran jernih seperti biasanya Ya Tidak
0
Jumlah item yang terganggu: 8
Hasil Penelitian:
Hasil penelitian dari pengkajian skala depresi adalah 8 jumlah item yang terganggu dengan
keterangan nilai 0 -10 (normal/tidak depresi).
Keterangan:
Pertanyaan bila di jawab dengan pilihan “Ya” atau “Tidak” yang bercetak tebal berarti terganggu:
nilai 1, yang tidak bercetak tebal berarti tidak terganggu: nilai 0, jawaban kemudian dibuat total
skornya, bila:
Nilai 0-10 : Normal/tidak depresi
Nilai 11-15 : Depresi ringan
Nilai 16-20 : Depresi sedang
Nilai 21-30 : Depresi berat

PENGKAJIAN RISIKO JATUH ATAU MORSE FALL SCALE (MFS)


Nama Lansia : Nenek S
Umur : 73 Tahun
Alamat :-
No. Pengkajian Skala Nilai
1. Riwayat jatuh Tidak : 0 0
Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan Ya : 25
terakhir
2. Diagnosa sekunder Tidak : 0 0
Apakah lansia memiliki lebih dari satu Ya : 15
penyakit
3. Alat bantu jalan 0
a. Bed rest/dibantu perawat 0
b. Kruk/tongkat/walker 15
c. Berpegangan pada benda-benda disekitar 30
(kursi, lemari, meja)

4. Terapi intravena Tidak : 0 0


Apakah saat ini lansia terapsang Ya : 20
infus/heparin lock
61
5. Gaya berjalan/cara berpindah 0
a. Normal/bed rest/immobile tidak dapat 0
bergerak sendiri)
b. Lemah (tidak bertenaga) 10
c. Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20

6. Status mental 0
a. Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri 0
b. Lansia mengalami kerusakan daya ingat 15

Total: 0

Hasil Penilaian
Hasil penilaian dari pengkajian risiko jatuh totalnya adalah 0 dengan interpretasi hasil 0-24 yang
mengintrepretasikan nenek S tidak memiliki risiko jatuh.
Interpretasi Hasil:
Nilai 0-24 : Tidak memiliki risiko jatuh
Nilai 25-50 : Risiko jatuh rendah
Nilai >51 : Risiko jatuh tinggi

62
DATA FOKUS

Subjektif Objektif
1. Nenek S mengatakan nyeri sendi di 1. Nenek S sesekali terlihat
bagian lutut, paha dan pinggang memegang lututnya
2. Nenek S mengatakan nyeri yang 2. P: Nyeri karena rematik
paling sering dirasakan dibagian Q: 1-3 menit
lutut dan paha, rasanya kemeng R : Lutut, paha, pinggang
dan ada sensasi panas S:4
3. Nenek S mengatakan jika cuaca T: sewaktu-waktu,makin nyeri jika
dingin sendinya sangat terasa nyeri cuaca dingin
dan kaku terutama dibagian lutut 3. Nenek S menanyakan tentang
4. Nenek S mengatakan jika lututnya penyakit rematik,penyebab dan
sangat nyeri,nenek S hanya diam makanan pantangan
dan menggerang kesakitan 4. Nenek S tampak ingin tahu
5. Nenek S membatasi aktivitasnya 5. Nenek S tampak lesu dan
dikarenakan jika kelelahan mengantuk
tubuhnya akan terasa sakit dan
nyeri

63
6. Nenek S mengatakan belum
mengetahui tentang penyakit
rematik, penyebab rematik dan
makanan pantangan
7. Nenek S mengatakan penyakit ini
sudah 2,5 tahun
8. Nenek S mengatakan sulit tidur
dimalam hari apalagi jika merasak
nyeri di bagian paha dan lutut
9. Nenek merasa gelisah dengan
penyakitnya
10. Nenek S akhir-akhir merasa
khawatir jika anaknya yang bekerja
belum pulang
11. nenek S tidak berani jika malam
hari di rumah sendiri karena takut
tidak ada yang menjaganya
12. jika malam hari nenek S ingin
buang air kecil terkadang ditahan
karena tidak berani untuk ke kamar
mandi sendirian.

ANALISA DATA

Analisa Data Etiologi Problem


DS : Proses menua – Nyeri kronis
1. Nenek S mengatakan nyeri sendi di perubahan (0078)
bagian lutut, paha dan pinggang hormonal – proses
2. Nenek S mengatakan nyeri yang inflamasi –

paling sering dirasakan dibagian permukaan tulang


lutut dan paha, rasanya kemeng dan sendi tidak

64
dan ada sensasi panas lagi licin – tulang
3. Nenek S mengatakan jika cuaca mengalamu
dingin sendinya sangat terasa nyeri gesekan – nyeri
dan kaku terutama dibagian lutut kronis (rematik)

4. Nenek S mengatakan jika lututnya


sangat nyeri,nenek S hanya diam
dan menggerang kesakitan
5. Nenek S membatasi aktivitasnya
dikarenakan jika kelelahan
tubuhnya akan terasa sakit dan
nyeri
6. Nenek S mengatakan belum
mengetahui tentang penyakit
rematik, penyebab rematik dan
makanan pantangan
7. Nenek S mengatakan penyakit ini
sudah 2,5 tahun
8. Nenek S mengatakan sulit tidur
dimalam hari apalagi jika merasa
nyeri di bagian paha dan lutut

DO :
1. Nenek S sesekali terlihat
memegang lututnya
2. P: Nyeri karena rematik
Q: 1-3 menit
R : Lutut, paha, pinggang
S:4
T: sewaktu-waktu,makin nyeri jika
cuaca dingin

65
DS: Kurang terpapar Defisit
1. Nenek S mengatakan belum informasi pengetahuan
mengetahui tentang penyakit tentang rematik
rematik, penyebab rematik dan (D.0111)

makanan pantangan
2. Nenek S mengatakan penyakit ini
sudah 2,5 tahun
DO:
1. Nenek S menanyakan tentang
penyakit rematik,penyebab dan
makanan pantangan
2. Nenek tampak ingin tahu

DS : Ancaman terhadap Ansietas (D0080)


1. Nenek merasa gelisah dengan konsep diri
penyakitnya
2. Nenek S akhir-akhir merasa
khawatir jika anaknya yang bekerja
belum pulang
3. nenek S tidak berani jika malam
hari di rumah sendiri karena takut
tidak ada yang menjaganya
4. jika malam hari nenek S ingin
buang air kecil terkadang ditahan
karena tidak berani untuk ke kamar
mandi sendirian karena nenek S
tidak berani membangunkan
anaknya.

66
III.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d kondisi rematik kronis
2. Defisit Pengetahuan tentang masalah rematik b.d kurangnya terpapar
informasi
3. Ansietas b.d ancaman konsep diri

III. 3 INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238,
b.d kondisi keperawatan selama 3 hari Hal, 201)
rematik kronis diharapkan masalah nyeri 1. Identifikasi
kronis dapat berkurang lokasi,karakteristik,
dengan kriteria hasil durasi frekuensi,kualitas
Tingkat nyeri (L. 08066 intensitas nyeri
Hal, 145) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Kemampuam
3. Identifikasi respon nyeri
menuntaskan aktivitas
non verbal
meningkat
4. Identifikasi pengaruh
2. Keluhan nyeri menurun
budaya terhadap respon
3. Meringis menurun
nyeri
4. Kesulitan tidur menurun
5. Berikan terapi non
5. Gelisah menurun
farmakologis untuk
6. Pola tidur membaik
mengurangi rasa nyeri
(terapi kompres hangat
iagnos nyeri (L.08063
rendaman jahe)
Hal, 58)
6. Kontrol lingkungan yang
1. Kemampuan nyeri
67
terkontrol meningkat memperberat rasa nyeri
2. Kemampuan 7. Fasilitasi istirahat dan
menggunakan teknik tidur
non farmakologis 8. Anjurkan memonitor
meningkat nyeri secara mandiri
3. Dukungan orang 9. Anjurkan menggunakan
terdekat meningkat analgetik secara tepat
Terapi relaksasi (I.09326,
Hal 436)
1. Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
3. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sesudah
dan sebelum latihan
4. Jelaskan tujuan manfaat,
batasan dan relaksasi
teknik nafas dalam
5. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
6. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih

68
7. Demonstrasikan dan
latih teknik teknik
relaksasi nafas dalam

2. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi proses penyakit


pengetahuan keperawatan selama 3 hari (I.2444, Hal 106)
tentang diharapkan masalah Defisit 1. Identifikasi kesiapan dan
rematik b.d pengetahuan tentang kemampuan menerima
kurangnya rematik dapat teratasi informasi
informasi dengan kriteria hasil 2. Sediakan materi dan
tentang Tingkat pengetahuan (L. media pendidikan
rematik 12111, Hal 146)
kesehatan
1. Perilaku sesuai anjuran
3. Berikan kesempatan
meningkat
untuk bertanya
2. Kemampuan
4. Jelaskan penyebab dan
menjelaskan tentang
faktor risiko penyakit
penyakit rematik
5. Jelaskan patofisiologi
meningkat
munculnya penyakit
3. Perilaku sesuai dengan
6. Jelaskan tanda dan
pengetahuan meningkat
gejala yang ditimbulkan
4. Pertanyaan tentang
oleh penyakit
masalah yang dihadapi
7. Ajarkan cara meredakan
menurun
atau mengatasi gejala
yang dirasakan
Motivasi ( L.09080, Hal 67)
8. Anjurkan melaporkan
1. Upaya menyusun
jjka merasakan tanda
rencana tindakan
dan gejala memperberat
meningkat
atau tidak biasa
2. Upaya mencari sumber
sesuai kebutuhan
meningkat
3. Upaya mencari
69
dukungan sesuai
kebutuhan meningkat
Tingkat kepatuhan
(L.12110, Hal 142)
1. Verbalisasi kemauan
mematuhi program
perawatan meningkat
2. Resiko
komplikasi/masalah
kesehatan menurun
3. Tanda dan gejala
menurun
3. Ansietas Tingkat ansietas (L.09093 Reduksi ansietas (I.09314,
Hal 132) Hal 387)
1. Verbalisasi 1. Identifikasi saat tingkat
kekhawatiran akibat ansietas berubah
masalah dihadapi (waktu, stressor
menurun 2. Monitor tanda-tanda
2. Perilaku gelisah ansietas
menurun 3. Ciptakan suasana
terapetik untuk
Dukungan sosial (L. menumbuhkan
13113, Hal 22) kepercayaan
1. Kemampuan meminta 4. Pahami situasi yang
bantuan pada orang lain membuat ansietas
meningkat 5. Dengarkan dengan
2. Bantuan yang penuh perhatian
ditawarkan oleh orang 6. Anjurkan
lain meningkat mengungkapkan
3. Dukungan emosi yang perasaan dan persepsi
disediakan oleh orang 7. Latih kegiatan
lain meningkat pengalihan untuk
70
mengurangi ketegangan
8. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
9. Latih teknik relaksasi

Dukungan pengungkapan
perasaan (I.09267, Hal 35)
1. Identifikasi perasaan
saat ini
2. Identifikasi hubungan
antara apa yang
dirasakan dan perilaku
3. Fasilitasi
mengungkapkan
pengalaman emosional
4. Ajarkan
mengekspresikan
perasaan secara asertif
5. Informasikan menekan
perasaan dapat
mempengaruhi
hubungan interpersonal

III.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DX IMPLEMENTASI EVALUASI
Nyeri kronis Hari/tanggal : 2. nenek S mengatakan nenek S

b.d kondisi Rabu/27 Januari 2021 terbiasa mengonsumsi


rematik Jam 11.30 makanan berprotein tinggi
kronis seperti tempe, tahu dan sudah
1. Mengidentifikasi mengurangi makanan berlemak

71
lokasi,karakteristik, dan tidak makan jeroan ayam
durasi frekuensi,kualitas seperti ampel, hati usus
intensitas nyeri pada 3. nenek mengatakan mengerti
nenek S tentang efektifitas pemberian
2. Mengidentifikasi terapi kompres air hangat jahe
pengaruh budaya dan bersedia menggunakan
terhadap respon nyeri terapi tersebut di rumah jika
makanan yang biasa sedang nyeri sendi.
dikonsumsi oleh nenek 4. Nenek S mengatakan merasa
S nyaman dan terasa bagian
3. Mendemonstrasikan lutunya panas saat diberikan
dan memberikan terapi terapi kompres air hangat
non farmakologis terapi dengan jahe
kompres air hangat 5. Nenek S mengatakan jika
rendaman jahe untuk rematiknya kambuh akan
mengurangi rasa nyeri beristirahat dengan mengurangi
pada lutut nenek S aktivitasnya
4. Memberitahukan 6. Nenek S mengatakan sudah
kepada nenek S supaya teratur minumobat analgesik ()
bisa mengontrol dan setiap dua bulan sekali
lingkungan yang pergi ke pelayanan kesehatan
memperberat rasa nyeri untuk memeriksakan
seperti kebisingan dan kesehatannya
rasa stres yang 7. Nenek S mengatakan akan
menganggu, kemudian berusaha mengendalikan rasa
secara singkat cemas dan stresnya dengan
mengajarkan nenek S menenangkan pikiran
cara terapi relaksasi 8. Nenek S mengatakan akan
nafas dalam memberikan kompres air jahe
5. Memfasilitasi istirahat dua kali dalam sehari
dan tidur nenek S

72
dengan O:

memberitahukan 1. Nenek S terlihat memegangi


kepada nenek S supaya lututnya,skla nyeri 3
jangan beraktivitas 2. Nenek S tampak nyaman ketika
secara berlebihan ketika diberikan terapi kompres air
rematiknya sedang hangat jahe
kambuh 3. Nenek S mengatakan lututnya
6. Menganjurkan nenek S terasa panas saat dikompres
untuk menggunakan dengan air hangat jahe
analgetik secara tepat 4. Nenek S mengganggu-angguk
dan ke pelayanan menandakan mengerti dengan
kesehatan seacra rutin maksud penjelasan yang sudah
7. memberikan edukasi diberikan
kepada nenek S agar 5. Nenek S terlihat semangat dan
rutin memeriksakan diri ingin tahu dalam melakukan
ke pelayanan kesehatan demonstrasi terapi kompres air
dan melakukan terapi hangat dengan jahe
kompres air hngat jahe
secara mandiri di A : Masalah teratasi
rumah P : Intervensi dihentikan

Defisit 1. Memberikan edukasi S :


pengetahuan kepada nenek S tentang 1. Nenek S mengatakan sudah
tentang masalah penyakit jelas tentang pengertian
rematik b.d rematik terkait rematik, faktor resiko rematik,
kurangnya pengertian rematik, penyebab rematik,tanda dan
informasi gejala rematik,diit reamatik ,
faktor resiko rematik,
tentang
penyebab cara pencegahan rematik, cara
rematik
rematik,tanda dan perawatan rematik
gejala rematik,diit 2. Nenek S bertanya tentang
reamatik , cara kesemutan ditangannya itu
pencegahan rematik, termasuk rematik atau bukan
73
cara perawatan rematik 3. Nenek S mengatakan mengerti
2. Memberi kesempatan tentang kesemutan dan akan
kepada nenek S untuk membaluri kesemutannya
bertanya terkait tersebut dengan jahe atau
masalah rematik mengompres dengan air hangat
pakai jahe
O:
1. Nenek S mampu menyebutkan
pengertian rematik, faktor
resiko rematik, penyebab
rematik,tanda dan gejala
rematik,diit reamatik , cara
pencegahan rematik, cara
perawatan rematik
2. Nenek S mampu mengerti
jawaban dari mahasiswa terkait
kesemutan yang ada di
tangannya
A: masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Ansietas 5. Menganjurkan kepada S:


nenek S untuk meminta 1. Nenek S mengatakan merasa
bantuan kepada orang lebih rileks dan tenang setelah
lain atau anaknya jika melakukan relaksasi nafas
nenek S akan ke kamar dalam
mandi saat malam hari 2. Nenek S mengatakan akan
dan saat membutuhkan meminta bantuan ketika sedang
pertolongan dan ketika membutuhkan pertolongan
kesepian supaya 3. Nenek S mengatakan jika cemas
mengungkapkan dan takut akan melakukan
perasaannya teknik relaksasi nafas dalam
74
O:
1. Nenek S terlihat lebih tenang
dan rileks
2. Nenek S dapat melakukan tarik
nafas sesuai dengan yang
diarahkan
3. Nenek S lebih berani terbuka

A : Masalah tertasi
P : Intervensi dihentikan
Ansietas Hari/tanggal S:
Kamis/28/1/21 1. nenek S mengatakan menikmati
Jam 10.00 kegiatan TAK
2. nenek S mengatakan senang
Melakukan TAK terapi mengikuti TAK
guided imagery (imajinasi 3. Nenek S mengatakan lebih
terbimbing) via platform di
tenang dan rileks
google meet untuk
menurunkan rasa nyeri dan
O:
kecemasan serta
1. Nenek S terlihat senang dan
merilekskan pikiran para
semangat mengikuti kegiatan
lansia.
TAK
2. Nenek S tampak mengikuti
intruksi dan arahan ketika
sedang melakukan imajinasi
terbimbing
3. Nenek S terlihat fokus

A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

75
BAB IV

PEMBAHASAN

Analisis Masalah Keperawatan/Intervensi Dengan Konsep Terkait

Pada pengkajian Nenek S (74 tahun) dengan keluhan nyeri pegel-pegel sudh dua tahun pada
bagian tubuhnya jika kelelahan setelah melakukan aktivitas sehari-hari dan pada malam hari terkadang sulit
76
untuk tidur dan sering terbangun apalagi jika nyerinya sedang kambuh,nyeri lutut sangat terasa ketika cuaca
sedang dingin.nenek S ingin mengetahui lebih dalam terkait penyait rematik dan cara perawatannya. Nenek S
akhir-akhir merasa khawatir jika anaknya yang bekerja belum pulang, nenek S tidak berani jika malam hari di
rumah sendiri karena takut tidak ada yang menjaganya, jika malam hari nenek S ingin buang air kecil
terkadang ditahan karena tidak berani untuk ke kamar mandi sendirian dan tidak enak jika membangunkan
anaknya, nenek S juga mengatakan memikirkan tentang kesehatannya.
Dengan masalah diatas maka ditemukan tiga iagnose masalah kesehatan pada nenek S yaitu nyeri
kronis karena masalah rematik dibuktikan dengan nenek S sudah mengalami pegel-pegel dan nyeri persendian
selama dua tahun, nyeri dirasakan lebih hebat ketika cuaca dingin, defisit pengetahuan tentang rematik
dibuktikan dengan keingintahuan nenek S tentang rematik dan cara perawatannya dan kecemasan dibuktikan
dengan nenek S sering merasa takut dengan masalah kesehatannya dan akhir-akhir ini kawatir tentang anaknya
jika belum pulang.
Dengan tiga masalah tersebut maka mahasiswa melakukan rencana keperawatan dengan melakukan
pemberian terapi non farmakologis/ terapi tradisional pemberian kompres air hangat dengan jahe untuk
memberikan kenyamanan dan mengurangi rasa nyer. Kemudian edukasi tentang rematik dengan harapan jika
wawasan/pengetahuan nenek S meningkat bisa lebih menjaga kesehatannya untuk meningkatkan perilaku
hidup sehat dan bisa melakukan perawatan dengan masalah rematik dengan baik dan benar. Kemudian
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan TAK relaksasi guided imagery terbimbing dengan tujuan
untuk menurunkan rasa nyeri, memberikan ketenangan dan membuat rileks diri.
Setelah melakukan rencana terkait dengan masalah tersebut mahasiswa melakukan implementasi untuk
mengatasi masalah tersebut. Mahasiswa melakukan edukasi tentang rematik dengan media ppt dan leaflet.
Edukasi tersebut berlangsung dengan metode diskusi. Materi yang dipaparkan terkait pengertian rematik,
faktor resiko rematik, tanda dan gejala rematik, penyebab rematik, diit makanan yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan orang yang terkena rematik dan cara perawatan pada rematik.pada saat edukasi nenek S terlihat
fokus mendengarkan dengan tenang . Nenek S bercerita sudah tidak makan,makanan yang tidak diperbolehkan
seperti kangkung,bayam, kacang-kacangan dan jeroan.kemudian mahasiswa melakukan demonstrasi tentang
terapi pemberian kompres air hangat dengan jahe untuk menurunkan rasa nyeri sendi pada nenek S. Dalam
kegiatan tersebut mahasiswa melakukan kompres di lutut kiri nenek S yang sedang nyeri. Kemudian untuk
mengatasi rasa cemas mahasiswa mengajarkan nenek S untuk melakukan terapi relaksasi nafas dalam. Dalam
tindakan tersebut nenek S mampu melakukan dengan baik dan terlihat mengikuti intruksi mahasiswa. Nenek
S terlihat senang dalam kegiatan tersebut dikarenakan nenek S berani terbuka untuk mengungkapkan
perasaannya.
Dari tindakan yang sudah dilakukan setelah memberikan kompres air hangat jahe nenek S mengatakan
lututnya terasa nyaman dan hangat dan terapi ini akan dilakukan dua kali sehari atau ketika nenek S sedang
mengalami nyeri sendi. Untuk edukasi tentang rematik nenek S senang karena mendapatkan informasi yang
sangat bermanfaat untuk kesehatannya. Setelah mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, nenek S merasa

77
kebih rilkes dan nenek S mengatakan akan mengaplikasikan atau menerapkan terapi relaksasi nafas dalam
ketika nenek S sedang merasa cemas.
Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara mandiri dalam
menurunkan skala nyeri rheumathoid arhtritis yaitu dengan kompres jahe (Santoso, 2013). Jahe
(Zinger Officinale (L) Rosc) mempunyai manfaat yang beragam, antara lain sebagai rempah, minyak
atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk
mengobati rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual,
demam dan infeksi. Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone
memberi efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik,
antikarsinogenik .Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer
yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (Swarbrick dan Boylan, 2002). Senyawa gingerol telah terbukti
mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif anti inflamasi dan analgesik . (Winarti,
2010)

Penelitian yang telah diperoleh, kompres jahe terlihat memiliki pengaruh dalam mengurangi
intensitas nyeri rheumathoid arthritis dimana seluruh responden mengalami penurunan intensitas
nyeri setelah perlakuan kompres jahe selama 20 menit, namun penurunan intensitas nyeri yang
dialami oleh responden berbeda-beda, dimana responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri
4 sebanyak 5 orang (16,7%), responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 3 sebanyak 11
orang (36,7), responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 2 sebanyak 11 orang (36,7) dan
responden yang mengalami penurunan intensitas nyeri 1 sebanyak 3 orang(Syapitri, 2018)

78
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

V.1Simpulan
Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada nenek S dengan masalah rematik di Desa
Pulo RT 03/RW 03 didapatkan simpulan :
1. Hasil pengkajian Lansia mengatakan nyeri pegel-pegel pada bagian tubuhnya jika kelelahan
setelah melakukan aktivitas sehari-hari dan pada malam hari terkadang sulit untuk tidur dan
sering terbangun apalagi jika nyerinya sedang kambuh,nyeri lutut sangat terasa ketika cuaca
sedang dingin. Nenek S akhir-akhir merasa khawatir jika anaknya yang bekerja belum pulang,
nenek S tidak berani jika malam hari di rumah sendiri karena takut tidak ada yang
menjaganya, jika malam hari nenek S ingin buang air kecil terkadang ditahan karena tidak
berani untuk ke kamar mandi sendirian dan tidak enak jika membangunkan anaknya.
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang sudah ditemukan nyeri kronis, defisit
pengetahuan tentang rematik dan ansietas.
3. Rumusan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai rumusan intervensi keperawatan
teoritis yaitu: memberikan edukasi tentang proses suatu penyakit rematik, memberikan terapi
non farmakologis dengan pemberian terapi kompres air hangat jahe dan teknik relaksasi nafas
dalam serta TAK terapi relaksasi guided imagery (imajinasi terbimbing)

79
4. Implementasi keperawatan yang diberikan seluruhnya sesuaidengan intervensi yang sudah
disusun secara teori tetapi pelaksanaannya disesuaikan situasi dan keadaan nenek S.
5. Evaluasi asuhan keperawatan pada nenek S menunjukan bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan telah memberikan dampak positif dala meningkatkan pengetahuan dan wawasan
nenek S sehingga nenek S bisa menjaga kesehatannya dan nenek S mengatakan senang bisa
mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan.

V.2 Saran
1. Bagi Penulis
Disarankan kepada para peneliti selanjutna untuk tertarik meneliti masalah rematik sehingga
bisa mengetahui lebih lanjut faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kejadian rematik pada
lansia.
2. Bagi Pendidikan
Disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar membaca dan menelaah referensi dan
literature dari berbagai bidang ilmu terkait topic agar wawasan dan kemampuan analitis
mahasiswa lebih tajam dalam menghadapi berbagai kasus yang ada di lingkungan atau di
lapangan.
3. Bagi Keluarga
Harapannya setelah diberikan pendidikan kesehatan dan kunjungan selama beberapa hari
pada nenek S, nenek S bisa memelihara kesehatan dengan baik dan meningkatkan perilaku
hidup sehat.

80
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. (2018). Penderita rematik di
Indonesia berdasarkan jenis kelamin.

Dahliyani, & Wasito, U. (2014). Hubungan Aktivitas Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Dalam
Merawat Anggota Keluarga Dengan Penyakit DM Tipe 2. Jurnal Keperawatan, 2.

Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Rematik Di Indonesia.

Suryanda, S., Nazori, A., & Zanzibar, Z. (2019). Pengetahuan dan Sikap Keluarga dalam Pencegahan
Kekambuhan Rematik. Jurnal Vokasi Kesehatan, 5(1), 1. https://doi.org/10.30602/jvk.v5i1.134

Syapitri, H. (2018). Kompres Jahe Berkhasiat Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Penderita
Rheumathoid Arthritis. Jurnal Mutiara Ners Januari, 1(1), 57–64.

WHO. (2016). Penderita reumatoid atritis.

Winarti, H. (2010). Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya Dalam Bidang Kesehatan. In
Status Teknologi Hasil Penelitian Jahe. Bogor.

Infodatin (2016) ‘Situasi Lanjut Usia (LANSIA) Di Indonesia’, Info DATIIN.

Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines
for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC. Jakarta.
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC.
81
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, (2000). Buku saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa. Edisi 8. Jakarta

Lampiran Dokumentasi

82
,

83
84
85
86

Anda mungkin juga menyukai