Anda di halaman 1dari 10

PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM

ASPEK PENDIDIKAN DALAM BANGUNAN PERADABAN PADA MASA BANI


UMAYYAH

Oleh : Elfrida Nur Ma‟rifah

Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam

Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Email: elfridanur113@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Pendidikan Islam merupakan suatu hal yang utama bagi suatu negara, maju
dan tidaknya suatu negara akan ditentukan oleh rendahnya tingkat pendidikanwarga
negaranya. Salah satu bentuk pendidikan yang mengacu pada pembangunan tersebut
yaitu pendidikan agama adalah modal besar yang merupakan tenaga penggerak yang
tidak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi bangsa, karena dengan
terselenggaranya pendidikan agama secara baik akan membawa dampak terhadap
pemahaman dan pengamalan ajaran agama.
Sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya tidak dapat terlepas dari sejarah
Islam. Karena itu periodesasi sejarah pendiidkan Islam dapat dikatakan sama dengan
periodisasi sejarah Islam sendiri. Secara garis besar Harun Nasution membagi sejarah
Islam ke dalam tiga periode. Yaitu periode klasik, pertengahan dan modern.
Kemudian perinciannya dapat dibagi menjadi lima periode yaitu periode Nabi
Muhammad SAW (571-632 M), periode Khulafaur Rasyidin (632-661 M), periode
kekuasaan Daulah Bani Umayyah (661-750 M), periode kekuasaan Abbasiyah (750-
1250 M), dan periode jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250- sekarang).
Pendidikan Islam di zaman Nabi Muhammad SAW merupakan pembinaan
pendidikan Islam dengan cara membudayakan pendidikan Islam dalam kehidupan
sehari-hari seuai dengan ajaran Al-Qur‟an. Setelah itu dilanjutkan pada periode
Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayyah yang merupakan periode pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang ditandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu
Naqliyah dan „Aqliah. Tulisan ini bermaksud menguraikan bagaimana pendidikan
pendidikan Islam yang berlangsung pada dinasti Umayyah.

B. PEMBAHASAN
1. Sekilas tentang Bani Umayyah
Dinasti Umayyah mengambil nama keturunan dari Umayah Ibn Abdi Syams ibn
Abdi Manaf. Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun yaitu 661-
750 M. Ibu kota dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus tempat ia
berkuasa sebagai gubernur sebelumnya.1 Dinasti Umayyah selama pemerintahnya
telah terjadi pergantian sebanyak 14 khalifah. Mereka adalah Muawiyah ibn Abi
Sufyan (661-680 M), Yazid I (680-683 M),Muawiyah II (683 M), Marwan I (684-
685 M), Abdul Malik (685-705 M),Al-Walid I (705-715 M), Sulaiman (715-717
M), Umar II (717-720 M), Yazid II (720-724 M), Hisyam (724-743 M), Al- Walid
Ibn Yazid (743- 744 M), Yazid III (744-744 M), Ibrahim (744-744 M), dan
Marwan II ibn Muhammad (744-750 M).
Sejarahwan pada umumnya memandang negatif terhadap kekuasaan
Muawiyah. Keberhasilan memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang
saudara di Shiffin dicapai mellaui cara arbitrasi yang curang. Lebih dari itu,
Muawiyah juga dituduh sebagai pengkhianat prinsip-prinsip demokrasi yang
diajarkan Islam, karena dialah yang mengubah pimpinan negara dari seorang yang
dipilih oleh rakyat menjadi kkeuasaan raja yang diwariskan turun temurun. Diatas
segala-galanya bila dilihat dari sikap dan prestasi politiknya yang menakjubkan
sesungguhnya Muawiyah adalah pribadi paripurna dan pemimpin besar yang
berbakat. Didalam dirinya terkumpul sifat-sifat seorang penguasa, politikus dan
administrator.2
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Bani
Umayyah3
Pertumbuhan dan perkembangan pendiidkan Islam pada masa ini berjalan
seperti zaman permulaan Islam, hanya sedikit peningkatan sesuai perkembangan
Daulah Islamiyyah sendiri. Sebagimana telah diketahui bersama bahwa
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi menjadi 5 periode,
sedangkan untuk pendiidkan Islam bani umayyah masuk dalam kategori periode
2. Sehingga karena masih dalam masa pertumbuhan, maka hanya ada sedikit
kemajuan. Kemajuan ini hanya diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu
naqliyah yaitu filsafat dan ilmu eksakta disamping juga ilmu-ilmu agama yang
sudah berkembang sebelumnya.
Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu pada
zaman ini salah satunya adalah faktor pemerintahan bani Umayyah yang lebih
suka membangun kekuatan pemerintah/politik yang cenderung otoriter. Pada
zaman Bani Umayyah ada tiga gerakan yang berkembang dengan sendirinya yaitu
(1) gerakan ilmu agama, karena didorong semangat agama sendiri yang sangat
kuat pada waktu itu, (2) gerakan filsafat, karena ahli agama di akhir bani umayyah
mempergunakan filsafat untuk melawan Yahudi dan Nasrani, (3) gerakan sejarah,
karena ilmu-ilmu agama memerlukan riwayat.
a. Gerakan Ilmu Agama4
Gerakan di dalam bidang ini dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian yaitu:

1
Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II Edisi I (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada)hlm, 43
2
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan. Hlm 69
3
Yusnadi & Fakhrurrazi. Pendidikan Islam pada Masa Daulah Bani Umayyah. At-Ta’dib:Jurnal Ilmiah Prodi
Pendiidkan Agama Islam Vol 12, No 02, Desember 2020: 165
4
Ibid, hlm 165
1) Lembaga dan pusat pendidikan. Pada zaman ini masjid menjadi
semacam lembaga sebagai pusat kehidupan dan kegiatan ilmu terutama
ilmu-ilmu agama. Seorang ustadz duduk dalam majid dan murid duduk
di sekelilingnya mendengarkan pelajarannya. Kadang dalam satu
masjid terdapat bebrapa halaqoh dengan ustadz dan pelajaran yang
berbeda-beda. Kota yang menjadi pusat kegiatan pendidikan masih
sama pada masa khulafaur rasyidin yaitu Damakus, Kuffah, Basrah,
Mesir dan ditambah dengan pusat-pusat baru seperti Kordoba, Granada
dan lain sebagainya.
2) Materi bidang ilmu pengetahuan. Materi atau ilmu-ilmu agama yang
berkembang pada zaman ini dapat dimasukkan dalam kelompok Al-
Ulumul Islamiyah yaitu ilmu-ilmu Al-Qur‟am ,Al-Hadits,Al-Fiqh, At-
Tarikh,Al-Ulumul Lisaniyah dan Al-Jughrofi.
a) Ilmu Qiraat, yaitu ilmu cara membaca Al-Qur‟an. Orang pandai
mmebaca Al-Qur‟an disebut Qurra. Pada zaman ini pula
muncul tujuh macam bacaan Al-Qur‟an yang dikenal dengan
“Qiraat Tujuh” yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan
(Ushulul Lil Qira‟ah).
b) Ilmu Tafsir, ilmu yang berusaha untuk memberikan penafsiran
terhadap ayat –ayat Al-Qur‟an dengan tujuan untuk
menghasilkan hukum dan undang-undang. Ahli tafsir yang
pertama yaitu Ibnu Abbas, seorang sahabat terkenal yang wafat
pada tahun 68 H.menurut riwayat yang mutawatir beliau adalah
orang yang pertama menafsirkan Al-Qur‟an dengan cara
riwayat dan isnad. Ahli tafsir lainnya adalah Mujahid yang
wafatnya pada tahun 109 H dan ulama yi‟ah yaitu Muhammad
Al-Baqir bin Ali bin Husain.
c) Ilmu Hadits, untuk membantu di dalam memahami ayat-ayat
Al-Qur‟an. Karen terdapat hadits maka timbullah usaha untuk
mencari riwayat dan sanad yang hadits yang akhirnya menjadi
ilmu hadits dengan segala cabang-cabangnya.
d) Ilmu Nahwu, yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada kata-
kata yang terdapat di dalam Al-Qur‟an. Pengarang ilmu nahwu
yang pertama dan membukukannya eperti halnya sekarang,
yaitu Abu Aswad Ad-Dualy. Beliau belajar dari Ali bin Abi
Thalib sehingga ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali
bin Abi Thalib adalah Bapak Ilmu Nahwu.
e) Ilmu Jughrafi, tentang ilmu Jughrafi sekalipun bukan berasal
dari bangsa Arab, namun bangsa Arab muslim telah membuat
ilmu ini menjadi satu ilmu yang tersendiri karena tiga sebab:
Al-Haj yang menjadi salah satu rukun Islam. Untuk
menunaikan rukun haji kaum muslim di seluruh penjuru dunia
harus harus mengetahui ilmu bumi.
f) Al-Ilmu,kewajiban menuntut ilmu bagi kaum muslimin
mengharuskan mereka melakukan rihlah ilmiyah untuk
menuntut ilmu, hal mana mengharuskan kaum mulimin
mengetahuiilmu bumi.
g) Dakwah, keharusan berdakwah dan berjihad untuk
mengembangkan Islam, juga mengharuskan kaum muslimin
mengetahui ilmu bumi.

Sedangkan ilmu-ilmu yang di salin dari bahasa asing ke dalam bahasa


Arab dan disempurnakan untuk kepentingan keilmuan umat Islam di
kelompokkan dalam Al-Ulumud Dakhilah yang terdiri dari:

a) Ilmu kimia. Khalifah Yazid bin Mu‟awiyah adalah orang yang


menyuruh penerjemahannya ke dalam bahasa Arab. Beliau
mendatangkkan beberapa orang Romawi yang bermukin di
Mesir, diantaranya Maryanis seorang pendeta yang
mengajarkan ilmu kimia. Penerjemahan ke dalam bahasa Arab
dilakukan oleh Isthafun.
b) Ilmu Bintang. Masih dalam masa Kholid bin Walid, beliau
sangat menggemari ilmu ini sehingga dikeluarkan sejumlah
uang untuk mempelajari dan membeli alat-alatnya. Karena
gemarnya setiap akan pergi ke medan perang selalu dibawanya
ahli ilmu bintang.
c) Ilmu kedokteran. Penduduk Syam di jaman ini telah banyak
menyalin bermacam ilmu ke dalam bahasa Arab seperti ilmu-
ilmu kedokteran.

b. Gerakan Filsafat
Gerakan filsafat muncul diakhir zaman daulah bani Umayyah untuk
melawan pemikiran Yahudi dan Narani. Pemikiran teologis dari agama
Kristen sudah berkembang lebih dulu sebelum datangnya Islam dan masuk ke
lingkungan Islam secara sengaja untuk merusak akidah Islam. Karena itu
timbul dalam Islam pemikiran yang bersifat teologis untuk menolak ajaran-
ajaran teologis dari agama Kristen yang kemudian disebut ilmu kalam. Ilmu
kalam dalam perkembangannya menjadi ilmu khusus yang membahas tentang
berbagai macam pola pemikiran yang berbeda dari ajaran Islam sendiri, karena
dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang memerintahkan untuk membaca,
berfikir, menggunakan akal dan sebagainya yang kesemuanya mendorong
umat Islam, terutama para ahlinya untuk berfikir mengenai segala sesuatu
guna mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan.5

5
Yusnadi & Fakhrurrazi. Pendidikan Islam pada Masa Daulah Bani Umayyah. At-Ta’dib:Jurnal Ilmiah Prodi
Pendiidkan Agama Islam Vol 12, No 02, Desember 2020: 165
c. Gerakan Sejarah
Pada zaman Bani Umayyah gerakan sejarah menghasilkan tarikh yang
terbagi dalam dua bidang besar:
1) Tarikh Islam, yaitu tarikh kaum muslimin dengan segala perjuangannya.
Riwayat hidup pemimpin-pemimpin mereka. Sumber tarikh dalam bidang
ini adalah dari amal perbuatan mereka sendiri.
2) Tarikh Umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa yang dipelajari dan disalin
dengan sungguh-sungguh sejak zaman bani umayyah. Hal ini karena
kholifah mereka termasuk orang-orang yang paling gemar untuk
mengetahui orang-orang ternama dari tarikh bangsa lain. Pembukuan ilmu
sejarah sudah dimulai dan berkembang pesat padazaman Abbasiyah.

3. Perkembangan Ilmu dan Corak Pendidikan6


Bani Umayyah memberikan andil yang cukup signifikan bagi pengembangan
budaya Arab pada masa-masa sesudahnya, terutama dalam pendidikan dan
pengembangan ilmu-ilmu agama Islam, sastra dan filsafat. Pada masa dinasti ini,
mulai dikembangkan cabang ilmu-ilmu baru yang sebelumnya tidak diajarkan
dalam sistem pendidikan Arab. Diajarkan cabang-cabang ilmu baru, seperti tata
bahasa, sejarah, geografi,ilmu pengetahuan alam, dan lain lain. Meskipun
demikian, perkembangan sistem pendidikan baru berlangsung pada paruh berakhir
dinati Umayyah dan tidak pada awal dinasti ini. Badira, sebuha kota dekat
Madinah pada awalnya hanyalah merupakan tempat belajar dan berkumpulnya
para murid untuk belajar Bahasa Arab dan pembacaan sastra. Pada waktu itu, bila
ada orang yang menguasai dan memiliki pengetahuan tentang bahasa Ibu dan
mengetahui bagaimana berenang dan menggunakan busur serta anak panah, maka
orang itu dipandang sebagai orang terpelajar. Akan tetapi sejak sistem pendidikan
dikembangkan kualifikasi “terpelajar” lambat laun berubah.7 Berikut ini beberapa
ciri khas corak pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah sebagaimana yang
diungkapkan oleh Langulung.8
a. Bersifat Arab
Ciri utama corak pendidikan masa Umayyah adalah bersifat Arab dan
Islam tulen. Artinya yang terlibat dalam dunia pendiidkan masih di dominasi
oleh orang-orang Arab, karena pada saat itu elemen-elemen Islam baru belum
begitu bercampur. Hal ini disebebkan pula karena unsur-unsur Arab itulah
yang utama saat itu dan memberi arah pemerintah secara politik, agama, dan
budaya.
Pada periode ini, pengajaran Islam dilakukan dengan cara membentuk
halaqoh-halaqoh ilmiah yang diselenggarakan di masjid-masjid. Dari
halaqoh-halaqoh inilah pada perkembangannya, selanjutnya melahirkan

6
Muchlis. Perkembangan Pendidikan Masa Dinasti Umayyah (41-132 H/661-750 M). Tsaqofah& Tarikh: Jurnal
Kebudayaan dan Sejarah Islam Vol.5 No 1 Januari-Juni 2020, 45
7
Fadhil Munawar Manshur, “Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab pada Masa Dinasti Umayyah”
dalam Humaniora, Volume XV No 2 Tahun 2003, hlm 179
8
Hasan Langulung,2003, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta:Pustaka Al-Husna),hlm 69-74
beragam madzhab dan aliran-aliran Islam, diantaranya muncul khawarij,
syi‟ah, dan mu‟tazilah.
b. Berusaha meneguhkan dasar-dasar agama Islam yang baru muncul
Sangat wajar kalau pendiidkan Islam pada periode awal kehidupan
Islam ini untuk berusaha menyiarkan Islam dan ajaran-ajarannya. Itulah
sebabnya pada periode ini banyak dilakukan penaklukan-penaklukan wilayah
dalam rangka menyiarkan dan menguatkan prinsip-prinsip agama. Dalam
pandangan mereka Islam adalah agama dan negara.
c. Prioritas pada ilmu-ilmu Naqliyah dan bahasa
Pada periode ini, pendidikan Islam memberi prioritas pada ilmu-ilmu
naqliyah yang meliputi ilmu-ilmu agama yang terdiri dari membaca Al-
Qur‟an, tafsir, hadits, dan fiqih, begitu juga ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan ilmu diatas yaitu ilmu-ilmu bahasa semacam nahwu, bahasa dan
sastra. Kecenderungan naqliyah dan bahasa dalam aspek budaya pendidikan
Islami sejalan dengan ciri pertama bahwa pendidikan pada masa ini bercorak
Arab dan Islam tulen yang terutama bertujuan untuk mengukuhkan dasar-
dasar agama.
d. Menunjukkan perhatian pada bahasa tertulis sebagai media komunikasi.
Datangnya Islam merupakan faktor penting bagi munculnya
kepenulisan. Pada permulaannya penulisan dirasa penting ketika saat itu Nabi
Muhammad SAW hendak menulis wahyu dan ayat-ayat yang diturunkan. Atas
dasar itu beliau mengangkat orang-orang yang bisa menulis untuk memegang
jabatan ini. Ibrahim bin al-Ibyari dalam ensiklopedia Al-Qur‟annya
mencatatkan sedikitnya ada dua puluh empat penlis Rasulullah SAW. Pada
masa Umayyah tugas penulisan semakin banyak dan terbagi menjadi lima
bidang yaitu: penulis surat-surat, penulis harta,penulis tentara, penulis polisi
dan penulis hakim. Penulis surat-surat adalah yang paling tinggi pangkatnya
sehingga posisi ini tidak diberikan kecuali kepada keluarga dan teman-
temannya.
Penulis Bahasa Arab itu bertambah penting ketika pengaraban kantor
di negeri-negeri Islam pada masa Abdul Malik bin Marwan Al-Walid
mengikuti jejak ayahnya, Abdul Malik dan dirubahnya penulisan dewan-
dewan di Mesir kedalam bahasa Arab yang sebelum itu dalam bahasa resmi
Mesir sebelumnya. Dengan demikian kita dapatkan pada masa ini terjadi
Arabisasi dalam semua segi kehidupan dan bahasa Arab pun dijadikan bahasa
komunikasi baik secara lisan maupun tulisan di seluruh wilayah Islam.
e. Membuka jalan pengajaran bahasa asing
Keperluan untuk mempelajari bahasa-bahasa asing dirasakan sangat
perlu semenjak kemuunculan Islam yang pertama kali walaupun hanya dalam
ruang lingkup terbatas. Hal ini terjadi sebagai akibat dari interaksi Islam
dengan negeri-negeri lain, serta semakin meluasnya daerah kekuasaan orang-
orang Islam ke luar kawasan semenanjung Arabia. Sehubungan dengan itu,
Nabi Muhammad SAW telah mengajak para sahabatnya untuk mempelajari
bahasa-bahasa asing diluar bahasa Arab sampai bersabda “ barang siapa
yang mempelajari bahasa suatu kaum, niscaya ia akan selamat dari
kejahatannya”. Keperluan ini semakin dirasakan penting ketika Islam
dipegang oleh dinasti Umayyah dimana wilayah Islam sudah semakin meluas
sampai ke Afrika Utara dan Cina serta negeri-negeri lainnya yang jelas-jelas
bahasa sehari-hari mereka bukanlah bahasa Arab. Dengan demikian
pengajaran bahasa asing menjadi suatu keharusan bagi pendiidkan Islam di
masa itu, bahkan semenjak kemunculan Islam pertama kali dalam rangka
memenuhi universitas agama Islam.
f. Menggunakan kuttab dan masjid
Pendidikan Islam menggunakan surau dan masjid sebagai pusat
pendidikan. Diantara jasa besar dinasti Umayyah dalam perkembangan ilmu
pengetahuan adalah menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas ilmiah,
termasuk syair,sejarah bangsa-bangsa terdahulu, perdebatan,dan aqidah serta
pengajaran-pengajaran lainnya. Pada masa ini pula pendirian masjid banyak
dilakukan terutama di daerah-daerah yang baru ditaklukan. Masjid nabi di
Madinah dan Majid Al-Haram di Mekkah merupakan pusat pengkajian ilmiah
dan sering dikunjungi oleh orang-orang Islam dari berbagai wilayah.
Pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik masjid Umawiyah
yang didirikan antara tahun 88-96 H merupakan universitas terbesar pada saat
itu. Pada masa ini pula di dirikan masjid Zaitunah di Tunisia yang dianggap
sebagai universitas tertua di dunia yang masih hidup sampai sekarang yang di
dirikan oleh „Uqbah bin Nafi‟ yang menaklukkan Afrika Utara pada tahun 50
H. Dari sini dapat kita lihat bahwa fungsi pendidikan dari masjid itu betul-
betul merupakan tumpuan utama penguasa-penguasa kerajaan Umayyah pada
saat itu.
Pola pendidikan Islam pada periode dinasti Umayyah telah
berkembang bila dibandingkan pada masa Khulafa Arrasyidin yang ditandai
dengan semaraknya kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya
Kuttah serta Majelis sastra. Jadi, tempat pendidikan pada periode Umayyah
adalah:9
1) Kuttab
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis
atau tempat menulis. Jadi kuttab adalah tempat belajar menulis. Kuttab
merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal
Al-Qur‟an serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.10
Adapun cara yang dilakukan oleh pendidik di samping mengajarkan
Al-Qur‟an mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan.
Perhatian mereka bukan tertumpu mengajarkan Al-Qur‟an semata dengan
mengabaikan pelajaran yang lain, akan tetapi perhatian mereka pada
pelajaran sangat pesat. Al-Qur‟an dipakai sebagai bahasa bacaan untuk

9
Muchlis. Perkembangan Pendidikan Masa Dinasti Umayyah (41-132 H/661-750 M). Tsaqofah& Tarikh: Jurnal
Kebudayaan dan Sejarah Islam Vol.5 No 1 Januari-Juni 2020
10
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta:Pustaka Al-Husna ), hlm 69-74
belajar membaca, kemudian dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk
dipelajari. Disamping belajar menulis dan membaca murid-murid juga
mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita nabi, hadits dan pokok
agama.11 Peserta didik dalam kuttab adalah anak-anak tidak dibatasi baik
miskin atau pun kaya. Para guru tidak membedakan murid-murid mereka
bahkan ada sebagian anak miskin yang belajar di kuttab memperoleh
pakaian dan makanan secara Cuma-Cuma. Anak-anak perempuan pun
memproleh hak yang sama dengan anak laki-laki dalam belajar.
2) Masjid
Setelah pelajaran anak-annak di kuttab selesai mereka melanjutkan
pendidikan ke tingkat menengah yang dilakukan di masjid. Peranan masjid
sebagai pusat pendiidkan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi
setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau
mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu
pengetahuan.
Pada dinasti Umayyah, masjid merupakan tempat pendiidkan tingkat
menengah dan tingkat tinggi setelah kuttab. Pelajaran yang diajarkan
meliputi Al-Qur‟an, tafsir, hadits,dan fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan,
sajak,gramatika bahasa, ilmu hitung, dan ilmu perbintangan.12 Jasa besar
pada periode dinasti Umayyah dalam perkembangan ilmu pengetahuan
adalah menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas ilmiah termasuk sya‟ir.
Diskusi sejarah bangsa terdahulu dan akidah. Pada periode ini juga
didirikan masjid ke seluruh pelosok daerah Islam. Masjid Nabawi di
Madinah dan Masjid Al-Haram di Makkah selalu menjadi tumpuan
penuntut ilmu diseluruh dunia dan tampak juga pada pemerintahan Walid
ibn Abdul Malik 707-714 M yang merupakan universitas terbesar dan juga
didirikan Masjid Zaitunnah di Tunisia yang dianggap Universitas tertua
sampai sekarang.
3) Majelis sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh
khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi
sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut Al-Athiyyah Al-Abrasy “ balai-
balai pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti diindahkan
seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis,
bersih, dan rapi, duduk ditempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-
bahak, tidak meludah, tidak mengingus, dan tidak menjawab kecuali bila
ditanya. Ia tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur kata dengan sopan
dan memberi kesempatan pada pembicara menjelaskan pembicaraannya
serta menghindari penggunaan kata kasar dan tertawa terbahak-bahak.
Dalam balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan
untuk dibicarakan, didiskusikan, dan diperdebatkan. Usaha yang tidak

11
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara),hlm 47
12
Ibid, hlm 56
kalah pentingnya pada masa dinasti Umayyah ini dimulainya
penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, seperti
yang dilakukan oleh Walid ibn Yazid, ia memerintahkan beberapa sarjana
Yunani dan Qibti ke dalam bahasa Arab tentang ilmu kimia, kedokteran,
dan ilmu falaq.

C. SIMPULAN
Pendiidkan Islam merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga suatu
negara, karena mju dan keterbelakangnya suatu negara akan ditentukan oleh tinggi
dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Kekuasaan Bani Umayyah
berumur kurang lebih 90 tahun. Pola pendiidkan pada masa bani Umayyah
melanjutkan pendidikan semasa khulafaur Rasyidin walaupun ada sisi perbedaan dan
perkembangannya. Perkembangan pendiidkan Islam semasa bani Umayyah ada tiga
macam yakni Kuttab, Masjid, dan Majelis sastra.
Aspek pendidikan yang berkembang pada masa Bani Umayyah, ada 3 gerakan
yang berkembang sendiri yakni gerakan ilmu agama yang terdiri dari lembaga dan
pusat pendidikan. Pada masa ini masjid menjadi semacam lembaga pusat kegiatan
ilmu terutama ilmu agama. Ada beberapa ilmu agama yang berkembang pada masa
Bani Umayyah seperti ilmu Qira‟at, ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu nahwu dan lain
sebagainya. Ada gerakan filsafat yang muncul untuk melawan pemikiran Yahudi dan
Nasrani. Gerakan sejarah, dalam gerakan sejarah Bani Umayyah menghasilkan tarikh
yang terbagi dalam dua bidang besar yakni tarikh Islam dan tarikh umum.
Walaupun demikian pada periode Bani Umayyah ini dapat di saksikan adanya
gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke bahasa Arab, tetapi
penerhemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran,
ilmu tata laksana dan seni bangunan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullatif, Abdussyafi Muhammad. 2014. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani


Umayyah.(Jakarta:Pustaka AlKautsar
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan.

Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II Edisi I (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada)
Fadhil Munawar Manshur, “Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab pada Masa
Dinasti Umayyah” dalam Humaniora, Volume XV No 2 Tahun 2003
Hasan Langulung,2003, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta:Pustaka Al-Husna)
Muchlis. Perkembangan Pendidikan Masa Dinasti Umayyah (41-132 H/661-750 M).
Tsaqofah& Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam Vol.5 No 1 Januari-Juni
2020, 45
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta:Pustaka Al-Husna )
Yusnadi & Fakhrurrazi. Pendidikan Islam pada Masa Daulah Bani Umayyah. At-
Ta‟dib:Jurnal Ilmiah Prodi Pendiidkan Agama Islam Vol 12, No 02, Desember
2020: 165
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara)

Anda mungkin juga menyukai