Anda di halaman 1dari 12

Musyawarah dan Demokrasi

Oleh : Julianda Ady Saputra


Program Studi Magister Pendidikan Islam
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : landa3017@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
- Musyawarah

Pengkajian mengenai musyawarah dan demokrasi yang menjadi tema diskursus para
ulama dan cendikiawan muslim dewasa ini, salah satunya telah dibahas dalam dua pendekatan;
normatif dan empiris. Pada tataran normatif, mereka mempersoalkan nilai-nilai demokrasi
ditinjau dari aspek ajaran Islam. Sementara, pada tataran empiris mereka menganalisa
implementasi demokrasi dalam praktik politik dan ketatanegaraan. Sebagaimana diketahui,
bahwa musyawarah yang telah memiliki dasar hukum di dalam Alquran dan al-Hadis baik secara
ucapan maupun praktik, terdapat hadis–hadis yang mengharuskan musyawarah dan juga di
dalam hukum dasar negara yang mayoritas penduduknya muslim telah menetapkan musyawarah
sebagai sistem pemerintahannya.1

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai Negara Kebangsaan yang


bangsanya dulu terlahir baru membentuk negaranya kemudian, telah menetapkan prinsip
musyawarah, mufakat, perwakilan sebagai landasan pelaksanaan kehidupan berbangsa dan
bernegara bangsa Indonesia untuk tegaknya kedaulatan rakyat.1

1
- Demokrasi

Pembahasan tentang demokrasi, merupakan masalah yang begitu alot sebagaimana yang
telah digembar- gemborkan oleh semua bangsa terutama di belahan Timur dan Barat. Yang mati-
matian memperjuangkan melawan pemerintah yang diktator. Hal ini mengakibatkan banyak
darah yang tertumpah, beribu-ribu dan bahkan berjuta-juta orang jatuh menjadi korban seperti
yang terjadi di Eropa Timur dan tempat-tempat lainnya.2

Begitu banyaknya negara yang menginginkan sistem pemerintahan demokrasi, sehingga


sebagian besar pengamat yang mengatakan bahwa akhir kwartal abad ke-20 ini merupakan
periode demokrasi yang paling menjanjikan dalam sejarah peradaban modern. Penilaian ini tidak
didasarkan pada sebuah alasan berbau profetik, bahwa demokrasi adalah titik akhir evolusi atau
perjalanan ideologi manusia dan bentuk final pemerintahan. Tetapi lebih dari kenyataan bahwa
sejak dua dasawarsa ini banyak negara menjadi demokratis. Tercatat bahwa antara tahun 1974-
1992 M terdapat tiga puluh negara yang mengalami proses transisi ke demokrasi termasuk di
dalamnya sejumlah negara di Eropa Selatan yaitu Spanyol, Portugal dan Yunani. Amerika Latin
termasuk Brazil, Argentina dan Chili. Eropa Timur termasuk Cekoslovakia, Rumania dan
Polandia. Di Afrika termasuk Bostwana. Dengan perkembangan seperti ini jumlah negara-negara
yang demokratis menjadi berlipat ganda. Pada tahun 2010 Perserikatan Bangsa-Bangsa
menyatakan 15 September sebagai hari Demokrasi Internasional.2

B. PEMBAHASAN
1. Musyawarah

Di antara ajaran Islam yang asasi dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara adalah pelaksanaan syura atau musyawarah. Secara arti bahasa (etimologi) lafaz
al-Syura dan al-Musyawarah serta al-Masyurah merupakan bentuk masdar fi’il (kata kerja) dari
kata syâwara–yusyâwiru yakni dengan akar kata syin, waw,dan ra’ dalam pola fa’ala. Struktur
akar kata tersebut bermakna pokok“menampakkan dan menawarkan sesuatu” dan “mengambil
sesuatu” dari kataterakhir ini berasal ungkapan syâwartu fulânan fi amrî: “aku mengambil
pendapat siFulan mengenai urusanku”.1

2
Pada mulanya kata syawara ( ‫ ) شور‬bermakna “mengeluarkan madu dari sarang lebah”.
Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau
dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Orang yang bermusyawarah bagaikan orang
yang meminum madu. Dari makna dasarnya ini diketahui bahwa lingkaran musyawarah yang
terdiri dari peserta dan pendapat yang akan disampaikan adalah lingkaran yang bernuansa
kebaikan. Bila seseorang mengatakan: “Aku mengajaknya bermusyawarah dalam suatu urusan;
maksudnya aku minta pendapatnya dan aku meminta agar ia sudi mengeluarkan sesuatu yang
dimilikinya kemudian menampakkannya (sesuatu itu)”.1

Sementara itu menurut istilah, musyawarah adalah perunding antara dua orang atau lebih
untuk memutuskan suatu masalah secara bersama sama sesuai dengan yang diperintahkan tuhan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, musyawarah secara umum adalah memecahkan
persoalan secara bersama agar mendapatkan penyelesaian. Musyawarah merupakan salah satu
asas dasar negara Indonesia yang membedakan dari negara lain.3

Kata musyawarah tercantum di dalam sila keempat dalam pancasila. Musyawarah untuk
mufakat pada dasarnyamerupakan kata sepakat antara pihak pihak yang berbeda pendapat
sehingga pemungutan suara dapat dihindarkan dan diharapkan semua pihak yang berbeda
pendapat dapat menemukan keputusan tunggal.3

Sebuah musyawarah musyawarah yang baik memliki ciri-ciri,antara lain sebagai berikut.

1. Musyawarah dilaksanakan secara bersama.


2. Musyawarah untuk mengambil keputusan.
3. Keputusan bersama harus dilaksanakn semua pihak.
4. Peserta musyawarah berhak mengajukan saran dan usul.

Selanjutnya, sikap yang baik dalam bermusyawarah, antara lain;

1. Menghargai dan menghormatipendapat orang lain.


2. Tidak memaksakan pendapat kepada orang. lain
3. Tidak boleh mencela pendapat orang lain.
4. Tidak boleh menukas pembicaraan orang lain.

3
Musyawarah merupakan aktivitas bertukar pikiran untuk membahas atau merundingkan
suatu masalah. Agar dapat bertukar pikiran dengan baik, diperlukan dua orangatau lebih yang
berpartisipasi dalam forum. Masing masing berargumentasi dengan alasan yang logis dan dapat
diterima mitra bicaranya.3

Penjelasan didalam Al-Qur’an Dan Penjelasan Tafsir Ibnu Katsir

Surat Al-Imran ayat 159 allah berfirman:

‫ع ۡن ُه ۡم َوٱسۡ ت َۡغف ِۡر لَ ُهم ۡۡ َوشَا ِو ۡرهُمۡ فِی ۡٱۡلَ ۡم ِر‬


َ ‫ف‬ ۡ َ‫ف‬
ُ ‫ٱع‬

Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. (Ali Imran: 159).4

Karena itulah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam selalu bermusyawarah dengan


mereka apabila menghadapi suatu masalah untuk mengenakkan hati mereka, agar menjadi
pendorong bagi mereka untuk melaksanakannya. Seperti musyawarah yang beliau lakukan
dengan mereka mengenai Perang Badar, sehubungan dengan hal mencegat iring-iringan kafilah
kaum musyrik. Maka mereka mengatakan: Wahai Rasulullah, seandainya engkau membawa
kami ke lautan, niscaya kami tempuh laut itu bersamamu; dan seandainya engkau membawa
kami berjalan ke Barkil Gimad (ujung dunia), niscaya kami mau berjalan bersamamu. Dan kami
tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan oleh kaum Musa kepada Musa,
"Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya
tetap duduk di sini," melainkan kami katakan, "Pergilah dan kami selalu bersamamu, di
hadapanmu, di sebelah kananmu, dan di sebelah kirimu dalam keadaan siap bertempur".4

Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam mengajak mereka bermusyawarah ketika hendak menentukan


posisi beliau saat itu, pada akhirnya Al-Munzir ibnu Amr mengisyaratkan (mengusulkan) agar
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam berada di hadapan kaum (pasukan kaum muslim). Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam mengajak mereka bermusyawarah sebelum Perang Uhud, apakah
beliau tetap berada di Madinah atau keluar menyambut kedatangan musuh. Maka sebagian besar
dari mereka mengusulkan agar semuanya berangkat menghadapi mereka. Lalu Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam berangkat bersama pasukannya menuju ke arah musuh-musuhnya
berada.

4
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam mengajak mereka bermusyawarah dalam Perang
Khandaq, apakah berdamai dengan golongan yang bersekutu dengan memberikan sepertiga dari
hasil buah-buahan Madinah pada tahun itu. Usul itu ditolak oleh dua orang Sa'd, yaitu Sa'd ibnu
Mu'az dan Sa'd ibnu Ubadah. Akhirnya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menuruti pendapat
mereka.

Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam mengajak mereka bermusyawarah pula dalam


Perjanjian Hudaibiyah, apakah sebaiknya beliau bersama kaum muslim menyerang orang-orang
musyrik. Maka Abu Bakar As-Siddiq berkata, "Sesungguhnya kita datang bukan untuk
berperang, melainkan kita datang untuk melakukan ibadah umrah." Kemudian Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam memperkenankan pendapat Abu Bakar itu. Nabi Shallallahu'alaihi
Wasallam bermusyawarah pula dengan mereka dalam semua peperangannya, juga dalam
masalah-masalah lainnya.

Para ahli fiqih berbeda pendapat mengenai masalah, apakah musyawarah bagi Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam merupakan hal yang wajib ataukah hanya dianjurkan (disunatkan)
saja untuk mengenakkan hati mereka (para sahabatnya)? Sebagai jawabannya ada dua pendapat.

Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya, telah menceritakan kepada kami Abu
Ja'far Muhammad ibnu Muhammad Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Ayyub Al-Allaf di Mesir, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah
menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan firman-Nya: dan bermusyawarahlah kamu dengan mereka dalam urusan itu.
(Ali Imran: 159) Yang dimaksud dengan mereka ialah sahabat Abu Bakar dan sahabat Umar r.a
kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa asar ini sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi
keduanya tidak mengetengahkannya.4

Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Kalbi, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar dan Umar. Keduanya
adalah penolong Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan sebagai wazir (patih)nya serta
sekaligus sebagai kedua orang tua kaum muslim.

Sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka. (Asy-Syura: 38)

5
Artinya, mereka tidak pernah memutuskan sesuatu urusan melainkan terlebih dahulu mereka
musyawarahkannya di antara sesamanya agar masing-masing dari mereka mengemukakan
pendapatnya. Seperti dalam menghadapi urusan perang dan lain sebagainya yang penting,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

( ‫ع ۡن ُه ۡم َوٱسۡ ت َۡغف ِۡر َل ُهم ۡۡ َوشَا ِو ۡرهُمۡ فِی ۡٱۡلَ ۡم ِر فَإِذَا‬


َ ‫ف‬
ُ ‫ٱع‬ ِ ‫ظ ۡٱلقَ ۡل‬
۟ ‫ب َلَنفَض‬
ۡ َ‫ُّوا مِ ۡن َح ۡول ِۖۡكَ ف‬ َ ‫غلِی‬ ًّ َ‫ٱَّلل لِنتَ لَ ُه ۡ ۖۡم َولَ ۡو ُكنتَ ف‬
َ ‫ظا‬ ِ ‫فَ ِب َما َر ۡح َمةࣲ ِمنَ ه‬
َ‫ٱَّلل یُحِ بُّ ۡٱل ُمت ََو ِكلِین‬ َ ‫عزَ ۡمتَ فَت ََو هك ۡل‬
ِ ِۚ ‫علَى ه‬
َ ‫ٱَّلل إِ هن ه‬ َ )

Maka berkat rahmat allah engkau(Muhammad) berlemah lembutlah terhadap mereka sekiranya
engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.
Karena itu bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (Ali Imran: 159).

Karena itulah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam selalu bermusyawarah dengan para sahabat
saat menghadapi peperangan dan urusan penting lainnya, sehingga dengan demikian hati mereka
merasa senang dan lega.

Hal yang sama telah dilakukan oleh Khalifah Umar ibnul Khattab Radhiyallahu Anhu saat
menjelang ajalnya karena tertusuk, ia menjadikan urusan kekhalifahan sesudahnya agar
dimusyawarahkan di antara sesama mereka untuk memilih salah seorang dari enam orang
berikut, yaitu Usman, Ali, Talhah, Az-Zubair, Sa'd, dan Abdur Rahman ibnu Auf; semoga Allah
melimpahkan rida-Nya kepada mereka. Maka akhirnya pendapat semua sahabat sepakat
menunjuk sahabat Usman ibnu Affan Radhiyallahu Anhu sebagai khalifah sesudah Umar
Radhiyallahu Anhu.4

2. Demokrasi
a. Pengertian Demokrasi
Istilah dernokrasi berasal dari bahasa Yunani, - demos yang berarti -rakyat dan kratos
berarti pemerintahan. Secara sederhana demokrasi berarti pernerintahan ·oleh rakyat,
Demokrasi telah dikenal sejak abad 5 sebelum masehi, awalnya sebagai reabi
terhadap pengalaman buruk yang diakibatkan oleh monarki dan kediktatoran di
Yunani.
b. Definisi demokrasi menurut kamus adalah pemerintahan oleh rakyat, kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh

6
wakil-wakil yang mereka pilih dalam sistem pemilihan yang bebas. Demokrasi adalah
suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.5

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia demokrasi diartikan sebagai pemerintahan oleh
rakyat di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka
atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Atau pandangan hidup
yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga
negara. Sedangkan pengertian demokrasi menurut istilah adalah seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan, namun juga mencakup prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan
sering berliku-liku. Jadi demokrasi adalah pelembagaan dan kebebasan.6

Dengan demikian, jika merujuk pada asal katanya demokrasi berarti pemerintahan oleh
rakyat. Berdasarkan pemahaman mengenai demokrasi diatas, maka akan muncul konsekuensi
demokrasi yang harus diperhatikan, yaitu memberikan kesempatan kepada rakyat selaku warga
negara untuk menjalankan hak dan kewajiban politiknya dalam bernegara. Robert A dahl
mengemukakan bahwa demokrasi akan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk partisipasi
yang efektif, persamaan dalam memberikan suara, melaksanakan pengawasan terhadap agenda
pemerintah, serta perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat. Dalam realitas yang terjadi, sistem
demokrasi tidak begitu saja dapat dilaksanakan dengan mudah.terkadang demokrasi harus
terbentur persoalan ekonomi, struktur sosial, agama, budaya, politik, maupun proses proses
politik yng terjadi dalam suatu Negara.6

Berikut Ini Akan Disebutkan Prinsip-Prinsip Demokrasi Keterkaitan Dengan


Pancasila:

Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi
dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1. Kedaulatan rakyat 2. Pemerintahan
berdasarkan persetujuan dari yang diperintah 3. Kekuasaan mayoritas 4. Hak-hak minoritas 5.
Jaminan hak asasi manusia 6. Pemilihan yang bebas, adil dan jujur 7. Persamaan di depan
hukum.5

7
Prisip-Prinsip Demokrasi Keterkaitannya Dengan Islam

Sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam telah memberikan prinsip-
prinsip dasar dan tata nilai dalam mengelola organisasi atau pemerintahan. Al-Qur’an dan
sunnah dalam hal ini telah memberikan beberapa prinsip pokok dan tata nilai yang berkaitan
dengan kepemimpinan, kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, bernegara, termasuk di
dalamnya ada sistem pemerintahan yang merupakan kontrak sosial. Berikut akan diuraikan
beberapa prinsip-prinsip demokrasi:

Pertama. Prinsip Musyawarah yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang
lebah, makna ini kemudian berkembang dan mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau
dikeluarkan dari yang lain termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau
mengajukan sesuatu. Oleh karena makna musyawarah menurut arti dasarnya hanya dugunakan
untuk hal-hal yang baik, bukan pada hal-hal yang buruk.

Kedua. Prinsip Keadilan (al-‘adalah)Keadilan adalah kata jadian dari “adil” yang berasal dari
bahasa Arab.Adil berarti “sama”. Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang
bersifat imaterial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “adil” memiliki beberapa arti:
pertama, tidak berat sebelah atau tidak memihak, kedua, berpihak kepada kebenaran, ketiga
sepatutnya tidak sewenang-wenang.

Ketiga. Prinsip al-musâwa, Al-musawa, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari
yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa atau pemerintah tidak dapat
memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter atau eksploitatif. Kesejajaran ini
penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni penguasa kepada rakyat

Keempat, Prinsip al-amanah. Kata amanah bentuk masdar dari kata kerja amina- ya’manu-
amnan, wa amânatan yang berarti aman, tenteram, tenang, dan hilangnay rasa takut. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia amanah berarti yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang,
keamanan atau ketenteraman, dan dapat dipercaya atau setia. Dari definisi tersebut, maka dapat
dipahami bahwa amanah merupakan sikap terpenuhinya kepercayaan yang telah diberikan
seseorang kepeda orang lain. Oleh karena itu kepercayaan atau amanah harus dijaga dengan baik.

8
Kelima, Prinsip Tuhan. Pemimpin statusnya sebagai wakil Tuhan dalam mengurus umat
manusia di bumi. Kaitannya dengan jabatan kepemimpinan, seorang pemipin harus berusaha
memberikan yang terbaik bagi masyarakat luas. Oleh karena seorang pemimpin kedudukannya
sebagai pelayan umat. Sehingga setiap pengambilan keputusan kemaslahatan umat menjadi
perioritas.al-Mausuliyyah, Al-maushuliyyah adalah tanggung jawab. Setelah amanah itu
ditegakkan, maka pemimpin harus mempertanggung jawabkan amanah itu di depan rakyat dan di
depan

Keenam, Prinsip Persaudaraan Prinsip keenam, yaitu prinsip persaudaraan. Di dalam bahasa
Arab biasa dikenal dengan ukhuwah. Kata persaudaraan terambil dari akar kata yang pada
mulanya berarti memperhatikan. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan
mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Mungkin saja perhatian
itu pada mulanya lahir karena adanya persamaan di antara pihak-pihak yang bersaudara, lalu
makna tersebut kemudian berkembang dan pada akhirnya ukhuwah diartikan sebagai setiap
persamaan dan keserasian dengan pihak lain baik persamaan keturunan, dari segi ibu bapak atau
keduanya maupun dari segi sesusuan.

Ketujuh. Prinsip Kebebasan. Kebebasan artinya setiap orang, setiap warga masyarakat diberi
hak dan kebebasan untk mengekspresikan pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara
yang bijak. Dan sesuai dengan petunjuk al- Qur’an, dalam ragka amar ma’ruf nahi munkar.
Secara historis, para filosof dan pemikir telah menggunakan istilah kebebasan sebagai konsep
moral dan sosial baik pada persoalan-persoalan yang muncul dalam hubungan antara manusia
dengan manusia, khususnya pada kehidupan sosial tertentu. Namun bukan berarti kebebasan
secara mutlak tanpa aturan-aturan yang mengikat.

Kedelapan. Prinsip Mashlahah (menguntungkan masyarakat) Kata mashlahah akar katanya


berasal dari kata shalih yang berarti “baik” untuk mendapatkan kebaikan. Antonim dari kata
rusak dan jelek. Dalam al-Qur’an kata shalaha dalam berbagai bentuknya disebutkan 180 kali.
Kata shalih atau saleh menunjuk perbuatan-perbuatan yang terpuji, benar dan baik, juga
menunjuk kepada orang-orang

9
Kesembilan. Prinsip, Ta’awun (Kerja Sama) Tolong menolong yang dimaksudkan dalam ayat di
atas adalah menjalin kerja sama dengan siapa pun, selama tujuannya kebajikan dan ketakwaan.
Terdapat dua kepentingan yang diharuskan untuk bekerja sama, yaitu kepentingan manusia dan
kepentingan Tuhan. Kalau dihubungkan dengan demokrasi politik, yaitu tidak adanya hambatan
dari kekuasaan. Demokrasi yang dimengerti secara negatif, berarti “merdeka dari “ Islam
menginginkan pengertian yang lebih dari itu, demokrasi perlu diperluas menjadi kerja sama antar
warga, “merdeka untuk”, yaitu Demokrasi Sosial dan Demokrasi Ekonomi.2

Hubungan Demokrasi dan Islam

Menurut Komaruddin Hidayat dalam buku “Agama, Demokrasi dan Transformasi


Sosial”, bahwa agama sebagai ajaran normatif dalam banyak hal memiliki titik temu terhadap
nilai normatif demokrasi, oleh karena itu interaksi antara keduanya dapat saling mendukung.
Sebagian ilmuan juga mengatakan bahwa demokrasi dan agama mempunyai kesejajaran dan
kesesuaian. Menurut pendapat ini agama baik secara teologis dan sosiologis sangat mendukung
proses demokratisasi politik, ekonomi maupun kebudayaan. Demokrasi dalam kaitan dengan
agama Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Ernest Gellner bahwa agama Islam ada kesamaan
unsur-unsur dasar (familiy resemblances) dengan demokrasi. Hal senada diungkapkan oleh
Robert N. Bellah yang sampai kepada suatu kesimpulan bahwa penyelenggaraan pemerintah
yang dikembangkan setiap sistem yang tidak berdiri di atas prinsip-prinsip demokrasi adalah
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah utama yang ditetapkan oleh Islam. Sementara yang lain
mencoba menggambarkan Islam, atau tasyri' dan hukum dalam Islam sangat terikat oleh al-
Qur’an dan itu merupakan kendala bagi perkembangan yang amat tidak disukai oleh demokrasi.
Tentu saja pendapat ini keliru kalaupun timbul dari niat yang baik. Fikih Islam secara asasi
bersandar kepada al- Qur’an. Akan tetapi tasyri' yang termaktub dalam al-Qur’an sama sekali
tidak melangkahi patokan-patokan umum yang ditetapkan oleh kaidah-kaidah keadilan dalam
bentuk yang paling luhur. Sedangkan kaidah-kaidah umum yang tersebut dalam al-Qur’an
terbatas jumlahnya. Oleh karena itulah, sejak masa-masa awal kaum muslimin menetapkan
bahwa sumber tasyri' itu ada empat, al-Qur’an, hadis, qiyas dan ijma. Ketika menyimak, kitab-
kitab fikih dan ushul, akan diketahui dengan jelas bahwa kaidah-kaidah yang diberlakukan dalam
konsep demokrasi sekarang dalam pembuatan undang-undang, dan selalu dimaksudkan untuk

10
mempertemukan antara logika akal dan keadilan dengan segala kebutuhan dan kepentingan
manusia, sebenarnya sama dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh kitab- kitab Islam.
Olehnya itu telah jelas bahwa antara demokrasi dengan prinsip-prinsip dalam Islam tidaklah
bertentangan.2

Respon Muslim Terhadap Perubahan Politik

Sejak awal abad ke-19, para pembaru Muslim berusaha menemukan kompatibilitas antara
Islam dan modernitas. Mereka percaya bahwa Islam adalah agama dinamis yang mampu
melewati berbagai tantangan sejarah. Islam adalah agama universal yang klaimnya “berlaku
untuk segala zaman dan tempat” (salih li kulli zaman wa makan) membuktikan bahwa ia bisa
berubah dan bereformasi. Reformasi (islah) dipercaya sebagai bagian integral Islam, antara lain
karena ada sebuah Hadis yang mengatakan “pada setiap awal abad, Tuhan akan mengutus
kepada umat ini orang yang akan memperbarui agama”. Berbagai konsep rasional dalam fiqh
Islam, seperti ijtihad dan maslahah (kepentingan umum), membuktikan kesiapan Islam untuk
berubah.

Tidak seperti kaum “esensialis”, para pembaru Muslim sangat yakin bahwa “Islam yang telah
direformasi masih tetap Islam”. Sejarah reformasi dalam Islam sebetulnya bermula jauh sebelum
abad ke-19. Sarjana Muslim di masa klasik seperti Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111) dan Taqi
al-Din ibn Taymiyyah (1263-1328) biasa dianggap sebagai pembaru Muslim. Namun, gerakan
reformasi abad ke-19 secara radikal berbeda dengan reformasi di masa klasik. Pertama-tama,
gerakan reformasi abad ke-19 muncul pada masa suram Muslim yang berada di bawah dominasi
kekuatan kolonial. Juga, reformasi itu terjadi di bawah bayang-bayang perluasan peradaban
Barat, hegemoni sains modern, dan kelahiran tata dunia baru. Jadi, bisa kita lihat bahwa agenda
reformasi yang dihadapi para pembaru abad ke-19 sangatlah berbeda dengan agenda klasik.

Mereka tak hanya peduli pada bagaimana membangkitkan kembali ilmu agama (ihya ‘ulum al-
din) seperti yang pernah dilakukan al-Ghazali, atau bagaimana membangkitkan kembali
otentisitas Islam, sebagaimana dilakukan Ibn Taymiyyah, tapi juga bagaimana menghadapi
serangan peradaban Barat, dalam segala bentuknya, dan perubahan cepat sejarah manusia.
Dengan kata lain, perhatian utama mereka adalah bagaimana menjadi modern tanpa
meninggalkan iman.7

11
C. PENUTUP
Kesimpulan

Demokrasi dan musyawarah serupa tetapi tidak sama karena keduanya saling memiliki
keterkaitan dalam sisi makna dan istilah di dalam musyawarah ada kebebasan dalam
memberikan argumen atau pandangan dalam memecahkan salah satu permasalahan, dimana
mitra pembicara harus mendengarkan gagasan dan harus meredam sifat egoisme apabila tidak
sepaham dengan pendapatnya, begitu juga dengan demokrasi yaitu mempersilahakan bagi siapa
saja untuk menuangkan pendapat dan kritik kepada yang memegang kekuasaan khusunya
pemerintah agar ada perbaikan dan tidak ada kesenjangan sosial, karena tujuan berdirinya
demokrasi dengan landasan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung
oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dalam sistem pemilihan yang bebas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hanafi M. Volume 1 Nomor 2 Desember 2013. Jurnal Cita Hukum. Jakarta: Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif HIdayatullah Jakarta
2. Darmawati. 2013. Demokrasi Dalam Islam Suatu Tinjauan Fikih Siyasah. Makasar:
Alaudin University Press. hal 42-88
3. Rohmayati M. 2016 Cetakan ke 2. Musyawarah di Desaku. Jakarta: Widia Sarana
Informatika
4. Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Katsir AD-Dimasyqi. 2000. Tafrsir Ibnu Katsir Juz
4. Bandung: Sinar Baru Algensindo Bandung.
5. Sunarso. 2015. Membedah Demokrasi. Yogyakarta: UNY Press.
6. Slamet Spd. 2019. budaya demokrasi dan politik. Tangerang: Loka Aksara
7. Assyaukanie L. 2011. ideologi islam dan utopia. Jakarta: Freedom Institute

12

Anda mungkin juga menyukai