Anda di halaman 1dari 4

TSUNAMI COVID DI INDIA

Dilansir dari CNBC Indonesia (2021), Kasus infeksi Covid-19 India telah menembus
angka 18 juta orang. Ini terjadi setelah pada Kamis (29/4/2021) India kembali mencatatkan
rekor penambahan kasus harian sebanyak 379.257 dan 3.645 kematian. Ribuan orang India,
disebut dengan panik mencari tempat tidur rumah sakit dan oksigen penyelamat hidup untuk
kerabat yang terinfeksi menggunakan aplikasi media sosial dan kontak pribadi. Namun
diketahui tempat tidur yang tersedia di rumah sakit, terutama di unit perawatan intensif (ICU),
habis dalam beberapa menit. Meningkatnya angka infeksi di India membuat rumah sakit
collaps dengan banyaknya pasien baru yang datang gilir-berganti. Cadangan oksigen juga
dilaporkan menipis sehingga banyaknya kasus kematian di India karena terbatasnya ruang dan
tenaga medis yang menangani ratusan ribu orang per harinya.
Pandemi Covid-19 ini merupakan serangan yang kedua kalinya setelah sebelumnya India
sempat berhasil menangani kasus Covid-19 yang dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Sumber: bbc.comnews/world-asia-india-56826645

Kasus infeksi Covid-19 di India sempat mereda di kuartal terakhir tahun 2020 dan terus
menurun hingga Maret 2021. Hal ini terjadi karena masifnya tes yang dilakukan oleh
pemerintah India sehingga tracking terhadap orang yang terinfeksi dan kemungkinan terinfeksi
dapat dilakukan secara tepat dan efisien sehingga penularan virus ini dapat terkendali dan
teratasi. Berdasarkan data yang dirilis dari healthdetik.com (2020), Sebagai perbandingan,
selama enam bulan pandemi Covid-19 Indonesia baru bisa melakukan 1.799.563 tes spesimen
sementara India sudah lebih dari 67 juta tes. Jumlah tes COVID-19 yang dilakukan RI per
harinya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga. Berdasarkan dari
data ini, dapat dilihat masifnya tes yang dilakukan oleh pemerintah India dalam menangani
Pandemi dan sempat terkendali hingga Maret 2020. Selain itu, pemerintah India melakukan
lockdown selama beberapa bulan untuk membatasi kegiatan dan kerumunan orang agar
penularan dapat diatasi.
Pada serangan kedua atas pandemi covid-19 di India, lonjakan penambahan kasus per
harinya mencapai 10 kali lipat dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang
diantaranya, masyarakat India disebut abai dalam menerapkan protokol kesehatan dalam acara
ritual keagamaan. Selain itu, disebutkan bahwa masyarakat India sudah menggelar pesta
pernikahan yang mana pada acara tersebut mengakibatkan kerumunan besar-besaran sehingga
penularan secara masif akan dapat terjadi jika masyarakat sudah abai dengan protokol
kesehatan. Walaupun vaksinasi sudah dilakukan secara masif, namun apabila masyarakat
masih tidak menerapkan protokol kesehatan sesuai yang dianjurkan WHO, maka penularan
virus akan terus terjadi. Selain itu, mutasi virus corona juga terjadi di India menjadi lebih ganas
dari yang sebelumnya. Dikutip dari detik.com (2021), beberapa fakta mutasi baru virus corona
di India dirangkum sebagai berikut:
1. Memiliki mutasi ganda, Varian B1617 diketahui memiliki dua mutasi, yakni E484Q dan
L452R. Peneliti menduga bahwa kedua mutasi tersebut menjadi kunci dari kemampuan
varian baru Corona tersebut lebih mudah menular. Varian baru Corona B1617 ini disebut
sebagai salah satu penyebab dari munculnya gelombang kedua atau second wave di India.
2. Seorang virolog di Louisiana State University, Amerika Serikat, Dr Jeremy Kamil,
mengatakan salah satu mutasi pada varian B1617 ini mirip dengan yang ada pada varian
dari Afrika Selatan dan Brasil. Mutasi ini bisa membantu virus menghindari antibodi, baik
dari infeksi sebelumnya maupun hasil vaksinasi.
3. Menurut imunolog Dr Alain Lamarre dari Institut national de la recherche scientifique
(INRS), Kanada, mutasi yang dimiliki varian B1617 berkaitan dengan respons antibodi yang
lebih buruk. Artinya, kemungkinan antibodi yang dikembangkan dari vaksin bisa berkurang
efektivitasnya, tetapi masih perlu bukti yang lebih jauh
Dari beberapa fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa semasif apapun vaksin dilakukan
namun apabila masyarakat masih abai dengan protokol kesehatan maka pandemi akan tetap
berlanjut yang diperparah dengan mutasi dari virus itu sendiri.
Kita harus belajar dari kasus pandemi sebelumnya, Flu Spanyol yang terjadi pada tahun
1918. Berikut grafik kasus kematian dari flu spanyol yang pernah melanda di tahun 1918:
Sumber: detiknews.com
Dapat dilihat pada grafik, 3 gelombang terjadi pada saat pandemi flu spanyol berlangsung. Jika
kita tidak abai dan menerapkan protokol kesehatan ada kemungkinan gelombang kedua tidak
terjadi atau mungkin terjadi namun angka infeksi tidak meningkat secara tajam. Sederhananya,
virus ini menular karena adanya kontak langsung antarindividu yang terinfeksi sehingga yang
dapat kita lakukan sebenarnya dengan menjaga diri tetap menjauhi kerumunan yang
menyebabkan posibilitas kontak dengan penderita dapat seminimal mungkin tidak terjadi. Jika
memang lockdown tidak bisa diterapkan, kita sebenarnya masih bisa beraktivitas seperti biasa
dengan tidak abai pada protokol kesehatan yaitu memakai masker kemana pun kita pergi, tidak
kontak fisik dengan siapa pun di luar, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun atau jika
tidak ada sabun ketika sedang di luar bisa dengan membawa hand sanitizer kemana pun kita
pergi.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semua pada akhirnya tentang
kesadaran diri. Jika tidak mau terjadi lonjakan kasus terus menerus hingga banyaknya kematian
karena tidak terfasilitasi oleh fasilitas kesehatan, masyarakat harus sadar betul tentang virus
corona, bagaimana penularannya dan apa dampaknya. Pemerintah harus lebih intens lagi
mengedukasi warganya yang masih belum memahami gentingnya covid-19 yang tengah
melanda di seluruh dunia dengan dibuatnya organisai kesehatan khusus penanganan covid-19
yang gencar melakukan edukasi covid-19 secara komprehensif namun tetap dapat dipahami
oleh awam ataupun melakukan penanganan langsung terhadap orang yang terinfeksi. Sistem
denda yang tegas juga dapat dilakukan untuk meminimalkan oknum yang abai terhadap
protokol kesehatan. Apabila kasus sudah tidak dapat terkendali seperti kasus yang terjadi di
India, maka solusi yang tepat untuk mencegah infeksi yang menyebar lebih luas dengan
memberlakukan lockdown untuk sementara. Solusi jangka panjang mengenai kasus ini adalah
dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di tengah program vaksinasi massal yang tengah
dilakukan oleh pemerintah di seluruh dunia.

REFERENSI

Cnbcindonesia.com. 2021. Malapetaka Corona di India. Kasus Covid Tembus 18 Juta. Diakses
tanggal 30 April 2021 dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20210430074820-4-
242047/malapetaka-corona-di-india-kasus-covid-tembus-18-juta
Berisatu.com. 2021. Belajar dari India Satgas Minta Masyarakat Patuh Protokol Kesehatan.
Diakses tanggal 30 April 2021 dari www.beritasatu.com/kesehatan/766969/belajar-dari-
india-satgas-minta-masyarakat-patuh-protokol-kesehatan
Nasionalkompas.com. 2021. Doni Monardo: Covid-19 di India Melonjak karena Warga Abai
Protokol Kesehatan Saat Ritual Keagamaan. Diakses tanggal 30 April 2021 dari
https://nasional.kompas.com/read/2021/04/26/14270891/doni-monardo-covid-19-di-
india-melonjak-karena-warga-abai-protokol-kesehatan?page=all
Healthdetik.com. 2021. 5 Fakta B1617, Varian Baru COVID-19 dengan Mutasi Ganda yang
Gemparkan India. Diakses tanggal 30 April 2021 dari https://health.detik.com/berita-
detikhealth/d-5549553/5-fakta-b1617-varian-baru-covid-19-dengan-mutasi-ganda-
yang-gemparkan-india

Anda mungkin juga menyukai