Anda di halaman 1dari 3

TUGAS REVIEW JURNAL

1. Judul : geographical variation of elytral spot patterns in the phytophagous


ladybird, epilachna vigintioctopuncta ta (coleoptera: coccinellidae) in the
province of sumatera barat, indonesia

Epilachna vigintioaopunaata adalah hama serius tanaman solanaceous seperti


terong dan kentang di berbagai wilayah dari Jepang hingga Asia Selatan dan
Australia. E. vigintioctopunctata di Sumatera Barat menunjukkan variasi
intraspesifik yang ekstrim dalam hal ukuran tubuh, bentuk dan ukuran bintik-
bintik kronis dan elytral, nada warna oelytra, melanisasi bagian perut, dll.
Tujuan artikel ini adalah untuk mendokumentasikan keragaman geografis pola
bintik elytral yang paling mencolok di antara variasi ini. Analisis karakter lain
dan analisis multivariat di antara karakter akan dilaporkan di tempat lain.
Variasi intraspesifik yang kaya pada pola bintik elytral telah dilaporkan pada
epilachnine tropis dan subtropis, tetapi jarang didokumentasikan secara rinci
kecuali oleh richards, abbas dan nakamura .

Variasi geografis pola bintik elytral kepik fitofag, Epilachna


vigintioaopunctata, dipelajari di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kedua
kelompok ini dihubungkan satu sama lain melalui kelompok perantara.
Hubungan positif terdeteksi antara ketinggian situs sampel dan jumlah rata-
rata bintik non-persisten per elytron.

2. Judul : Linkage Analysis and Mapping of Three Sex-Linked Color Pattern


Genes in the Guppy, Poecilia reticulata

Penelitian ini dilaksanakan di Department of Biological Sciences, Faculty of


Science, National University of Singapore,Tiga gen pola warna fenotipik
guppy, yaitu black caudalpeduncle, red tail dan variegated tail patterning,
dianalisis dan dipetakan secara genetik. Di Singapura digunakan untuk
menentukan kontrol gen dari pola warna tersebut. Progeni F1 dihasilkan dari
persilangan timbal balik pasangan tunggal antara TUX dan GV, sedangkan
generasi F2 diperoleh dari perkawinan saudara penuh antara jantan dan betina
F1. Hubungan dekat dari 3.1, 2.3 dan 2.2 unit peta diperkirakan untuk wilayah
penentuan jenis kelamin pasangan gen -Rdt, Rdt-Bcp, dan SdR-Var, masing-
masing, sementara Bcp adalah sekitar 5,1 unit peta dari SdR. Urutan peta
fenotipik kromosom Y guppy disimpulkan menjadi Var – SdR – Rdt – Bcp.
Hasil perkawinan persilangan antara jantan Beraneka Ragam Hijau (GV) dan
betina Tuxedo (TUX) menunjukkan angka yang diamati dan diharapkan untuk
setiap kelas fenotipik, rasio segregasi yang diharapkan, chi-square goodness-
of-fit dengan rasio yang diharapkan dan nilai-nilai yang disesuaikan yang
sesuai (χ2 adj) setelah penerapan koreksi Yates untuk kontinuitas, uji χ2 untuk
homogenitas, kemungkinan genotipe dan rekombinan. Sembilan pasang
kawin TUX♂♂ GV♀♀ menghasilkan total 132 keturunan F1 jantan dan 131
betina. Jantan F1 memiliki batang ekor hitam dan sirip ekor merah dari induk
jantan TUX mereka, tetapi juga menunjukkan bintik hitam dan bercak pada
sirip ekor. Betina F1 memiliki batang ekor abu-abu dan ekor putih keabu-
abuan buram dengan semburat merah dan bintik hitam. Induk jantan TUX
sedangkan pola ekor beraneka ragam berasal dari induk betina GV. Tabel 1A
dan Gambar. 3 menunjukkan dua persilangan lain di mana orang tua laki-laki
TUX heterozigot untuk batang ekor hitam. Untuk memfasilitasi
penggambaran persilangan ini dan keturunannya, jantan TUX diberi label
sebagai tipe II dan III.

3. Judul : Variasi Morfologi Katak Pohon Bergaris Polypedates leucomystax


Gravenhorst, 1829 (Anura; Rhacophoridae) di Sumatera Barat

URL :
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ejurnalfmipa/article/download/5140/3916

Penelitian tentang variasi morfologi katak pohon Polypedates leucomystax


Gravenhorst, 1829 (Anura; Rhacophoridae) di Sumatera Barat. sampel
dilakukan di Dharmasraya, Padang Panjang, Pasaman Timur, Solok, Padang,
Pesisir Selatan dan Kayu Aro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
P. leucomystax di Sumatera Barat memiliki variasi morfometrik yang
tinggi, dan perbedaan antara populasi yang berada di dataran tinggi dan
dataran rendah. Metode yang dilakukan adalah survey dan koleksi langsung
di lapangan Populasi dari Kayu Aro memiliki ukuran yang lebih panjang pada
jarak moncong sampai mata , jarak moncong sampai tympanum, jarak hidung
sampai tympanum dan jarak hidung sampai mata dibandingkan keenam
populasi lainnya. Populasi P. leucomystax yang berada di dataran tinggi
cenderung memiliki ukuran karakter kepala yang lebih panjang dibandingkan
populasi dari dataran rendah, baik pada populasi betina maupun jantan.
Perbedaan jumlah karakter yang terdiferensiasi pada P. leucomystax pada
jantan dan betina data disebabkan kemampuan adaptasi yang berbeda. Hal ini
dapat disebabkan oleh kebiasaan dalam aktifitas, pola kawin, dan cara makan
P. leucomystax. Berdasarkan 32 karakter morfologi yang diuji didapatkan 14
karakter yang konsisten berbeda secara signifikan pada populasi jantan dan
betina yang terdiri atas 7 karakter kepala, 5 karakter ekstremitas dan 2
karakter meristik. Berdasarkan 14 karakter yang signifikan antara populasi
P. leucomystax jantan dan betina ditemukan empat karakter yang memiliki
nilai perbedaan yang sangat jauh berdasarkan ketinggian daerah pengambilan
sampel katak P. leucomystax seperti pada Gambar 3, yang memperlihatkan
empat karakter yang diuji memiliki perbedaan yang jauh pada perbedaan
ketinggian lokasi. Jumlah karakter signifikan yang cukup banyak ini
menunjukkan bahwa telah terjadi diferensiasi karakter morfologi yang tinggi
pada spesies P. leucomystax di Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai