Anda di halaman 1dari 31

Mata Kuliah : AKUNTANSI MANAJEMEN

SESI 6 UTS
Pokok Bahasan : PERENCANAAN LABA DENGAN ANALISA IMPAS
DAN ANALISA HUBUNGAN BIAYA VOLUME DAN LABA

Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan


kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa
yang akan dating, baik jangka pedenk maupun jangka panjang. Oleh kaerna itu
adalah tugas manajemen untuk merencanakan masa depan perusahaannya, agar
sedapat mungkin semua kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan dating
telah disadari dan telah direncanakan bagaimana menghadapinya sejak sekarang.
Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan perusahaan adalah pengambilan
perumusan kebijaksanaan.
Ukuran yang seringkali dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen
suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Sedangkan laba terutama
dipengaruhi oleh tiga factor : harga jual produk, biaya dan volume penjualan.
Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki;
harga jual mempengaruhi volume penjualan sedangkan penjualan langsung
mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga
factor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu di dalam
perencanaan, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang
sangat penting, sehingga di dalam pemilihan alternative tindakan dan perumusan
kebijaksanaan untuk masa yang akan dating manajemen memerlukan data untuk
menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat pada laba yang akan dating.
Analisa impas dan analisa hubungan antara biaya-volume dan laba,
merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasi dan menafsirkan data
produksi dan distribusi dalam rangka membantu manajemen di dalam pengambilan
keputusan.

1
Impas
Impas adalah suatu keadaan di mana suatu usaha tidak memperoleh laba
dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila
jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, atau apabila marginal income
(contribution margin) hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Analisa impas adalah suatu cara untuk mengetahui berapa volume
penjualan minimum agar supaya perusahaan tidak menderita rugi, tetapi juga
belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol).
Hubungan Analisa Impas dengan Anggaran dan Variable Costing. Rencana
menejemen mengenai kegiatan perusahaan di mana yang akan datang pada
umumnya dituangkan dalam anggaran, yang sebagian berisi taksiran penghasilan
yang akan diperoleh dan biaya yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan
penghasilan tersebut. Dengan mengadakan analisa secara langsung terhadap data
yang tercantum dalam anggaran, menejemen akan menemui kesulitan untuk
memahami hubungan antara biaya, volume dan laba. Analisa impas menyajikan
informasi kepada menejemen, sehingga memudahkannya di dalam menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian laba perusahaan di mana yang akan
datang. Apabila perusahaan telah menggunakan flexible, budget maka sebagian
besar informasi yang diperlukan untuk analisa impas telah tersedia karena flexibel
budget berisi taksiran biaya produksi dan pemasaran pada berbagai tingkat
kegiatan.
Metode variable costing, yang menghendaki diadakannya pemisahan biaya
biaya ke dalam biaya tetap dan biaya variabel serta menghendaki disajikannya
informasi contribution margin dalam laporan rugi-laba, memudahkan penentuan
impas.
Cara Perhitungan Impas. Ada dua cara untuk menentukan impas teknik
persamaan dan pendekatan gratis.
Tehnik Persamaan. Laba adalah sama dengan hasil penjualan dikurangi
dengan biaya, atau dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : Y = cx . by .
a.

2
Keterangan :
y = laba
c = harga jual per satuan
x = jumlah produk yang dijual
b = biaya variabel per satuan
a = biaya tetap;
Apabila persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk laporan rugi laba
metode variable costing adalah sebagai berikut :
Hasil penjualan................................................................................................................ cx biaya
variable .................................................................................................................. bx _ Marginal income
(contribution margin).......................................................................... cx . bx Biaya
tetap ...................................................................................................................... a
Laba ................................................................................................................................ y

Menurut definisi, suatu perusahaan akan. impas apabila Jumlah


penghasilan sama dengan jumlah biaya (laba = nol, y = 0) atau kalau dinyatakan
dalam persamaan adalah sebagai berikut :
0 = cx — bx — a
Cx = bx + a
Persamaan tersebut diselesaikan sebagai berikut
cx = bx + a
cx – bx = a
x(c – b = a

���� =��
�� − ��

Keterangan:
cx = bx + a............................................................ hasil penjualan = biaya cx – bx =
a contribution margin = biaya tetap impas (dalam satuan produk) ……………… =
biaya tetap dibagi dengan selisih antara harga jual per satuan
dengan biaya variabel per satuan,

3
X. adalah kuantitas yang dijual
pada keadaan impas.
Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang terjual adalah :
Impas (dalam satuan produk yang terjual ∶biaya tetap harga jual persatuan . biaya variabel
persatuan

Impas.dalam rupiah penjualan dapat dicari rumusnya dengan cara


mengalikan rumus impas tersebut di atas dengan c, yaitu harga jual per satuan
produk,

����1 =��

�� . ���� =����

(�� . ��)=��

(�� . ��)/��=��

��/�� . ��/��=��
1 − ��/��
Jadi rumus perhitungan impas dalam rupiah penjualan adalah seb;igai
berikut :

Impas (dalam rupiah penjualan ∶biaya tetap

1 −Biaya variabel persatuan


Harga jual persatuan

Catatan : 1 – b/c disebut marginal income ratio atau(contribution margin ratio,)


yaitu basil bagi marginal income dengan hasil penjualan.

Bukti :
Marginal income = hasil penjualan – Biaya Variabel
= cx – bx

Marginal Income =Marginal Income


Hasil Penjualan

MIR =cx − bx
cx
cx bx
= cx− bx
MIR = 1−bx
cxatau MIR = 1 −bc
4
Jadi impas dalam rupiah penjualan dapat pula dihitung dengan rumus
berikut ini :

Impas (dalam rupiah penjualan ∶biaya tetap


Marginal income ratio

Impas (dalam rupiah penjualan ∶biaya tetap

1−Biaya variabel
Harga penjualan

Contoh 5.1
Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan
sepeda. Dia menyewa tempat yang dapat menampung, 500 sepeda. Sewa tempat
tersebut per malam Rp 1.500,-. Untuk menjaga sepeda dia akan mempekerjakan
dua orang, dengan upah Rp 1.000,- semalam per orang, ditambah upah insentip
sebesar Rp 2,50 per orang untuk setiap sepeda yang masuk titipan. Tarip titipan
yang dibebankan adalah sebesar Rp 25,- per sepeda semalam. Berapa jumlah
sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar supaya usaha titipan
tersebut tidak rugi?

Penyelesaian
Perhitungan rugi-laba per malam apabila 500 sepeda masuk tutupan Pak Amat
adalah sebagai berikut :
Jumlah %
Hasil penjualan jasa titipan sepeda 500 x Rp 25 Rp. 12.500 100 Biaya variable
Upah insentip untuk dua karyawan 500 x 2 x Rp 2,50 2.500 20 Rp. 10.000,- 80
Biaya tetap :
Sewa tempat titipan Rp 1.500.- Upah dua orang karyawan 2.000,-

Laba bersih 3.500 28 Rp. 6.500 52

5
Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar supaya
usaha pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :

Impas (dalam jumlah sepeda) =biaya tetap

harga jual persatuan jasa . biaya variabel persatuan jasa

=3.500

25 −5==3.500

20 = 175
Apabila sepeda yang masuk sernalam minimum berjumlah175 buah, maka
Pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam (laba sama
dengan nol).
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah penghasilan dari usaha
titipan sepeda sebagai berikut :

Impas (dalam rupiah hasil titipan) ∶biaya tetap


Contribution margin ratio

=3.500
80%
Rp. 4.375
Apabila pada suatu malam Pak Amat telah menerima uang hasil titipan
sepeda sebanyak Rp 4.375,- dia dapat agak tenterarn hatinya, karena dari hash
tersebut dia minimum sudah dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan malam
tersebut. Dengan kata lain setiap sepeda yang masuk kemudian sudah membawa
laba 80% dari uang hasil titipan sepeda yang diterimanya.
Bukti bahwa pada waktu Pak Amat menerima uang hasil titipan sebanyak
Rp 4.375,- usahanya belum memperoleh untung, tetapi juga sudah tidak rug; dapat
diikuti dalam perhitungan berikut ini :

Hasil penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp 25,- = Rp 4.375,- Biaya variable 175 x Rp 5,-
= 875,- Contribution margin Rp 3.500,-

Biaya tetap :
Sewa tempat titipan Rp 1.500,-
Upah dua orang karyawan 2.000,-
Laba bersih 3.500 Rp.0

Contoh 5.2.

6
Dalam tahun 1999 seorang pengusaha hendak menanamkan uangnva dalam
usaha ternak ayam petelor. Dia merencanakan akan memelihara ayam jenis White
Leghorn sejak berumur 1 hari. Jumlah anak ayam yang dipelihara direncanakan
sebanyak 3.000 ekor. Ayarn petelur mulai menghasilkan telur pada umur 6 bulan.
Rencana investasi pada usaha peternakan ayam ini dipecah ke dalam dua tahap
berikut ini.
1. Investasi Fisik :
a. Pembuatan kandang:
Luas kandang yang dibutuhkan adalah 2.400 m2 dengan biaya
pembangunan Rp 3.500,- per meter persegi. Diperkirakan umur
ekonomis kandang 10 tahun. d. Biaya lain-lain:
Terdiri dari lpeda, sumber sumbangan-sumbangan,
b. Pembelian peralatan kandang: biaya asuransi biaya pemeliharaan kandang dan
∙ Tempat makanan ayam (umur ekonomis = 36 biaya administrasi.. Diperkirakan biaya-biaya lain
bulan) 84 buah Rp 750 per bulan Rp 25.000,-.
∙ Tempat minuman ayam (umur ekonomis – 12 Biaya-biaya lain -lama 6 bulan
bulan), 170 buah @ Rp. 300 Rp 8.400.000,—

c. Harga beli anak ayam umur 1 hari : Rp 63.000,-


3.000 x Rp. 350 51.000,-

114,000
2. Biaya pemeliharaan ayam sejak 0 sampai 6 bulan Rp 8.514.000,-
a. Biaya makanan ayam
Sejak berumur 1 hari sampai dengan 6 bulan
makanan anak ayam menghabiskan dua jenis 1.050.000 Rp. 9.564.000
makanan :
Makanan anak ayam :
3,2 kg @ Rp 100 : …………… Rp 320
Makanan ayam dewasa:
7.0 kg @ Rp 70 ……………... Rp 490
Biaya makanan per ekor ayam sejak ber-umur 0
sampai dengan 6 bulan .. Rp 810,--
Jumlah biaya makanan 3.000 ekor ayam, sejak umur
0 sampai dengan 6 bulan

b. Upah tenaga kerja :


Dibutuhkan 10 tenaga kerja untuk mengurus 3.000
ekor ayam dengan upah rata-rata Rp 7.000,- per
orang. Upah tenaga kerja selama 6 bulan, 6 x 10 x Rp. 2.430.000 420.000 150.000
Rp 7.000,-

c. Biaya Obat-obatan
Terdiri dari biaya vaksinasi dan obat-obatan
pencegah penyakit.. Diperkirakan rata-rata per bulan
Rp 25,000,- Biaya obat-obatan selama 6 bulan
150,000,-

7
Biaya pemeliharaan ayam sejak berumus 0 sampai dengan 6 bulan Rp. 3.150.000

Struktur biaya per bulan setelah ayam mulai bertelur adalah sebagai berikut
:

Biaya Tetap:
a. Biaya penyusutan kandang :
Rp 8.400.000 : 120 bulan f. Biaya obat-obatan
g. Biaya lain-lain
b. Biaya penyusutan peralatan kandang
Penyusutan tempat makanan ayam : Jumlah biaya tetap per bulan
Rp 63.000:36 bulan Rp 1.750,- Rp 70.000.- 6.000,-
Penyusutan tempat minuman ayam :
Rp 51.000:12 bulan 4.250.-

c. Biaya penyusutan ayam :


Harga beli anak ayam Rp 1.050.000
Biaya pemeliharann ayam sejak umur 0 sampai
dengan 6 bulan 3.150.000,

Biaya penyusutan kandang dan peralatan kandangs.


6 x Rp 76.000,

456.000, Rp 4.656.000,- Umur ekonomis ayam 24 194.000


bulan

d. Biaya makanan ayam :


Setiap ekor ayam dewasa menghabiska_n 80 gram 504.000
makanan ayam per hari. Biaya adalah 3.000 x 0.08 x
30 = 7.200 kg @ Rp 70,- 70,000,- 25.000,- 25.000,-

e. Upah tenaga kerja Rp 894.000,•

Biaya angkutan telur (biaya pemasaran) per kg Rp 2,- ata 0,33% dan hasil
penjualan.
Masa bertelur seekor ayam adalah 24 bulan dan diperkirakan rata-rata
produktivitas ayam per hari adalah 70% dari jumlah ayam yang dipelihara atau
sebanyak 2.100 butir telur per hari (sebanyak 115 kg, telur per hari). Harga jual
telur Rp 600,- per kg.
Pengusaha tersebut ingin mengetahui berapa jumlah kg telur minimum
yang harus dijual per bulan agar usaha peternakannya tidak menderita rugi.
Penyelesaian :

8
Untuk menghitung impas dari usaha peternakan tersebut di atas, lebih
dahulu harus ditentukan jenis-jenis biaya apa yang bersifat tetap dan jenis biaya
apa yang variabel. Untuk menetapkan variabilitas biaya niaka harus dilihat
hubungan tingkah laku biaya dalam hubungannya dengan perubahan produksi
telur. Biaya makanan ayam dalam hal ini termasuk biaya yang bersifat tetap
karena jumlah biaya tersebut tidak berubah sebanding dengan perubahan tingkat
produksi telur. Apabila jumlah makanan ayam diperbanyak, belum tentu produksi
telur akan naik. Oleh karena itu sebagian besar biaya dalam usaha peternakan
ayam tersebut di atas adalah merupakan biaya yang bersifat tetap, yaitu biaya yang
tetap konstan pada kisaran keluaran tertentu (yaitu dalam kisaran produksi rata-
rata 0 - 2.100 butir telur sehari).

Impas (dalam kg telur yang terjual) =biaya tetap


harga jual telur per kg− Biaya variabel per kg

=894.000

600 − 21.494,98 Kg
Impas (dalam rupiah hasil penjualan : 1.494,95 x Rp. 600.- =Rp. 896.988
Usaha peternakan ayam tersebut dijalani setiap bulan minimum harus dapat
menjual telur seharga Rp 896.985,- atau sebanyak 1.494,98 kg telur. atau 49,83 kg
per hari atau 997 butir (1 kg = 20 butir per hari), agar supaya tidak rugi. Karena
jumlah ayam yang akan dipelihara 3.000 ekor, maka agar tidak rugi produktivitas
ayam minimun 33,23% (997 : 3.000) per hari.

Contoh 5.3 :
PT Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk tahun 19X1
adalah sebagai berikut :
Kg.
Persediaan awal 100
Rencana produksi
1.100
1.200
Rencana penjualan 1.000
Persediaan akhir 200

Biaya produksi variabel standar per kg produk adalah sebagai berikut:


Biaya Bahan baku ............................................... Rp 10,-

9
Biaya tenaga kerja variable .................................. 7,-
Biaya overhead pabrik variabel ........................... 8,-
Jumlah biaya produksi variable............................ Rp 25,-
Biaya administrasi & umum variable................... 10,-
Biaya pemasaran variabel .................................... 8,-
Jumlah biaya variable........................................... Rp 43
Biaya tetap per tahun terdiri dari
Biaya overhead pabrik tetap................................. Rp 37,400,- Biaya
pemasaran tetap.......................................... 15.000,- Biaya administrasi
dan urnurn tetap .................... 25.000,- Jumlah biaya tetap
setahun................................... Rp 77.400,-

Harga jual produk Rp 172,- per kg.


Laporan rugi laba tahun 19X1 yang direncanakan adalah sebagai berikut :
PT ELIONA
Laporan Rugi Laba tahun 19X1
Jumlah %
Hasil penjualan 1.000 X Rp Hitunglah : Rp. 129.000
172 .............................................. 172.000 100
Biaya Variabel :
Persediaan awal
100 x Rp 25,- Rp 2.500,-
Biaya produksi
variabel
1.100 x Rp 25,- 27.500,-
Rp 30.000,-

Persediaan akhir:
200 x Rp 25,- 5.000,-
Rp 25.000,-
Biaya pemasaran variable:
1.000 x Rp ' 8, - 8.000,-
Biaya administrasi & umum
variabel : 1.000 x Rp 10,- 10,000,-
Jumlah biaya variable
Contribution margin 43.000,- 25
75

a. Berapa jumlah hasil penjualan minimum dalam tahun 19X1 yang ha. b. Berapa
kilogram produk minimum yang harus dijual agar dapat digunakan untuk
menutup semua biaya.

10
Penyelesaian :
a. Impas (dalam rupiah penjualan) =77.400
Rp 103.200,- 75%=

Agar supaya PT Eliona dalam tahun 1911 tidak menderita rugi, maka hasil
penjualan minimum yang harus dicapai adalah sebesar 103.200,- b. Impas (dalam
kg. =77.400
172−43=
600 kg
Apabila dalam tahun 19X1 produk A yang terjual telah berjumlah 600 kg,
maka PT Eliona sudah tidak akan menderita kerugian lagi. Dalani setiap
penjualan 1 kg produk A berikutnya RT Eliona akan memperoleh laba
sebesar Rp 129 (= 75% x Rp 172), karena biaya tetap seluruhnya telah
tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.

Pendekatan Grafis
Perhitungan impas dapat dilakukan juga dengan menentukan titik
pertemuan antara garis penghasilan dengan garis biaya di dalam suatu grafik. Titik
pertemuan antara garis penghasilan dengan garis biaya merupakan titik impas.
Untuk dapat menentukan titik impas, hams dibuat grafik dengan sumbu
datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya
dan penghasilan.
Apabila harga jual produk per satuan sebesar c, kuantitas produk yang
dijual sebesar x, biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b per satuan x,
untuk volume penjualan sebesar x maka :
hasil penjualan = cx
biaya variable = bx
biaya tetap = a

Contoh 5.4
Dalam contoh 5.3. diketahui bahwa
harga jual produk per satuan (c) = Rp 172
biaya variabel per satuan (b) = Rp 43

11
biaya tetap per tahun (a) = Rp 77.400

Untuk berbagai macam volume penjualan (x) maka hasil penjualan, biaya
variabel, biaya tetap dan biaya total nampak dalam tabel 5.1. berikut ini :
Volume Hasil Biaya Biaya tetap Biaya total bersih
penjualan penjualan variabel Laba (rugi)
c-xbx a a + bx
x cx - (a 4 bx)
1.000 kg Rp 172,000 Rp 43.000 Rp 77.400 Rp 120.400 Rp 51.600 800 137.600 34.400
77.400 111.800 25.800 600 103.200 25,800 77.400 103.200 0 400 68.800 17.200
77.400 94.600 ( 25.800)
200 34.400 8.600 77.400 86.000 ( 51.600)

Tabel 5.1. : Hasil Penjualan, Biaya Variabel, Biaya Tetap, Biaya total don Laba
Bersih pada Berbagai Volume Penjualan.
Apabila data dalam tabel 5.1. disajikan dalam bentuk grafik, maka akan
nampak dalam gambar 5.1. berikut ini.
Keterangan cara pembuatan grafik impas (gambar 5.1.) adalah sebagai
berikut :
1. Sumbu datar (sumbu x) menunjukkan volume penjualan yang dapat dinyatakan
dalam satuan kuantitas atau rupiah hasil penjualan.
2. Sumbu tegak (sumbu y) menunjukkan hasil penjualan dan biaya dalam rupiah.
3. Pembuatan garis penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut a. Pada
volume penjualan sama dengan nol maka hasil penjualan sama dengan nol pula.
b. Pada volume penjualan 1.000 kg hasil penjualan sebesar Rp172.000 c.
Kemudian ditarik gar's lun!s yang menghubungkan titik x = 0, y dengan titik
x = 1.000, y = 172.000

12
4. Pembuatan garis biaya total dilakukan sebagai berikut :
a. Pada volume penjualan sebesar nol, perusahaan tetap mengeluarkan biaya
tetap Rp 77.400,- sedang pada volume penjualan 1.000 kg, biaya total
berjumlah Rp 120.400,-
b. Kemudian ditarik garis lurus yang menghubunglcan titik x = 0, y = 77.400
dengan titik x = 3.000, y = 120.400.
5. Pembuatan garis biaya tetap dilakukan sebagai berikut :
Karena biaya tetap pada volume penjualan berapapun dalam contoh ini tidak
mengalami perubahan, maka garis biaya tetap ditarik dengan cara
menghubungkan titik x = 0, y = 77.400 dengan titik x = 1.000, y = 77.400.
6. Impas adalah terletak pada titik perpotongan garis has] penjualan dengan garis
biaya. Apabila dari titik perpotongan tersebut (titik impas) ditarik garis tegak
lurus ke sumbu x maka akan dapat diketahui bahwa impas dicapai pada
volume penjualan 600 kg. Jika dari titik impas ditarik garis tegak lurus ke
sumbu y, maka akan dapat diketahui bahwa impas tercapai pada hasil
penjualan Rp 103.200,-
7. Daerah di sebelah kiri titik impas, yaitu bidang di aitara garis biaya total dengan
garis hasil penjualan, merupakan daerah rugi, karena hasil penjualan lebih
rendah dari biaya total. Sedangkan daerah di sebelah kanan titik impas, yaitu
bidang di antara garis hasil penjualan dengan garis biaya total merupakan
daerah laba, karena hasil penjualan lebih tinggi dari biaya total.
Dalam grafik impas tersebut di atas, garis yang digambar didalam nya
terdiri dari garis hasil penjualan, garis biaya total dan biaya tetap.
Ada cara lain untuk menyajikan grafik impas, yaitu dengan menggambar
garis-garis hasil penjualan, garis biaya total dan garis biaya variable dalam grafik.

13
Apabila data dalam Label 5.2. Dipakai sebagai dasar pembuatan gafik dengan cara
terakhir ini maka akan nampak dalam, gambar 5.2. berikut ini.
Grafik impas dapat dibuat lebih terperinci lagi dengan cara memerinci
biaya-biaya variabel dan biaya tetap ke dalam jenis-jenis biayanya, seperti terlihat
dalam gambar 5.3. berikut ini.
14

Bentuk grafik impas dapat menunjukkan sifat kegiatan perusahaan dan


kegiatan apa yang hendaknya dilakukan,oleh perusahaan tersebut. Perusahaan
yang biaya tetapnya relatif besar, impasnya biasanya akan tercapai pada titik
volume penjualan yang relatif tinggi. Bentuk grafik impasnya biasanya seperti
gambar 5.4.

Usaha pokok menejemen perusahaan yang biaya tetapnya tinggi (misalnya


hotel, bioskop, perusahaan telepon) adalah memaksirnumkan penghasilan. Untuk
memaksimumkan penghasilan perusahaan hotel, dapat dilakukan misalnya dengan

15
cara memberikan potongan tarip pada masa liburan. Selama tarip tersebut masih
menghasilkan contribution margin, maka tindakan tersebut masih menguntungkan
karena akan menambah kontribusi untuk menutup biaya tetap. Perusahaan bioskop
dalam usaha menutup biaya tetapnya, biasanya menempuh cara penjualan karcis
yang lebih rendah pada pertunjukan di siang hari (matinee). Perusahaan telepon
memberikan potongan 50% untuk percakapan setelah jam 22.000 sampai dengan
07.00.
Perusahaan yang biaya tetapnya relatip rendah, impasnya biasanya akan tercapai
pada tingkat volume penjualan yang relatip rendah. Bentuk grafik impasnya

biasanya seperti nampak dalain gambar 5.5. berikut ini.


Penjualan
Gambar 5.5. Grafik impas perusahaan yang biaya tetapnya
relatip rendah
Perusahaan-perusahaan konveksi dan perusahaan makanan merupakan
contoh perusahaan yang biaya tetapnya rendah, karena biayanya sebagian besar
terdiri dari biaya bahan bake dan tenaga kerja.
Usaha pokok menejemen perusahaan yang biaya tetapnya relatip rendah
adalah memperbaiki hubungan antara biaya dan harga jual agar supaya titik impas
dapat diturunkan, sehingga daerah laba menjadi luas. Biasanya usaha penurunan
biaya merupakan hal yang penting dalam perusahaan ini.

Analisa Impas dan Keputusan Untuk Menutup Usaha.


Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup
usaha dilakukan dengan mempertimbangkan basil penjualan dengan biaya tunai
(cash cost/out of pocket costs). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang memerlukan
pembayaran segera dengan uang kas. Biaya variabel biasanya merupakan biaya
tunai, tetapi biaya tetap mungkin juga termasuk sebagai biaya tunai seperti : gaji
16
pengawas pabrik dan biaya pemeliharaan. Dalam pengambilan keputusan untuk
menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari kantong (out of
pocket costs) dengan biaya terbenam (atau sunk cost, yaitu pengeluaran yang
dilakukan pada masa yang lalu, yang manfaatnya masih dinikmati sampai
sekarang. Contohnya adalah biaya depresiasi, amortisasi dan deplesi).
Suatu usaha hares dihentikan apabila penghasilan yang diperoleh tidak
dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa
suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari titik perpotongan
antara garis penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas.

Contoh 5.6.:
Apabila di dalam contoh 5.3., biaya tetap sebesar Rp 77.400. tersebut terdiri dari
biaya keluar dari kantong Rp 64,500,- dan biaya terbenam sebesar Rp 12.900,-
maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi (accounting profit, yaitu
basil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya, baik biaya terbenam maupun biaya
keluar dari kantong) seperti nampak dalam tabel 5.2. berikut ini. Biaya tetap Laba (rugi)

Volume p( njualan penjualan Keluar da Terbenam Akuntansi Tunai


Hasil Biaya ri kantong
variabel tunai
(1 )xRp 17 2 (1 )xRp 43
(2%43+4+5) (2)-(3+9)
)(2 )
(1 (3)(4)(5)(6)(7)

800
1.000 kg Rp 172.000 Rp 43.060 Rp 64.500 Rp 12.900 Rp 51.600 Rp 64.500 137.600 34.400
600 500 86.000 21.5010 64.500
64.500 12,900 25,800 38.700 103.200 25.800 64.500 12.900 0 12.900
12.900 (12.900)
0
0)
200 34.400 8.600 64.500 12.900 (51.601 (38.700) Tabel 5.2. Perhitungan Laba
Akuntansi dan Laba Tunai

17
Gambar 5.6. Grafik impas yang memperlihathan titik
penutupan usaha
Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Titik penutupan usaha =Biaya Tetap Tunai


Contribution Margin Ratio
Jika datanya berasal dari contoh 5.3. titik penutupan usalia ditentukan
sebagai berikut :

Titik penutupan usaha =64.500

75% = Rp 86.000
atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sebagai berikut :

Titik penutupan usaha =64.500

172 − 43 = 500 kg
Dengan demikian pengolahan produk A dalam contoh 5.3. harus dihentikan jika
penjualannya berada di bawah titik penutupan usaha.

Contoh 5.7.:
Apabila usaha petemakan ayam dalam contoh 5.2. dihitung jumlah
produksi telur minimum agar supaya usaha tersebut tidak ditutup, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut
Jumlah biaya tetap tunai per bulan terdiri dari
18
Biaya makanan ayam ......................................... Rp 504.000,-
Upah tenaga kerja ................................................ 70.000,-
Biaya obat-obatan ................................................ 25.000,-
Biaya lain-lain ..................................................... 25.000,-
Jumlah hasil penjualan telur minimum yang harus di capai setiap bulan
agar usaha ternak tersebut tidak tutup :

Titik penutupan usaha =Biaya Tetap Tunai


Contribution Margin Ratio

=624.000

0,9967 = Rp 626.000
Apabila dinyatakan dalam jumlah telur, titik penutupan usaha adalah pada
Rp 626.000,- : Rp 600,- = 1.043 kg (atau sama dengan 20.860 butir telur sebulan
atau 695 butir telur per hari).
Dari perhitungan tersebut di atas dapat diamhil kesimpulan sebagai berikut
: Apabila setiap hari produksi mengalami penurunan dan jika jumlah telur yang
dihasilkan oleh 3.000 ayam tersebut kurang dari 1.043 kg per bulan atau 695 butir
telur per hari, maka lebih baik usaha petemakan tersebut ditutup saja.

Grafik Laba S,atuan (Unit Profit Graph)


Pada umumnya grafik impas disusun atas dasar hasil penjualan total
dengan biaya total. Agar supaya menejemen dapat mengetahui pengaruh biaya
tetap terhadap biaya per satuan, maka disusunlah grafik laba satuan. Dalain grafik
ini digambarkan penghasilan, biaya variabel dan biaya total per satuan produk.
Biaya tetap persatuan bersifat berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume
kegiatan, sedangkan biaya variabel per satuan bersifat konstan, tidak berubah
dalam hubungannya dengan perubahan volume.

Contoh 5.8.:
Dari contoh 5.3. tersebut di muka, dihitung biaya variabel, biaya tetap dan
hasil penjualan per satuan produk &dam tabel 5.3. berikut ini :
19
Volume penjualan 1.000 800 600 400 200
(kg)

Biaya variabel Rp 43.- Rp 43,- Rp 43,- Rp 43,- Rp 43,-


per kg
Biaya tetap per 77,40 96,75 12 193 387,--
kg
Biaya total per 9,- ,50

kg Rp Rp 139,75 Rp 172,-- Rp 236,50 Rp 430,--


Harga jual per kg 120,40 172,-- 172,-- 172,- 172,--
172,--

Laba(rugi) per kg Rp 51,60 Rp 32,25 Rp 0,-- (Rp 64,50) (Rp 258,--)

Tabel 5.3. Biaya uariabel, biaya tetap, harga jual dan laba atau
rugi per satuan produk
Data dalam tabel 5.3. tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik laba
satuan seperti nampak dalam gambar 5.7. berikut ini :

Margin of Safety
Analisa impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume
penjualan minimum agar supaya perusahaan tidak menderita rugi. Apabda angka
impas dihubungkan dengan angka hasil penjualan yang dianggaxkan.atau hasil
penjualan.tertentu, akan diperoleh informasi mengenai berapa volume penjualan
yang dianggarkan atau hasil penjualan tertentu boleh turun agar supaya perusahaan
tidak menderita rugi.
Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume
penjualan impas merupakan angka margin of safety.
Dalam contoh 5.3. PT Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun
19X1 sebesar Rp 172.000,- sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada
penjualan sebesar Rp 103.200,-. Angka margin of safety adalab sebesar Rp
68.800,- (Rp 172.000,- — Rp 103.200,-)atau
20

Gambar 5.7. Grafik laba satuan (unit profit grafik)

apabila dinyatakan dalam persentase dari angka volume penjualan yang


dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp 68.800-- : Rp 172.000,-). Angka margin of
safety ini memberikan informasi sampai seberapa jauh volume penjualan yang
direncanakan tersebut boleh turun agar supaya perusahaan tidak menderita, rugi
atau dengan kata lain, angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah
maksimal penurunan volume penjualan yang direncanakan, yang tidak
mengakibatkan kerugian. Dari data di alas dapat diambil kesimpulan bahwa,
apabila volume penjualan tahun 19X1 yang dianggarkan tersebut tidak dapat,
dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi hanyalah sebesar Rp
68.800,- atau 40%-nya, agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian. Angka
margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan
dengan marginal income ratio (profit-volume ratio) : Laba = Profit - volume ratio x
Margin of safety ratio

Laba =Marginal income

Hasil penjualan xMargin of safety


Hasil penjualan
21
Dengan memakai data dalam contoh 5.3. dapat diketahui bahwa:
Laba = 75% x 40% = 30'7,,
Margin of safety ratio -(M/S ratio) dapat pula dihitung dengan rumus :

M/S ratio =Profit ratio


Profit − volume ratio
Dari contoh di atas M/S ratio 30%
75%= 40%

Anggapan Yang Mendasari Analisa Impas


Dalam contoh 5.3. untuk tahun 19XI impas PT Ehona diperkirakan sebesar
Rp 103.250,-. Ramalan impas ini hanya akan tepat apabila variabel-variabel yang
dipakai untuk menghitung impas tidak berubah. Karma rumus perhitungan impas
adalah :
Impas =Biaya Tetap
Marginal income ratiomaka harus disadari bahwa

1. Suatu perubahan di dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan pada


marginal income ratio dan impas.
2. Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada
marginal income ratio dan impas.
3. Angka marginal income hanya dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel
dan harga jual.
4. Suatu perubahan di dalam biaya tetap ni(ngakibatkan perubahan pada impas
tetapi tidak mempengaruhi marginal income.
5. Suatu perubahan gabungan dalam, biaya tetap dan biaya variable pada arah
yang sama akan menyebabkan perubahan tajam, terhadap impas.

Secara terperinci anggapan (asumsi) yang mendasari analisa impas adalah:


1. Bahwa variabilitas biaya akan mendekati pola tingkah laku yang diramalkan.
Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam
perhitungan impas, sedangkan biaya variable sebanding dengan perubahan
volume penjualan.
22
2. Bahwa harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga
jual atau dengan memberikan potongan harga, maka hal ini akan
mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
3. Bahwa kapasitas produksi pabrik secara relatip ko-nstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada panambahan biaya tetap dan akan
mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
4. Bahwa harga faktor-faktor produksi tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarip upah menyimpang terialu jauh dibanding dengan dati yang dipakai
sebagai dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan
biaya, volume dan laba.
5. Bahwa efisiensi produksi tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya
karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau
perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan
biaya, volume dan laba.
6. Bahwa perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti. 7.
Bahwa komposisi produk yang dijual tidak berubah. Apabila perusahaan menjual
lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi
apabila komposisinya berbeda, maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap
basil penjualan.
Bukti
Impas dihitung atas anggaran penjualan sebagai berikut
Produk Kuantitas yang dijual Harga jual satua Hasil penjualan yang dianggarkan
x 100 25,- Rp. 2.500
y 500 10,- 5.000
600 Rp. 7.500

Apabila ternyata komposisi produk yang dijual sesungguhnya herubah


sebagai berikut :
Produk Kuantitas yang dijual Harga persatuan Hasil penjualan yang dianggarkan
x 500 Rp 25,- Rp 12.500,- y 100 10,- 1.000,- 600 Rp 13.500

23
maka impas yang dihitung semuJa alas dasar taksiran penjualan Rp 7.500,-
akan berbeda dengan kenyatannya, disebabkan adanya perbedaan komposisi
produk yang dijual, yang mempunyai akibat terhadap marginal income ratio.
8. Mungkin di antara anggapan-anggapan tersebut di atas, anggapan yang paling
pokok adalah "bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang
mempengaruhi biaya".
Analisa Biaya, Volume dan Laba.
Analisa impas memberikan informal berapa tingkat penjualan minimum
yang harus dicapai suatu perusahaan agar supaya tidak menderita kerugian. Dari
analisa tersebut juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang
direncanakan boleh turun, agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian.
Analisa impas merupakan salah sate bentuk analisa biaya, volume dan laba karena
untuk mengetahui impas maupun margin of safety perlu dilakukan analisa terhadap
hubungan antara biaya, volume dan laba.
Apabila di dalam analisa impas titik berat analisa diletakkan pada tingkat
penjualan minimun yang menghasilkan laba sama dengan nol, maka dalam analisa
biaya, volume dan laba ini titik berat analisa diletakkan pada sampai seberapa jauh
perubahan-perubahan pada biaya, volume dan harga jual berakibat pada perubahan
laba perusahaan.
Untuk memudahkan analisa akibat pengaruh perubahan biaya, volume dan
harga jual terhadap laba, maka dapat dibuat grafik laba dan volume (profit-volume
graph). Pembuatan grafik ini dilakukan sebagai berikut : .
1. Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan garis
penjualan yang dibuatmendatar. Sumbu tegak menunjukkan jumlah laba atau
rugi pada berbagai tingkat volume penjualan (periksa gambar 5.8.).
2. Kemudian ditarik garis rugi-laba yang menghubungkan titik-titik rugi atau laba
pada berbagai volume penjualan. Kerugian terbesar adalah sebesar biaya tetap,
yang terjadi pada volume penjualan sama dengan nol.
3. Titik pertemuan garis rugi-laba dengan garis penjualan menunjukkan titik
impas.

24
Contoh 5.9,
Atas dasar data pada contoh 5.3. dapat, dibuat grafik laba dan volume,
seperti nampak dalam gambar 5.8.
Garis rugi-laba pada grafik laba dan volume tersebut dapat menunjukkan
berapa jumlah rugi dan laba pada berbagai tingkat volume penjualan (misalnya
pada volume penjualan sebesar Rp 34.400,- kerugian yang diderita perusahaan
sebesar Rp 51.600,- dan pada volume penjualan sebesar Rp 137.600.- laba yang
didapat sebesar Rp 25.800,-

Manfaat Analisa Hubungan Biaya, Volume dan Laba Bagi Menejemen. Huhungan
antara biaya, laha dan volume dipengaruhi oleh lima faktor atau suatu kombinasi
faktor-faktor berikut ini. (1) satuan; (2) volume penjualan: (3) komposisi produk
yang dijual, (4) Biaya variabel persatuan. dan (5) total biaya tetap. Agar supaya
perencanaan laba perusahaan dapat efektip, menejemen harus dapat
memperkirakan bagaimana pengaruh masing-masing faktor tersebut terhadap laba
bersih, titik impas dan return investment perusahaan.
Pembuatan anggaran penghasilan dan biaya dan penyajian data tersebut
dalam grafik laba dan volume merupakan alat yang paling efektip di dalam
menyajikan informasi bagi menejemen. Hal ini memungkinkan menejemen
memperkirakan pengaruh kegiatan atau usaha-usaha yang akan dilaksanakan dan
pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba, sehingga menejemen dapat
memilih berbagai macam usul kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang.

25
Gambar 5.8. Grafik laba dan volume
Akibat Perubahan Harga Jual Produk terhadap Hubungan Biaya, Volume
dan Laba.
Suatu perubahan dalam harga jual produk kemungkinan mempunyai akibat
terhadap kuantitas produk yang dijual, laba dan impas.

Contoh 5,10.:
Dari data dalam contoh 5.3. misalkan menejemen ingin mengetahui
pengaruh beberapa usul menejer pemasaran terhadap laba tahun 19X1.UsuI
tersebut adalah berhubungan dengan penetapan kebijaksana an harga jual Produk.
Menurut Perkiraan menejer pemasaran, apabila harga jual produk dinaikkan 25%
diperkirakan volume penjualan tahun 19X1 turun 30% sedangkan jika harga jual
produk diturunkan 10%, volume penjualan tahun 19X1 diperkirakan naik 30%.
Akibat masing-masing alternatip tersebut terhadap laba yang dianggarkan
tahun 19X1 dapat dilihat dalam laporan nigi laba dalam tabel 5.4. berikut ini:

Penjualan Rp 201.240 Rp 172.000,- Rp 150.500,


Biaya variabel 55.900 43.000 30.100 Marginal income Rp 145.340 Rp 129.000 Rp 120.400 Biaya
tetap 77.400 7 7.4 00 77.400

26
Laba bersih Rp 67.940 Rp 51.600
Rp 43.000 Impas Rp 107.500 Rp 103•.200 Rp 96.750
Tabel 5.4. Laporan rugi laba dengan adanya perubahan harga
jual produk dan volume produk yang dijual.

Catatan :
Dalam contoh ini dianggap biaya variabel per satuan tidak berubah, meskipun
kenyataannya beberapa jenis biaya variabel seperti komisi penjualan potongan
penjualan, biasanya dipengaruhi oleh perubahan harga jual.
Data dalam tabel 5.4. dapat disajikan dalam grafik laba dan volume seperti
nampak dalam gambar 5.9. berikut ini.

Akibat Perubahan Komposisi Produk yang Dijual terhadap Hubungan Biaya,


Volume dan Laba
Perusahaan yang menjual lebib dari satu macam produk seringkali
mempunyai kesempatan untuk menaikkan contribution margin dan menurunkan
titik impas dengan cara memperbaiki kornposisi produk yang dijual, yaitu
menaikkan proporsi penjualan produk yang menghasilkan contribution margin
ratio yang tertinggi.

27
Gambar 5.9. Grafik laba dan volume yang menunjukkan
akibat perubahan harga jual dan volume penjualan terhadap
laba bersih dan titik impas
Contoh 5.11
PT El Sari menjual tiga macam produk A, B, dan C. Harga jual, biaya
variabel dan contribution margin per satuan serta total biaya tetap adalah sebagai
berikut :
Produl A Produk B Produk C
Harga jual persatuan Rp. 25,- Rp 30,- Rp 50,-- Biaya variable persatuan 15,- Rp 12,- 15,--
Contribution margin persatuan 10,- Rp 18,- Rp 35,--

Total biaya tetap Rp. 500.000,- KOMPOSISI

PRODUK YANG DIJUAL

Produk A = 20.000 unit Produk A 10.000 unit Produk Produk A = 5.000 unit Produk
Produk B = 10,000 unit B 15.000 unit Produk C 20.000 B = 7.000 unit Produk C =
Produk C = 5.000 unit unit 15.000 unit

Hasil penjualan Rp. 1.000,000,- Rp. 1.200.000,- Rp 1.085.000,- Biaya variable 495.000,-
480.000,- 384.000,--
28
Contribution
Margin Rp. 555.000,- Rp. 720.000,- Rp 701.000,- Biaya tetap 500.000,- 500.000,- 500.000,- Laba
bersih 55.000,- Rp. 220.000,- 201.000,- Lepas Rp 945.945,- 833.333,- 777.895,- Tabel 5.5. :
Perhitungan Laba dan Impas pada berbagai Macam
Komposisi Produk
Data dalam tabel tersebut disajikan dalam grafik laba dan volume pada
gambar 5.10 berikut ini. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa apabila
komposisi Produk yang dijual diperbaiki, maka contribution margin, dan laba
bersih akan naik dan titik impas akan turun.
Analisa Hubungan Biaya, Volume dan Laba untuk, Tiap Produk dalam
Perusahaan yang Memproduksi dan Menjual Lebih dari Satu Macam Produk. Di
dalam perusahaan yang memproduksi dan menjual lebih dari satu macam produk
menejemen tidak hanya menghadapi masalah mencari

Gamhar 5.10 Grafik laba dun volume yang menunjukkan akibat perbedaan
komposisi produk yang dijual terhadap laba dan titik impas.

komposisi penjualan yang menghasilkan laba maksimum, tetapi juga


membutuhkan informasi mengenai berapa kontribusi masing-masing produk
dalam menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Contoh 5.12.

29
Misalkan pada contoh 5.11, PT El Sari menjual tiga macam-produknya
dengan komposisi sebagai berikut : produk A = 10.000 unit; produk B = 15.000
unit dan produk C = 10.000 unit. Perhitungan contribution margin untuk masing-
masing produk nampak dalam tabel 5.6. berikut ini :
Produk Hasil Biaya Contribution Variabel dari hasil Ration (P/V Ratio)
Penjualan Variabel Margin penjualan
Persentase Biaya Profit Volume
A Rp 250.000 Rp 150.000 Rp 100.000 60 % 40 % B 450.000 180.000 270.000 40 % 60 % C
500,000 150.000 350,000 30 % 70 % Rp 1.200.000 Rp 480.000 Rp 720.00-0 40 % 60 %

Biaya tetap Rp 500.000,-


Laba bersih Rp. 220.000,-
=========

Titik Impas :
Rp 500.000, −
0,60 = Rp 833.333, −
Table 5.6 Perhitungan Contribution Margin per Jenis Produk

Untuk menggambarkan analisa biaya, volume dan laba per jenis produk,
data dalam table 5.6 tersebut dapat disajikan dalam gambar nomor 5.11 berikut ini
dengan cara sebagai berikut.
1. Dibuat grafik yang dibagi menjadi dua bagian, yang dibatasi dengan garis
penjualan yang dibuat mendatar. Sumbu tegak menunjukkan jumlah laba
dan rugi pada berbagai tingkat volume penjualan.
2. Dibuat garis rugi-laba yang dimulai dari titik rugi terbesar sebesar Rp
500.000,- (yaitu pada volume penjualan salsa dengan nol, kerugian sebesar
biaya tetapnya) ditarik garis lurus ke titik laba total Rp 220.000,-. Titik
impas terletak pada titik perpotongan garis rugi-laba dengan garis
penjualan.
3. Dibuat garis rugi-laba untuk tiap-tiap produk dimulai dari produk yang hasil
penjualan terendah (dalam contoh ini produk A). Garis rugi-laba dimulai dari
titik biaya tetap dan ditarik garis lurus ke titik rugi Rp 400.000,- di

30
bawah titik penjualan Rp 250.000,- Titik ini menunjukkan bahwa Rp
100.000,- dari biaya tetap sebesar Rp 500.000,- telah ditutup oleh produk A. 4.
Garis rugi-laba untuk produk B dimulai dari akhir garis rugi-laba produk A.
Garis rugi laba produk B berakhir pada titik rugi Rp 130.000 di bawah titik
penjualan Rp 700.000,-- (yaitu jumlah penjualan produk A dan B). Selisih
antara titik akhir garis rugi laba produk A dengan titik akhir garis rugi-laba
produk B sebesar Rp.270.000,-- menunjukkan bahwa Rp 270.000,– dari biaya
telah ditutup oleh produk B.
5. Garis rugi-laba produk C dimulai dari akhir garis rugi-laba produk B. Garis
menyeberangi daerah rugi ke daerah laba ke arah titik laba Rp 220.000,–.

Gambar 5.11. Grafik Analisa Laba dan Volume untuh tiap


Produk secara Individual
31

Anda mungkin juga menyukai