Anda di halaman 1dari 12

i

REFERAT
PENATALAKSANAAN GAGAL GINJAL
AKUT

DisusunOleh :
JOVITA PUTRI KARTIKA HULU
20010031

Dosen Pembimbing :
dr. Gopas Simanjuntak, Sp.PD
dr. Cindi Simanjuntak

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN


KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM BALIGE 2020
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
kasih-Nya yang melimpah sehingga referat yang berjudul “Penatalaksanaan Gagal
Ginjal Akut” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan refarat ini adalah sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Departemen Penyakit Dalam (Interna)
Rumah Sakit Umum Balige. Kami berharap kiranya refarat ini dapat menjadi
landasan kognitif yang baik bagi para pembaca.
Dalam proses penulisan refarat ini, kami banyak menerima masukan,
bantuan dan dukungan dari dr. Gopas Simanjuntak, Sp.PD dan dr. Cindy
Simanjuntak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih.
Kami menyadari refarat ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian.

Medan, Oktober 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Defenisi Gagal Ginjal Akut ............................................................ 3
2.2 Etiologi Gagal Ginjal Akut ............................................................. 3
2.3 Klasifikasi Gagal Ginjal Akut ........................................................ 3
2.4 Patofisiologi Gagal Ginjal Akut ..................................................... 4
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................ 5
2.6 Diagnosis Gagal Ginjal Akut .......................................................... 6
2.7 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut ............................................. 6
2.8 Prognosis Gagal Ginjal Akut ......................................................... 7
BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk


membuang sampah metabolism dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang
kemudian dikeluarkan dari tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital
sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah. Dengan
mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif. Apabila kedua ginjal ini
karena sesuatu hal gagal menjalankan fungsinya, akan terjadi kematian.
Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan
sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal.
Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum
atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN). Akan tetapi biasanya segera
setelah cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal,
sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan
produksi urin.1,2
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal
ginjal akut (GGA) atau acute renal failure (ARF) merupakan salah satu
sindrom dalam bidang nefrologi yang dalam 15 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan insidens. Insidens di negara berkembang, khususnya di
komunitas, sulit didapatkan karena tidak semua pasien AKI datang ke
rumah sakit. Diperkirakan bahwa insidens nyata pada komunitas jauh
melebihi angka yang tercatat. Peningkatan insidens AKI antara lain
dikaitkan dengan peningkatan sensitivitas kriteria diagnosis yang
menyebabkan kasus yang lebih ringan dapat terdiagnosis.
Beberapa laporan di dunia menunjukkan insidens yang bervariasi
antara 0,5- 0,9% pada komunitas, 0,7-18% pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, hingga 20% pada pasien yang dirawat di unit perawatan
intensif (ICU), dengan angka kematian yang dilaporkan dari seluruh dunia
berkisar 25% hingga 80%.3,4
2

1.2. Tujuan Penulisan


Referat ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan/khasanah
pengetahuan mengenai Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut.

1.3. Manfaat Penulisan


a. Menambah pengetahuan para pembaca mengenai Penatalaksanaan Gagal
Ginjal Akut.
b. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
Departemen Penyakit Dalam (Interna) Rumah Sakit Umum Balige.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Gagal Ginjal Akut


Acute Kidney Injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga
minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung
reversibel, diikuti kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme
nitrogen, dengan/ tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.5
2.2. Etiologi Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut dapat berupa prarenal, intrarenal dan pascarenal.6

2.3 Klasifikasi Gagal Ginjal Akut


Klasifikasi AKI dengan Kriteria RIFLE, ADQI Revisi 2007

Peningkatan Penurunan
Kategori Kriteria UO
SCr LFG
Risk >1,5 kali nilai dasar > 25% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam,
>6 jam

Injury >2,0 kali nilai dasar > 50% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam,
>12 jam

Failure >3,0 kali nilai dasar > 75% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam,
atau >4 mg/dL >24 jam atau
dengan kenaikan
Anuria ≥12 jam
akut > 0,5 mg/dL
Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4 minggu

End Stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3 bulan

Pada tahun 2005, Acute Kidney Injury Network (AKIN), sebuah kolaborasi
nefrolog dan intensivis internasional, mengajukan modifikasi atas kriteria
RIFLE. AKIN mengupayakan peningkatan sensitivitas klasifikasi dengan
merekomendasikan. Dengan beberapa modifikasi, kategori R, I, dan F pada
4

kriteria RIFLE secara berurutan adalah sesuai dengan kriteria AKIN tahap 1,
2, dan 3. Kategori L dan E pada kriteria RIFLE menggambarkan hasil klinis
(outcome) sehingga tidak dimasukkan dalam tahapan. Klasifikasi AKI
menurut AKIN8
Klasifikasi AKI dengan kriteria AKIN
Tahap Peningkatan SCr Kriteria UO

1 >1,5 kali nilai dasar atau <0,5 mL/kg/jam, ≥6 jam

peningkatan >0,3 mg/Dl

2 >2,0 kali nilai dasar <0,5 mL/kg/jam, ≥12jam

3 >3,0 kali nilai dasar atau <0,5 mL/kg/jam, ≥24


jam atau
>4 mg/dL dengan kenaikan akut > 0,5
mg/dL atau Anuria ≥12 jam

inisiasi terapi pengganti ginjal

2.4. Patofisiologi Gagal Ginjal Akut


Kegagalan Prarenal
Kegagalan prarenal terjadi ketika terdapat suatu keadaan yang
mengurangi aliran darah ke dalam ginjal sehingga terjadi hipoperfusi.
Contoh meliputi hipovolemia, hipotensi, vasokonstriks atau curah jantung
yang tidak adekuat. Azotemia (keadaan terdapatnya produk limbah
nitrogenus yang berlebihan dalam darah) terjadi pada 40% hingga 80%
kasus gagal ginjal akut.
Saat aliran darah renal terganggu, pegangkutan oksigen ke dalam
ginjal juga ternganggu. Hipoksemia serta iskemia yang terjadi dapat
menimbulkan kerusakan ginjaldengan cepat dan reversible. Tubulus renal
merupakan bagian ginjal yang paling rentan terhadap efek yang ditimbulkan
oleh hipoksemia.
Azotemia merupakan akibat dari hipoperfusi renal. Kerusakan aliran
darah akan mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan
5

peningkatan reabsorpsi natrium serta air dalam tubulus renal. Penurunan


laju filtrasi glomerulus menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asidosis metabolik.6
Kegagalan Intrarenal
Kegagalan intrarenal yang juga dinamakan gagal ginjal intrinsic atau
parenkimal, terjadi karena kerusakan pada struktur gijal yang berfungsi
melakukan filtrasi. Penyebab kegagalan intrarenal diklasifikasikan menjadi
penyebab nefrotoksi, inflamasi atau iskemik kalau kerusakan tersebut
disebabkan oleh nefrotoksisitas atau inflamasi, lapisan halus dibawah
epithelium akan mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi dan
keadaan ini secara tipikal menimblkan gagal ginjal kronis. Kekurangan
aliran darah yang berat atau lama akibat iskemia dapat menyebabkan
keruskan renal dan kadar nitrogen yang berlebihan didalam darah.6
Kegagalan Pascarenal
Obstruksi bilateral aliran urin akan menyebabkan kegagalan
pascarenal. Penyebabnya dapat berada didalam kandung kemih, ureter atau
uretra. Obstruksi kandung kemih dapat disebabkan infeksi, disfungsi saraf
otonom, tumor. Obstruksi ureter yang menghalangi aliran urin dari ginjal ke
dalam kandung kemih dapat disebakan bekuan darah, batu, edema dan
inflamasi. Obstruksi uretra dapat disebabkan oleh hyperplasia prostat,tumor
prostat dll.6
2.4. Manifestasi Klinis
Pre renal: lemah badan
polidipsia
sesak nafas
oliguria
diare
muntah
edema tungkai
Renal : Demam
RPO
Sesak nafas
6

Post renal: nyeri kolik abdomen


Disuria
demam

2.5. Diagnosis Gagal Ginjal Akut


Diagnosis gagal ginjal akut didasarkan pada hasil pemeriksaan
berikut:
1. Pemeriksaan darah yang memperlihatkan kenaikan kadar ureum,
kreatinin dan kalium dalam serum darah, penurunan kadar bikarbonat,
nilai hematokrit serta hemoglobin dan pH darah yang rendah
2. Pemeriksaan urin memperlihatkan adanya silinder, debris seluler, dan
penurunan berat jenis urin pada penyakit glomerulus, pproteinuria dan
osmolalitas urin
3. Tes klirens kreatinin yang mengukur laju filtrasi glomerulus dan
mencerminkan jumlah nefron yang masih berfungsi.
4. EKG yang memperlihatkan gelombang T yang tinggi dan runcing,
pelebaran segmen QRS dan gelombang P yang menghilang jika
terdapat keadaan hiperkalemia
5. Pemeriksaan USG, foto polos abdomen, foto BNO abdomen, urografi
ekskretori, CT-Scan dan nefrotomografi.6

2.6. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut


Penanganan gagal ginjal akut meliput:
1. Diet tinggi-kalori rendah-protein, natrium dan kalium untuk
memenuhi kebutuhan metabolik
2. Pemantauan elektrolit yang cermat dengan pemberian infus untuk
mempertahankan dan mengoreksi keseimbangan cairan serta
elektrolit
3. Pembatasan cairan untuk mengurangi gejala edema
4. Terapi diuretik untuk mengatasi fase oliguria
5. Pemberian preparat sodium polistiren sulfonat peroral atau melalui
enema untuk membalikkan keadaan hiperkalemia yang disertai
gejala hiperkalemia ringan
7

6. Pemberian infus larutan glukosa hipertonik, insulin dan sodium


bikarbonat IV untuk gejala hiperkalemia yang lebih berat
Ada 2 pengobatan dalam pengelolaan terhadap komplikasi gagal
ginjal akut yakni:
1. Terapi Konservatif (Suportif)
2. Terapi Pengganti Ginjal
Terapi konservatif adalah penggunaan obat-obatan atau cairandengan
tujuan mencegah atau mengurangi progresifitas, morbiditas dan
mortalitas penyakit akibat komplikasi gagal ginjal akut. Bila terapi
konservatif tidak berhasil maka diputuskan untuk melakukan TPG
(Terapi Pengganti Ginjal). Tujuan terapi konservatif pada gagal
ginjal akut adalah
 Mencegah progresifitas penurunan fungsi ginjal
 Meringan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia
 Mempertahankan dan memperbaiki metabolism secara
optimal
 Memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa6
2.7. Prognosis Gagal Ginjal Akut
Mortalitas akibat GGA bergantung keadaan klinik dan derajat gagal
ginjal. Perlu diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek
prognosanya, adanya infeksi yang menyertai, perdarahan
gastrointestinal, penyebab yang berat akan memperburuk prognosa.
Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan
terutama saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%),
dan gagal multiorgan dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan
sebagainya. Pasien dengan GGA yang menjalani dialysis angka
kematiannya sebesar 50-60%, karena itu pencegahan, diagnosis dini, dan
terapi dini perlu ditekankan.
8

BAB III
KESIMPULAN
1. Tatalaksana diet pasien penyakit gagal ginjal akut diberikan tergantung
dari penyebab penyakit
2. Pasien dengan Diagnosa GGA protein sesuai dengan terapi yang
dijalankan
3. Pasien dengan batu ginjal diberikan pengobatan sesuai hasil analisa batu
dalam saluran kemih
9

DAFTAR PUSTAKA

1. Verdiansah. Pemeriksaan Fungsi.Ginjal. Rumah Sakit Hasan Sadikin


:Bandung, Indonesia. CDK-237/ vol. 43 no. 2. 2016.
2. M. Wilson Lorraine, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. 6th edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC:
2012.p867-889.
3. Lameire N, Biesen WV, Vanholder R. The rise of prevalence and the fall
of mortality of patients with acute renal failure: what the analysis of two
databases does and does not tell us. J Am Soc Nephrol. 2006;17:923-5.
4. Nash K, Hafeez A, Hou S: Hospital-acquired renal insufficiency.
American Journal of Kidney Diseases 2002; 39:930-936.
5. Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO). KDIGO Clinical
Practice Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney International
Supplements 2012. Vol.2. 19-36
6. Kowalak, Welsh M. Sistem Renal. In: Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta;
2017. p. 555–559.
7. Mehta RL, Chertow GM. Acute renal failure definitions and clas-
sification: time for change?. J Am Soc Nephrol. 2003;14:2178- 2187.
8. Bandiara, Ria, Surachno, Rubin G, Markum, H.M.S. Gagal Ginjal Akut.
Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Editor: setiati, siti dkk. Ed 6.
Jakarta pusat, 2015. InternaPublishing. Hal 2149-2177

Anda mungkin juga menyukai