Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

DENGAN

DI IGD RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

“Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Anak”

Disusun Oleh :

Deva Kukuh Aditya (1911010031)

FAKUKTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
A. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut
kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus. (Price, 1995).

Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 380C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu (Arif Mansjoer, 2000)

1. Kejang demam adalah kejang yang terjadi biasanya karena suhu tubuh yang tinggi. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi. Epilepsi ditandai dengan : Insiden epilepsi lebih
sering dijumpai pada keturunan orang yang menderita epilepsi.

2. Ditandai dengan aktivitas serangan kejang berulang tanpa demam.

3. Serangan tidak lama, tidak terkontrol serta timbul secara episodik.

4. Diakibatkan kelainan fungsional (motorik, sensorik atau psikis)

5. Menyerang segala kelompok usia dan segala jenis bangsa / keturunan.

6. Biasanya pasien tetap sadar tetapi berhalusinasi. (Sylvia A. Price, 2000)

B. Etiologi

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang
demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan
karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME,
Sumijati, 2000:72-73).

penyebab utama kejang demam ialah demam yang tinggi. Menurut Arif Mansjoer. 2000) demam
yang terjadi sering disebabkan oleh

1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

2. Gangguan metabolic

3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.

4. Keracunan obat

5. Faktor herediter

6. Idiopatik.

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada anak yang mengalami kejang demam adalah:

1. Demam

2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran kadang-kadang nafas dapat berhenti beberapa
saat

3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki menjadi kaku, kepala terkulai kebelakang, disusul
Gerakan kejut yang kuat

4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru dan bola mata naik keatas

5. Gigi terkatup dan terkadang disertai muntah

6. Nafas dapat berhenti beberapa saat

7. Anak tidak dapat mengontrol buang air kecil dan buang air besar

D. Patofisiologi

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya
aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat
menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang
dem hingga terjadi epilepsi. yang berlangsung lama menyebabkan kelainan anatomis di otak

E. Pathway

Infeksi
ekstrakrania
Gangguan keseimbangan membrane sel neuron

Difusi Na

Depolansasi

kejang

parsial umum

antonik
sederhana kompleks
F. . Pemeriksaan diagnostic EEG 1. Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak
akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan I minggu atau kurang setelah kejang. 2.
CT SCAN Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan
Abses. 3. Pungsi Lumbal Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang
ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. 4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi
dan penyakit kejang demam. (Arif Mansyoer, 2000)
G. . Penatalaksanaan Medis Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan
yaitu a. Pengobatan Fase Akut Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar
oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu,
pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan
pemberian antipiretik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan
kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam
habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.
Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5
mg (BB<10>10kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak
berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/KGBB secara intravena perlahan-
lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl
fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena. Bila kejang berhenti
dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti.
Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara
intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama
dengan dosis 8-10 mg/KGBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis
4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara
suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi
200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan.
Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4- 8mg/KGBB/hari, 12-24
jam setelah dosis awal. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebrospinalis
dilakukan untuk menyingkirkan b. Kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang
demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya
pada kasus yang dicurigai scbagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang
demam berlangsung lama.

H. Pengobatan profilaksis Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau
(2) C. profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten
diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat
pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg
(BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam
adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia. Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah
berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat
mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan
fenobarbital 4- Smg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah
asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun
setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan Profilaksis terus menerus
dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin atau 2) yaitu : Sebelum kejang demam
yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau
mikrosefal) - Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist
sementara dan menetap. - Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara
kandung. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang
multiple dalam satu episode demam. Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin
memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak
demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik,
I.
J.
K.

L.

M. z

N. L

O. l

Anda mungkin juga menyukai