Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA I – TL 2101


MODUL 01
HYDRAULIC BENCH

Nama Praktikan : Adjis Pramono


NIM : 15319032
Kelompok/Shift : 5A
Tanggal Praktikum : 22 Oktober 2020
Tanggal Pengumpulan : 29 Oktober 2020
PJ Modul : Amanda Abiella Resmana (15319051)
Nur Latifa Ristiaramdani (15318028)
Asisten yang Bertugas : Amanda Abiella Resmana (15319051)
Nur Latifa Ristiaramdani (15318028)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukkan debit aktual aliran fluida dengan prinsip hydraulic bench
2. Menentukkan debit teoritis aliran fluida dengan ember
3. Menentukan faktor - faktor yang dapat mempengaruhi perhitungan debit
pada hydraulic bench dan ember
4. Menentukan perbandingan pengukuran debit aktual antara
menggunakan hydraulic bench dan ember
5. Menentukan efisiensi dan galat pengukuran debit aktual menggunakan
hydraulic bench

II. DATA AWAL


Massa beban = 2.5 kg
Suhu awal = 23°C
Suhu akhir = 23°C
Volume ember =5L

Tabel 2. 1. Data Awal Pengukuran Waktu dengan Hydraulic Bench

t (s)
Variasi
t1 t2 t3
1 26.48 26.49 30.16
2 16.17 18.26 16.20
3 11.20 10.99 11.50
4 22.47 21.60 22.56
5 19.33 19.28 20.40

Tabel 2. 2. Data Awal Pengukuran degan Ember

t (s)
Variasi
t1 t2 t3
1 9.63 9.46 9.23
2 14.75 13.82 14.80
3 11.33 11.86 10.62
Tabel 2. 3. Data Densitas Air pada Suhu Tertentu pada Tekanan 1 atm

Temperatur (˚C) Densitas (kg/m3)


0.1 999.85
1 999.9
4 999.97
10 999.7
15 999.1
20 998.21
25 997.05
30 995.65
35 994.03
40 992.22
45 990.21
50 988.04
55 985.69
60 983.2
65 980.55
70 977.76
75 974.84
80 971.79
85 968.61
90 965.31
95 961.89
100 958.35
sumber : engineeringtoolbox.com

1005
1000
995
densitas (kg/m3)

990
985
980
975
970
965
960 y = -0,0036x2 - 0,0661x + 1000,5
R² = 0,9993
955
0 20 40 60 80 100 120
suhu (˚C)

Grafik 2. 1. Hubungan Densitas Air dengan Suhu pada Tekanan 1 atm


III. PENGOLAHAN DATA
3.1 Massa Jenis Air (ρ)
Dari data densitas air pada tabel 2.3 dapat dibuat plot kemudian
dibuat regresi polinomial untuk mendapatkan persamaan umum massa
jenis. Persamaan massa jenis pada tekanan 1 atm yang didapat adalah
𝑦 = −0.0036𝑥 2 − 0.0661𝑥 + 1000.5 (persamaan 3.1)
y = massa jenis (kg/m3)
x = suhu (˚C)
Koefisien determinasi (R2) dari persamaan 3.1 bernilai 0,9993
(sangat mendekati 1), yang berarti bahwa pengaruh suhu sangat besar
pada massa jenis dan dapat dikatakan pula persamaan 3.1 adalah
persamaan yang akurat dan representatif untuk menentukan massa jenis
air pada suhu tertentu pada tekanan 1 atm.
Pada percobaan kali ini, suhu awal air adalah 24 ˚C dan suhu akhir
air adalah 24 ˚C. Sehingga suhu rata – rata air selama praktikum
berlangsung adalah sebesar
𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
24 + 24
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 24˚𝐶
Massa jenis air selama praktikum berlangsung dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan 3.1 dengan mensubstitusikan suhu (x)
= 24 ˚C
𝑦 = −0.0036𝑥 2 − 0.0661𝑥 + 1000.5
𝑦 = −0.0036(24)2 − 0.0661(24) + 1000.5
𝑦 = 996.84 𝑘𝑔/𝑚3
Diperoleh massa jenis air ρ = 996.84 kg/m3

3.2 Massa air (mair)


Dalam percobaan kali ini, massa air memiliki hubungan dengan
massa beban seperti pada persamaan berikut.
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 3 × 𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 (persamaan 3.2)
Massa beban yang digunakan adalah 2.5 kg, sehingga massa air
dalam percobaan ini adalah
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 3 × 𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 3 × 2.5
𝒎𝒂𝒊𝒓 = 𝟕. 𝟓 𝒌𝒈
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang memilihan angka 3 sebagai
pengali massa beban akan dibahas di bagian analisis.
3.3 Waktu rata – rata
Pada percobaan kali ini, dalam setiap variasi debit, dilakukan
pengambilan data waktu sebanyak 3 kali. Sehingga waktu rata – rata
dalam setiap variasi dapat ditentukan dengan persamaan
𝑡 +𝑡 +𝑡
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 1 32 3 (persamaan 3.3)

a) Pada Hydraulic Bench


Pada Hydraulic Bench dilakukukan lima variasi debit.
Pada variasi debit 1, perhitungan trata-rata adalah sebagai berikut
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
26.48 + 26.49 + 30.16
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝒕𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 = 𝟐𝟕. 𝟕𝟏 𝒔
Pada variasi – variasi selanjutnya dilakukan perhitungan dengan
cara yang sama, sehingga ditemukan hasil trata-rata pada variasi debit
2,3,4, dan 5.
Pada variasi debit 2, 𝒕𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 = 𝟏𝟔. 𝟖𝟕𝟔𝟔𝟔𝟔𝟔𝟕 𝒔
Pada variasi debit 3, 𝒕𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 = 𝟏𝟏. 𝟐𝟑 𝒔
Pada variasi debit 4, 𝒕𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 = 𝟐𝟐. 𝟐𝟏 𝒔
Pada variasi debit 5, 𝒕𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 = 𝟏𝟗. 𝟔𝟕 𝒔

b) Pada ember
Pada ember dilakukukan tiga variasi debit, dimulai dengan variasi
debit ketiga sampai variasi debit kelima, pada debit yang sama
dengan yang dialirkan ke hydraulic bench.
Pada variasi debit 3, perhitungan trata-rata adalah sebagai berikut
𝑡1 + 𝑡2 + 𝑡3
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
9.63 + 9.46 + 9.23
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝒕𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 = 𝟗. 𝟒𝟒 𝒔
Pada variasi – variasi selanjutnya dilakukan perhitungan dengan
cara yang sama, sehingga ditemukan hasil trata-rata pada variasi debit
4 dan 5.
Pada variasi debit 4, 𝒕𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 = 𝟏𝟒. 𝟒𝟓𝟔𝟔𝟔𝟔𝟔𝟕 𝒔
Pada variasi debit 5, 𝒕𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 = 𝟏𝟏. 𝟐𝟕 𝒔
3.4 Debit Aktual Hidraulic Bench (Qaktual)
Pada percobaan ini, dilakukan 5 kali variasi debit yang diukur
menggunakan Hydraulic Bench. Untuk menentukan debit aktual aliran
fluida pada hydraulic bench, dapat digunakan persamaan berikut.
𝑚
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝜌 × 𝑡 𝑎𝑖𝑟 (persamaan 3.4)
𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Pada variasi pertama, debit aktual bernilai
𝑚𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝜌𝑎𝑖𝑟 × 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
7.5
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
996.84 × 27.71
𝑸𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟐𝟕𝟏𝟓𝟏𝟖 𝒎𝟑 /𝒔
Pada variasi – variasi selanjutnya dilakukan perhitungan dengan cara
yang sama, sehingga ditemukan hasil Qaktual pada variasi debit 2,3,4,
dan 5.
Pada variasi debit 2, 𝑸𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟒𝟒𝟓𝟖𝟎𝟗 𝒎𝟑 /𝒔
Pada variasi debit 3, 𝑸𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟔𝟔𝟗𝟗𝟕𝟏 𝒎𝟑 /𝒔
Pada variasi debit 4, 𝑸𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟑𝟑𝟖𝟕𝟓𝟔 𝒎𝟑 /𝒔
Pada variasi debit 5, 𝑸𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟑𝟖𝟐𝟓 𝒎𝟑 /𝒔

3.5 Debit Aktual Ember (Qteoritis)


Dalam praktikum ini, debit aktual menggunakan ember yang
memiliki volume 5L atau 0.005 m3 akan berfungsi sebagai debit teoritis.
Pengukuran debit teoritis dilakukan dengan 3 kali variasi, yaitu pada
variasi 3, 4, dan 5. Persamaan yang digunakan untuk menentukan debit
aktual ember adalah
𝑉
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = 𝑡 𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟 (persamaan 3.5)
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Pada variasi ketiga, debit teoritis bernilai
𝑉𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
0.005
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
9.44
𝑸𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟓𝟐𝟗𝟔𝟔𝟏 𝒎𝟑 /𝒔
Pada variasi – variasi selanjutnya dilakukan perhitungan dengan cara
yang sama, sehingga ditemukan hasil Qaktual pada variasi debit 2,3,4,
dan 5.
Pada variasi debit 4, 𝑸𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟑𝟒𝟓𝟖𝟔𝟏 𝒎𝟑 /𝒔
Pada variasi debit 5, 𝑸𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟒𝟒𝟑𝟔𝟓𝟔 𝒎𝟑 /𝒔
IV. DATA AKHIR
Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Debit dengan Hydraulic Bench

Variasi Massa Air (kg) trata-rata (s) Qaktual (m3/s)


1 27.71 0.000271518
2 16.87666667 0.000445809
3 7.5 11.23 0.000669971
4 22.21 0.000338756
5 19.67 0.0003825

Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan Debit dengan Ember

Variasi Volume air (m3) trata-rata (s) Qteoritis (m3/s)


3 9.44 0.000529661
4 0.005 14.45666667 0.000345861
5 11.27 0.000443656

V. ANALISIS A
5.1 Analisis Cara Kerja
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah dengan
menghubungkan Hydraulic Bench pada sumber listrik dengan tegangan
110V. Setelah itu diukur suhu fluida sebelum percobaan dilakukan.
Suhu fluida perlu diukur untuk mengetahui berapa massa jenis fluida
yang digunakan dalam percobaan. Tunggu 3 sampai 5 menit agar suhu
yang diukur sudah benar-benar tepat.
Setelah itu valve bench ditutup lalu pompa dinyalakan. Hal ini
dilakukan agar saat mengisi air, air nya tidak terbuang. Kemudian
dilakukan pengecekan apakah terjadi kebocoran pada selang, pompa,
atau bagian lain. Jika sudah dipastikan tidak terjadi kebocoran, drain di
bak dalam weight tank ditutup dengan memutar cam lever.
Setelah itu valve di bench dibuka. Air akan mengalir melalui selang
menuju bak dengan debit tertentu. Kemudian stopwatch dijalankan saat
lengan yang menghubungkan beban dengan bak terangkat. Beban
segera dipasangkan setelah lengan tersebut terangkat, maka lengan akan
kembali turun ke bawah. Setelah beberapa saat, lengan beban akan
kembali terangkat. Stopwatch dihentikan tepat saat lengan tersebut
terangkat. Lalu waktu pada stopwatch dan massa beban yang digunakan
dicatat.
Saat waktu selesai dicatat, air dalam bak dibuang dengan memutar
cam lever sehingga drain terbuka, dan air keluar dari bak menuju lower
tank. Saat air dibuang, lebih baik drain dibiarkan membuka selama
waktu tertentu dan tidak terburu – buru ditutup, agar air di dalam bak
benar benar habis dan tidak menimbulkan pengaruh pada perhitungan
selanjutnya.
Pada debit yang sama dilakukan pengambilan data waktu selama 3
kali (triplo) dengan cara yang sama. Hal ini dilakukan agar data yang
didapat semakin akurat dan hasil yang didapat nilainya semakin dekat
dengan nilai asli (semakin presisi).
Setelah selesai dengan pengukuran waktu debit 1 selama 3 kali, debit
divariasikan dengan memutar valve. Variasi pembukaan valve adalah
variasi debiy. Kemudian dilakukan pencatatan waktu dengan cara yang
sama selama 3 kali pada setiap debit sampai variasi debit kelima.
Khusus untuk 3 variasi debit terakhir, pengukuran volume air
dilakukan di setiap variasinya dengan mengalirkan air melalui selang
pada alat kemudian air ditampung menggunakan ember atau gelas ukur
yang berukuran 5 liter. Setelah selesai semua, valve di bench ditutup,
pompa dimatika, dan fitting kontak sumber listrik dicabut. Lalu suhu
fluida diukur pada akhir percobaan.
5.2 Analisis Bagian Hydraulic Bench
a. Pompa
untuk mengalirkan air ke dalam pipa
b. Kran pengatur debit
kran ini digunakan untuk mengatur debit air yang diinginkan dalam
percobaan, tetapi kran ini tidak memiliki skala.
c. Pipe
Pipa untuk menyalurkan air menuju bak penimbangan. Pipa
berwarna bening untuk mengetahui apakah debit sudah stabil saat
waktu mulai dihitung
d. Drain pipe
Drain pipe digunakan untuk mengalirkan air dari pipa menuju bak
penimbangan air.
e. Measuring tank
digunakan untuk menimbang banyaknya air yang dihasilkan oleh
debit tersebut
f. Lower tank
menampung air yang dibuang dari bak penimbangan melalui drain
valve, untuk kemudian di gunakan kembali dalam proses pengaliran
air melaluui pipa
g. Drain valve
untuk membuang air dari bak penimbangan
h. Power cut of switch
untuk menyalakan dan mematikan hydraulic bench
i. Bench supply valve
untuk membuka dan menutup drain valve
j. Weight beam
untuk meletakan beban penahan bak penimbangan air
5.3 Analisis Penurunan Rumus
Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah prinsip tuas
kesetimbangan. Massa beban dan massa air diperhitungkan
perbandingannya melalui perbandingan jarak pada tuas. Perbandingan jarak
yang digunakan dalam percobaan kali ini sesuai dengan ilustrasi berikut :

Gambar 5. 1 Ilustrasi Sistem Tuas pada Hydraulic Bench

Berdasarkan ilustrasi, diketahui perbandingan panjang lengan pada


beban dan panjang lengan pada air adalah 3:1. Prinsip tuas kesetimbangan
atau kesetimbangan torsi memiliki persamaan :
𝜏 = 𝐹⃑ 𝑥𝑟⃑ = 𝐹 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝜃
Sudut antara beban dengan lengan beban (𝜃) adalah 0o. Maka besar nilai
dari 𝑐𝑜𝑠𝜃 adalah 1. Sehingga dapat dirumuskan :
𝛴𝜏𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢 = 0
𝜏𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 − 𝜏𝑎𝑖𝑟 = 0
𝐹𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 . 𝑟𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 − 𝐹𝑎𝑖𝑟 . 𝑟𝑎𝑖𝑟 = 0
𝐹𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 . 3 = 𝐹𝑎𝑖𝑟 . 1
𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 . 𝑔 . 3 = 𝑚𝑎𝑖𝑟 . 𝑔 .1
Maka dapat disederhanakan menjadi :
3𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑖𝑟
Dari penurunan rumus diatas, dapat diketahui mengapa massa air
bernilai 3 kali dari massa beban yang digunakan. Sehingga penurunan
rumus tersebut dapat menjawab massa air merupakan 3 dikali dengan 2.5kg
pada percobaan.
Kemudian, terdapat perbedaan cara dalam menghitung debit aktual
dan debit teoritis.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 =
𝜌
Maka, pada perhitungan debit berbasis massa
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑚𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝜌𝑎𝑖𝑟 × 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Untuk perhitungan debit berbasis volume, menggunakan rumus debit
seperti pada umumnya.
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

5.4 Analisis Data dan Grafik


Pada percobaan ini didapatkan perbedaan nilai debit aktual antara
menggunakan Hydraulic Bench dengan menggunakan ember atau gelas
ukur. Dengan melakukan regresi linear dari variasi data 3,4, dan 5, dengan
debit teoritis sebagai sumbu x dan debit aktual sebagai sumbu y. Grafik
hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 5. 1 Data Debit Teoritis dan Debit Aktual

Variasi Qteoritis Qaktual


3 0.000529661 0.000669971
4 0.000345861 0.000338756
5 0.000443656 0.0003825
Grafik Qaktual - Qteoritis
0,0008
0,0007 y = 1,7713x - 0,0003
R² = 0,8195
0,0006
0,0005
Qaktual

0,0004
0,0003
0,0002
0,0001
0
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006
Qteoritis

Grafik 5. 1 Hubungan Qteoritis dengan Qaktual

Berdasarkan grafik tersebut, didapatkan hubungan antara debit


aktual dan debit teoritis adalah
𝑦 = 1.7713𝑥 − 0.00039 (persamaan 5.1)
Efisiensi pada percobaan dapat diketahui dengan melihat gradien
grafik 5.1.
𝛥𝑦
𝑚=
𝛥𝑥
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑚=
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑚 = 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖

Maka didapat nilai efisiensinya.


𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑚 × 100%
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 1.7713 × 100%
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 177.13%

Maka, efisiensi pengukuran debit aktual dengan menggunakan


hydraulic bench pada percobaan kali ini adalah 𝟏𝟕𝟕. 𝟏𝟑%. Nilai efisiensi
ini termasuk tidak logis. Seharusnya nilai efisiensi maksimal adalah 100%,
kejadian ini akan dijelaskan di poin analisis berikutnya.

Kemudian dapat ditentukan galat dalam pengukuran.


𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = |100% − 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = |100% − 177.13%|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 77.13%

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka didapatkan nilai galat


dalam percobaan ini didapat 𝟕𝟕. 𝟏𝟑%. Galat yang ditemukan termasuk
galat yang besar, jadi pada percobaan kali ini hasil yang didapat akan
mengalami pergeseran maksimal sebesar 77.13% dari nilai debit
seharusnya. Sehingga, hasil yang didapat tidak cukup akurat dan sangat
rawan mendapatkan hasil yang salah.
Pada grafik ditunjukkan nilai R2 atau disebut juga faktor
determinasi. Faktor determinasi menentukan seberapa kuat hubungan antara
absis dan ordinat dari persamaan. Jika nilainya semakin mendekati 1, maka
hubungannya sangat kuat, atau satu – satunya faktor yang mempengaruhi
ordinat adalah absisnya.
Nilai dari faktor determinasi pada percobaan ini adalah 𝟎. 𝟖𝟏𝟗𝟓. Hal
ini menggambarkan bahwa persamaan 5.1 cukup baik dalam
menggambarkan hubungan debit aktual dan debit teoritis. Namun, ada
faktor lain yang berpengaruh cukup besar terhadap debit aktual karena nilai
koefisien determinasi masih berkisar di nilai 0.8 dimana nilai tersebut masih
cukup jauh dengan 1.

5.5 Perbandingan Qaktual dan Qteoritis


Pada data di tabel 5.1, debit aktual pada variasi 3 bernilai lebih besar
daripada debit teoritis, dan selisihnya cukup besar. Hal ini sebenarnya
tidak dapat terjadi, mengingat banyak sekali faktor penghambat di
pengukuran debit aktual. Anomali data pada variasi 3 ini yang
menyebabkan efisiensi bernilai lebih besar dari 100%.
Terjadinya debit aktual lebih besar daripada debit teoritis dapat
disebabkan karena air dari measuring tank belum keluar secara
sempurna saat akan melakukan pengambilan data waktu sebelumnya.
Hal ini tentu akan menambah massa fluida yang berakibat waktu yang
terukur akan lebih kecil daripada waktu yang seharusnya. Hal ini akan
menyebabkan debit semakin membesar, mengingat debit berbanding
terbalik dengan waktu.
Kondisi seharusnya, dimana debit aktual bernilai lebih kecil
daripada debit teoritis, tergambar pada variasi ke 4 dan 5. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor.
Di dalam hidraulic bench air mengalami perjalanan yang panjang,
mengalami perubahan ketinggian, melewati berbagai pipa, melewati
berbagai tangki. Karena umur alat yang sudah cukup tua, sangat
dimungkinkan dalam jaringan pipa hidraulic bench sudah berkarat
shingga bertekstur kasar. Tekstur pipa itu sendiri yang mungkin sudah
kaar ditambah adanya perkaratan akan menyebabkan timbulnya gaya
gesek antara fluida dengan pipa. Gaya gesek antara pipa dan fluida akan
menyebabkan terjadinya headloss atau fluida kehilangan energi. Jika,
energi dalam fluida, maka debit fluida tersebut akan berkurang.
Selain karena permukaan pipa yang menyebabkan gaya gesek,
sistem hydraulic bench yang memiliki banyak pipa dengan berbagai
diameter, kemudian banyak tangki, juga menyebabkan headloss. Jika
fluida mengalir dari pipa yang berubah diameternya, apalagi secara
drastis, maka fluida akan mengalami headloss atau kehilangan energi
yang berakibat pada penurunan debit. Kemudian aliran dari drain pipe
ke measuring tank, dan dari meauring tank ke lower tank, sangat
memungkinkan fluida mengalami headloss juga, karena fluida
mengalami perjalanan dengan diameter pipa yang berbeda dan
mengalami banya tumbukan.
Nilai debit aktual yang lebih kecil daripada debit teoritis juga bisa
disebabkan karena dalam percobaan ini massa batang dalam sistem tuas
hydraulic bench diabaikan. batang dalam sistem tuas hydraulic bench akan
memberikan sedikit pengaruh terhadap massa air karena batang merupakan
benda tegar yang memiliki pusat massa tepat di tengah batang tersebut. Oleh
karena titik tumpu tidak terletak di tengah batang, maka pusat massa batang
akan ikut menghasilkan torsi.

Gambar 5. 2 Ilustrasi Sistem Tuas Hydraulic Bench dengan Pusat


Massa Batang

𝛴𝜏𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢 = 0
𝜏𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 + 𝜏𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 − 𝜏𝑎𝑖𝑟 = 0
𝐹𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 . 𝑟𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 + 𝐹𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 . 𝑟𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 − 𝐹𝑎𝑖𝑟 . 𝑟𝑎𝑖𝑟 = 0
𝐹𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 . 3 + 𝐹𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 . 1 = 𝐹𝑎𝑖𝑟 . 1
𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 . 𝑔 . 3 + 𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 . 𝑔 . 1 = 𝑚𝑎𝑖𝑟 . 𝑔 .1
3. 𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 + 𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝑚𝑎𝑖𝑟

Maka, seharusnya massa air lebih besar dari 7.5 kg. Karena massa
berbanding lurus dengan debit, maka debit aktual akan menjadi lebih
besar dan lebih mendakti debit teoritis jika memperhitungkan massa
batang. Akibatnya, galat yang timbul akan menjadi lebih kecil juga.
5.6 Analisis Faktor Kesalahan
Dari percobaan diatas, tentunya terdapat beberapa kesalahan pada
saat melakukan praktikum. Kesalahan tersebut di sebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya:
1. Dimulai dengan melalukan percobaan pada hydraulic bench dan
gelas ukur dimana saat melalukan perhitungan waktu masih terjadi
kesalahan seperti beberapa detik setelah mulai stopwatch baru di
mulai atau belum dimuai stopwatch sudah jalan. Hasil perhitungan
yang tidak sesuai akan mengganggu data perhitungan.
2. Saat percobaan hydraulic bench dimana ketika meletakkan beban
masih terdapat kesalahan dimana ketika air mengangkat tuas yang
akan diletakka beban dari praktikan sendiri sedikit telat dan kurang
koordinasi dengan pemegang waktu sehingga sebelum di letakkan,
waktu sudah mulai ataupun sebaliknya.
3. Saat percobaan memakai gelas ukur dimana praktikan menetapkan
volume 5 liter, saat air keluar dari selang dan masuk ke gelas ukur,
beberapa di variasi masih memiliki volume air kurang dari 5 liter
atau bahkan lebih dari 5 liter dikarenakan debit yang kita pakai
berbeda-beda.
4. Kesalahan dalam pengukuran baik suhu awal dan maupun akhir
suhu akhir sehingga menyebabkan kesalahan pada perhitungan yang
lain (perhitungan kerapatan) karena kesalahan pada kerapatan juga
menyebabkan kesalahan pada perhitungan lainnya (perhitungan
volume dan debit).
VI. ANALISIS B
Prinsip Hydraulic Bench dapat dimanfaatkan dalam keprofesian bidang
Teknik Lingkungan, antara lain :
1. Pengolahan limbah cair
Hydraulic Bench digunakan untuk membandingkan debit limbah yang
dialirkan dengan hasil perhitungan secara teoritis. Dengan
membandingkan debit limbah dari data lapangan dengan debit teorits,
dapat diketahui seberapa akurat hubungan keduanya melalui alat
penguji. Jika hasil perbandingan menunjukan perbedaan yang cukup
jauh, maka dapat diketahui bahwa terdapat masalah dalam pengelolaan
limbah tersebut.

Gambar 6.1 Alat Pengelola Limbah Cair


2. Instalasi PDAM
Hydraulic Bench digunakan pada bagian reservoir. Pada reservoir
Hydraulic Bench berfungsi untuk mengetahui nilai debit pada sistem
distribusi air. Dengan begitu dapat diketahui nilai debit maksimum dan
minimumnya. Maka dapat diketahui jumlah pasokan air yang dialirkan
dan digunakan. Hydraulic Bench pada alat ini berfungsi untuk
mengatur dan mengontrol laju permukaan air agar berada dalam
keadaan stabil atau konstan.
Gambar 6.2 Pengolahan Air Bersih

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan Analisa, dapat ditarik kesimpulan dari percobaan
Hydraulic Bench :
1. Debit aktual Hydraulic Bench
Pada variasi 1, 0.000271518 m3/s
Pada variasi 2, 0.000445809 m3/s
Pada variasi 3, 0.000669971 m3/s
Pada variasi 4, 0.000338756 m3/s
Pada variasi 5, 0.0003825 m3/s
2. Debit teoritis
Pada variasi 3, 0.000529661 m3/s
Pada variasi 4, 0.000345861 m3/s
Pada variasi 5, 0.000443656 m3/s
3. Suhu mempengaruhi pengukuran debit aktual. Nilai dari debit aktual
dipengaruhi oleh massa jenis fluida yang digunakan. Pada suhu yang
berbeda, nilai massa jenis dari fluida juga berbeda, tidak selalu
1000kg/m3.
4. Perbandingan debit aktual pada Hydraulic Bench dan pada ember
dapat diketahui melalui grafik. Perbandingannya bernilai 1.7713.
5. Efisiensi percobaan bernilai 177.13% dan galat bernilai 77.13%

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Finnemore, E.John and Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics with
Engineering Application. California: The McGraw Companies.
Giles, Ranald V. 1996. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Mekanika
Fluida dan Hidraulika Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga
Lembaga Pengembangan dan Informasi Manajemen Pemerintah. 2018.
Bimtek Pengolahan Air. https://bimteklpimp.com/pengolahan-air-water/
(Diakses pada 25 Oktober 2020)
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai