Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN MASALAH


PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE DI RUANG MELATI
RSUD Dr. DORIS SLYVANUS PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:
Nama : Cindra
NIM : 2019.C.11a.1039

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:
Nama : Cindra
NIM : 2019.C.11a.1039
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada penyakit

infeksi saluran

kemih dengan masalah pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di


ruang melati rsud dr. Doris slyvanus palangkaraya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Ketua Program Studi Ners

Ika Paskaria,S.Kep., Ners Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, sehingga dapat menyelesaikan ” laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan pada penyakit infeksi saluran kemih dengan masalah
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di ruang melati rsud dr. Doris slyvanus
palangkaraya” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya
berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ( ISK )

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangkaraya, 28 Juli 2021

Cindra

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa.....................................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarganya..................................................4
1.4.3 Untuk Institusi..........................................................................4
1.4.4 Untuk IPTEK............................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5


2.1 Konsep Penyakit .......................................................................................5
2.1.1 Definisi...........................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................6
2.1.3 Etiologi...........................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi......................................................................................11
2.1.5 Patofisiologi...................................................................................11
2.1.6 Manifestasi Klinik..........................................................................14
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................15
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................17
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar..........................................................................19
2.3 Menajeman Asuhan Keperawatan.............................................................21
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................21

iv
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................23
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................23
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................25
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................26

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................25


3.1 Pengkajian......................................................................................27
3.2 Diagnosa........................................................................................34
3.3 Intervensi.......................................................................................36
3.4 Implementasi .................................................................................39
3.5 Evaluasi..........................................................................................39

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................64


4.1 Kesimpulan.....................................................................................64
4.2 Saran...............................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................67

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walapun setiap individu mempunyai
karakteristik yang unik. Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson
Manusia mmengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh-kembang
dalam rentang kehidupan (life span). Bulimia nervosa mengenai 2% sampai 3%
dari kelompok yang sama. Wanita 10 kali lebih mungkin untuk terkena gangguan
makan daripada pria. Gangguan ini lebih prevalen di budaya barat, walaupun
kejadiannya meningkat di budaya Asia. Sebuah survei dari 496 remaja dilaporkan
lebih dari 12% pernah mengalami bentuk kelainan makan ketika mereka berusia
20 tahun (LeMone, 2008).
Virginia Henderson dalam Potter dan Perry (2010), membagi kebutuhan dasar
manusia ke dalam 14 komponen yaitu bernafas secara normal, makan dan minum
yang cukup, eliminasi (buang air besar dan kecil), bergerak dan mempertahankan
postur yang diinginkan, tidur dan istirahat, memilih pakaian yang tepat,
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan
pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan, menjaga kebersihan diri
dan penampilan, menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari
membahayakan orang lain, berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhwatiran, dan opinik, beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk
membiayai kebutuhan hidup, bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk
rekreasi dan belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah
pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi

vi
infeksi diparenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteri urin
tertentu (Zanetti et al., 2008). Pasien dapat didiagnosis infeksi saluran kemih
apabila urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml, sedangkan dalam keadaan
normal urin juga mengandung mikroorganisme sekitar 102 sampai 104 bakteri/ml
urin (Coyle & Prince, 2005). Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25-
35% perempuan dewasa pernah mengalami infeksi saluran kemih (ISK),
umumnya empat sampai lima kali lebih mudah terinfeksi ISK dibandingkan pria
karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan pria (Sotelo & Westney, 2003).
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan dalam
pengobatan infeksi saluran kemih, dinegara berkembang 30-80% penderita yang
dirawat di rumah sakit mendapat antibiotik. Berdasarkan persentase tersebut, 20-
65% penggunaannya dianggap tidak tepat. Penulisan resep dan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat tersebut cenderung meluas. The Center for Disease
Control and Prevention in USA menyebutkan terdapat 50 juta peresepan antibiotik
yang tidak diperlukan (unnecessary prescribing) dari 150 juta peresepan setiap
tahun (Lestari et al., 2011). Bakteri penyebab utama infeksi saluran kemih adalah
bakteri Escherichia coli yaitu sebesar 30,56%, bakteri Pseudomonas aeruginosa
sebesar 23,33%, dan proteus mirabilis sebanyak 29% (Kolawale et al., 2009).
Penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama untuk pengobatan infeksi saluran
kemih. Pemilihan antibiotik harus berdasarkan indikasi yang tepat, karena
penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi, reaksi
alergi, toksisitas, dan perubahan fisiologi, sehingga perlu dilakukan evaluasi
penggunaan antibiotik yang rasional yaitu sesuai dengan indikasi penyakit,
penggunaan obat yang efektif sesuai dengan kondisi pasien dan pemberian dosis
yang tepat (Refdanita et al., 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana rencana keperawatan yang dapat
dilakukan pada pasien Dengan. masalah pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di
ruang melati rsud dr. Doris slyvanus palangkaraya ( ISK )

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

vii
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Dasar Manusia Pada Pasien.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakit Dengan Pemenuhan
Kebutuhan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di ruang melati rsud dr. Doris
slyvanus palangkaraya ( ISK )
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di
ruang melati rsud dr. Doris slyvanus palangkaraya ( ISK ).
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Keperawatan Pada
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di ruang melati rsud dr. Doris
slyvanus palangkaraya ( ISK )
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny.S. Dengan Diagnosa
Medis Penyakit pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di ruang melati
rsud dr. Doris slyvanus palangkaraya ( ISK )
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun Intervensi pada Ny.S
Dengan Diagnosa Medis Penyakit Infeksi saluran kemih di ruang melati
Rsud Dr, Slyvanus Palangkaraya.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Ny.S Dengan
Diagnosa Medis Penyakit Infeksi saluran kemih di ruang melati Rsud Dr,
Slyvanus Palangkaraya.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny.S Dengan Diagnosa
Medis Penyakit Infeksi saluran kemih di ruang melati Rsud Dr, Slyvanus
Palangkaraya.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi Pada Ny.S Dengan Diagnosa
Medis Penyakit Infeksi saluran kemih di ruang melati Rsud Dr, Slyvanus
Palangkaraya.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga

viii
Pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum tentang gangguan
pemenuhan kebutuhan eleminasi pada pasien ISK beserta penanganan yang benar,
agar klien mendapatkan perawatan yang tepat didalam keluarganya.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi dan menambah koleksi sumber
referensi di perpustakaan dalam mengembangkan asuhan keperawatan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi pada pasien ISK
3.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan asuhan
keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada pasien ISK
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien

ix
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pemyakit


2.1.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2005).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya


mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi salurankemih
dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita dari pada pria (Sudoyo
Aru,dkk,2009).

ISK adalah golongan kuman gram negatif terutamaEscherichia coli,


Enterococcus, Pseudomonas aeruginosa,dan Klebsiella.Di luar negeri dilaporkan
kuman E. coli merupakan penyebab terbanyak infeksi saluran kemih. Jumlah E.
coli mencapai 85 % untuk infeksi community-acquired dan 60% infeksi hospital-
acquired. Meskipun urin berisi berbagai cairan, garam, dan produk hasil ekskresi,
di dalam urin biasanya tidak ditemukan bakteri, tetapi saat bakteri masuk ke
vesica urinaria dan ginjal dan bermultiplikasi di urin maka akan menyebabkan
terjadinya ISK

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Saluran kemih secara fisiologis berfungsi untuk menyaring darah dari zat-
zat yang tidak diperlukan tubuh dan sekaligus menyerap zat-zat yang masih
dibutuhkan. Aliran urin yang konstan dari saluran kemih bagian atas dan proses
eliminasi oleh saluran kemih bagian bawah berperan penting dalam mencegah

x
masuknya mikroba ke dalam saluran kemih (Hickling et al., 2015).
Sistem perkemihan terdiri ginjal yang menyaring darah dan menghasilkan urin,
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria, vesika urinariasebagai
tempat urin dikumpulkan sebelum dikeluarkan melalui uretra(Hickling et al.,
2015).

Saluran kemih dalam keadaan normal adalah steril kecuali pada bagian akhir
uretra.Kemampuan tubuh untuk mengosongkan kandung kemih merupakan salah
satu mekanisme penting untuk menjaga agar urin tetap steril dan mencegah ISK.
Jika kandung kemih dapat langsung mengosongkan seluruh isinya selama proses
berkemih maka bakteri tidak mempunyai kesempatan untuk menginfeksi jaringan
atau tumbuh dan mengadakan multiplikasi di kandung kemih. Mekanisme
pertahanan terhadap infeksi saluran kemih adalah uretra yang tidak obstruktif,
proses berkemih yang baik serta mukosa kandung kemih dan uretra yang utuh.

Ginjal terletak di kiri dan kanan pada dinding posterior di belakang


peritoneum sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Ginjal
berperan untuk menyaring cairan plasma, memilah bahan-bahan yang diperlukan
oleh tubuh, dan mengalirkan bahan-bahan yang akan dieliminasi ke dalam urin.
Urin yang terbentuk akan mengalir dan disalurkan ke ureter (Hickling et al.,
2015).
Ureter merupakan saluran yang menyambungkan ginjal ke vesika urinaria
dengan panjang 22-30 cm, terletak di rongga abdomen dan rongga pelvis. Urin
yang mengalir dari ginjal akan terdorong masuk ke vesika urinaria melalui

xi
gerakan peristaltik dari otot-otot ureter. Ureter menembus dinding kandung secara
oblik sebelum bermuara di kandung kemih. Hal ini mencegah aliran balik urin
dari kandung kemih ke ginjal apabila terjadi peningkatan tekanan di kandung
kemih(Hickling et al., 2015).

2.1.3 Etiologi
Etiologi Infeksi Saluran kemih (ISK) Escherichia coli adalah penyebab
tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok,
dan stafilokok (Sudoyo, Aru, dkk, 2009). Pada keadaan normal urin adalah steril.
Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram negative. Escherichia coli adalah
penyebab paling umum dari infeksi saluran kemih, terhitung sekitar 80-90%
kasus. E coli bersumber dari flora fecal yang berkolonisasi ke daerah periuretra
sehingga menyebabkan infeksi menaik. Patogen lain adalah sebagai berikut :
Klebsiella pneumoniae (5%); Proteus mirabilis (5%); Enterobacter species (3%);
Staphylococcus saprophyticus (2%); Group B beta- hemolytic Streptococcus
(GBS; 1%); Proteus species (2%) (Johnson, 2014). Perubahan fisiologis pada ibu
hamil yang berkaitan dengan ISK terjadi pada kehamilan usia enam minggu, oleh
karena adanya perubahan fisiologis yaitu ureter ibu hamil menjadi dilatasi. Hal ini
juga disebut sebagai hidronefrosis kehamilan dimana memuncak pada kehamilan
minggu ke-22 hingga ke-26 dan berlangsung 9 sampai saatnya kelahiran.
Peningkatan progesteron dan estrogen saat hamil juga menyebabkan penurunan
tonus ureter dan kandung kemih. Peningkatan volum plasma semasa hamil
menyebabkan penurunan konsentrasi urin dan peningkatan volum urin dalam
ginjal. Kombinasi dari seluruh faktor ini mengakibatkan terjadinya stasis urinari
dan uretero-vesikel refluks. Glikosuria dalam kehamilan juga salah satu faktor
terpenting yang menyebabkan ibu hamil mudah untuk terkena ISK (Emiru et. al.,
2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. EscherichiaColi : 90% penyebab ISK uncomplicated( simple )
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicatedEnterobacter,
staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :

xii
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat berbagai jenis orgnisme dapat
menyebabkan ISK. Escherichia coli (80% kasus) dan organism enterik garam-
negatif lainny merupakan organisme yang paling seringmenyebabkan ISK :
kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yag
menyebilus, dan Staphylococcus koagulse-negatif. Beberapa faktor menyebabkan
munculnya ISK di masa kanak-kanak (Wong, 2008).

2.1.4. Klasifikasi

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi
kandung kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :

1. Kandung kemih (sistitis) yaitu organ yang bertanggug jawab mengeluarkan air
kemih. Gejala utamanya, meningkatnya frekuensi berkemih, nyeri saat berkemih
dan kadang-kadang darah dalam air kemih, intensitasnya bervariasi dari satu
orang ke orang yang lain. Sistitis lebih cennderung mengenai wanita.
Tanda pertama pada wanita adalah rasa panas, kadang-kadang nyeri seperti
disayat pisau saat berkemih, yang perlahan-lahan menjadi nyeri tajam di bagian
bawah perut. Saat peradangan menyambar, penderita merasakan sakit punggung
yang tidak jelas disertai tidak enak badan.

2. Uretra (uretritis) adalah peradangan atau infeksi uretra, saluran yang


mengangkut urine dari kandung kemih keluar dari tubuh.

3. Prostat (prostatitis) adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada kelenjar


prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani yang berfungsi untuk
memberi makan dan membawa sperma. Prostatitis bisa terjadi pada semua lakilaki
dari segala usia.
4. Ginjal (pielonefritis) adalah penyakit infeksi pada ginjal disebabkan oleh

xiii
bakteri atau virus. Kandung kemih menyimpan urine sebelum di kelurkan oleh
tubuh

2.1.5 Patofosiologi (WOC)

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh


mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi

pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul

demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi


intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme
masuk melalui urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat
disebabkan karena hubungan sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak
terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat
sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat

membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman


yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan
kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika
urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy
merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka
uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat
yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan
menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan
urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa
metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri
yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.

xiv
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung
glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati
(kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa
yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke
seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya
Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih
karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana
dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada
urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri
terutama pada keadaan trauma urethra. (corwin.J, 2009).

xv
2.1.6 Manifestasi Klinis

1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba
untuk berkemih namun tidak air yang keluar.
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih,coklat, atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4. nyeri pada pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)

xvi
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak
sembuhsembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan:
1.Pyelonefritis

Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.

2.Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut
dan kronik.

2. 1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
2) Urine kultur :
a) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya:
streptococcus, E. Coli, dll Hu

b) menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan


3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin

2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )


a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal,
panggul.

b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

xvii
Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung
kemih

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

Menurut M. Clevo Rendy TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran kemih
bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih
dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan
angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
dengan :

1. Perawatan dapat berupa :

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi


2) Perubahan pola hidup diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun

c) Menghindari kopi, alkohol

2. Obat-obatan

1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam
jangka waktu 3 – 4 minggu

c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada
komplikasi lebih lanjut.

2.2 Konsep Kebutuhan Manusia

Defenisi

Gangguan Eliminasi Urine adalah keadaan dimana seorang individu


mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya

xviii
orangyang mengalami gangguan eliminasi urine akan dilakukan kateterisasi
urine,yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui
uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Beberapa gangguan eliminasi urine
yang dialami oleh lansia,salah satunya adalah batu ginjal (urolitiasis). Urolitiasis
merujuk pada adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam
ginjal,ureter,atau kandung kemih.terdiri atas subtans yang membentuk Kristal
seperti kalsium,oksalat,fosfat kalsium urat,asam urat,dan magnesium,batu dapat
menyebabkan obstruksi,infeksi,atau edema pada saluran perkemihan.Kira-kira
75% dari semua batu yang terbentuk terdiri dari kalsium.

Konsep dasar eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan.Proses


pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine
Universitas Sumatera Utara 8 seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.Ginjal
memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.ureter mengalirkan urine ke
bladder.Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu sampai
batas yang kemudian dikeluarkan melaui uretra.Air sisa metabolisme dalam darah
difiltrasi oleh ginjal.Darah mengalir sampai ke ginjal melalui arteri renal yang
merupakan cabang dari aorta abdomen. Kira-kira darah akan masuk ke ginjal 20-
25% dari kardiak output. Dalam glomerulus ginjal difiltrasi airdan zat-zat lain
seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin, dan elektrolit. Glomerulus akan
memfiltarasi kira-kira 125ml/menit. Tidak semua hasil filtrasi akan dikeluarkan
sebagai urine, tetapi sebagian dari zat berupa glukosa, asam amino, uric acid ,
sodium,dan pottasium kembali ke plasma. Pengeluaran urine tergantung intake
cairan.Pada orang dewasa normalpengeluaran urine kira-kira 1500-1600ml/hari,
atau 60ml/ menit. Jika pengeluaran urine kurang dari 30ml/menit kemungkinan
terjadi gagal ginjal.(Potter & Perry,2007)

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan

merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah


sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,

xix
dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan terdiri atas

beberapa organ yaitu :

a. Ginjal

Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia.Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, mempertahankan suasana keseimbangan air,mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah. (Potter&Perry,1999)

Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan.Ontogenitis, berasal dari
mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah
kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding
belakang abdomen.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini
karena adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah. Bila ginjal dibelah
dua, secara longitudinal (memanjang), dapat terlihat.(Potter & Perry,1999)

b. Pelvis renalis (piala ginjal)


Piala Ginjal merupakan bagian dari ginjal dengan duktus papillaris Bellini
bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area kribiformis
pada papilla ginjal.Papilla renalis terlihat, menonjol kedalam satu kaliks
minor, bersatu menjadi kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis
renalis ini berlanjut menjadi ureter.(Potter &Perry,1999) Ureter Air kemih
disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih)
melalui ureter.Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis
(tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung
kemih. Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra
sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya

xx
berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter
termasuk berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada
retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan
mukosa, otot polos, dan jaringan fibrosa
c. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat
menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di
dalam rongga panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat
sebagian ke luar dari rongga panggul,kandung kemih berbentuk seperti
kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks, fundus, dan korpus. Bagian
verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan dan berhubungan
dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus merupakan
bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah.Bagian korpus
berada di antara verteks dan fundus.Bagian fundus terpisah dari rektum
oleh spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens,
vesikula seminalis.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk
menyalurkan semen.Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok,
menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju
ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra
ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di
belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya
kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah
atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi
sebagai saluran ekskretori.
Refleks miksi kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2(S-2) dan
sakral 3(S-3).Saraf sensorik dari kandung kemih dikirimkan ke medula
spinalis bagian sakral 2 sampai dengan sakral 4 kemudian diteruskan ke

xxi
pusat miksi pada susunan saraf puasat.Puasat miksi mengirimkan sinyal
kepada otot kandung kemih untukberkontraksi. Pada saat destrusor
berkontraksi spinkter interna relaksasi dan spinkter eksterna yang di
bawah kontrol kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau
ditunda.Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama
meningkatnya otot kandung kemih

Etiologi Gangguan Eliminasi Urine

a. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yangmempengaruhi
output urine atau defekasi. Seperti protein dan sodiummempengaruhi
jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake
cairan dari kebutuhan, akibatnya outputurine lebih banyak.
b. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot,eliminasi
urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus
sfinkter internal dan eksternal. Hilangnya tonus ototkandung kemih
terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu
yang lama.Karena urine secara terus menerusdialirkan keluar kandung
kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak
berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akanmempengaruhi jumlah urine
yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar peningkatan
metabolisme tubuh.
- Berbagai macam penyebab gangguan eliminasi urine lainnya:
1.Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, struktur uretra
2.Infeksi.
3.Kehamilan.
4.Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat.
5.Trauma sumsum tulang belakang.
6.Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,urethra.
7. Umur .
8.Penggunaan obat-obatan.

xxii
Klasifikasi

a. Retensi urine

Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemihakibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .

b.Dysuria

Adanya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih c.PolyuriaProduksi urine


abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500 ml /hari , tanpa adanya
intake cairan

d.Inkontinensi urine

Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal


untukmengontrol keluarnya urine dari kantong kemih .

e.Urinari suppresi

Adalah berhenti mendadak produksi urine.

Patofisiologi Gangguan Eliminasi Urine

Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan


diatas.Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda.
Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cederamedulla spinal,
akan menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urine/inkontinensia
urine.Gangguan traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan
pada medulla spinalis.Lesi traumatik padamedullaspinalis tidak selalu terjadi
bersama-sama dengan adanya fraktur ataudislokasi.Tanpa kerusakan yang nyata
pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di
medulla spinallis.Cedera Medulla Spinalis (CMS) merupakan salah satu penyebab
gangguan fungsi saraf termasuk pada persyarafan berkemih dan defekasi.

Manisfestasi Klinis

1. Diet dan Asupan (intake)

xxiii
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk.Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respon Keinginan

Awal untuk Berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih


dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

3. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi


dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.

4. Stress Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan


berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitifitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yangdiproduksi.

5. Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola


berkemih.Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia yang
semakin bertambah kemampuan dalam mengontrol buang airkecil semakin baik.

7. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine,seperti diabetes melitus.

xxiv
8. Sosiokultural Budaya

Dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,sepertiadanya


kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki berkemih mengalami kesulitan untuk berkemih dengan


melaluiurineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.

11. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan


atau penurunan proses perkemihan.Misalnya pemberian diuretik dapat
meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

12. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine,


khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih, yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi
produksi urine. Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaranurine.(Alimul,2006)

Komplikasi

1. Retensi yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih Dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.

xxv
2 Inkontinensia urineyaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen
ototsfingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.

3. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam.

4. Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih.

5. Dysuria adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih

6. Polyuria Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti


2.500ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.

7. Urinari suppresi adalah berhenti mendadak produksi urine

pemeriksaan penunjang

1.Pemeriksaan USG

2.Pemeriksaan foto rontgen

3.Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
1) Identitas klien
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun
wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009).
2) Keluhan utama penyakit infeksi saluran kemih Keluhan utama yang sering
terjadi pada pasien infeksi saluran kemih,nyeri saat berkemih, sering bolak balik
kamar mandi tetapi kemih yang dikeluarkan hanya sedikit.
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita oleh
klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai klien di bawa ke
Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain sekalin Rumah

xxvi
Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana
perubahan data yang didapatkan saat periksa.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit infeksi saluran kemih
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang
pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang
ada di dalam keluarga.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih dengan gangguan
eliminasi urine
b. Pola nutrisi
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat
nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan hanya sedikit bahkan
tidak makan sama sekali
c. Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang
masuk sehingga urine tidak lancar
d. Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri yang di alami
e. Nilai dan keyakinan
Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit yang d
ideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan
dan harapan akan sakitnya.

xxvii
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan
intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan
masalah kesehatan pasien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito, 1983
dalam Tarwoto&Wartonah, 2011).

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Gangguan eliminasi urine Definisi : disfungsi eliminasi urine


Faktor yang berhubugan :
1. Gangguan sensori motorik
2. Infeksi saluran kemih
3. Obstruksi anatomik
4. Penyebab multipel
Batasan karakteristik
1. Anyang- anyangan
2. Disuria
3. Dorongan berkemih
4. Inkontinensia
5. Inkontinensia urine
6. Nokturia
7. Retensi urine
8. Sering berkemih

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).

xxviii
2.3.5 Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikat.
Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak

xxix
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Jl. Beliang No.110 Telp/Fax (0536) 3227707

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Cindra

Nim : 2019.C.11a.1039

Ruang Praktek : Melati

Tanggal Praktek : 27 Juli 2021

Tanggal & Jam Pengkajian : 27 Juli 2021 & 08:00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S

Umur : 31 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Dayak

Agama : Kristen

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jl. M

Tgl MRS : 27 Juli 2021

Diagnosa Medis : Infeksi saluran kemih

xxx
B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :

Klien mengatakan nyeri saat berkemih

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Klien mengatakan nyeri di perut sampai kepunggung, merasa mual, lalu klien
di bawa ke rumah sakit jombang menuju IGD kemudian klien di pindah ke
ruang dahlia

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ( Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi )

Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit sebelumnya seperti

diabetes dan hipetensi

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan

GENOGRAM KELUARGA

C. PEMERIKSAAN FISIK

xxxi
1. Keadaan Umum : Lemah

2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis

b. Ekspresi Wajah : Tampak cemas

c. Bentuk badan : Sedang

d. Cara berbaring/bergerak : Normal

e. Bicara : Jelas

f. Suasana Hati : Cemas

g. Penampilan : Bersih dan Rapi

h. Fungsi kognitif : :

 Orientasi Waktu : Klien dapat membedakan pagi, siang dan


malam
 Orientasi Orang : Klien dapat membedakan petugas
kesehatan dengan keluarga
 Orientasi Tempat : Klien dapat mengetahui dimana tempatnya
berada
i. Halusinasi : Dengan / Akustik Lihat / Visua

Lainnya...........................

j. Proses Berfikir : Blocking Cricumstansial


Flight oh ideas
Lainnya ............................

k Insight : Baik Mengingkari

Menyalahkan Orang lain

l. Mekanisme Pertahanan Diri Adaftip Mal


Adaftip

m. Keluhan Lainnya :

3. Tanda-tanda Vital :
0
a. Suhu/T : 36 C Axilla Rektal
Oral

b. Nadi/HR : 80 x/Menit

xxxii
c. Pernapasan/RR : 20 x/Menit

d. Tekanan Darah/BP :110/80 mmHg

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris

Kebiasaan merokok : ………………. Batang/hari

Batuk, sejak ………………….

Batuk darah, sejak ……………

Sputum, warna ……………….

Sianosis

Nyeri dada

Dyspnoe Orthopnoe Lainnya


……………………..

Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas


Saat istirahat

Type Pernafasan Dada Perut


Dada dan perut

Kusmaul Cheyne-stokes
Biot

Lainnya
………………………………………

Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur

Suara Nafas Vesikuler


Bronchovesikuler

Bronchial Trakeal

Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering

Ronchi basah (rales) Lainnya


……………….

xxxiii
Keluhan lainnya : .......
……………………………………................................

Masalah Keperawatan
: ...............................................................................................

5. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
Nyeri dada Kram kaki
Pucat

Pusing/sinkop Clubing finger


Sianosis

Sakit Kepala Palpitasi


Pingsan

Capillary refill > 2 detik < 2 detik

Oedema : Wajah Ekstrimitas


atas

Anasarka Ekstrimitas bawah

Asites, lingkar perut ………………….Cm

Ictus Cordis Terlihat Tidak Melihat

Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat

Suara Jantung Normal, …………………….

Ada kelainan
………………………………………...................

Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………..............

Masalah
: .......................................................................................
..................

xxxiv
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E (4) :

V (5)

M (6) :

Total Nilai GCS (15) : .....................................................................

Kesadaran : Compos Menthis Somnolent


Delirium

Soporus Coma
Sulit dinilai

Pupil : Isokor Anisokor

Midriasis Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif

Kiri Posistif
Negatif

Nyeri, lokasi …………………………….

Vertigo Gelisah Aphasia


Kesemutan

Bingung Disarthria Kejang


Tremor

Pelo

Uji Syaraf Kranial :

Nervus Kranial I: (olfaktorius)Penghidu

Nervus Kranial II : (Optikus) penglihatan

xxxv
Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas,
elevasi alis, mata kontraksi pupil, reaksi
bersamaan

Nervus Kranial IV: (Trokhlearis)Pergerakan mata ke bawah, keluar

Nervus Kranial V: (Trigeminus) Mengunyah, sensasi wajah, kulit, kepala, dan


gigi)

Nervus Kranial VI: (Abdusen) Pergerakan mata lateral

Nervus Kranial VII: (Facialis) Ekspresi Wajah

Nervus Kranial VIII : (Akustikus) Pendengaran dan keseimbangan

Nervus Kranial IX : (Glosofaringeus) Menelan, Pengecapan

Nervus Kranial X : (Vagus) Menelan Berbicara

Nervus Kranial XI : (Asesoris) Pergerakan bahu, rotasi kepala

Nervus Kranial XII: (Hipoglosus) Pergerakan Lidah

Uji Koordinasi :

Ekstremitas Atas : Jari Ke Jari Positif Negatif

Jari Ke Hidung Positif Negatif

Ekstremitas Bawah : Tumit Ke Jempol Kaki


Positif Negatif

Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif

Refleks :

Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala............... Trisep :

Kanan +/- Kiri +/- Skala................


Brakioradialis

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Patella

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Akhiles

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Refleks


Babinski

Kanan +/- Kiri +/-

xxxvi
Refleks Lainnya
: ........................................................................................................

Uji Sensasi
: ........................................................................................................

Keluhan Lain :

…………………………………………………………………….
…………………………………

………………………………….
…………………………………………………………………....

Masalah Keperawatan :

…………………………………..........................................................................
................................

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urin : 400cc x/hr

Warna : Kuning jernih

Bau :

Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen

Oliguri Nyeri Retensi

Poliuri Panas
Hematuri

Dysuri Nocturi

Kateter Cystostomi

Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………………………

Masalah Keperawatan :

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :

Mulut dan Faring

Bibir :
………………………………………………………………………………..

xxxvii
Gigi :
………………………………………………………………………………..

Gusi :
………………………………………………………………………………..

Lidah :
………………………………………………………………………..

Mukosa :
………………………………………………………………………………..

Tonsil :
………………………………………………………………………………..

Rectum :

Haemoroid :

BAB : 1 x/hr Warna : Kuning Konsistensi : …………………

Tidak ada masalah Diare Konstipasi


Kembung

Feaces berdarah Melena Obat pencahar


Lavement

Bising usus :

Nyeri tekan, lokasi :

Benjolan, lokasi :

Keluhan Lainnya :
…………………………………………………………………………………

Masalah Keperawatan :

…………………………………………………………………………………

9. TULANG – OTOT – INTEGUMEN ( BONE )


Kemampuan pergerakan sendi Bebas
Terbatas

Parese/lemah, lokasi …………………………………………

xxxviii
Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….

Hemiparese, lokasi ……………………………………………………….

Nyeri, lokasi ………………………………………….

Bengkak, lokasi ………………………………………

Kekakuan,Lokasi .........................................................

Flasiditas .....................................................................

Spastisitas, Lokasi .......................................................

Ukuran Otot Simetris

Atropi

Hipertropi

Kontraktur

Malposisi

Uji Kekuatan otot : Ekstrimitas Atas………… .


Ekstrimitas Bawah…………………

Deformitas tulang, lokasi ……………………………….

Peradangan, lokasi ………………………………………

Perlukaan, lokasi ………………………………………..

Patah tulang, lokasi ……………………………………..

Tulang Belakang Normal Skoliosis

Kifosis Lordosis

10. KULIT – RAMBUT - KUKU

Riwayat Alergi Obat


………………………………………………………..

Makanan
……………………………………………………

Kosametik
………………………………………………….

xxxix
Lainnya
……………………………………………………..

Suhu Kulit Hangat Panas Dingin

Warna kulit Normal Sianosis/biru


Ikterik/kuning

Putih/pucat Coklat tua/hyperpigmentasi

Turgor Baik Cukup Kurang

Tekstur Halus Kasar

Lesi : Macula, lokasi …………………………


Pustula, lokasi
…………………………

Nodula, lokasi …………………………

Vesikula, lokasi …………………………

Papula, lokasi …………………………

Ulcus, lokasi …………………………….

Jaringan Parut, lokasi


……………………………………………………….....................

Tekstur rambut : ………………………………………………………..

Distribusi rambut : ……………………………………………………..

Bentuk kuku Simetris Irreguler

Clubbing Finger Lainnya


……………….

Masalah Keperawatan :

…………………………………………….
…………………………………………………………

11. SISTEM PENGINDRAAN


a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur Ganda
Buta/gelap

xl
Gerakan bola mata Bergerak normal Diam
Bergerakspontan/nistagmus

Visus : Mata Kanan (VOD) : …………………………….

Mata Kiri (VOS) : …………………………….

Sclera : Normal/putih Kuning/ikterus


Merah/hifema

Konjunctiva Merah muda Pucat/anemic

Kornea Bening Keruh

Alat Bantu Kacamata Lensa kontak


Lainnya ………….

Nyeri : ….
……………………………………………………………………...

Keluhan Lain :
…………………………………………………………………………

Masalah :
………………………………………………………………………….

b. Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran : Berkurang Berdengung
Tuli

c. Hidung/Penciuman :
Bentuk : Simetris Asimetris

Lesi

Patensi

Obstruksi

Nyeri tekan sinus

Transluminasi

Cavum Nasal Warna ………………….. Integritas


………………..

Septum nasal Deviasi Perforasi


Peradarahan

xli
Sekresi, warna …………………

Polip Kanan Kiri Kanan dan kiri

Masalah Keperawatan :

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa Ya Tidak

Jaringan Parut Ya Tidak

Kelenjar limfe Teraba Tidak teraba

Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba

Mobilitas leher Bebas Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria

Kemerahan, Lokasi : …………………………........

Gatal-gatal, lokasi : …………………………........

Gland Penis : ……………………………….

Maetus Uretra : …………………………….....

Discharge , warna : ………………………….........

Srotum : ……………………………….

Hernia : ……………………………….

Kelainan :
……………………………………………………………………..

.....................................................................................
.....................

Keluhan lain :
……………………………………………………………………..

.....................................................................................
.....................

xlii
b. Reproduksi Wanita

Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………

Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………

Perdarahan : …………………….....………………

Flour Albus : ……………….......…………………..

Clitoris : ……………………………………….

Labia : ……………………………………….

Uretra : ………………………………………..

Kebersihan : Baik Cukup Kurang

Kehamilan : ………….............………. minggu

Taksiran Partus : ……………………...……

Lainnya
: .....................................................................................
.................

Payudara :

Simetris Asimetris

Sear Lesi

Pembengkakan Nyeri tekan

Puting : Menonjol Datar Lecet


Mastitis

Warna areola …………………………………………..

ASI Lancar Sedikit Tidak keluar

Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………............
.

Masalah keperawatan :

………………………………........................................................................
................................

xliii
………………………………………………………………………………
……………………

D. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :

………………………………………………………………………………
……………………

2. Nutrisi dan Metabolisme

TB : 152 Cm

BB Sekarang : 66 Kg

BB Sebelum sakit : 66 Kg

Diet :

Biasa Cair Saring Lunak

Diet Khusus :

Rendah Garam Rendah Kalori TKTP

Rendah Lemak Rendah Purin


Lainnya ………………

Mual Muntah ……….. kali/hari

Kesukaran menelan Ya Tidak

Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………....................

xliv
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekeunsi/hari 2x1 3x1

Porsi 1 Porsi 1 Porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Nasi,Lauk,Sayur Nasi,Lauk,Sayur

Jenis Minuman Air Mineral Air Mineral

Jumlah minuman/cc/24 jam !500 cc/hari !500 cc/hari

Kebiasaan Makan Siang,Sore Pagi,Siang,Malam

Keluhan/masalah

Masalah Keperawatan :

3. Pola istirahat dan tidur :

Di Rumah :tidur malam mulai pukul 22.00-04.00 WIB Di Rumah Sakit : tidur malam mulai pukul 21.00 02.00 WIB, tidur siang pukul
11.00-12.00 WIB sering terbangun

45
Masalah Keperawatan :

4. Kognitif :

Masalah Keperawatan :

5. Konsep Diri :

Gambaran Diri :

Ideal Diri :

Identitas Diri :

Harga Diri :

Peran :

Masalah Keperawatan :

6. Aktivitas Sehari-hari :

Di Rumah :mandiri Di Rumah Sakit :istirahat total, aktivitas dibantu perawat dan Keluarga

Masalah Keperawatan

46
7. Koping-Toleransi terhadap Stress

Saat ada masalah klien selalu membicarakan bersama dengan sang suami

Masalah Keperawatan:

8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien menganut kepercayaan agama kristen, sebelum sakit pasien rutin beribadah

Masalah Keperawatan:

E. SOSIAL – SPIRITUAL.

1. Kemampuan berkomunikasi : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik

2. Bahasa sehari-hari : Dayak/Indonesia

3. Hubungan dengan Keluarga : Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga

4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Pasien mengatakan berhubungan baik dengan teman/petugas
kesehatan/orang lain

5. Orang berarti/terdekat : Orang tua

47
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang : Berkumpul bersama keluarga/Bersama teman

7. Kegiatan beribadah : Sebelum sakit pasien rutin beribadah

F. DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM, PENUNJANG LAIN)

Pemeriksaan Tanggal

No Parameter Hasil Nilai Normal


1

Pemeriksaan Tanggal

No Parameter Hasil Nilai Normal


1

48
Hasil Pemeriksaan

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Obat/Terapi Medis Dosis Indikasi Kontraindikasi


Infus Ns 500cc/24 jam
Injeksi cefftriaxon 2x1mg
Injeksi Asam 3x50mg

49
Palangka Raya 27 Juli 2021

50
Cindra
ANALISIS DATA

NO DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

1 Data Subyektif : klien mengatakan Iritasi ureteral Gangguan eliminasi urine

51
nyeri saat berkemih

Data Obyektif:

Keadaan umum: lemah

Kesadaran: composmentis GCS : 4 5 6


CRT: < 2

detik

TTV:

TD: 110/80 mmHg

N: 80 x/menit

RR: 20 x/menit

S: 365ᵒC

P: nyeri timbul saat berkemih

Q: nyeri seperti ditusuktusuk

R: nyeri timbul di perut bawah

S: skala nyeri 7

T: nyeri hilang timbul, timbul selama

52
5-15 menit

53
54
55
PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi ureteral

56
57
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

Ruang Rawat : Melati

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


1. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan asuhan
Kontrol infeksi
urine keperawatan selama 3x24 jam
1. Dorong untuk beristirahat
diharapkan gangguan eliminasi
2. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
urine hilang. 1
3. Anjurkan klien untuk meminum antibiotik
Dengan kriteria hasil :
seperti yang di resepkan
1. Mengenali keinginan
4. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda
untuk berkemih
dan gejal infeksi dan kapan harus
2. Partikelpartikel urine
melaporkannya kepada penyedia perawatan
terlihat
kesehatan
3. Darah terlihat dalam
5. Ajarkan klien dan anggota keluarga
urine
mengenai bagimana menghindari infeksi
4. Nyeri saat kencing
6. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
di gunakan untuk setiap klien
7. Batasi jumlah pengunjung
8. Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan
Anjurkan klien mengenai teknik cuci tangan
dengan tepat
9. Anjurkan pengunjung untuk mencuci

138
tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
ruangan klien
10. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
tangan yang sesuai
11. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
perawatan klien
12. Pakai sarung tangan sebagai dianjurkan
oleh kebijakan pencegahan universal
13. Lakukan pengkajiaan nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik, inset/durasi
frekuensi kualiatas, intensitas atau abeftny
nyeri dan faktor pencetus
14. Pasti perawatan analgesik bagi klien
dilakukan dengan pemantauan yang ketat
15. Gali pengetahuan dan kepercayaan klien
mengenai nyeri

139
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/Tangga Tanda Tangan


l Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan Nama
Jam Perawat
Rabu,
10/03/2021 1. Mendorong untuk beristirahat S: klien mengatakan nyeri saat berkemih berkurang
08:00 WIB
2. Memberikan terapi antibiotik yang sesuai O: keadaan umum : lemah kesadaran
08:20 3. Menganjurkan klien untuk meminum composmentis, GCS 4-5-6 TTV:
08:35
antibiotik seperti yang di resepkan TD: 130/80 mmHg
08:45 4. Mengajarkan klien dan keluarga mengenai N: 84 x/menit
tanda dan gejal infeksi dan kapan harus RR: 22 x/menit
melaporkannya kepada penyedia perawatan S: 361ᵒC
kesehatan P: nyeri timbul saat berkemih
09:20 5. Mengajarkan klien dan anggota keluarga Q: nyeri seperti diremas-remas

140
mengenai bagimana menghindari infeksi R: nyeri timbul di abdomen bawah sampai ke punggung
6. Membersihkan lingkungan dengan baik S: skala nyeri 6
09:35
setelah di gunakan untuk setiap klien T: nyeri hilang timbul, timbul selama 10-15 menit
7. Membatasi jumlah pengunjung A: masalah belum teratasi
09:45
8. Mengajarkan cuci tangan bagi tenaga P: intervensi dilanjutkan (1-3)
10:00
kesehatan
9. Menganjurkan klien mengenai teknik cuci
10:20
tangan dengan tepat
10. Menganjurkan pengunjung untuk mencuci
10:35
tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan klien
11. Menggunakan sabun antimikroba untuk cuci
10:45
tangan yang sesuai
12. Mencuci tanagan sebelum dan sesudah
11:00
kegiatan perawatan klien
13. Memakai sarung tangan sebagaimana di
11:15
anjurkan oleh kebijakan pencegahan
universal
14. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif

141
11:30 yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi kualiatas, intensitas
atau aberatny nyeri dan faktor pencetus
15. Memastikan perawatan analgesik bagi klien
11:45 di lakukan dengan pemantauan yang ketat
16. Menggali pengetahuan dan kepercayaan klien
12:00 mengenai nyeri

142
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Virginia Henderson dalam Potter dan Perry (2010), membagi kebutuhan


dasar manusia ke dalam 14 komponen yaitu bernafas secara normal, makan dan
minum yang cukup, eliminasi (buang air besar dan kecil), bergerak dan
mempertahankan postur yang diinginkan, tidur dan istirahat, memilih pakaian
yang tepat, mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan
menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan, menjaga
kebersihan diri dan penampilan, menghindari bahaya dari lingkungan dan
menghindari membahayakan orang lain, berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhwatiran,

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2005).

4.2 Saran

Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan pasien, oleh


karena itu untuk mencapai hasil keperawatan yang optimal, sebaiknya
proses keperawatan dilaksanakan secara berkesinambungan, mengingat angka
penyakit Infeksi saluran Kemih makin meningkat setiap tahunnya.
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan ISK Serta sebagai acuan
atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan pendahuluan selanjutnya.
4.2.2 Bagi Rumah sakit RSUD dr. Doris Sylvanus
Diharapkan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya ruang
(Melati), penulisan laporan pendahuluan ini di dapat sebagai referensi bagi
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan ISK, serta
sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya
pada pasien dengan ISK
4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap
Palangka Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa
yang akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasiaan.

138
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Missouri


:Elsevier.
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri :
Elsevier.
Darsono. (2016). Asuhan Keperawatan pada pasien Infeksi Saluran Kemih
(ISK).Banjarmasin

Dewi, Sri. (2014). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Glasgow Coma
Scale (GCS).

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi&Klasifikasi. Jakarta:


EGC

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-sridewis10-597-1-
s10042s-i.pdf

ICME Stikes. 2017. Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus.
Jombang : Stikes Icme.

Anda mungkin juga menyukai