LP+Askep Infeksi Saluran Kemih CINDRA
LP+Askep Infeksi Saluran Kemih CINDRA
Di Susun Oleh:
Nama : Cindra
NIM : 2019.C.11a.1039
infeksi saluran
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Ketua Program Studi Ners
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, sehingga dapat menyelesaikan ” laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan pada penyakit infeksi saluran kemih dengan masalah
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di ruang melati rsud dr. Doris slyvanus
palangkaraya” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya
berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ( ISK )
Cindra
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa.....................................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarganya..................................................4
1.4.3 Untuk Institusi..........................................................................4
1.4.4 Untuk IPTEK............................................................................4
iv
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................23
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................23
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................25
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................67
v
BAB 1
PENDAHULUAN
vi
infeksi diparenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteri urin
tertentu (Zanetti et al., 2008). Pasien dapat didiagnosis infeksi saluran kemih
apabila urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml, sedangkan dalam keadaan
normal urin juga mengandung mikroorganisme sekitar 102 sampai 104 bakteri/ml
urin (Coyle & Prince, 2005). Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25-
35% perempuan dewasa pernah mengalami infeksi saluran kemih (ISK),
umumnya empat sampai lima kali lebih mudah terinfeksi ISK dibandingkan pria
karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan pria (Sotelo & Westney, 2003).
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan dalam
pengobatan infeksi saluran kemih, dinegara berkembang 30-80% penderita yang
dirawat di rumah sakit mendapat antibiotik. Berdasarkan persentase tersebut, 20-
65% penggunaannya dianggap tidak tepat. Penulisan resep dan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat tersebut cenderung meluas. The Center for Disease
Control and Prevention in USA menyebutkan terdapat 50 juta peresepan antibiotik
yang tidak diperlukan (unnecessary prescribing) dari 150 juta peresepan setiap
tahun (Lestari et al., 2011). Bakteri penyebab utama infeksi saluran kemih adalah
bakteri Escherichia coli yaitu sebesar 30,56%, bakteri Pseudomonas aeruginosa
sebesar 23,33%, dan proteus mirabilis sebanyak 29% (Kolawale et al., 2009).
Penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama untuk pengobatan infeksi saluran
kemih. Pemilihan antibiotik harus berdasarkan indikasi yang tepat, karena
penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi, reaksi
alergi, toksisitas, dan perubahan fisiologi, sehingga perlu dilakukan evaluasi
penggunaan antibiotik yang rasional yaitu sesuai dengan indikasi penyakit,
penggunaan obat yang efektif sesuai dengan kondisi pasien dan pemberian dosis
yang tepat (Refdanita et al., 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana rencana keperawatan yang dapat
dilakukan pada pasien Dengan. masalah pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di
ruang melati rsud dr. Doris slyvanus palangkaraya ( ISK )
vii
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Dasar Manusia Pada Pasien.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakit Dengan Pemenuhan
Kebutuhan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di ruang melati rsud dr. Doris
slyvanus palangkaraya ( ISK )
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di
ruang melati rsud dr. Doris slyvanus palangkaraya ( ISK ).
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Keperawatan Pada
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di ruang melati rsud dr. Doris
slyvanus palangkaraya ( ISK )
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny.S. Dengan Diagnosa
Medis Penyakit pemenuhan kebutuhan eliminasi urine di ruang melati
rsud dr. Doris slyvanus palangkaraya ( ISK )
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun Intervensi pada Ny.S
Dengan Diagnosa Medis Penyakit Infeksi saluran kemih di ruang melati
Rsud Dr, Slyvanus Palangkaraya.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Ny.S Dengan
Diagnosa Medis Penyakit Infeksi saluran kemih di ruang melati Rsud Dr,
Slyvanus Palangkaraya.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny.S Dengan Diagnosa
Medis Penyakit Infeksi saluran kemih di ruang melati Rsud Dr, Slyvanus
Palangkaraya.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi Pada Ny.S Dengan Diagnosa
Medis Penyakit Infeksi saluran kemih di ruang melati Rsud Dr, Slyvanus
Palangkaraya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
viii
Pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum tentang gangguan
pemenuhan kebutuhan eleminasi pada pasien ISK beserta penanganan yang benar,
agar klien mendapatkan perawatan yang tepat didalam keluarganya.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi dan menambah koleksi sumber
referensi di perpustakaan dalam mengembangkan asuhan keperawatan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi pada pasien ISK
3.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan asuhan
keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada pasien ISK
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien
ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
x
masuknya mikroba ke dalam saluran kemih (Hickling et al., 2015).
Sistem perkemihan terdiri ginjal yang menyaring darah dan menghasilkan urin,
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria, vesika urinariasebagai
tempat urin dikumpulkan sebelum dikeluarkan melalui uretra(Hickling et al.,
2015).
Saluran kemih dalam keadaan normal adalah steril kecuali pada bagian akhir
uretra.Kemampuan tubuh untuk mengosongkan kandung kemih merupakan salah
satu mekanisme penting untuk menjaga agar urin tetap steril dan mencegah ISK.
Jika kandung kemih dapat langsung mengosongkan seluruh isinya selama proses
berkemih maka bakteri tidak mempunyai kesempatan untuk menginfeksi jaringan
atau tumbuh dan mengadakan multiplikasi di kandung kemih. Mekanisme
pertahanan terhadap infeksi saluran kemih adalah uretra yang tidak obstruktif,
proses berkemih yang baik serta mukosa kandung kemih dan uretra yang utuh.
xi
gerakan peristaltik dari otot-otot ureter. Ureter menembus dinding kandung secara
oblik sebelum bermuara di kandung kemih. Hal ini mencegah aliran balik urin
dari kandung kemih ke ginjal apabila terjadi peningkatan tekanan di kandung
kemih(Hickling et al., 2015).
2.1.3 Etiologi
Etiologi Infeksi Saluran kemih (ISK) Escherichia coli adalah penyebab
tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok,
dan stafilokok (Sudoyo, Aru, dkk, 2009). Pada keadaan normal urin adalah steril.
Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram negative. Escherichia coli adalah
penyebab paling umum dari infeksi saluran kemih, terhitung sekitar 80-90%
kasus. E coli bersumber dari flora fecal yang berkolonisasi ke daerah periuretra
sehingga menyebabkan infeksi menaik. Patogen lain adalah sebagai berikut :
Klebsiella pneumoniae (5%); Proteus mirabilis (5%); Enterobacter species (3%);
Staphylococcus saprophyticus (2%); Group B beta- hemolytic Streptococcus
(GBS; 1%); Proteus species (2%) (Johnson, 2014). Perubahan fisiologis pada ibu
hamil yang berkaitan dengan ISK terjadi pada kehamilan usia enam minggu, oleh
karena adanya perubahan fisiologis yaitu ureter ibu hamil menjadi dilatasi. Hal ini
juga disebut sebagai hidronefrosis kehamilan dimana memuncak pada kehamilan
minggu ke-22 hingga ke-26 dan berlangsung 9 sampai saatnya kelahiran.
Peningkatan progesteron dan estrogen saat hamil juga menyebabkan penurunan
tonus ureter dan kandung kemih. Peningkatan volum plasma semasa hamil
menyebabkan penurunan konsentrasi urin dan peningkatan volum urin dalam
ginjal. Kombinasi dari seluruh faktor ini mengakibatkan terjadinya stasis urinari
dan uretero-vesikel refluks. Glikosuria dalam kehamilan juga salah satu faktor
terpenting yang menyebabkan ibu hamil mudah untuk terkena ISK (Emiru et. al.,
2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. EscherichiaColi : 90% penyebab ISK uncomplicated( simple )
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicatedEnterobacter,
staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
xii
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat berbagai jenis orgnisme dapat
menyebabkan ISK. Escherichia coli (80% kasus) dan organism enterik garam-
negatif lainny merupakan organisme yang paling seringmenyebabkan ISK :
kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yag
menyebilus, dan Staphylococcus koagulse-negatif. Beberapa faktor menyebabkan
munculnya ISK di masa kanak-kanak (Wong, 2008).
2.1.4. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi
kandung kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis) yaitu organ yang bertanggug jawab mengeluarkan air
kemih. Gejala utamanya, meningkatnya frekuensi berkemih, nyeri saat berkemih
dan kadang-kadang darah dalam air kemih, intensitasnya bervariasi dari satu
orang ke orang yang lain. Sistitis lebih cennderung mengenai wanita.
Tanda pertama pada wanita adalah rasa panas, kadang-kadang nyeri seperti
disayat pisau saat berkemih, yang perlahan-lahan menjadi nyeri tajam di bagian
bawah perut. Saat peradangan menyambar, penderita merasakan sakit punggung
yang tidak jelas disertai tidak enak badan.
xiii
bakteri atau virus. Kandung kemih menyimpan urine sebelum di kelurkan oleh
tubuh
pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
xiv
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung
glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati
(kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa
yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke
seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya
Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih
karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana
dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada
urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat
selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri
terutama pada keadaan trauma urethra. (corwin.J, 2009).
xv
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba
untuk berkemih namun tidak air yang keluar.
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih,coklat, atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4. nyeri pada pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)
xvi
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak
sembuhsembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan:
1.Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2.Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut
dan kronik.
1. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
2) Urine kultur :
a) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya:
streptococcus, E. Coli, dll Hu
xvii
Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung
kemih
Menurut M. Clevo Rendy TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran kemih
bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih
dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan
angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
dengan :
2. Obat-obatan
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam
jangka waktu 3 – 4 minggu
c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada
komplikasi lebih lanjut.
Defenisi
xviii
orangyang mengalami gangguan eliminasi urine akan dilakukan kateterisasi
urine,yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui
uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Beberapa gangguan eliminasi urine
yang dialami oleh lansia,salah satunya adalah batu ginjal (urolitiasis). Urolitiasis
merujuk pada adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam
ginjal,ureter,atau kandung kemih.terdiri atas subtans yang membentuk Kristal
seperti kalsium,oksalat,fosfat kalsium urat,asam urat,dan magnesium,batu dapat
menyebabkan obstruksi,infeksi,atau edema pada saluran perkemihan.Kira-kira
75% dari semua batu yang terbentuk terdiri dari kalsium.
xix
dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.
a. Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia.Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, mempertahankan suasana keseimbangan air,mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah. (Potter&Perry,1999)
Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan.Ontogenitis, berasal dari
mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah
kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding
belakang abdomen.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini
karena adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah. Bila ginjal dibelah
dua, secara longitudinal (memanjang), dapat terlihat.(Potter & Perry,1999)
xx
berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter
termasuk berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada
retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan
mukosa, otot polos, dan jaringan fibrosa
c. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat
menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di
dalam rongga panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat
sebagian ke luar dari rongga panggul,kandung kemih berbentuk seperti
kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks, fundus, dan korpus. Bagian
verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan dan berhubungan
dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus merupakan
bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah.Bagian korpus
berada di antara verteks dan fundus.Bagian fundus terpisah dari rektum
oleh spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens,
vesikula seminalis.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk
menyalurkan semen.Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok,
menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju
ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra
ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di
belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya
kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah
atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi
sebagai saluran ekskretori.
Refleks miksi kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2(S-2) dan
sakral 3(S-3).Saraf sensorik dari kandung kemih dikirimkan ke medula
spinalis bagian sakral 2 sampai dengan sakral 4 kemudian diteruskan ke
xxi
pusat miksi pada susunan saraf puasat.Puasat miksi mengirimkan sinyal
kepada otot kandung kemih untukberkontraksi. Pada saat destrusor
berkontraksi spinkter interna relaksasi dan spinkter eksterna yang di
bawah kontrol kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau
ditunda.Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama
meningkatnya otot kandung kemih
a. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yangmempengaruhi
output urine atau defekasi. Seperti protein dan sodiummempengaruhi
jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake
cairan dari kebutuhan, akibatnya outputurine lebih banyak.
b. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot,eliminasi
urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus
sfinkter internal dan eksternal. Hilangnya tonus ototkandung kemih
terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu
yang lama.Karena urine secara terus menerusdialirkan keluar kandung
kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak
berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akanmempengaruhi jumlah urine
yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar peningkatan
metabolisme tubuh.
- Berbagai macam penyebab gangguan eliminasi urine lainnya:
1.Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, struktur uretra
2.Infeksi.
3.Kehamilan.
4.Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat.
5.Trauma sumsum tulang belakang.
6.Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,urethra.
7. Umur .
8.Penggunaan obat-obatan.
xxii
Klasifikasi
a. Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemihakibat
ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .
b.Dysuria
d.Inkontinensi urine
e.Urinari suppresi
Manisfestasi Klinis
xxiii
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk.Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respon Keinginan
3. Gaya Hidup
4. Stress Psikologis
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
7. Kondisi Penyakit
xxiv
8. Sosiokultural Budaya
9. Kebiasaan Seseorang
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Komplikasi
1. Retensi yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih Dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
xxv
2 Inkontinensia urineyaitu ketidak sanggupan sementara atau permanen
ototsfingter eksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
3. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam.
pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan USG
xxvi
Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana
perubahan data yang didapatkan saat periksa.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit infeksi saluran kemih
5) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang
pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang
ada di dalam keluarga.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih dengan gangguan
eliminasi urine
b. Pola nutrisi
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat
nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan hanya sedikit bahkan
tidak makan sama sekali
c. Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang
masuk sehingga urine tidak lancar
d. Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri yang di alami
e. Nilai dan keyakinan
Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit yang d
ideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan
dan harapan akan sakitnya.
xxvii
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan
intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan
masalah kesehatan pasien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito, 1983
dalam Tarwoto&Wartonah, 2011).
xxviii
2.3.5 Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikat.
Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak
xxix
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nim : 2019.C.11a.1039
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 31 Tahun
Suku/Bangsa : Dayak
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. M
xxx
B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri di perut sampai kepunggung, merasa mual, lalu klien
di bawa ke rumah sakit jombang menuju IGD kemudian klien di pindah ke
ruang dahlia
GENOGRAM KELUARGA
C. PEMERIKSAAN FISIK
xxxi
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
e. Bicara : Jelas
h. Fungsi kognitif : :
Lainnya...........................
m. Keluhan Lainnya :
3. Tanda-tanda Vital :
0
a. Suhu/T : 36 C Axilla Rektal
Oral
b. Nadi/HR : 80 x/Menit
xxxii
c. Pernapasan/RR : 20 x/Menit
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Sianosis
Nyeri dada
Kusmaul Cheyne-stokes
Biot
Lainnya
………………………………………
Bronchial Trakeal
xxxiii
Keluhan lainnya : .......
……………………………………................................
Masalah Keperawatan
: ...............................................................................................
5. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
Nyeri dada Kram kaki
Pucat
Ada kelainan
………………………………………...................
Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………..............
Masalah
: .......................................................................................
..................
xxxiv
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E (4) :
V (5)
M (6) :
Soporus Coma
Sulit dinilai
Midriasis Meiosis
Kiri Posistif
Negatif
Pelo
xxxv
Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas,
elevasi alis, mata kontraksi pupil, reaksi
bersamaan
Uji Koordinasi :
Refleks :
xxxvi
Refleks Lainnya
: ........................................................................................................
Uji Sensasi
: ........................................................................................................
Keluhan Lain :
…………………………………………………………………….
…………………………………
………………………………….
…………………………………………………………………....
Masalah Keperawatan :
…………………………………..........................................................................
................................
Bau :
Poliuri Panas
Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
Bibir :
………………………………………………………………………………..
xxxvii
Gigi :
………………………………………………………………………………..
Gusi :
………………………………………………………………………………..
Lidah :
………………………………………………………………………..
Mukosa :
………………………………………………………………………………..
Tonsil :
………………………………………………………………………………..
Rectum :
Haemoroid :
Bising usus :
Benjolan, lokasi :
Keluhan Lainnya :
…………………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………
xxxviii
Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….
Kekakuan,Lokasi .........................................................
Flasiditas .....................................................................
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Kifosis Lordosis
Makanan
……………………………………………………
Kosametik
………………………………………………….
xxxix
Lainnya
……………………………………………………..
Masalah Keperawatan :
…………………………………………….
…………………………………………………………
xl
Gerakan bola mata Bergerak normal Diam
Bergerakspontan/nistagmus
Nyeri : ….
……………………………………………………………………...
Keluhan Lain :
…………………………………………………………………………
Masalah :
………………………………………………………………………….
b. Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran : Berkurang Berdengung
Tuli
c. Hidung/Penciuman :
Bentuk : Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Transluminasi
xli
Sekresi, warna …………………
Masalah Keperawatan :
Srotum : ……………………………….
Hernia : ……………………………….
Kelainan :
……………………………………………………………………..
.....................................................................................
.....................
Keluhan lain :
……………………………………………………………………..
.....................................................................................
.....................
xlii
b. Reproduksi Wanita
Perdarahan : …………………….....………………
Clitoris : ……………………………………….
Labia : ……………………………………….
Uretra : ………………………………………..
Lainnya
: .....................................................................................
.................
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………............
.
Masalah keperawatan :
………………………………........................................................................
................................
xliii
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
……………………
TB : 152 Cm
BB Sekarang : 66 Kg
BB Sebelum sakit : 66 Kg
Diet :
Diet Khusus :
Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………....................
xliv
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Keluhan/masalah
Masalah Keperawatan :
Di Rumah :tidur malam mulai pukul 22.00-04.00 WIB Di Rumah Sakit : tidur malam mulai pukul 21.00 02.00 WIB, tidur siang pukul
11.00-12.00 WIB sering terbangun
45
Masalah Keperawatan :
4. Kognitif :
Masalah Keperawatan :
5. Konsep Diri :
Gambaran Diri :
Ideal Diri :
Identitas Diri :
Harga Diri :
Peran :
Masalah Keperawatan :
6. Aktivitas Sehari-hari :
Di Rumah :mandiri Di Rumah Sakit :istirahat total, aktivitas dibantu perawat dan Keluarga
Masalah Keperawatan
46
7. Koping-Toleransi terhadap Stress
Saat ada masalah klien selalu membicarakan bersama dengan sang suami
Masalah Keperawatan:
8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien menganut kepercayaan agama kristen, sebelum sakit pasien rutin beribadah
Masalah Keperawatan:
E. SOSIAL – SPIRITUAL.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Pasien mengatakan berhubungan baik dengan teman/petugas
kesehatan/orang lain
47
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang : Berkumpul bersama keluarga/Bersama teman
Pemeriksaan Tanggal
Pemeriksaan Tanggal
48
Hasil Pemeriksaan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
49
Palangka Raya 27 Juli 2021
50
Cindra
ANALISIS DATA
51
nyeri saat berkemih
Data Obyektif:
detik
TTV:
N: 80 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 365ᵒC
S: skala nyeri 7
52
5-15 menit
53
54
55
PRIORITAS MASALAH
56
57
RENCANA KEPERAWATAN
138
tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
ruangan klien
10. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
tangan yang sesuai
11. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
perawatan klien
12. Pakai sarung tangan sebagai dianjurkan
oleh kebijakan pencegahan universal
13. Lakukan pengkajiaan nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik, inset/durasi
frekuensi kualiatas, intensitas atau abeftny
nyeri dan faktor pencetus
14. Pasti perawatan analgesik bagi klien
dilakukan dengan pemantauan yang ketat
15. Gali pengetahuan dan kepercayaan klien
mengenai nyeri
139
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
140
mengenai bagimana menghindari infeksi R: nyeri timbul di abdomen bawah sampai ke punggung
6. Membersihkan lingkungan dengan baik S: skala nyeri 6
09:35
setelah di gunakan untuk setiap klien T: nyeri hilang timbul, timbul selama 10-15 menit
7. Membatasi jumlah pengunjung A: masalah belum teratasi
09:45
8. Mengajarkan cuci tangan bagi tenaga P: intervensi dilanjutkan (1-3)
10:00
kesehatan
9. Menganjurkan klien mengenai teknik cuci
10:20
tangan dengan tepat
10. Menganjurkan pengunjung untuk mencuci
10:35
tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan klien
11. Menggunakan sabun antimikroba untuk cuci
10:45
tangan yang sesuai
12. Mencuci tanagan sebelum dan sesudah
11:00
kegiatan perawatan klien
13. Memakai sarung tangan sebagaimana di
11:15
anjurkan oleh kebijakan pencegahan
universal
14. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
141
11:30 yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi kualiatas, intensitas
atau aberatny nyeri dan faktor pencetus
15. Memastikan perawatan analgesik bagi klien
11:45 di lakukan dengan pemantauan yang ketat
16. Menggali pengetahuan dan kepercayaan klien
12:00 mengenai nyeri
142
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2005).
4.2 Saran
138
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sri. (2014). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Peningkatan Glasgow Coma
Scale (GCS).
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-sridewis10-597-1-
s10042s-i.pdf
ICME Stikes. 2017. Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus.
Jombang : Stikes Icme.