Anda di halaman 1dari 13

NASKAH PUBLIKASI

PEMODELAN BENCANA BANJIR


DI DUSUN NASIRI, KECAMATAN HUAMUAL,
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S2


pada Studi S2 Teknik Sipil (MTPBA)

Disusun oleh:
IMAM SYARIF HIDAYATULLOH
NIM. 13/358380/PTK/9369

FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
NASKAH PUBLIKASI

PEMODELAN BENCANA BANJIR


DI DUSUN NASIRI, KECAMATAN HUAMUAL,
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

Dipersiapkan dan disusun oleh:


IMAM SYARIF HIDAYATULLOH
NIM. 13/358380/PTK/9369

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama,

Ir. Adam Pamudji Rahardjo, M.Sc., Ph.D. Tanggal: Agustus 2017


NIP. 19620228 198710 1 001

Pembimbing Pendamping,

Prof. Dr. Ir. Bambang Agus Kironoto Tanggal: Agustus 2017


NIP. 19630813 198803 1 002
LEMBAR REVIEWER
NASKAH PUBLIKASI

PEMODELAN BENCANA BANJIR


DI DUSUN NASIRI, KECAMATAN HUAMUAL,
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

Magister Teknik Pengelolaan Bencana Alam (MTPBA)


Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik

Disusun oleh:
Imam Syarif H
Adam Pamudji Rahardjo
Bambang Agus Kironoto

Disetujui oleh,

Penguji/Reviewer (Dr. Ir. Istiarto, M.Eng.)

Pada tanggal: Agustus 2017


PEMODELAN BENCANA BANJIR
DI DUSUN NASIRI, KECAMATAN HUAMUAL,
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

Imam Syarif H1), Adam Pamudji Rahardjo2), Bambang Agus Kironoto2)


1)
Mahasiswa Program Studi S2 Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2 Yogyakarta 55281
2)
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2 Yogyakarta 55281

INTISARI
Dusun Nasiri berada dalam wilayah administratif Desa Luhu, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi
Maluku. Dusun Nasiri mengalami kejadian banjir besar pada tanggal 1 Agustus 2012 yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dusun Nasiri hanya berukuran 8 hektar, terletak di tepi pantai dengan diapit dua buah bukit setinggi 260 meter dan 370 meter.
DAS Nasiri hanya memiliki luas 10 km2 dan tidak memiliki pos hujan serta alat pencatat debit pada saat itu. Hal ini cukup
menyulitkan untuk mencari penyebab kejadian banjir tersebut. Sungai Nasiri hanya memiliki lebar 8 meter.
Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi aliran dasar, karakteristik tanah, mempelajari video kejadian banjir,
menelusuri alur sungai dan DAS Nasiri, mencari data hujan dari pos hujan terdekat, dan wawancara dengan penduduk.
Data dari lapangan dilengkapi dengan data satelit dan hasil penelitian yang berlokasi paling dekat dengan Dusun Nasiri.
Seluruh data diolah dengan bantuan aplikasi AutoCAD 2007, IFAS 2.0 .1.2, Geostudio 2004, ArcGIS 10.2, HEC-HMS
4.2.1, dan HEC-RAS 5.0.3. Peneliti menguji kondisi aliran sungai akibat hujan normal, hujan terkalibrasi, serta akibat
adanya bendungan alam dalam mode penelusuran 2 dimensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAS Nasiri mengalami banjir yang diakibatkan oleh dua buah bendungan alam yang runtuh
dalam dua waktu yang berbeda. Bendungan alam pertama setinggi 7,55 meter runtuh pada pukul 09:52 WIT dengan debit puncak
83,58 m3/detik sedangkan bendungan alam kedua setinggi 8,91 meter runtuh pada pukul 14:24 WIT dengan debit puncak 54,16
m3/detik.
Kata kunci: Dusun Nasiri, banjir, bendungan alam, penelusuran 2 dimensi, AutoCAD 2007, IFAS 2.0.1.2, Geostudio 2004,
ArcGIS 10.2, HEC-HMS 4.2.1, HEC-RAS 5.0.3.

1. PENDAHULUAN ukuran panjang barat-timur ±500 meter dan panjang


utara-selatan ±300 meter. Sebelah Utara berbatasan
1.1 Latar Belakang dengan Dusun Lirang, sebelah Barat berbatasan
dengan laut, sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun
Bencana banjir dan tanah longsor merupakan salah
Talaga Kambelu, dan sebelah Timur berbatasan
satu bencana yang sering terjadi di Indonesia.
dengan perbukitan.
Berdasarkan data dan informasi dari BNPB (2017),
tercatat sebanyak 1.481 kali bencana dari Januari
hingga Juli 2017. Bencana banjir dan tanah longsor
telah menyumbang 3,17% dari total kejadian bencana
dengan lokasi tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Menyebabkan 19 orang meninggal dunia dan hilang,
37 orang terluka, 163 rumah rusak berat, 4.438 rumah
rusak ringan, dan 105.768 orang menderita dan
mengungsi. Mengingat akan jumlah korban yang
signifikan, penelitian tentang bencana ini sangat
diperlukan sebagai salah satu upaya mitigasi.

1.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Dusun Nasiri, Desa Luhu,


Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat Gambar 1.1 Lokasi Penelitian.
(lihat Gambar 1.2). Lokasi tersebut berada di
semenanjung yang memiliki lebar daratan ± 5 km. 1.3 Tujuan Penelitian
Dusun ini terletak pada pesisir pantai. Dusun Nasiri
terletak di bagian utara Dusun Talaga Kambelu, Tujuan dari penelitian ini adalah membuat alur
dengan jarak ±2,5 km. Secara geografis, terletak pada kronologis peristiwa banjir 1 Agustus 2012 dan
3º20’25.80” - 3º20’37.18” LS dan 127º56’14.22” - membuat peta bahaya banjir di Dusun Nasiri yang
127º56’27.62” BT. Nasiri adalah dusun kecil dengan berdasarkan pada kejadian banjir 1 Agustus 2012.

1
1.4 Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini meliputi wilayah Dusun Nasiri,


Desa Luhu, Kecamatan Huamual, Kabupaten
Seram Bagian Barat.
2. Pemodelan mencakup sebagian dari aspek
geoteknik, hidrologi, dan hidraulika.
3. Pemodelan dilakukan dalam kondisi sungai
alami (natural) dan kondisi sungai yang
tertutup bendungan alam (landslide dam).
4. Pemodelan rekahan saat keruntuhan
bendungan alam mencakup perhitungan
secara empiris dari beberapa peneliti yang
tersedia dalam HEC-RAS 5.0.3. Gambar 2.1 Citra dari Google Earth 8 Oktober 2012.

1.5 Batasan Penelitian

1. Data tanah diuji di laboratorium dalam


kondisi terganggu (disturbed).
2. Tidak mempertimbangkan faktor aliran air
tanah (groundwater flow).
3. Tidak memperhitungkan faktor gempa bumi.
4. Nilai parameter tanah longsoran diperoleh
dari nilai parameter tanah di dekatnya.
5. Hanya menggunakan satu pola agihan hujan
(single hydrologic event).
6. Tidak memperhitungkan faktor hujan titik dan
hujan wilayah.
7. Nilai Ia (initial abstraction), CN (curve
number), dan n Manning dianggap tetap Dusun
Nasiri
selama simulasi.
8. Prediksi tutupan lahan hanya berdasarkan peta
tata guna lahan dari Bappeda.
9. Pola keruntuhan bendungan alam dianggap
Gambar 2.2 Citra dari ArcGIS Online Imagery.
secara linier.
10. Tidak menghitung transpor sedimen dan dasar Gambar 2.1 adalah bukti adanya longsoran di tebing
sungai dianggap tetap. sungai. Sedangkan Gambar 2.2 adalah 3 (tiga) lokasi
11. Tidak menghitung kecepatan longsoran yang diduga terjadi longsor.
hingga menjadi bendungan alam.
12. Sumber dari volume air dianggap berasal dari 2.2 Dokumentasi dari Penduduk Nasiri
satu titik di sungai dan tidak tersebar merata
dalam satu DAS.
13. Sel yang disimulasikan berbentuk seragam
(structured grid).
14. Jumlah iterasi maksimum untuk menentukan
kedalaman aliran adalah 20 kali.
15. Aliran dianggap tidak termampatkan.
16. Tidak mempertimbangkan faktor pasang-
surut air laut.
17. Perhitungan pemetaan didasarkan pada
interval waktu hidrograf tiap 1 menit.
2. STUDI PUSTAKA
Gambar 2.3 Rekaman Video Saat Banjir.
2.1 Citra Satelit

2
Dari Gambar 2.3 nampak bahwa aliran banjir sangat Peng dkk (2010) melakukan analisis keruntuhan
deras (±5,4 m/detik), keruh, menghanyutkan pohon, dengan menggunakan rumus empiris yang
dan telah menghancurkan banyak rumah. dikembangkan dari 51 data keruntuhan bendungan
alam. Routing aliran banjir menggunakan software
2.3 Data Hujan HEC-RAS 4.0.0. Sebanyak 5.303 penampang
Tabel 2.1 Data hujan TRMM 3B42RT versi 7. melintang dibuat untuk ruas sungai sepanjang 86 km
di hilir Tangjiashan dengan nilai kemiringan 0,0026.
Tanggal Jam Akumulasi Hujan Skenario keruntuhan didasarkan pada beberapa
(UTC) Tiap 3 Jam (mm) tingkat erosivitas material longsoran. Nilai n Manning
31 Juli 2012 06:00 0 ditetapkan berdasarkan acuan dari Chow (1959). Dari
09:00 1,1981 rumus yang dikembangkannya, bendungan alam
12:00 22,3486 dengan erosivitas sedang mengkibatkan debit puncak
15:00 6,2207 60% lebih tinggi daripada kenyataan di lapangan.
18:00 36,0803
Pada tanggal 4 Januari 2010, Desa Attabad di tepi
21:00 27,6938 Sungai Hunza-Pakistan Utara mengalami longsoran
1 Agustus 2012 00:00 46,129 batuan dengan volume 23 juta meter kubik.
03:00 23,3217 Mengakibatkan tampungan alam hingga mencapai
06:00 8,4027 volume 132 juta meter kubik (Khattak, 2010). Butt
09:00 39,5555 (2012) membuat penampang melintang tiap 500 meter
sejauh 20 km untuk membuat simulasi keruntuhan
12:00 11,9753
dalam HEC-RAS. Elevasi penampang diperoleh dari
15:00 1,772 interpretasi DEM ASTER. Rumus empiris debit
18:00 10,3747 puncak akibat keruntuhan diperoleh dari Cenderelli
21:00 0 (2000). Studi ini menyatakan bahwa HEC-RAS cukup
. baik untuk simulasi pada hilir Sungai Hunza dengan
2.4 Studi yang Sejenis kemiringan dasar sungai 0,00776.

Akhyar Mushthofa (2015) melakukan penelitian di 3. LANDASAN TEORI


DAS Nasiri dengan menggunakan aplikasi SIMLAR 3.1 Aspek Hidrologi
1.0. Penelitian dilakukan dengan membuat variasi dari
nilai n Manning pada kala ulang hujan 25, 50, dan 100 Terdapat beberapa data hujan satelit yang dapat
tahun. Ruas sungai yang ditinjau adalah dari muara diunduh dari internet, antara lain TRMM, GSMaP,
hingga jarak ±1.107 meter ke arah hulu. Hasil simulasi PERSIANN, CMORPH, dan QMORPH. Namun
dari penelitian ini menghasilkan kecepatan aliran hanya empat satelit yang menyediakan data tahun
sebesar 0,615 m/detik dan n Manning mendekati 0,05. 2012 di Indonesia, yaitu TRMM, GSMaP, CMORPH,
Debit puncak akibat hujan 225,2 mm perhari adalah dan PERSIANN. TRMM dan PERSIANN memiliki
112 m3/detik. korelasi lebih baik dengan radar hujan dibandingkan
dengan CMORPH (Liu dkk dalam Ortega, 2014).
Tang (2012) melakukan pemodelan hidraulika Sedangkan di Indonesia, TRMM lebih akurat
keruntuhan berdasarkan skenario kala ulang hujan dan dibandingkan PERSIANN dan CMORPH
keruntuhan nyata. Pemodelan dilakukan secara 1D (Vernimmen dkk, 2012), demikian pula untuk wilayah
dan 2D dengan bantuan aplikasi BREACH dan DAS ACF di Florida (Prakash dan Curtis, 2012).
SOBEK. BREACH digunakan untuk memodelkan TRMM memiliki korelasi rendah dengan hujan harian
ukuran dan bentuk rekahan serta debit yang mengalir dari pos hujan, namun memiliki korelasi yang tinggi
dari rekahan tersebut. Sedangkan SOBEK adalah untuk data bulanan dan tahunan (Asy-Syakur dkk,
aplikasi untuk melakukan routing sungai di hilir 2011). Data 3 jam dari satelit TRMM memiliki
bendungan alam secara 1D dan 2D. Pemodelan korelasi 0,38 dengan pos hujan daerah Soreang
dikembangkan berdasarkan persamaan momentum (Pratikto, 2012). Di daerah Maluku, korelasi data
dan kontinuitas. Simulasi memberikan hasil yang bulanan adalah 0,78 dan terlihat underestimate jika
baik. Debit yang dihasilkan hanya memberikan dibandingkan dengan data pos hujan (Mamenun dkk,
kesalahan kurang dari 1% jika dibandingkan dengan 2014). Seluruh penelitian di atas membandingkan
pengukuran langsung di lapangan. angka/volume hujan TRMM dengan pos hujan/radar.

3
Hidrograf satuan untuk suatu daerah tangkapan air Metode analisis yang umum digunakan di Indonesia
didefinisikan sebagai hidrograf debit yang berasal dari adalah metode kesetimbangan batas, salah satu
satu satuan hujan mangkus yang terdistribusi merata cabangnya adalah metode Morgenstern-Price (1965).
dengan tingkat yang seragam pada durasi waktu Metode ini mempertimbangkan kesetimbangan gaya
tertentu (WMO, 2009). Jika tidak terdapat data dan momen pada satu blok dan antarblok material.
hidrograf debit, maka dibentuk hidrograf satuan Nilai yang dijadikan acuan kestabilan lereng adalah
sintetis (HSS). Terdapat beberapa HSS yang umum Fs. Nilai Fs (factor of safety) disebut aman jika
dipakai di Indonesia, yaitu Gama I, Snyder, Nakayasu, memiliki nilai ≥ 1. Untuk mempermudah perhitungan,
dimensionless SCS, dan Clark. penelitian ini memanfaatkan kemudahan dari aplikasi
GEOSTUDIO 2004.
Nilai CN adalah hasil pengembangan dari penelitian
yang menggunakan infiltrometer antara tahun 1930 3.3 Aspek Hidraulika
hingga 1940 di USA yang didanai oleh SCS
HEC-RAS 5.0.3 memiliki kemampuan untuk
(Woodward dkk, 2002). Pada tahun 1955, GW
melakukan simulasi 2 dimensi dalam arah x dan y
Musgrave mengusulkan klasifikasi nilai CN sebagai
dengan metode diffusion wave dan full Saint Venant
pendekatan praktis bagi hidrologis pemula dalam
(Brunner, 2014). Persamaan dasarnya adalah seperti
melakukan analisis DAS. Tipe A adalah DAS
berikut ini (Altinakar, 2008).
berpasir, sedangkan tipe D adalah DAS dengan tanah
liat. Nilai CN yang digunakan dalam penelitian ini Persamaan difusi.
ditampilkan dalam Tabel 3.2 (menurut Cronshey,
𝜕ℎ
1986). Nearing dkk (1996) memasukkan ke dalam CN 𝑔𝐴 ( ) = 𝑔𝐴(𝑆𝑏 − 𝑆𝑓 ) (3.5)
𝜕𝑥
(B) untuk tanah dengan kadar pasir ±70%.
Persamaan full Saint Venant.
3.2 Aspek Geoteknik
𝛽𝑄2
Penelitian ini hanya akan menggunakan model 𝑑𝑄 𝜕( ) 𝜕ℎ
𝐴
+ + 𝑔𝐴 (𝜕𝑥 ) = 𝑔𝐴(𝑆𝑏 − 𝑆𝑓 ) (3.6)
Takahashi (2007) yang telah dipublikasikan tahun 𝑑𝑡 𝜕𝑥
1988 lewat jurnal bahasa Jepang. Persamaan yang
dikembangkan adalah seperti berikut ini. Brunner (2016) menjabarkannya dalam 2 dimensi.

𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝐻 𝜕2 𝑢 𝜕2 𝑢
+ u 𝜕𝑥 + v 𝜕𝑦 = −𝑔 𝜕𝑥 + 𝑣𝑡 (𝜕𝑥 2 + 𝜕𝑦 2 ) −
𝜕𝑡

𝑐𝑓 𝑢 + 𝑓𝑣 (3.7)

𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝐻 𝜕2 𝑣 𝜕2 𝑣
+ u 𝜕𝑥 + v 𝜕𝑦 = −𝑔 𝜕𝑦 + 𝑣𝑡 (𝜕𝑥 2 + 𝜕𝑦 2 ) −
𝜕𝑡

𝑐𝑓 𝑣 + 𝑓𝑢 (3.8)

Hanya 5 (lima) rumus empiris saja yang dipakai dalam


penelitian ini sesuai dengan fasilitas yang terdapat
dalam HEC-RAS 5.0.3.

3.4 Uji Kesesuaian Model


Gambar 3.1 Transformasi Bentuk Bendungan Alam.
Nash dan Sutcliffe (1970) mengembangkan suatu
𝑊 𝑉 cos 𝜃 persamaan yang dapat digunakan sebagai penguji
𝐿𝐵 = + 𝐾 (3.1) kesesuaian model debit aliran sungai. Pada tahun-
cos 𝜃 2𝐵𝑊
tahun selanjutnya, para ahli juga menggunakannya
𝑊 𝑉 cos 𝜃 pada kasus kelembaban tanah, transpor sedimen, dan
𝐿𝑇 = cos 𝜃 − 𝐾 (3.2)
2𝐵𝑊 pemodelan parameter DAS (McCuen dkk, 2006).
Persamaan dari Nash dan Sutcliffe dikenal dengan
cos 𝜃 sin⁡(90°+𝜑)
𝐾 = tan⁡(𝜑+𝜃) + sin 𝜃 + (3.3) sebutan Indeks Efisiensi NS (Jain dan Sudheer, 2008).
sin⁡(𝜑−𝜃)
∑𝑛 ̂ 𝑖 −𝑦𝑖 )2
𝑖=1(𝑦
2𝑉 Indeks NS = 𝜂 = 1 − (3.9)
𝐷𝑚𝑎𝑥 = 𝐵(𝐿 (3.4) ∑𝑛 ̅ 𝑖 )2
𝑖=1(𝑦𝑖 −𝑦
𝐵 +𝐿𝑇 )
4
4. METODE PENELITIAN
4.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar 4.1 Diagram alir penelitian di Dusun Nasiri.

4.2 Nilai n Manning


Gambar 4.2 Prediksi Lokasi Longsoran.
Nilai n Manning yang disimulasikan pada
permukiman penduduk tersaji dalam sampel 2. 4.4 Posisi Titik Kalibrasi Banjir
Tabel 4.1 Prediksi nilai n Manning
Metode Sampel 1 Sampel 2
Strickler (1923) 0,046 0,046
MPM (1948) 0,054 0,057
0,074; 0,073;
Julien (2002)
0,058; 0,054 0,062; 0,056

4.3 Prediksi Dimensi Bendungan Alam


Prediksi awal dari dimensi bendungan alam tersaji
dalam Tabel 4.2. Nilai tersebut akan diuji dalam
simulasi HEC-RAS.

Tabel 4.2 Prediksi Dimensi Bendungan Alam

Parameter Ukuran Gambar 4.3 Empat Titik Lokasi Kalibrasi Banjir.


Atas (3) Tengah Bawah
(2) (1) Keempat titik kalibrasi tersebut memiliki nilai seperti
LT (m) 24,60 0,02 27,26 yang tertera dalam Tabel 4.3.
LB (m) 75,53 26,70 49,75
Dmaks (m) 16,98 8,96 7,55 Tabel 4.3 Kedalaman Banjir Pada Titik Kalibrasi
 0,53 0,69 0,86 No Lokasi Kedalaman Banjir
u () -0,10 -0,09 -0,56 1 Sekolah Dasar 1,0 meter
d () 0,95 1,27 1,15 2 Rumah 1 0,8 meter
Elevasi dasar +101,87 +78,53 +53,23 3 Rumah 2 0,7 meter
4 Masjid 0,5 meter
sungai (m)
Seluruh simulasi HEC-RAS dilakukan di atas 36.800
Sedangkan presiksi lokasi longsoran yang membentuk
sel berukuran 3x3 meter dan jeda perhitungan 0,3
bendungan alam tersaji dalam Gambar 4.2.
detik.
5
5. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 5.2 Debit Puncak dengan Kalibrasi Hujan.

5.1 Rekaman Hujan Tertinggi No HSS Debit (m3/dt)


(16 hari) CN (B) 59,457
Menurut data pos hujan di Pattimura, hujan tertinggi
tercatat adalah 263 mm pada tanggal 28 Juni 2007. Debit Jam (WIT)
Curah hujan tertinggi di pos hujan Lohiatala adalah 1 Gama I 36,587 09:24
372 mm pada tanggal 2 Januari 2009. Urutan hujan 2 Nakayasu 40,206 09:00
tertinggi yang pernah terjadi di Dusun Nasiri
berdasarkan data TRMM tahun 1998-2014 adalah 3 SCS 42,032 09:20
seperti tabel berikut ini. 4 Snyder 43,192 09:04
5 Clark 43,273 09:06
Tabel 5.1 Rekaman Hujan Tertinggi di Dusun Nasiri.

No Tanggal (UTC) Intensitas Hujan (mm) Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa debit puncak tanpa
1 2010:08:04 226,1490 kalibrasi hujan hanya mencapai 26,733 m3/detik.
2 2010:06:16 183,1170 Sedangkan debit puncak dengan kalibrasi hujan dan
3 2011:06:05 174,8410 rentang hujan selama 16 hari pada Tabel 5.2 adalah
4 2012:08:01 141,5310 sebesar 43,273 m3/detik.
5 2012:06:08 137,8500
6 2008:08:04 137,4230 5.3 Rating Curve
7 2011:05:19 127,1720 Dari beberapa nilai n Manning yang tertera di Subbab
8 2004:02:18 119,7370 4.1, dapat dihitung nilai yang paling ideal untuk
9 1999:07:03 113,5920 permukiman dan alur sungainya dengan melakukan
10 2012:07:31 113,3560 rating curve.
Curah hujan yang terjadi pada tanggal 1 Agustus 2012 Tabel 5.3 Indeks Nash-Sutcliffe untuk Permukiman.
berada di posisi keempat. Sedangkan pada tanggal 4 n Manning 0,046 0,056 0,057 0,062 0,073
Agustus 2010, tidak terjadi banjir di Dusun Nasiri.
Indeks 𝜼 0,454 0,977 0,995 0,943 0,638
Pada tanggal 8 Juni 2012 juga belum terjadi banjir. Hal
ini menunjukkan curah hujan bukanlah faktor utama
sebagai penyebab kejadian banjir tanggal 1 Agustus Kecepatan aliran banjir
9.0
2012.
Kecepatan aliran (m/detik)

8.0 8.008
5.2 Debit Puncak dari Simulasi HEC-HMS 7.0
6.0 6.175
Hyetograf dan Hidrograf Tanpa Bendungan Alam 5.383
5.041
(31 Juli 2012 17:00 hingga 2 Agustus 2012 11:00) 5.0 4.999
40 0 4.362
R² = 0.9984
4.0
35 5
10 3.0
30
INTENSITAS HUJAN (MM)

0.010 0.013 0.015 0.018 0.020 0.023 0.025


15 n Manning (dt/m1/3)
DEBIT (M3/DETIK)

25 20
Gambar 5.2 Rating Curve Kecepatan Aliran.
20 25
30
15 Dari Tabel 5.3 diperoleh nilai n = 0,057 (MPM, 1948)
35 adalah yang terbaik dan debit maksimum pada pukul
10
40 10:00 WIT adalah 83,58 m3/detik. Sedangkan untuk
5 45 alur sungai yang sesuai dengan informasi di Subbab
0 50 2.2 adalah 0,018.
2:00
5:00
8:00

2:00
5:00
8:00
17:00
20:00
23:00

11:00
14:00
17:00
20:00
23:00

11:00

WAKTU
5.4 Kesesuaian Volume Limpasan
Hujan (mm) Gama I Nakayasu Dari 19 Juli 2012 hingga 4 Agustus 2012 diperoleh
SCS Snyder Clark volume 4.538.304 m3. Sedangkan untuk tanggal 30
Juli 2012 – 4 Agustus 2012 diperoleh volume
Gambar 5.1 Hyetograf dan Hidrograf Banjir Tanpa Bendungan
3.157.704 m3.
Alam

6
Tabel 5.4 Perbandingan Volume Limpasan (x1000 m3). Tabel 5.7 Indeks η untuk Longsoran Pertama.
CN Ia = 0,05 Ia = 0,10 Ia = 0,15
Rumus McDonald Froehlich Froehlich Von Xu &
standar kalibrasi standar kalibrasi standar kalibrasi
1984 1995 2008 Thun Zhang
45 3203,8 3626,9 3076,1 3494,9 2950,0 3364,1 1990 2009
50 3421,8 3866,2 3311,5 3752,9 3202,1 3640,3 Indeks 0,531 0,631 0,670 0,714 0,587
55 3629,7 4091,9 3535,5 3995,6 3441,7 3899,7 η
60 3828,0 4304,9 3748,6 4224,1 3669,3 4143,5
65 4017,5 4506,3 3951,5 4439,5 3885,6 4372,8 5.6 Waktu Longsor Kedua
70 4198,6 4697,1 4144,9 4642,9 4091,3 4588,8
Analog dengan cara longsoran pertama, maka dihitung
Dari Tabel 5.4 dapat dilakukan interpolasi nilai ideal pula untuk banjir pukul 14:38. Longsoran tengah
Ia-CN bagi DAS Nasiri. setinggi 8,96 meter pada elevasi +78,53 disimulasikan
dalam HEC-RAS. Dari simulasi HEC-HMS tanpa
Tabel 5.5 Nilai Ia-CN yang Ideal untuk DAS Nasiri. bendungan alam, sungai Nasiri hanya mengalirkan
Ia 0,05 0,10 0,15 debit 16 – 20 m3/detik pada pukul 14:00 – 15:00.
CN 65,838 67,428 68,831 Berbeda dengan longsoran bawah yang terlihat cukup
jelas dari citra Google Earth, longsoran tengah tidak
terlihat dengan jelas dari citra satelit. Sehingga
5.5 Waktu Longsor Pertama
dibutuhkan beberapa kali percobaan dimensi
longsoran tengah. Percobaan dimensi longsoran
tengah harus mengacu pada potensi luasan longsoran
yang terlihat dari citra ArcGIS online imagery.

Gambar 5.3 Kedalaman Banjir saat Longsor Pertama.

Tabel 5.6 Kedalaman Banjir dari 5 Rumus Keruntuhan.


Rumus Waktu SD Rumah Rumah Masjid Kec.
1 2 (m/dt) Gambar 5.4 Kedalaman Aliran dari Longsor Kedua.
McDonald 9:33 0,870 0,848 0,583 0,332 3,075
Froehlich 9:37 0,930 0,903 0,603 0,349 3,214 Dari kelima metode keruntuhan, nampak bahwa
1995 MacDonald dan Langridge-Monopolis (1984) serta
Froehlich 9:37 0,965 0,899 0,598 0,353 3,273 Froehlich (1995) berpotensi menjadi metode
2008 keruntuhan terbaik (lihat Gambar 5.4). Namun karena
Von Thun 9:40 1,001 0,925 0,649 0,362 3,269 metode kesetimbangan volume dari Takahashi (2007)
Xu & 9:37 0,921 0,895 0,575 0,349 3,175 tidak memungkinkan untuk mendapatkan bendungan
Zhang alam lebih tinggi dari 8,96 meter, maka yang menjadi
keruntuhan terbaik adalah metode MacDonald dan
Dari Tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa terjadi Langridge-Monopolis (1984).
longsoran di alur sungai pada elevasi +53,23 setinggi
7,55 meter pada pukul 09:40 dan mulai runtuh pada Dari tabel di bawah dapat disimpulkan bahwa terjadi
pukul 09:52. Rumus keruntuhan yang paling sesuai longsoran di alur sungai pada elevasi +78,53 setinggi
adalah Von Thun dan Gillette (1990). 8,91 meter pada pukul 14:19 dan mulai runtuh pada
pukul 14:24.

7
Tabel 5.8 Lima Skenario Dimensi Bendungan Alam.
Parameter 1 2 3 4 5
LT (m) 0,02 0,09 0,23 0,36 0,50
LB (m) 26,70 26,61 26,48 26,34 26,20
Dmaks (m) 8,96 8,91 8,82 8,73 8,64
 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69
u () -0,09 -0,09 -0,09 -0,10 -0,10
d () 1,27 1,27 1,27 1,27 1,27
Elev. (m) +78,53 +78,53 +78,53 +78,53 +78,53

Tabel 5.9 Hasil Simulasi Kedalaman Aliran (meter).


Waktu SD Rumah Rumah Masjid Kec.
1 2 (m/dt)
14:18 0,768 0,790 0,516 0,313 2,509
14:19 0,753 0,748 0,475 0,302 3,048
14:19 0,741 0,746 0,463 0,296 3,025
14:19 0,741 0,744 0,463 0,296 3,025
14:19 0,728 0,737 0,454 0,292 3,006

Tabel 5.10 Indeks η untuk Longsor Kedua. Gambar 5.6 Peta Indeks Kerawanan Banjir.
Tinggi (meter) 8,96 8,91 8,82 8,73 8,64
Indeks η 0,970 0,999 0,998 0,998 0,993

5.7 Peta Banjir


Peta banjir yang dapat dibentuk dari simulasi HEC-
RAS adalah seperti gambar di bawah ini. Hanya 46
rumah yang benar-benar terhindar dari banjir. Hanya
47% luas permukiman Dusun Nasiri yang terbebas
dari banjir. Berdasarkan kategori FEMA, seluruh alur
sungai memiliki indeks keparahan ekstrim dan ±5
meter dari alur sungai memiliki indeks keparahan
sangat tinggi. Sedangkan menurut klasifikasi BNPB,
Dusun Nasiri secara umum memiliki indeks ancaman
dan kerawan yang rendah, kecuali pada alur sungai.

Gambar 5.7 Peta Indeks Keparahan Banjir.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
1. SRTM 1 arc-second di DAS Nasiri lebih baik
daripada ASTER dan RBI.
2. Data hujan TRMM 3B42RT versi 7 yang telah
dikalibrasi terbukti cukup akurat digunakan di
DAS Nasiri.
3. HSS Gama I, SCS, Nakayasu, Snyder, dan Clark
dapat digunakan di DAS Nasiri dengan
kecenderungan HSS Gama I sedikit lebih baik.
Hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Gambar 5.5 Peta Indeks Ancaman Banjir.
4. Nilai Ia-CN terbaik untuk DAS Nasiri adalah :

8
Ia 0,05 0,10 0,15  debit terukur di muara DAS Nasiri;
CN 65,838 67,428 68,831  data tambahan dari penyelidikan geoteknik di
lokasi longsoran;
5. Nilai n Manning yang optimal untuk dataran  rembesan pada material longsoran;
banjir adalah 0,057, sedangkan untuk alur sungai  keruntuhan bertahap pada satu blok longsoran;
adalah 0,018. dan
 erosi dan sedimentasi pada alur sungai.
6. Alur kronologis kejadian banjir di DAS Nasiri
pada tanggal 31 Juli – 1 Agustus 2012 adalah 4. Pemerintah Provinsi Maluku, Pemerintah
seperti berikut ini. Kabupaten Seram Bagian Barat, BPBD Provinsi
31 Juli 2012 Maluku, dan BPBD Kab. SBB perlu
17:00 Mulai terjadi hujan di sore hari. mengantisipasi bahaya sejenis pada waktu yang
1 Agustus 2012 akan datang di kawasan Huamual.
09:40 Terbentuk bendungan alam pertama pada
elevasi +53,23 setinggi 7,55 meter. DAFTAR PUSTAKA
09:52 Bendungan alam pertama mengalami
keruntuhan. Altinakar, Mustafa Siddik. 2008. Modeling Tools for
10:00 Banjir pertama masuk ke permukiman Dam Break Analysis (draft). Mississippi: Association
penduduk dan menghancurkan 61 rumah. of State Flood Plain Managers.
Debit puncak 83,58 m3/detik. As-Syakur, Abd Rahman; Tanaka, T; Prasetia, R;
14:19 Terbentuk bendungan alam kedua pada Swardika IK; dan Kasa, IW. 2011. Comparison of
elevasi +78,53 setinggi 8,91 meter. TRMM Multisatellite Precipitation Analysis (TMPA)
14:24 Bendungan alam kedua mengalami Products and Daily-Monthly Gauge Data Over Bali.
keruntuhan. International Journal of Remote Sensing, 32: 8969-
14:38 Banjir kedua masuk ke permukiman 8982.
penduduk. Debit puncak 54,16 m3/detik.
21:00 Hujan berhenti dan air mulai surut. BNPB. 2017. (online). (http://dibi.bnpb.go.id diakses
8 Agustus 2017).
7. Dari peta banjir, hanya 46 rumah yang terbebas Brunner, Gary W. 2014. Combined 1D and 2D
dari banjir atau sekitar 47% dari luas permukiman. Modeling with HEC‐RAS. Davis: US Army Corps of
Indeks ancaman dan kerawanan secara umum Engineers Hydrologic Engineering Center.
adalah rendah, kecuali pada alur sungai. Indeks
keparahan ekstrim terjadi di alur sungai dan sangat Brunner, Gary W. 2016. HEC-RAS River Analysis
tinggi pada jarak ±5 meter dari alur sungai. System, 2D Modeling User's Manual. Davis: US Army
Corps of Engineers Hydrologic Engineering Center.
6.2 Saran
Butt, Mohsin Jamil; Umar, Muhammad; dan Qamar,
1. Banjir di DAS Nasiri cukup sulit diprediksi dengan Raheel. 2012. Landslide dam and subsequent dam-
ketepatan yang tinggi. Dengan nilai η yang hanya break flood estimation using HEC-RAS model in
mencapai 0,714, DAS Nasiri membutuhkan data Northern Pakistan. Nat Hazards (2013) 65:241–254.
hujan, debit, dan elevasi dataran yang lebih akurat
Cenderelli, Daniel A. 2000. Floods from natural and
dan presisi.
artificial dam failures. Dalam Wohl, Ellen E. Inland
2. Perlu adanya perbandingan antara hasil HEC-RAS Flood Hazards Human, Riparian, and Aquatic
5.0.3 dengan aplikasi berbayar seperti Aquaveo Communities. Cambridge: Cambridge University
SMS, Riverflow2D, TUFLOW, Delft3D, dan DHI- Press.
MIKE.
Chow, Ven Te. 1959. Open Channel Hydraulics. New
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang melebihi York: McGraw-Hill Book Company.
batasan ruang lingkup dari penelitian ini dengan
Cronshey, Roger. 1986. Urban Hydrology for Small
mempertimbangkan faktor-faktor:
Watersheds, TR-55. USDA-NRCS.
 curah hujan hasil pengamatan pos hujan di
DAS Nasiri dibandingkan dengan skala Froehlich, David C. 1995. Embankment Dam Breach
temporal dan spasial secara terdistribusi dari Parameters Revisited. ASCE: Water Resources
TRMM; Engineering Proceedings.

9
Froehlich, David C. 2008. Embankment Dam Breach Resources Congress 2012: Crossing Boundaries ©
Parameters and Their Uncertainties. J. Hydraul. Eng. ASCE 2012.
2008.134:1708-1721.
Pratikto, Abiseno. 2012. Identifikasi Kejadian Hujan
Jain, Sharad K dan Sudheer, KP. 2008. Fitting of Ekstrem Berdasarkan Data TRMM Secara Temporal
Hydrologic Models: A Close Look at the Nash– (Studi Kasus: Soreang). Program Studi Meteorologi
Sutcliffe Index. J. Hydrol. Eng. 2008.13:981-986. Institut Teknologi Bandung.
Julien, Pierre Y. 2002. River Mechanics. Cambridge Strickler. 1923. Contributions to the Question of a
University Press. Velocity Formula and Roughness Data for Streams,
Channels and Closed Pipelines (diterjemahkan oleh
Khattak, Ghazanfar A; Khan, M. Asif; Haneef, M;
Thomas Roesgen and William R. Brownlie).
Giriraj, Amarnath; dan Bajracharya, Samjwal. 2010.
Pasadena: California Institute of Technology.
The Attabad Debris Dam, Upper Hunza Valley, North
Pakistan : A Potential Hazard. Prosiding ICIMOD Takahashi, Tamotsu. 2007. Debris Flow: Mechanics,
Symposium 2010. Prediction, and Counter measures. Leiden: CRC
Press/Balkema.
Mamenun; Pawitan, Hidayat; dan Sophaheluwakan,
Ardhasena. 2014. Validasi dan Koreksi Data Satelit Tang, Chenxiao. 2012. 2-D Flash Flood Simulation of
TRMM Pada Tiga Pola Hujan di Indonesia. the Tangjiashan Landslide Dam Induced by the 2008
Puslitbang BMKG: Jurnal Meteorologi dan Geofisika Wenchuan Earthquake. Thesis. Enschede: University
Vol 15, No 1. of Twente.
Meyer-Peter, E dan Müller, R. 1948. Formulas for Vernimmen, RRE; Hooijer, A; Mamenun; Aldrian, E;
bed-load transport. Prosiding 2nd Meeting IAHR. dan Van Dijk, AIJM. 2012. Evaluation and Bias
Stockholm. Correction of Sattellite Rainfall Data for Drought
Monitoring in Indonesia. Hydrology and Earth System
McCuen, Richard H; Knight, Zachary; dan Cutter, A
Science, 16, 133-146.
Gillian. 2006. Evaluation of the Nash–Sutcliffe
Efficiency Index. J. Hydrol. Eng. 2006.11:597-602. WMO. 2009. Guide to Hydrological Practices
Volume II Management of Water Resources and
McDonald, Thomas C dan Langridge-Monopolis,
Application of Hydrological Practices. Geneva:
Jennifer. 1984. Breaching Characteristics of Dam
WMO.
Failures. J. Hydraul. Eng. 1984.110:567-586.
Woodward, Donald E; Hawkins, Richard H; Hjelmfelt
Mushthofa, Akhyar. 2015. Simulasi Banjir Bandang
Jr, Allen T; Van Mullem, J A; dan Quan, Quan D.
untuk Sistem Peringatan Dini dan Peta Bahaya (Studi
2002. Curve Number Method: Origins, Applications,
Kasus Bencana Banjir Bandang di Dusun Nasiri,
and Limitations. USDA-NRCS.
Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian
Barat Tahun 2012. Tesis. Yogyakarta: Program Xu, Y dan Zhang, LM. 2009. Breaching Parameters
Pascasarjana Fakultas Teknik UGM. for Earth and Rockfill Dams. J. Geotech. Geoenviron.
Eng. 2009.135:1957-1970.
Nash, JE dan Sutcliffe, JV. 1970. River flow
forecasting through conceptual models. Part 1:
Discussion of Principles. Journal of Hydrology 10
(1970) 282-290 Amsterdam: North-Holland
Publishing Co.
Nearing, MA; Liu, BY; Risse, LM; dan Zhang, X.
1996. Curve numbers and Green-Ampt effective
hydraulic conductivities. Water Resources Bulletin
Vol. 32 No. 1, February 1996.
Peng, Ming; Zhang, Limin; dan Huang, Runqiu. 2010.
Risk analysis of Tangjiashan landslide dam.
GeoFlorida 2010: Advances in Analysis, Modeling &
Design.
Prakash, Om dan Curtis, David C. 2012. Comparisons
of Satellite Derived Precipitation Estimation.
Prosiding dalam World Environmental and Water
10

Anda mungkin juga menyukai