Anda di halaman 1dari 9

Analisis Kesiapan Implementasi Rekam Medis Elektronik dengan Pendekatan

DOQ-IT (Doctor’s Office Quality-Information Technology)

Eka Wilda Faida1, Amir Ali2


Stikes Yayasan Rumah Sakit Dr. Soetomo
1,2

Jl. Prof. Dr.Moestopo 8 A Surabaya


E-mail: 1 ekawildafaida@gmail.com, 2 amir.consulting@gmail.com

Abstract
The Surabaya Hajj Hospital in providing services related to medical records still does not meet the specified
performance standards, where the standard time for providing outpatient medical record documents which
should be ≤ 20 minutes still reaches the 23.58% standard, the standard time for providing medical record
documents for inpatient services ≤ 15 minutes should still reach the standard of 49.32%, and the service time
for a medical certificate which should have been ≤ 2 days still reaches the standard of 95.14%. Completeness
of inpatient medical documents still reached 81.20% and Returns of inpatient medical documents 2x24 still
reached 80.9%. This is an indicator of poor service, through RME (Electronic Medical Records) it is expected
to minimize delays in sending patient data. So that the problem does not become protracted, it is necessary
to analyze the readiness of implementing RME in hospitals. The purpose of this study was to analyze the
readiness of implementing RME with the DOQIT approach at the Surabaya Haj Hospital. This research uses
descriptive quantitative research with cross sectional approach. Results of the research that has been done, it
can be obtained information that in the aspects of human resources, organizational work culture, leadership
governance, and infrastructure as a whole are in a very ready category.
Keywords: Readiness, Electronic Medical Record, DOQIT

Abstrak
Rumah Sakit Haji Surabaya dalam memberikan pelayanan terkait rekam medis masih belum memenuhi
standar capaian yang ditentukan, dimana standar waktu penyediaan dokumen rekam medik rawat jalan yang
seharusnya ≤ 20 menit masih mencapai standar 23,58 %, standar waktu penyediaan dokumen rekam medik
pelayanan rawat inap yang seharusnya ≤ 15 menit masih mencapai standar 49,32%, waktu pelayanan surat
keterangan medis yang seharusnya ≤ 2 hari masih mencapai standar 95,14%, Kelengkapan dokumen medis
rawat inap masih mencapai 81,20% dan Pengembalian dokumen medis rawat inap 2x24 masih mencapai
80,9%. Hal ini merupakan indikator pelayanan yang kurang baik, melalui RME (Rekam Medis Elektronik)
diharapkan dapat meminimalisir keterlambatan pengiriman data pasien. Agar masalah tidak menjadi berlarut
maka perlu analisis kesiapan implementasi RME di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
kesiapan implementasi RME dengan pendekatan DOQIT (Doctor’s Office Quality-Information Technology)
di RS Haji Surabaya. Penelitian ini dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
informasi bahwa pada aspek sumber daya manusia, budaya kerja organisasi, tata kelola kepemimpinan, dan
infrastruktur secara keseluruhan memiliki kategori sangat siap.
Kata kunci: Kesiapan, Rekam Medis Elektronik, DOQIT

PENDAHULUAN kompleksnya tantangan untuk implementasi RME,


maka perlu dilakukan penilaian kesiapan sebelum
Teknologi informasi dan komunikasi telah
implementasi RME. Ini merupakan langkah yang
berkembang begitu pesat di berbagai sektor,
paling penting untuk dilakukan lebih dahulu
termasuk di sektor kesehatan salah satunya adalah
sebelum implementasi. Penilaian kesiapan akan
Rekam Medik Elektronik (RME). Penyempurnaan
membantu identifikasi proses dan skala prioritas,
manajemen RME mulai diterapkan di beberapa
juga membantu pembentukan fungsi operasional
Rumah Sakit/ Puskesmas di Indonesia. Demikian

59
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 9 No.1, Maret 2021
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ; DOI : 10.33560/jmiki.v9i1.315

untuk mendukung optimalisasi implementasi RME ada, dengan pendekatan DOQ-IT (Doctor’s Office
(Ghazisaeidi et al., 2013). Quality-Information Technology) dapat membantu
Dalam implementasinya penggunaan teknologi ini memberikan gambaran lebih rinci dan mudah
memerlukan kesiapan petugas Kesehatan termasuk dalam menilai kesiapan e-health readiness di RS
dokter, petugas rekam medis, dan pasien ketika Haji Surabaya dengan mengukur aspek kesiapan
berhadapan dengan teknologi sistem informasi ini sumber daya manusia, budaya kerja organisasi, tata
(Heinzer, 2010). Di Indonesia, perubahan rekam kelola dan kepemimpinan, dan infrastruktur dengan
medik kertas ke rekam medik elektronik belum score 98-145 = sangat siap, 60-97= cukup siap, dan
banyak dilakukan, tertinggal jauh dari Amerika 0-59= tidak siap.
yang telah memulai sejak tahun 1999, Inggris sejak
tahun 2000 dan New zealand sejak tahun 2002 DOQ-IT Dalam Implementasi RME
(Hendry, 2008). Rumah Sakit Haji Surabaya dalam Menurut California Medical Association 2015,
memberikan pelayanan terkait rekam medis masih Pengembangan RME memerlukan proses analisis
belum memenuhi standar capaian yang ditentukan, kesiapan. Proses analisis terhadap kesiapan
hal ini merupakan indikator pelayanan yang kurang penerapan RME dapat dilakukan untuk dapat
baik, melalui RME diharapkan dapat meminimalisir
menentukan “road map” dan memberikan gambaran
keterlambatan pengiriman data pasien. Agar
apakah akan berlanjut pada electronic health record
masalah tidak menjadi berlarut maka perlu analisis
(Pratama, 2017). Untuk menentukan road map
kesiapan implementasi RME di rumah sakit.
dan keberlanjutan program pengembangan rekam
Tabel 1. Indikator Permasalahan RS Haji medis elektronik dibutuhkan analisis kesiapan
Surabaya kondisi sumberdaya manusia, budaya, tata kelola
kepemimpnan serta infrastruktur (DOQ-IT,2009)
No Indikator Standar Capaian
1. Sumberdaya Manusia
1. Waktu penyediaan 100% 23,58%
dokumen rekam Pengembangan RME akan sangat tergantung
medik rawat jalan pada sumberdaya manusia (SDM) sebagai
≤ 20 menit pengguna RME maupun sebagai penyusun
2. Waktu penyediaan 100% 49,32% kebijakan. Menurut WHO 2016, RME
dokumen rekam merupakan sistem otomatis yang terdiri dari
medik pelayanan indentifikasi pasien, pengobatan, peresepan,
rawat hasil labolatorium dan di dokumentasikan oleh
inap ≤ 15 menit dokter saat pasien berkunjung (Pratama dkk,
3. Waktu pelayanan 100% 95,14% 2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
surat keterangan Indonesia Nomor 82 tahun 2013 tentang
medis ≤ 2 hari Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
4. K e l e n g k a p a n 100% 81,20% menyebutkan bahwa Sumber daya manusia
dokumen medis teknologi informasi untuk SIMRS minimal
rawat inap terdiri dari staf yang memiliki kualifikasi dalam
5. P e n g e m b a l i a n 82% 80,9% bidang analisis sistem, programmer, hardware
dokumen medis dan maintanance jaringan (Kemenkes, 2013).
rawat inap 2x24 Menurut WHO 2006, Salah satu isu penting
yang memerlukan perencanaan matang adalah
Berdasarkan hasil identifikasi awal di RS Haji terkait dengan ketersediaan sumber daya
Surabaya ditemukan permasalahan yaitu pelayanan manusia beserta kemampuannya (Pratama
rekam medis belum mencapai standar yang dkk, 2017). Untuk itu perencanaan SDM
diharapkan pada tahun 2018. Hal ini jika dibiarkan harus terdokumentasi dan diusulkan pada
terus menerus berdampak pada terhambatnya pihak kepegawaian. Kemampuan staf dalam
pelayanan rekam medis dan kualitas rumah sakit. mengoperasikan komputer juga menjadi
Rekam medis berbasis elektronik merupakan salah komponen penting dalam mendukung
satu strategi dalam upayapemecahan masalah yang pengembangan RME.

60
Eka Wilda Faida, Amir Ali: Analisis Kesiapan Implementasi Rekam Medis Elektronik dengan Pendekatan...

2. Budaya Organisasi oleh dukungan kepemimpinan yang kuat,


Menurut Carroll et all 2012, Staf medis dan keikutsertaan dari staf klinis dalam desain
administrasi maupun pihak jajaran manajemen dan implementasi, proses pelatihan pada staf,
juga menganggap RME dapat memberikan serta proses perencanaan yang sesuai jadwal
peningkatan kualitas pelayanan namun harus serta penyediaan anggaran yang memadai
didukung dengan sistem kerja yang jelas dan (Pratama dkk, 2017). Critical element pertama
SDM IT yang handal.EHR dapat mendukung untuk keberhasilan implementasi RME adalah
adanya keselamatan pasien serta peningkatan terkait team leadership. EMR Leadership
kualitas pelayanan. EHR didukung dengan team merupakan komite yang mengkomando
adanya chceklist, pemberian warning, klinical proses proses dalam pengembangan. Di dalam
guidelines yang sesuai standar. (Pratama dkk, team tersebut terdiri dari berbagai pihak
2017). Keberhasilan pengembangan RME interdisipliner yang bersedia meluangkan
tersebut tidak hanya terlepas dari sistem yang waktu untuk ikut serta dalam proses
sudah dibuat.Sistem yang disusun harus sesuai pengembangan sistem (Healtland, 2009).
dengan kebutuhan pengguna. Carroll et all Tim eksekutif tersebut harus benar-benar
(2012) dalam penelitiannya menyebutkan terlibat dalam semua tahap implementasi
bahwa salah satu kesuksesan dalam dengan menyediakan pendapat dari berbagai
implementasi RME adalah dengan adanya pengguna, inovasi, waktu dan komitmen.
keikutsertaan staf klinis maupun administrasi Selain itu juga dibutuhkan manajer yang kuat
dalam proses desain dan perencanaan dan pemimpin senior manajer klinis dan tenaga
implementasi.Untuk menuju pada perubahan klinis (Ghazisaeldi et al, 2013).
tersebut, dokter maupun staf medis perawat
4. Infrastruktur
menyadari bahwa sebagai pengguna memiliki
peran yang penting dalam memberikan Menurut Carroll et all 2012, Adopsi EHR
masukan. Alur kerja proses ini menyangkut secara menyeluruh memerlukan biaya yang
proses administrasi klinis termasuk perkiraan banyak dan memerlukan proses yang panjang
pasien dan staf yang dibutuhkan. Parameter (Pratama dkk, 2017). Untuk itu diperlukan
tersebut juga dinilai terkait kebijakan, adanya kesiapan dari sisi infrastruktur
prosedur dan protokol yang diperlukan untuk TI maupun anggarannya. Area penilaian
proses menuju RME. Salah satu tantangan Infrastruktur terdiri dari Infrastruktur TI serta
dari implementasi EHR adalah penggunaan Keuangan dan Anggaran. Salah satu kendala
EHR untuk melihat performance rumah sakit. dalam pengembangan RME adalah kaitannya
Tantangan utamanya adalah adanya data yang dengan anggaran untuk teknologi informasi
tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Menurut di rumah sakit cenderung terbatas. Aspek
WHO 2016, dalam hal ini proses entry data finansial menjadi perseolan penting karena
sesuai standar menjadi tombak utama untuk rumah sakit harus menyiapkan infrastruktur
kesuksesan penggunaan EHR untuk pelaporan teknologi informasi (komputer, jaringan kabel
(Pratama dkk, 2017). National Learning maupun nir kabel, listrik, sistem pengamanan,
Consortium (2013) menyebutkan bahwa tim konsultan, dan pelatihan) (Handiwidjojo,
eksekutif sistem EHR terdiri dari berbagai 2009). Oleh karena itu tujuan penelitian ini
profesi. Profesi tersebut antara lain pemimpin adalah menganalisis kesiapan implementasi
Tim EHR, Manager Implementasi EHR, Tim RME dengan pendekatan DOQIT di RS Haji
Dokter, pimpinan perawat, Medical Assistant Surabaya.
Lead, Pimpinan pengatur jadwal, Pemimpin
staf registrasi, Pemimpin staf labolatorium,
Pemimpin Teknologi Informasi, Pemimpin METODE
Staff Biling, EHR Builder, Meaningful Use
Rancangan dalam penelitian ini dengan
Lead, Workflow Redesign Lead, Super-User/
menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
Training Lead.
dengan pendekatan cross sectional. Karena
3. Tata Kelola Kepemimpinan penelitian dimulai dari adanya suatu masalah, hasil
Menurut Carroll et all 2012, Kesuksesan analisis akan diolah dan disajikan dalan bentuk
dalam proses implementasi EMR dipengaruhi angka dan dinarasikan. Waktu penelitian dilakukan

61
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 9 No.1, Maret 2021
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ; DOI : 10.33560/jmiki.v9i1.315

secara serentak. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis


Kelamin Petugas
No. Jenis Frekuensi Persentase
Kelamin (%)

1. Laki-laki 23 46%
2. Perempuan 27 54%
Jumlah 50 100,00

Berdasarkan tabel 3 diperoleh informasi bahwa


sebagian besar petugas yang menjalankan
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian rekam medis elektronik adalah berjenis kelamin
perempuan sebanyak 27 petugas sebesar (54%).
Sampel yang diambil adalah semua petugas yang
berhubungan langsung dengan rekam medis di Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Rumah Sakit Haji Surabaya. Teknik pengambilan Pendidikan Terakhir Petugas
sampel penelitian ini menggunakan total sampling
No. Pendidikan Frekuensi Persentase
sebanyak 50 petugas. Pengumpulan data primer Terahir (%)
dilakukan dengan kuesioner. Penelitian ini juga
1. SMA 7 14%
didukung dengan data sekunder. Metode analisis
yang digunakan adalah metode analisis deskriptif 2. Perguruan 43 86%
Tinggi
terhadap frekuensi, persentase, crosstabulasi, grafik
dan tabel. Jumlah 50 100,00

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh informasi bahwa


HASIL sebagian besar petugas memiliki pendidikan
terakhir yaitu perguruan tinggi sebanyak 43 petugas
Berikut ini disajikan hasil identifikasi karakteristik
sebesar (86%).
petugas.
Tabel 5. Interpretasi Kesiapan Aspek SDM,
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Budaya Kerja Organisasi, Tata Kelola
Petugas Kepemimpinan, dan Infrastruktur dalam
No. Usia (tahun) Frekuensi Persentase Menjalankan RME
(%)
No Aspek Skor Rata- Kategori
1. < 27 tahun 10 20% Kesiapan Rata

2. 27 – 34 tahun 8 16% 1. Sumber Daya 485 9,7 Sangat


Manusia Siap
3. 35 – 42 16 32% 2. Budaya Kerja 802 9,6 Sangat
Organisasi Siap
4. 43 – 49 6 12%
3. Tata Kelola 786 9,4 Sangat
5. 49 – 56 8 16% Kepemimpinan Siap
6. > 56 tahun 2 4% 4. Infrastruktur 713 8,7 Sangat
Siap
Jumlah 50 100,00
Berdasarkan tabel 5 diperoleh informasi bahwa
Berdasarkan tabel 2 diperoleh informasi bahwa aspek sumber daya manusia, budaya kerja
sebagian besar petugas yang menjalankan rekam organisasi, tata kelola kepemimpinan berada pada
medis elektronik berusia antara 35-42 tahun (32%). range 14,97-18,27 dengan kategori sangat siap.
Pada aspek infrastruktur berada pada range 11,66-
14,96 dengan kategori siap. Kategori sangat siap
yang paling rendah adalah pada aspek infrastruktur.

62
Eka Wilda Faida, Amir Ali: Analisis Kesiapan Implementasi Rekam Medis Elektronik dengan Pendekatan...

disebabkan karena penurunan fungsi sensorik


motorik juga kemampuan menjalankan sistem
informasi terutama yang berkaitan dengan rekam
medis elektronik juga mengalami kesulitan.
Umur merupakan hasil perhitugan mulai dari
lahir sampai ulang terakhir. Seorang petugas
yang memiliki umur lebih dari 30 tahun memiliki
pengalaman, etika kerja yang kuat dan komitmen
terhadap mutu, komitmen terhadap pekerjaan dan
organisasi (Peoni, 2014). Petugas yang berumur
lanjut memiliki kemungkinan kecil untuk keluar
atau berhenti dari pekerjaannya. Umur memiliki
hubungan yang terbalik dengan kemangkiran
(Sutrisno, 2011). Kemangkiran merupakan kondisi
Tabel 6. Analisis Signifikasi Kecenderungan ketika seorang petugas tidak hadir ditempat kerjanya
Sumber Daya Manusia, Budaya Kerja dengan jadwal kerja (Firmansyah, 2019). Hal ini
Organisasi, Tata Kelola Kepemimpinan dan sangat sesuai antara pendapat penelitian terdahulu
infrastruktur dengan kondisi yang ada di RS Haji, sebagian besar
didominasi oleh kelompok umur diatas 30 tahun
Variabel Nilai p
sehingga umur petugas tersebut telah dianggap
Sumber daya manusia 0.000 mampu menjalankan pekerjaan sesuai dengan
Budaya kerja organisasi 0.000 tujuan organisasi.
Tata kelola kepemimpian 0.000
Karakteristik petugas berdasarkan jenis kelamin di
Infrastruktur 0.000
RS Haji Surabaya adalah didominasi oleh laki-laki
Berdasarkan tabel 6 diperoleh informasi bahwa yaitu sebanyak 27 dan sebesar 54% dari jumlah
nilai asymp signifikansi pada sumber daya manusia, responden. Hal ini menujukkan bahwa laki-laki
budaya kerja organisasi, tata kelola kepemimpinan mempunyai kewajiban untuk bekerja mencari
sebesar 0,000 < 0,005 dan infrastruktur 0,001 < nafkah ketimbang perempuan yang tidak wajib
0,005 dengan kesimpulan bahwa ke empat aspek bekerja diluar rumah. Laki-laki juga mempunyai
tersebut memiliki kecenderungan yang signifikan kecenderungan suka bekerja yang sifatnya adalah
terhadap kesiapan dalam menerapkan rekam medis engineering atau tehnik, dalam hal ini jika dikaitkan
elektronik. dengan teknik informatika mempunyai rumpun
ilmu yang hamper sama dengan rekam medis
elektronik yaitu sistem informasi yang dijalankan di
PEMBAHASAN pelayanan kesehatan laki-laki lebih mumpuni dalam
Telah dilakukan identifikasi hasil penelitian menjalankannya. Hal ini sependapat dengan dengan
terhadap karakteristik sumber daya manusia dalam penelitian Ancok dkk (1998) dalam Waluyo (2014)
hal ini adalah petugas RS Haji Surabaya yang menyatakan bahwa salah satu penyebab mengapa
diperoleh informasi bahwa hasil karakteristik kemampuan wanita lebih rendah dibandingkan pria
petugas berdasarkan usia adalah sebagian karena sejak kecil kemampuan wanita memang
besar petugas yang menjalankan rekam medis lebih rendah daripada pria. Prialah yang memiliki
elektronik berusia antara 35-42 tahun (32%). Hal kemampuan lebih tinggi daripada wanita. Petugas
ini menujukkan bahwa usia produktif mempunyai rekam medis yang memiliki kompleksitas pekerjaan
pengaruh yang besar terhadap kinerja seseorang, menjadikan relevan dengan hasil penelitian ini yaitu
dalam hal ini adalah kinerja dalam menjalankan bahwa laki-laki mendominasi sebesar 54% dari
rekam medis elektronik. Usia non produktif yaitu seluruh jumlah responden. Hal ini juga disampaikan
dibawah 20 tahun masih terlalu dini dan belum oleh penelitian Rinaldi (2010) dalam Uma (2017)
matang jika dibebankan dengan dunia kerja. Begitu bahwa laki-laki mampu menyesuaikan diri dengan
juga sebaliknya usia non produktif pada pasca berbagai kondisi dan fleksibel dalam memecahkan
pensiun yaitu diatas 60 tahun juga sudah tidak masalah.
mudah lagi dalam menjalankan pekerjaan. Selain

63
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 9 No.1, Maret 2021
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ; DOI : 10.33560/jmiki.v9i1.315

Karakteristik petugas berdasarkan jenjang Haji Surabaya adalah didominasi oleh petugas yang
pendidikan di RS Haji Surabaya adalah didominasi mempunyai masa kerja ≥ 5 tahun yaitu sebanyak 44
oleh petugas dengan latarbelakang pendidikan petugas sebesar 88%. Hal demikian menunjukkan
dari perguruan tinggi yaitu sebanyak 43 petugas bahwa petugas yang mempunyai masa kerja ≥ 5
sebesar (86%) dari seluruh jumlah responden. tahun memiliki pengalaman dan kecakapan dalam
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan bekerja lebih baik dibandingkan dengan petugas
saat ini menjadi penting dalam meningkatkan yang memiliki masa kerja dibawahnya. Namun
ilmu pengetahuan dan keterampilan. Jenjang dengan pengalaman atau masa kerja yang lama
pendidikan tinggi dianggap telah mempunyai ilmu tentunya secara simultan dengan jenjang pendidikan
pengetahuan, kecakapan, serta wawasan yang lebih serta faktor lingkungan yang baik pula dalam
baik dibanding jenjang pendidikan sekolah. Hal mempengaruhi kinerja petugas dalam menjalankan
ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan rekam medis elektronik.
Pakpahan, dkk, 2017 yaitu bahwa pendidikan Telah dilakukan identifikasi kesiapan implementasi
merupakan faktor yang mencerminkan kemampuan RME terhadap aspek sumber daya manusia,
sesorang untuk dapat menyelesaikan suatu budaya kerja organisasi, tata kelola kepemimpinan,
pekerjaan. Tingkat pendidikan digunakan untuk dan infrastruktur. Hal ini diperoleh hasil bahwa
memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, sebagian besar menyatakan RS Haji siap dalam
keterampilan dan sikap karyawan agar karyawan implementasi RME. Namun beberapa masih
lebih terampil dalam melaksanakan tugasnya menyatakan ketidak siapannya pada aspek sumber
(Endah dkk, 2016). Menurut (Waluyo, 2013) daya manusia terdapat 11 petugas yang menyatakan
semakin tinggi pendidikan seseorang maka tidak siap, pada aspek budaya kerja organisasi
keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan terdapat 12 petugas yang menyatakan tidak siap,
tingkat tantangan yang tinggi semakin kuat. Indeks pada aspek tata kelola kepemimpinan terdapat 16
Pembangunan Teknologi Informasi (IPTKI) adalah petugas yang menyatakan tidak siap, dan pada aspek
dipengaruhi oleh tingginya Indeks Pembangunan infrastruktur terdapat 27 petugas yang menyatakan
Manusia (IPM). Sehingga dengan tingginya tidak siap. Hal ini menunjukkan aspek infrastruktur
indeks pembangunan manusia di Indonesia mendominasi ketidaksiapan menjalankan RME
maka diharapkan indeks pembangunan teknologi dibandingkan aspek yang lainnya. Hal yang
informasi berjalan lebih cepat mengingat disegala menjadi ketidaksiapan aspek infrastruktur adalah
aspek kehidupan tidak luput dari penerapan teknoloi ketersediaan server dan komputer belum memadahi
informasi. RS Haji Surabaya tidak hanya bergerak dalam menjalankan rekam medis elektronik sebesar
dalam memberikan pelayanan pasien tetapi sumber 48% dan menu aplikasi rekam medis elektronik
daya manusia menjadi asset berharga jika tidak yang tersedia kurang dapat memenuhi kebutuhan
dibina dan dikembangkan pengetahuan, kemauan petugas menjalankan rekam medis elektronik
dan keterampilannya dalam menjalankan sistem sebesar 26%. RS Haji Surabaya adalah rumah sakit
informasi pelayanan kesehatan berbasis rekam yang berada dibawah naungan pemerintah sehingga
medis elektronik. dalam pengajuan Rencana Anggaran Belanja
(RAB) terutama di unit rekam medis yang bersifat
Pengalaman adalah keahlian dari banyak kompetensi departementasi yang mungkin belum semua unit
memerlukan pengalaman mengorganisasi orang, membutuhkannya, masih memerlukan waktu untuk
komunikasi di hadapan kelompok, menyelesaikan melakukan koordinasi pengajuan yang mungkin
masalah dan sebagainya. Orang-orang yang tidak sifatnya harus bertahap. Hal ini berbeda dengan
pernah berhubungan dengan organisasi besar RS swasta terutama rumah sakit yang memiliki
dan kompleks tidak mungkin mengembangkan dana besar, maka lebih cepat pengajuan kebutuhan
kecerdasan organisasioanl untuk memahami demi pelayanan rumah sakit yang optimal. Hal ini
dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam sependapat dengan Handiwidjojo, 2009 bahwa
lingkungan. Pengalaman merupakan elemen aspek finansial menjadi persoalan penting karena
kompetensi yang perlu, tetapi untuk menjadi ahli rumah sakit harus menyiapkan infrastruktur
tidak cukup dengan pengalaman, namun demikian Teknologi Informasi (komputer, jaringan kabel
pengalaman merupakan aspek lain kompetesi maupun nir kabel, listrik, sistem pengamanan,
yang dapat berubah dengan perjalanan waktu dan konsultan, pelatihan dan lain-lain). Rumah sakit
perubahan lingkungan (Sastrohadiwiryo, 2005). biasanya memiliki anggaran terbatas, khususnya
Karakteristik petugas berdasarkan masa kerja di RS untuk teknologi informasi.

64
Eka Wilda Faida, Amir Ali: Analisis Kesiapan Implementasi Rekam Medis Elektronik dengan Pendekatan...

Berdasarkan hasil analisis kesiapan RME pada prosedural yang perlu diiketahui serta dilakukan
aspek sumber daya manusia diperoleh informasi oleh petugas terutama dalam menjalankan rekam
bahwa sebagian besar petugas telah menunjukkan medis elektronik.
kesiapannya dalam implementasi RME. Namun
Berdasarkan hasil analisis kesiapan RME pada
masih ada beberapa petugas yang menyatakan
aspek tata kelola kepemimpinan diperoleh
belum siap, salah satunya didominasi pada
informasi bahwa sebagian besar petugas telah
pernyataan ketidakmauan menjalankan RME.
menunjukkan kesiapannya dalam implementasi
Menurut WHO 2016, Salah satu isu penting yang
RME. Namun masih ada beberapa petugas yang
memerlukan perencanaan matang adalah terkait
menyatakan belum siap, salah satunya didominasi
dengan ketersediaan sumber daya manusia beserta
pada pernyataan ketidaktersediaan regulasi tentang
kemmapuannya (Pratama dkk, 2017). Untuk itu
himbauan menjalankan rekam medis elektronik
perencanaan SDM harus terdokumentasi dan
sebesar 16%. Tata kelola kepemimpinan yang baik
diusulkan pada pihak kepegawaian.Kemampuan
adalah mempunyai suatu peraturan yang wajib
staf dalam mengoperasikan komputer juga
dipatuhi oleh petugas. Himbauan menjalankan
menjadi komponen penting dalam mendukung
rekam medis elektronik merupakan salah satu
pengembangan RME. Sehingga hal ini menjadi
bentuk kebijakan yang dapat diberikan dan
tugas besar bagi rumah sakit untuk bisa memberikan
disosialisasikan dalam bentuk advokasi dan edukasi
bimbingan dan motivasi dalam upaya meningkatkan
kepada petugas.
kemauan petugas menjalankan RME, tidak mudah
namun banyak cara. Hal ini sesuai dengan pendapat Penghargaan merupakan hasil tambahan yang
terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi diperoleh pekerja jika pekerjaan yang mereka
dan kinerja (Wijayanti, 2018). hasilkan melebihi standar yang ditetapkan organisasi
(Simamora, 2015). Kinerja para karyawan akan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
meningkat dengan diberikannya penghargaan
untuk mempengaruhi orang-orang mencapai
berupa insentif atau bonus. Ada empat cara dapat
tujuan organisasi. Kepemimpinan salah satu fungsi
diterapkan untuk menetapkan sistem insentif yaitu
manajemen untuk mewujudkan visi organisasi.
senioritas, rencana insentif untuk karyawan operatif,
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin pada
tarif per unit produk yang dihasilkan. Sedangkan
dasarnya dapat mempengaruhi perilaku bawahan
bonus dibayarkan berdasarkan bonus waktu
agar mampu melaksanakan tugas atau kegiatan
dintaranya bonus waktu, waktu yang dihemat dan
dengan sebaik-baiknya (Putri dkk.,2019).
waktu standar (Bangun, 2012). Penghargaan secara
Keberhasilan manajer dalam mempengaruhi
ekstrinsik meliputi gaji, tunjangan karyawan, dan
anggota kelompoknya terlihat dari kepatuhan
pembayaran insentif (Simamora, 2015). Belum
dan ketaatan atas tanggung jawab pekerjaannya.
adanya reward dan punishment kepada petugas
Manajer yang berhasil melaksanakan tugas
yang disiplin dan tidak disiplin dalam menjalankan
kepemimpinan dapat menumbuhkan semangat
rekam medis elektronik sebesar 20%. Sebaiknya
kerja yang berakibat pada meningkatnya kinerja.
baik rumah sakit pemerintah maupun swasta penting
Kesalahan dalam menentukan gaya kepemimpinan
menerapkan reward dan punishment dalam rangka
berdampak pada menurunnya kinerja dan tingginya
meningkatkan kinerja petugas terutama dalam hal
absensi (Bangun, 2012). Berdasarkan hasil analisis
ini adalah implementasi rekam medis elektronik.
kesiapan RME pada aspek budaya kerja oganisasi
diperoleh informasi bahwa sebagian besar
petugas telah menunjukkan kesiapannya dalam SIMPULAN
implementasi RME. Namun masih ada beberapa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
petugas yang menyatakan belum siap, salah satunya maka dapat diperoleh informasi bahwa pada aspek
didominasi pada pernyataan ketidaktersediaan sumber daya manusia, budaya kerja organisasi,
petunjuk menjalankan rekam medis elektronik tata kelola kepemimpinan, dan infrastruktur secara
sebesar 14% dan tidak ada pelibatan petugas adalam keseluruhan memiliki kategori sangat siap
perencanaan rekam medis elektronik sebesar 10%.
Budaya kerja organisasi yang baik adalah pemimpin
mampu menggerakkan dan membuat kebijakan UCAPAN TERIMA KASIH
baik berupa SOP (Standar Operasional Prosedur) Penulis mengucapkan terima kasih kepada
maupun alur dalam setiap aktifitas yang bersifat KemenristekBRIN yang telah memberi

65
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 9 No.1, Maret 2021
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed) ; DOI : 10.33560/jmiki.v9i1.315

dukungan finansial terhadap penelitian ini dan Heinzer,M, (2010). Essential Elements of Nursing
juga mengucapkan terima kasih kepada RS Haji Notes and the Transition to Electronic Health
Surabaya yang telah bersedia menginformasikan Records , JHIM-FALL, Vol 24, No. 4 :53-59.
data pendukung dalam penelitian ini. Juga kepada
rekan peneliti dan kampus Stikes Yayasan Rumah Hendry, (2008). The challenge of developing an
Sakit Dr.Soetomo khususnya LPPM dalam electronic health record for use by mobile
mendukung terkait administrasi dalam kegiatan community based health practitioners.
penelitian kami. Christchurch, New Zealand

Healthland. (2009). IMR Impmentation in Critical


DAFTAR PUSTAKA Access hospitals, Small Community
Hospitals,and Affiliated Clinics: Seven
Bangun, Wilson. (2012). Manajemen Sumber Daya
Critical Element for Realizing Your
Manusia. Jakarta: Erlangga
Expectation. Diakses dari http://www.
Doctor’s Office Quality - Information Technology healthland.com/_asset/gtjr6z/310_09SU_
(DOQ-IT). (2009). EHR Assessment and TheLinkPrint_final. pdf pada 19 Februari
Readiness StarterAssessment. DOQ-IT. 2016
Retrieved from http://www.himss.org/files/
HIMSSorg/content/files/Code49Masspro Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Practice Starter Assessment.pdf pada 6 Nomor 82 Tahun 2013. Sistem Informasi
Januari 2016 Pukul 16.00 wib Manajemen Rumah Sakit. Jakarta.

Endah, Agustin. Arum, Puspito dan Rizal, A. C. Peoni, H. (2014). Pengaruh Karakteristik Individu
(2016). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Perilaku Ibu yang Menikah pada Usia Muda Karyawan. Manado: Universitas Sam
Dalam Pemenuhan Gizi Balita Usia 3-5 Ratulangi.
Tahun dengan Status Gizi Balita di Pondok
Pakpahan, Edi Saputra, dkk. (2017). Pengaruh
Bersalin Desa Suko Jember Kecamatan
Usia Dan Masa Kerja Terhadap
Jelbuk Kabupatan Jember. Jurnal Kesehatan
Produktifitas Kerja Studi Kasus upt Oasis
Politeknik Negeri Jember. Vol 4. No 1.
Water International Cabang Palembang.
Firmansyah, Muhammas Anang dan Mulyana. Palembang : Universitas Tridinanti. Vol. 1
(2019). Analisis Faktor Pekerjaan No. 2.
TerhadapTingkat Kemangkiran Karyawan
Putri, ayu agustin.,Pudjo Suharsono., Sukidin.
Operasional PT. Aneka Tuna Pasuruan.
(2019). Strategi Pengaruh Gaya
Surabaya : Universitas Muhammdiyah. Vol.
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
XV1. No. 1. Pada PT.PLN (Persero) Area Situbondo.
Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah
Ghazisaeldi, M., Maryam Ahmadi., Farahnaz
Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu
Sadoughtdan Reza Safdari. (2013).
Sosial. Vol 13 No.1
An Assessment of Readiness for Pre-
Implementation of Electronic Health Pratama, Muhammad Hamdani. Sri Darnoto.
Record in Iran: a practical Approach (2017). Analisis strategi pengembangan
to Implementation in general and rekam medis elektronik di instalasi
Teaching Hospital. Retrieved from.http:// rawat jalan rsud kota Yogyakarta. Jurnal
acta.tums.ac.ir/index.php/acta/article/ Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia.
download/4579/4509.pdf pada 16 Mei 2016 Vol. 5 No.1 Maret 2017 ISSN: 2337-6007
Pukul 20.00 wib (online); 2337-585X (Printed)

Handiwidjojo,W.(2009). Rekam Medis Elektronik. Simamora, H. (2015). Manajemen Sumber Daya


Diambil dari http://ti.ukdw.ac.id/ojs/index. Manusia. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
php/eksis/article/download/383/163.pdf Ekonomi YKPN.
pada 10 April 2016 pukul 17.00 wib

66
Eka Wilda Faida, Amir Ali: Analisis Kesiapan Implementasi Rekam Medis Elektronik dengan Pendekatan...

Sutrisno, E. (2011). Manajemen Sumber Daya Waluyo, M. (2014). Psikologi Industri. Jakarta:
Manusia. Jakarta: Prenada Media Grup. Akademia permata.

Sastrohadiwiryo, Siswanto B. (2005). Manajemen Wijayanti, Rossalina Adi; Nuraini, Novita. (2018).
Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Analisis Faktor Motivasi, Opportunity,
Administrasi dan Operasional. Jakarta: PT Ability dan Kinerja Petugas Program
Bumi Aksara Kesehatan Ibu Di Puskesmas. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia
Uma, Hasminee. (2017). Pengaruh Perbedaan (JMIKI), [S.l.], v. 6, n. 1, p. 7-13, mar. 2018.
Jenis Kelamin terhadap Penyesuaian Diri ISSN 2337-6007.
Mahasiswa Internasional di UIN Malang.
Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.

67

Anda mungkin juga menyukai