Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kesehatan. Upaya tersebut ditinjau dari beberapa aspek, di

antaranya aspek lingkungan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan

yang meliputi pencegahan dan perawatan kesehatan gigi. Namun banyak yang

beranggapan perawatan gigi tidak terlalu penting sehingga mengabaikan

kesehatan gigi dan mulut. Sebagian besar pasien berkunjung ke dokter gigi jika

sudah timbul keluhan yang menganggu dengan kerusakan gigi yang parah (Pontoh

dkk, 2015).

Usia anak merupakan usia yang rentan dengan masalah kesehatan gigi dan

mulut yang membutuhkan perhatian khusus, hal ini dapat dilihat dari tingginya

prevalensi kerusakan gigi pada anak, misalnya masalah karies pada anak

mencapai prevalensi 90,05%. Tingginya masalah kesehatan gigi disebabkan

kurangnya sosialisasi dan perilaku konsumsi jajanan yang di makan oleh anak

(Indry dkk, 2013). Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar Departemen

(RIKERDAS) tahun 2007, jumlah anak usia di bawah 12 tahun yang mengalami

karies dan gigi berlubang mencapai 89%. Dengan angka tersebut menunjukkan

masih rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menjaga kesehatan gigi

dan mulut.

1
Kunjungan ke dokter gigi dapat menciptakan kepercayaan antara orangtua

dengan dokter gigi sehingga diharapkan kesadaran, sikap dan perilaku yang positif

mengenai prinsip perawatan gigi dan mulut pada anak. Perawatan yang diberikan

di antaranya adalah ekstraksi, topikal aplikasi fluor, fissure sealant, dan restorasi

(Bakar, 2013). Berkembangnya teknologi kedokteran gigi yang membuat

kenyamanan pada perawatan gigi tampaknya belum dapat mengubah persepsi

masyarakat bahwa pergi ke dokter gigi merupakan sesuatu yang mencemaskan

dan harus dihindari (Gracia, 2012).

Kecemasan dapat didefinisikan sebagai respon emosional seseorang dimana

perasaan takut pada sebuah sumber yang belum jelas tetapi dianggap mengancam

(Solehati dan Cecep, 2012). Setiap orang menunjukkan tanda-tanda kecemasan

berbeda-beda, di antaranya ditandai dengan meningkatnya denyut nadi (Pontoh

dkk, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Collip’s, menyatakan bahwa terjadi

peningkatan denyut nadi pada saat anak diberikan tindakan medis (Stuart dan

Laraia, 2005).

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan yang dapat

mempengaruhi perilaku pasien yang melakukan perawatan. Kecemasan pada

tindakan dental disebabkan oleh banyak hal, di antaranya penggunaan alat dental

yang dimasukan secara berurutan dan bergantian ke mulut dan suara yang

ditimbulkan dari alat-alat tersebut (Gracia, 2012).

Dental anxiety pada pasien anak usia 6-8 tahun biasanya timbul karena belum

adanya pengalaman ke dokter gigi. Kecemasan dental pada anak tersebut

menyebabkan anak sering menunda bahkan menolak untuk dilakukan perawatan

2
di dokter gigi yang juga mengakibatkan betambah parahnya kondisi kesehatan

gigi dan mulut pada anak (Rehatta dkk, 2014).

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada

pasien, salah satunya yaitu distraksi. Anak usia 6-8 tahun sudah bisa di ajak

berkomunikasi dengan baik. Mereka dapat mengungkapkan hal-hal yang membuat

mereka tertarik, termasuk dapat di alihkan perhatian sesuai dengan yang di

sukainya. Distraksi adalah pengalihan perhatian pada sesuatu selain nyeri, hal ini

bertujuan agar pasien fokus terhadap sesuatu yang lain tersebut, agar tidak

merasakan nyeri yang sedang dialami. Terdapat empat tipe distraksi yaitu visual,

auditori, taktil dan intelektual (Berman dkk, 2009).

Distraksi visual adalah salah satu teknik distraksi yang cukup baik karena

mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Cara yang dilakukan yaitu dengan

memfokuskan perhatian pada suatu hal yang disukai oleh anak, misalnya

menonton film kartun (Maharezi, 2014).

Selingan film kartun merupakan salah satu cara yang mudah dan efektif untuk

menurunkan kecemasan pasien anak sebelum mereka menjalani operasi termasuk

pembedahan. Menonton kartun dapat mengurangi kecemasan karena

memfokuskan pasien anak dengan hal lain selain nyeri yang dirasakan (Lee,

2012).

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, penulis tertarik

melakukan penelitian mengenai pengaruh distraksi film kartun terhadap

kecemasan anak usia 6-8 tahun selama dilakukan tindakan dental.

3
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka dapat di

rumuskan masalah : Bagaimana pengaruh distraksi video film kartun terhadap

penurunan kecemasan anak usia 6-8 tahun selama tindakan dental ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh distraksi video film

kartun terhadap penurunan kecemasan anak usia 6-8 tahun selama tindakan dental.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Menambah pengetahuan dan sumber informasi bagi kemajuan

Ilmu Kedokteran Gigi Anak tentang pengaruh distraksi video film

kartun terhadap kecemasan anak usia 6-8 tahun selama tindakan

dental.

2. Secara Aplikatif

Manfaat secara aplikatif adalah sebagai bahan pertimbangan untuk

mengatasi kecemasan anak selama tindakan dental.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan peneliti, Pengaruh Distraksi Video Film Kartun terhadap

Kecemasan Anak Usia 6-8 tahun selama Tindakan dental belum pernah di

lakukan, adapun penelitian terkait :

1. Khasanah Lusi (2014) telah melakukan penelitian Pengaruh Distraksi

Video Game Genggam selama pemeriksaan gigi terhadap kecemasan anak

usia 6-7 tahun. Peneliti melaporkan adanya penurunan secara statistik pada

4
kecemasan dengan penggunaan video game genggam. Persamaan dengan

penulis adalah indikator yang digunakan yaitu perubahan denyut nadi

anak, jenis pemeriksaan yaitu semua jenis tindakan dental dan variabel

yang digunakan yaitu kecemasan dental, tetapi untuk usia pasien anak

yang dijadikan sampel penelitian berbeda, Khasanah melakukan penelitian

pada pasien anak usia 6-7 tahun sedangkan penulis melakukan penelitian

pada anak usia 6-8 tahun. Jenis distraksinya berbeda, Khasanah

menggunakan distraksi Video Game Genggam sedangkan penulis dengan

menggunakan distraksi Video Film Kartun.

2. Joengwoo Lee (2012) telah melakukan dengan judul Cartoon

Distraction Alleviates Anxiety in Children During Induction of Anesthesia.

Peneliti menyimpulkan tampilan kartun animasi efektif untuk mengurangi

kecemasan pada pasien pediatrik. Persamaan dengan penulis adalah

variabel yang digunakan yaitu film kartun, tetapi untuk usia pasien anak

yang dijadikan sampel penelitian berbeda, Joengwoo Lee melakukan

penelitian pada pasien anak usia 3-7 tahun sedangkan penulis melakukan

penelitian pada anak usia 6-8 tahun. Jenis tindakan yang di lakukan juga

berbeda, Joengwoo Lee melakukan penelitian pra operasi sedangkan

penulis selama dilakukan tindakan dental. Jenis perlakuannya yang di

gunakan berbeda, Joengwoo Lee menggunakan film kartun dan mainan

favorit pasien anak sedangkan penulis dengan menggunakan distraksi

video film kartun. Indikator yang digunakan Joengwoo Lee dengan

modifikasi Yale Preoperative Anxiety Scale dan skala kecemasan orang tua

5
dari Skala Visual Analog (VAS) sedangkan penulis dengan menggunakan

indikator perubahan denyut nadi.

Anda mungkin juga menyukai