JURUSAN KEPERAWTAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2021
Program Penyuluhan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
I. Latar Belakang
AKDR adalah salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang
secara teoritis merupakan cara kontrasepsi yang cukup ideal. Negara-negara maju
mengandalkan kontrasepsi oral, kondom, dan keluarga berencana alami. Negara-negara
berkembang lebih mengandalkan sterilisasi wanita dan AKDR. Studi terhadap pemakai
kontrasepsi di negara-negara maju mendapatkan bahwa walaupun beberapa orang harus
dirawat di rumah sakit akibat pemakaian AKDR, kontrasepsi oral, dan sterilisasi pria dan
wanita, jauh lebih banyak mereka yang terhindar dari perawatan di rumah sakit karena
tidak menggunakan kontrasepsi.
Sebuah studi mengenai kegagalan metode di 15 negara berkembang
mengungkapkan angka kegagalan AKDR tahun pertama rata-rata adalah 4,0%.
Kontrasepsi seperti AKDR dan implant subdermis norplant setelah terpasang, tidak
banyak memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemakai sehingga secaraumum
memiliki angka keberlanjutan yang lebih tinggi daripada kontrasepsi oral yang
memerlukan keterlibatan pemakai secara teratur.
Masyarakat belum terbiasa dalam penggunaan kontrasepsi AKDR dan ada
pandangan bahwa AKDR dapat mempengaruhi kenyamanan dalam hubungan seksual.
Beberapa efek samping AKDR yaitu perdarahan di luar haid, darah haid yang lebih
banyak dan secret vagina yang lebih banyak dapat mempengaruhi dalam pemilihan alat
kontrasepsi. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mengembangkan kebijakan dan strategi dalam peningkatan penggunaan AKDR melalui
dukungan penyediaan alat kontrasepsi AKDR yang memadai, serta dukungan tenaga
medis yang dilatih insersi AKDR danpelatihan konseling bagi bidan.
Kualitas konseling oleh pemberi pelayanan (bidan atau dokter) sangat penting
guna terselenggaranya pelayanan KB yang berkualitas. Tenaga kesehatan yang ingin
melakukan tindakan lebih dahulu harus memberikan informasi mengenai tindakan apa
yang akan dilakukan, apa manfaatnya, apa risikonya, alternative lain (jika ada), dan apa
yang mungkin terjadi apabila tidak dilakukan.
Evaluasi pelayanan KB AKDR hingga saat ini masih dirasa kurang berkualitas.
Kebijakan program KB yang mengharuskan penyampaian konseling terhadap calon
peserta KB belum dilaksanakan secara optimal oleh para pemberi pelayanan (provider),
hal ini juga sebagai salah satu akibat dari ”target oriented” yang lebih mementingkan
kuantitas, akibatnya masih banyak dijumpai peserta KB yang belum benar-benar siap
menjadi peserta akan memutuskan untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi bila
pada saat memakai AKDR muncul efek samping atau masalah kesehatan yang mereka
tidak pahami dengan baik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 tahun
2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pasal 18 ayat (1) menyatakan
bahwa dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk memberikan
informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan, meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan, melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan
pelayanan lainnya secara sistematis.
1. Pengertian AKDR
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat
efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduktif (Handayani, 2010, p.139).
b. LNG-20
1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari
2) Sedang di teliti di Finlandia
3) Angka kegagalan/kehamilan agak terendah :<0,5 per 100 wanita per tahun
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan – persoalan perdarahan
ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami
amenore atau pendarahan haid yang sangat sedikit.
2) EFEK SAMPING
3) a. Spotting
4) Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan
muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami
spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.
5)
6) b. erubahan siklus menstruasi
7) Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek.
Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata
yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah
menjadi 21 hari.
8) c. Amenore
9) Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
10) d. Dismenore
11) Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
12) e. Menorrhagea
13) Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang lebih
banyak.
14) f. Fluor albus
15) Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu
keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya
pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus
yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
16) g. Pendarahan Post seksual
17) Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang
menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendarahan.
18) Efektifitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
a) IUD-nya : Ukuran, Bentuk dan mengandung Cu atau Progesteron.
b) Akseptor : Umur, paritas, frekuensi senggama.
19) Dari factor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas,
diketahui :
a) Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD
b) . b) Makin muda usia, terutama pada nulligravid, maka tinggi angka
ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
20) Use-effectiveness dari IUD tergantung pada variabel administratife, pasien
dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang,
kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk
mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk
mendapatkan pertolongan medis.
3. Keuntungan dan Kerugian AKDR
a. Kuntungan
1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu
diganti).
3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
4) Tidak memprngaruhi hubungan seksual.
5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
6) Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (Apabila
tidak terjadi infeksi).
9) Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
11) Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik.
b. Kerugian
Efek samping yang akan terjadi.
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan atau (spooting) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering ganti-ganti pasangan.
7) Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.
8) Prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
9) Sedikit nyeri perdarahan (spooting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR.Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
10) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melakukanya.
11) Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR di pasang setelah melahirkan).
12) Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu kewaktu,untuk
melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan jarinya kedalam
vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau melakukanya.
Bagaimana mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, tetapi kerjanya bersifat
lokal.
a. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda
asing dengan timbunan leokosit, makrofag, dan limposit.
b. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang
menghalangi kapasitas spermatozoa.
c. Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan
blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan
nidasi.
d. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.
V. INDIKASI
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metoda hormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
k. Gemuk ataupun kurus
VI. KONTRAINDIKASI
a. Belum pernah melahirkan
b. Adanya perkiraan hamil
c. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
d. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
e. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
f. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septic.
g. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri.
h. Penyakit trofoblas yang ganas.
i. Diketahui menderita TBC pelvic.
j. Kanker alat genital
k. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
a. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan muncul jika
capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami spotting jika menggunakan
kontrasepsi AKDR.
b. erubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus menstruasi
yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7
hari, biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
c. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
d. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
e. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang lebih banyak.
f. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan abnormal
pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri
anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora
normal vagina.
g. Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang menggesek
mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan.
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan antara dukungan suami dan pengetahuan ibu
dengan pemilihan alat kontrasepsi
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mendeskripsikan dukungan suami dan pengetahuan ibu dengan
pemilihan alat kontrasepsi
2. Untuk menganalisis hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat
kontrasepsi
3. Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemilihan alat
kontrasepsi non hormonal
III. Pelaksanaan
1. Topik kegiatan
a. Pengertian alat kontrasepsi dalam rahim/IUD
b. Jenis – jenis alat kontrasepsi dalam rahim/IUD
c. Prosedur pemasangan dan pasca pemasangan AKDR/IUD
d. Keuntungan dan kerugian AKDR/IUD
e. Indikasi dan kontraindikasi AKDR/IUD
f. Eek samping dan waktu pemasangan AKDR/IUD
2. Sasaran
Ibu usia subur dan keluarga
3. Startegi
a. Penyaji memberi informasi tentang pengertian AKDR/IUD
b. Penyaji memberi informasi tentang jenis – jenis AKDR/IUD
c. Penyaji memberi informasi tentang prosedur pemasangan dan pasca
pemasangan AKDR/IUD
d. Penyaji memberi informasi tentang keuntungan dan kerugian pemasangan
AKDR/IUD
e. Penyaji memberi informasi tentang indikasi dan kontraindikasi AKDR/IUD
f. Penyaji memberi informasi tentang efek samping dan waktu pemasangan
AKDR/IUD
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media/alat
a. Lembar balik
b. Leaflet
c. Alat kontrasepsi dalam rahim/IUD
7. Organisasi Keanggotaan
8. Evaluasi
1.Struktur
A. Peralatan yang disediakan dengan rencanakan yaitu lefleat
B. Seluruh ibu - ibu hadir dalam kegiatan konseling tersebut.
C. Tempat sesuai dengan yang direncanakan yaitu di ruang tertup
2. Usap tepi vagina dengan kassa steril yang diberikan larutan antiseptik dengan arah
memutar dari tengah ke tepi dan dengan arah ke samping seperti kupu-kupu (butterfly)
serta usap bagian dalam vagina
5. Ukur kedalaman dan posisi uterus menggunakan sonde uterus dengan teknik tanpa
menyentuh (no touch technique).
6. Sesuaikan penanda biru pada tabung inserter yang masih berada di dalam kemasan
sterilnya dengan kedalaman uteri sesuai hasil sonde, lalu buka seluruh kemasan steril
IUD
7. Angkat tabung IUD secara hati-hati, pegang IUD dengan posisi lengan horizontal
8. Tangan kiri menarik tenakulum secara hati-hati, tangan kanan memasukkan tabung
inserter IUD ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai dirasakan
ada tahanan
10. Lepaskan lengan IUD dengan teknik withdrawal yaitu menarik keluar tabung inserter
sampai pangkal pendorong, sambil tetap menahan pendorong
11. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai
penanda biru menyentuh serviks atau terdapat tahanan
14. Lepaskan tenakulum secara hati-hati dan rendam di larutan klorin 0,5%
15. Periksa serviks dan bila ada pendarahan tekan serviks dengan menggunakan kassa yang
dijepit tampon tang selama 30-60 detik
16. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan rendam di larutan klorin 0,5%
17. Pastikan pasien tidak mengalami kram perut hebat dan amati pasien kurang lebih 15
menit sebelum membolehkan pasien pulang
1. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
5. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut.
Kehamilan
Infeksi : post partum sepsis, post septik abortus, penyakit radang panggul yang masih
aktif, sedang mengalami infeksi menular seksual (misalnya infeksi Chlamydia,
gonorrhoea), tuberkulosis pelvis
Penyakit Neoplastik : kanker serviks, penyakit trofoblastik dengan tingkat hormon beta
HCG yang tinggi terus menerus, kanker endometrium, kanker serviks
TOLON DISATUKAN
Kontraindikasi:
kehamilan, anemia berat, infeksi yang disebabkan oleh hubungan seksual (jika tidak
diobati sepenuhnya), perdarahan uterin yang tidak dapat dijelaskan, rongga uterin yang
kecil atau terganggu, genital malignancy, penyakit trofoblastik aktif, penyakit inflamasi
pelvis, tanda-tanda imunosupresi; copper devices: alergi tembaga, penyakit Wilson,
medical diathermy
Meskipun AKDR dapat dipakai dalam waktu yang cukup lama pemakaian AKDR yang
melebihi masa pemakaian juga dikhawatirkan menimbulkan efek samping yaitu
kandungan tembaga yang mengalami dislokasi. Hal ini perlu ditangani dengan segera
karena dapat mengakibatkan penyumbatan usus yang disertai nyeri, muntah-muntah dan
demam. Atau yang lebih parahnya dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan
(Arum & Sujiatini, 2009: 155)
Pemeriksaan AKDR secara dapat dilakukan oleh ibu secara mandiri oleh ibu dirumah
tanpa harus melibatkan bidan. Hal ini lebih menguntungkan karena bila terjadi efek
samping seprti benang AKDR hilang ibu akan mengatahuinya sejak dini dan dapat pergi
ke bidan untuk diberikan tindakan
EFEK SAMPING
1. Sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan kedatangannya
3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta keuntungan
dari masing- masing kontrasepsi termasuk perbedaan antara kontap dan metode reversibel : -
Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut digunakan - Jelaskan bagaimana cara kerja -
Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang mungkin akan dialami
3. Tanyakan tujuan KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran atau
ingin membatasi jumlah anaknya )
1. 2. Lakukan seleksi klien (anamnesa) secara cermat untuk memastikan tidak ada
masalah kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR Tanyakan Riwayat kesehatan
Reproduksi :
Tanggal haid terakhir, lama haid, pola perdarahan haid
Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
Riwayat kehamilan ektopik
Nyeri yang hebat setiap haid
Anemia yang berat ( Hb < 9 gr % atau Hm < 30 )
Riwayat infeksi sistem genital ( ISG ), penyakit hubungan seksual ( PHS ) atau
infeksi panggul
Berganti – ganti pasangan ( Risiko ISG tinggi )
Kanker serviks
3. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang akan
dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
5. Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan dengan kain bersih
7. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya didaerah
supra pubik
PEMERIKSAAN PANGGUL
4. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
6. Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini, amati adanya nyeri atau ”discharge”
8. Lakukan pemeriksaan spekulum : - Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina - Inspeksi
serviks Bila ada sekret vagina yang mencurigakan, dilakukan pemeriksaan spesimen. Bila tidak,
dilakukan pembersihan vagina, porsio dan sekitarnya dengan khasa + larutan betadine.
9. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat semula dengan tidak
menyentuh peralatan lain yang belum digunakan
10. Lakukan pemeriksaan bimanual : - Pastikan gerakan serviks bebas - Tentukan besar dan
posisi uterus - Pastikan tidak ada kehamilan - Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
11. Lakukan pemeriksaan retrovaginal bila ada indikasi : - Kesulitan menentukan besar uterus
retroversi - Adanya tumor pada Cavum Douglasi
12. Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian buka dan rendam dalam
keadaan terbalik
1. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses
pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan
sehingga lengan akan melipat
Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah
lipatan lengan
Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan AKDR yang sudah
terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan ukuran kavum uteri
Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR