Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PATOFLO HIV/AIDS

Disusun Oleh :
1) AZIZ ZIQRI (195140050)
2) RENI DIAN FILARA (195140061)
3) ANISA RAHMADINI (195140069)
4) DIRA ERVIANA (195140082)
5) FEBI FADHILAH CAHYANI (195140083)
6) RINDI APRILIA (195140089)
7) MAYA RIZKYTA (195140107)
8) RIZKI SAMPURNA MULYA T (195140062)
9) DESI PERIANI (195140112)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

TAHUN AJARAN 2021/2022

DAFTAR ISI

Bab I................................................................................................................

Pendahuluan ..................................................................................................

1
A.Latar belakang ........................................................................................

B.Rumusan Masalah ..................................................................................

C.Tujuan ......................................................................................................

Bab II ..............................................................................................................

Pembahasan ..................................................................................................

A. Pengertian HIV / AIDS ............................................................................

B. Penyebab HIV/AIDS ..............................................................................

C. Epidemiologi HIV / AIDS ........................................................................

D. Diagnosis HIV / AIDS ..............................................................................

E. Penularan HIV/ AIDS ...............................................................................

F. Tahap-tahap penularan HIV/AIDS...........................................................

G. Tanda dan Gejala HIV / AIDS..................................................................

H. Patofisiologi HIV / AIDS .........................................................................

I. Faktor Resiko HIV / AIDS .........................................................................

J. Dampak HIV / AIDS..................................................................................

K. Upaya Pencegahan HIV / AIDS...............................................................

L. Penanggulangan HIV / AIDS...................................................................

M. Pengobatan HIV / AIDS .........................................................................

BAB III..............................................................................................................

Penutup ...........................................................................................................

Kesimpulan .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan
bumi. HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang harus diwaspadai
karena Acquired Immunodeficiency Syndrome ( AIDS) sangat berakibat
pada penderitanya. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)
merupakan sekumpulan gejalapenyakit yang menyerang tubuh manusia

3
setelah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus).
Cara penularan HIV dapat melalui hubungan seksual, penggunaan
obat suntik, ibu ke anak-anak dan lain-lain. Mengenai penyakit
HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan
masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin
pencegahan penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase
asimtomatik (tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan
penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan pola perkembangannya seperti
fenomena gunung es (iceberg phenomena).
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian
dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus
dilaksanakan. Dari beberapa cara penularan tersebut, masing-masing
penularan memiliki resiko penularan cukup besar. Oleh karena itu,
penularan HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami
perlambatan.
HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat
sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat
diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang
tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat
kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan
menunda awal terjadinya AIDS.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit HIV / AIDS?
2. Apakah penyebab dari penyakit HIV / AIDS?
3. Bagaimana epidemiologi dari penyakit HIV / AIDS?
4. Bagaimana diagnosis dari penyakit HIV / AIDS?
5. Bagaimana cara penularan dari penyakit HIV / AIDS?
6. Apa tahap-tahap penularan dari penyakit HIV / AIDS?
7. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit HIV / AIDS?
8. Bagaimana patofisiologis dari penyakit HIV / AIDS?
9. Apa faktor risiko dari penyakit HIV / AIDS?

4
10. Apa dampak dari penyakit HIV / AIDS?
11. Bagaimana upaya pencegahan dari penyakit HIV / AIDS?
12. Bagaimana cara penanggulangan dari penyakit HIV / AIDS?
13. Bagaimana pengobatan dari penyakit HIV / AIDS?

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. PengertianPenyakit HIV/AIDS

HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus,


HIV merupakan virus yang dapat mengakibatkatkan penyakit
acquiredimmunodeficiencysyndrome, atau AIDS. Tidak seperti virus-virus
yang lain, tubuh manusia tidak dapat mengilangkan HIV, yang artinya
sekali seseorang terkena HIV, orang tersebut akan memilikinya seumur
hidup.

HIV menyerang spesifik sell dari system imun, yaitu CD4 atau t-
cell. Dari waktu ke waktu, HIV dapat menghancurkan sebagian besar dari
sel tersebut sehingga tubuh tidak bisa melawan infeksi dan penyakit. Saat
hal ini terjadi infeksi HIV sudah disebut sebagai AIDS. Yaag selanjutnya
menjadikan orang dengan AIDSakan mudah aterkena infeksi oportunistik
hingga kanker.

Belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit ini, namun


dengan pengobatan yang sesuai, HIVdapat dikendalikan. Treatment untuk
HIV sering disebut dengan terapi antiretroviral (art). Terapi tersebut dapat
secara dramattis memperpanjang hidup dari orang dengan HIV dan
menurunkan kesempatan mereka unruk menginfeksi orang lain. Sebelum
diperkenalkannya art pada pertengahan 1990-an, orang dengan HIV dapat
menuju keadaan AIDS , orang dengan HIV dapat menuju AIDS hanya
dalam beberapa tahun.

B. Penyebab HIV/AIDS

Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS


diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50%
orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun
pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang

6
disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel
virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor


protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD 4
adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel
darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki
reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya
pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T
sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan
organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T
penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi
dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T
penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang
yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV
kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam
darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu
meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.
Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus
berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang
rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko
tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah
limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200
sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

7
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B
(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan
produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk
melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak
banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada
AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama
3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut
“periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti
berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer
antibodinya terhadap HIVtetap positif (fase ini disebut fase laten)
Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit
infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26
bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.

C. Epidemiologi HIV/AIDS

Epidemiologi meliputi Agent ,Host dan environment

1. Agent

Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami


mutasi sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus
tersebut. Daya penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus
yang ada didalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak virus dalam
darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga
semakin parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya
sebenarnya sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati
bila dipanaskan sampai temperatur 60° selama 30 menit, dan lebih cepat
dengan mendidihkan air. Seperti kebanyakan virus lain, virus AIDS ini
dapat dihancurkan dengan detergen yang dikonsentrasikan dan dapat

8
dinonaktifkan dengan radiasi yang digunakan untuk mensterilkan peralatan
medis atau peralatan lain.

2. Host

Distribusi penderita AIDS di Amerika Serikat Eropa dan Afrika tidak


jauh berbeda kelompok terbesar berada pada umur 30 -39 tahun. Hal ini
membuktikan bahwa transmisi seksual baik homoseksual mapupun
heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat masa inkubasi
AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi terbesar terjadi pada
kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30 tahun. Pada tahun
2000 diperkirakan Virus AIDS menular pada 110 juta orang dewasa dan
110 juta anak-anak. Hampir 50% dari 110 juta orang itu adalah remaja dan
dewasa muda usia 13 -25 tahun. Informasi yang diperoleh dari Pusat AIDS
International fakultas Kesehatan Masyarakatat Universitas Harvard,
Amerika Serikat sejumlah orang yang terinfeksi virus AIDS yang telah
berkembang secara penuh akan meningkat 10 kali lipat.

3. Environment

Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat


menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwata ulkus
genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for Sypphilis) yang
positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini menjadi
tempat masuknya HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat
KB. Pada para WTS di Nairobi terbukti bahwa kelompok yang
menggunakan obat KB mempunyai prevalensi HIV lebih tinggi. Faktor
sosial, ekonomi, budaya dan agama secara bersama-sama atau sendiri-
sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat. Bila
semua faktor ini menimbulkan permissiveness di kalangan kelompok
seksual aktif, maka mereka sudah ke dalam keadaan promiskuitas.

Transmisi Penyakit AIDS Penularan AIDS dapat dibagi dalam 2


jenis : Secara Kontak Seksual

9
 Ano-Genital Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku
seksual dengan resiko tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum
mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV

 Ora-Genital Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua,


termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV.

 Genito-Genital / Heteroseksual Penularan secara heteroseksual ini


merupakan tingkat penularan ketiga, hubungan suami istri yang mengidap
HIV, resiko penularannya, berbeda-beda antara satu peneliti dengan
penjeliti lainnya.

Secara Non Seksual Penularan secara non seksual ini dapat terjadi
melalui :

 Transmisi Parental Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat


tindik, tatto) yang telah terkontaminasi, terutama pada penyalahgunaan
narkotik dengan mempergunakan jarum suntik yang telah tercemar secara
bersama-sama. Penularan parental lainnya, melalui transfusi darah atau
pemakai produk dari donor dengan HIV positif, mengandung resiko yang
sangat tinggi

 Transmisi Transplasental Transmisi ini adalah penularan dari ibu


yang mengandung HIV positif ke anak, mempunyai resiko sebesar 50%.

D. Diagnosis HIV/AIDS

1) Melakukan Tes HIV/AIDS

Untuk menguji apakah kita terinfeksi HIV, satu tes yang paling
umum adalah tes darah. Darah akan diperiksa di laboratorium. Tes ini
berfungsi untuk menemukan antibodi terhadap HIV di dalam darah.
Tapi tes darah ini baru bisa dipercaya jika dilakukan setidaknya sebulan
setelah terinfeksi HIV karena antibodi terhadap HIV tidak terbentuk
langsung setelah infeksi awal. Antibodi terhadap HIV butuh waktu

10
sekitar dua minggu hingga enam bulan, sebelum akhirnya muncul di
dalam darah. Masa antara infeksi HIV dan terbentuknya antibodi yang
cukup untuk menunjukkan hasil tes positif disebut sebagai “masa
jendela”.

Pada masa ini, seseorang yang terinfeksi HIV sudah bisa


menularkan virus ini, meski dalam tes darah tidak terlihat adanya
antibodi terhadap HIV dalam darah. Sebelum seseorang diberikan
diagnosis yang pasti, perlu dilakukan beberapa kali tes untuk
memastikan. Hal ini dikarenakan masa jendela HIV cukup lama. Jadi
hasil tes pertama yang dilakukan belum tentu bisa dipercaya. Lakukan
tes beberapa kali jika Anda merasa berisiko terinfeksi HIV. Jika
dinyatakan positif HIV, beberapa tes harus dilakukan untuk
memerhatikan perkembangan infeksi. Setelah itu barulah bisa diketahui
kapan harus memulai pengobatan terhadap HIV.

2) Hasil Tes Positif HIV

Hasil tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini
seharusnya disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter.
Mereka akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan
bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat itu.

Tes darah akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi


perkembangan virus sebelum memulai pengobatan. Pengobatan
dilakukan setelah virus mulai melemahkan sistem kekebalan tubuh
manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur tingkat sel CD4 dalam
darah. Sel CD4 adalah sel yang bertugas untuk melawan infeksi

Pengobatan biasanya disarankan setelah CD4 di bawah 350, entah


terjadi gejala atau tidak. Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan
untuk melakukan pengobatan secepatnya. Tujuan pengobatan adalah
untuk menurunkan tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga untuk
mencegah atau menunda penyakit yang terkait dengan HIV.
Kemungkinan untuk menyebarkannya juga menjadi lebih kecil.

11
3) Memastikan Adanya HIV pada Bayi dan Anak

12
a. Risiko penularan HIV tetap ada bila penyusuan diteruskan setelah
usia 18 bulan.

13
b. Bayi di atas usia 9 bulan dapat dites pada awal dengan tes antibodi
HIV, karena mereka yang HIV Ab negatif tidak terinfeksi HIV,
walau masih berisko tertular bila tetap disusui.

c. Pada anak di atas usia 18 bulan, te antibodi adalah definitif.

d. Umumnya tes antibodi HIV dari usia 9-18 bulan.

e. Bila tes virologis tidak terjangkau, tes antibodi HIV sebaiknya


dilakukan, mungkin dibutuhkan untuk ambil diagnosis klinis
presumptif penyakit HIV parah pada anak dengan hasil tes antibodi
positif. Harus diupayakan untuk memastikan diagnosis secepat
mungkin.

E. Penularan HIV/AIDS

Menurut Tim Field Lab FK UNS (2013: 5) cara penularan HIV/AIDS


adalah sebagai berikut:

1) Melalui darah. Misalnya: transfusi darah, terkena darah HIV pada


kulit yang terluka, jarum suntik, dsb.

2) Melalui cairan semen/ air mani (sperma atau peju pria). Misalnya:
seorang pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa
menggunakan kondom atau pengaman lainnya, oral sex, dsb.

3) Melalui cairan vagina pada wanita. Misalnya: wanita yang


berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu
seks, oral sex, dsb.

4) Melalui Air Susu Ibu (ASI). Misalnya: Bayi meminum ASI dari
wanita yang positif HIV.

5) Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung virus HIV pada


penderita HIV positif antara lain saliva (air liur atau air ludah), feses
(kotoran atau tinja), air mata, air keringat, dan urin (air seni atau air
kencing)

14
F. Tahap-tahap Penularan HIV/AIDS

Menurut Tim Field Lab FK UNS (2013: 4) istilah AIDS


dipergunakan untuk tahap-tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian
besar orang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan akan
menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun.

AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang


dikelompokkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai berikut:

1) Tahap I, penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak


dikategorikan sebagai AIDS

2) Tahap II, meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-


infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh-sembuh

3) Tahap III, meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang
berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan
TBC paruparu

4) Tahap IV, meliputi toksoplasmosis pada otak, kandidiasis pada


saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernapasan (trachea),
batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan sarkoma
kaposi.

G. Tanda dan Gejala AIDS

Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya


tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami
demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut. Ketahanan tubuh akan
menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang.
Satu cara untuk mendapatkan kepastian adalah dengan menjalani Uji
Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan
aktivitas yang berisiko terkena virus HIV (Tim Field Lab FK UNS, 2013).

15
Ada beberapa tanda gejala mayor menurut WHO antara lain
(Widoyono, 2008: 87):

1) Kehilangan berat badan (BB) lebih dari 10%

2) Diare kronik lebih dari 1 bulan

3) Demam lebih dari 1 bulan

Sedangkan tanda minornya:

1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan

2) Dermatitis pruritis (gatal)

3) Herpes zooster berulang

4) Kandidiasis orofaring

5) Herpes simpleks yang meluas dan berat

6) Limfadenopati yang meluas.

H. Patofisiologi HIV /AIDS

Peran penting sel t dalam “menyalakan” semua kekuatan limfosit


dan makrofag, membuat sel t penolong dapat dianggap sebagai “tombol
utama” sistem imun. Virus AIDS secara selektif menginvasi sel t
penolong, menghancurkan atau melumpuhkan sel-sel yang biasanya
megatur sebagian besar respon imun. Virus ini juga menyerang makrofag,
yang semakin melumpuhkan sistem imun, dan kadang-kadang juga masuk
ke sel-sel otak, sehingga timbul demensia (gangguan kapasitas intelektual
yang parah) yang dijumpai pada sebagian pasien AIDS.

Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan dna sel pasien,
sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap
terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang
masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi AIDS
sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang

16
terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal.
Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar
getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah
infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya
berlangsung selama 8-10 tahun.

Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis
tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang
tinggi, 10 partikel setiap hari. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi
kehancuran limfosit cd4 yang tinggi, untungnya tubuh masih bisa
mengkompensasi dengan memproduksi limfosit cd4 sekitar 109 setiap
hari.

Pathway Patofisiologi HIV/AIDS

Transmisi HIV ke dalam tubuh melalui


darah, ASI / cairan tubuh ibu yg
infeksius

Pengikatan gp120 HIV dengan reseptor


membran T Helper + CD4

Fusi / peleburan membran virus dengan


membran sel T Helper + CD4

Enzim reverse transcriptase


RNA HIV cDNA

Enzim integrase
cDNA masuk ke inti sel T Helper
Transkripsi mRNA dan translasi
menghasilkan protein struktural virus

17
Enzim protease
Merangkai RNA virus dengan
protein-protein yang baru dibentuk,

Terbentuk virus - virus HIV yang baru


dalam tubuh

I. Faktor Risiko HIV/AIDS

Faktor risiko epidemiologis infeksi HIV adalah sebagai berikut :

1. Perilaku berisiko tinggi :

a. Hubungan seksual dengan pasangan berisiko tinggi tanpa


menggunakan kondom

b. Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakaian


jarum secara bersama tanpa sterilisasi yang memadai.

c. Hubungan seksual yang tidak aman : multi partner,


pasangan seks individu yang diketahui terinfeksi HIV,
kontaks seks per anal.

2. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual.

3. Riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa penapisan.

4. Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat


yang tidak disterilisasi.

Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan


yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi

18
untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan
lain-lain

J. Dampak HIV / AIDS

AIDS merupakan penyakit yang belum ditemukan obat untuk


menyembuhkannya dan belum ada vaksin untuk mencegahnya. Perawatan
ODHA dirumah sakit akan menambah beban biaya pelayanan kesehatan,
karena akan meningkatkan pula tingkat hunian rumah-rumah sakit.
Akibatnya, biaya operasional untuk merawat para penderita AIDS akan
bertambah, sehingga berdampak terhadap program lain dalam hal
berkurang penyediaan anggarannya, misalnya untuk program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), gizi anak, pemberantasan penyakit menular,
penyuluhan kesehatan, imunisasi, sanitasi lingkungan, dan lain-lain.
Sedangkan program-program di atas sangat penting dan berperan besar
dalam peningkatan SDM untuk masa yang akan datang.
K. Upaya Pencegahan AIDS

Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk
mencegah AIDS belum ditemukan, maka alternatif untuk menanggulangi
masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah dengan upaya pencegahan
oleh semua pihak untuk tidak terlibat dalam lingkaran transmisi yang
memungkinkan dapat terserang HIV.

Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh


semua pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS.Ada 2 cara
pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang :

1) Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek

Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan KIE,


memberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola
penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah
pencegahannya.

Ada 3 macam pencegahan berdasarkan penyebaran virus HIV :

19
a. Melalui hubungan seksual

HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang


terbukti berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina dan
darah. HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari
wanita ke pria dan dari pria ke pria.

Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual


maka upaya pencegahan adalah dengan cara :

a) Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif,


namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan
biologis.

b) Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual


yang setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami)

c) Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin

d) Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular


AIDS.

e) Tidak melakukan hubungan anogenital.

f) Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual


dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.

b. Melaui darah

Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS.


Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan :

a) Transfusi darah yang mengandung HIV.

b) Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas
pakai orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik.

c) Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang yang
mengidap virus HIV.

20
Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui darah
adalah:

a) Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan


jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan
sebab memerlukan biaya yang tingi serta peralatan canggih karena
prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor
darah hanya dengan uji petik.

b) Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak


menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak, menjadi
donor menyalahi kode etik, maka darah yang dicurigai harus di buang.

c) Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara
baku setiap kali habis dipakai.

d) Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus
disterillisasikan secara baku.

e) Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan


penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan
mengunakan jarum suntik bersama.

f) Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)

g) Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.

c. Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya

Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut


kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam
kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan. Upaya
untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar
ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil.

2) Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang

21
Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar
adalah karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus
AIDS yang menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah ke luar
negeri dan mengadakan hubungan seksual dengan orang asing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko penularan dari suami


pengidap HIV ke istrinya adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya
adalah 8%. Namun ada penelitian lain yang berpendapat bahwa resiko
penularan suami ke istri atau istri ke suami dianggap sama. Kemungkinan
penularan tidak terganggu pada frekuensi hubungan seksual yang
dilakukan suami istri. Mengingat masalah seksual masihmerupakan barang
tabu di Indonesia, karena norma-norma budaya dan agama yang masih
kuat, sebetulnya masyarakat kita tidak perlu risau terhadap penyebaran
virus AIDS. Namun demikian kita tidak boleh lengah sebab negara kita
merupakan Negara terbuka dan tahun 1991 adalah tahun melewati
Indonesia.

Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah


merajalelanya AIDS adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat
dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial
sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.

Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab


adalah :

a. Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.

b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia dan
tidak terinfeksi HIV (monogamy).

c. Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.

d. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari


satu mitra seksual.

e. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.

22
f. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin

g. Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.

h. Tidak melakukan hubungan anogenital.

i. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual.

Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh agama,


penyebarluasan informasi tentang AIDS dengan bahasa agama, melalui
penataran P4 dan lain-lain yang bertujuan untuk mempertebal iman serta
norma-norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab.
Dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab diharapkan mampu
mencegah penyebaran penyakit AIDS di Indonesia.

L. Penanggulangan HIV/AIDS

Prinsip-prinsip Dasar Penanggulangan HIV/AIDS.

1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan oleh masyarakat dan


pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dan pemerintah
berkewajiban untuk mengarahkan membimbing, serta menciptakan
suasana yang menunjang.

2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama


dan budaya yang ada di Indonesia.

3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan meniperkukuh


ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial
yang mengakar dalam masyarakat.

4. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan


penyuluhan untuk memantapkan perilaku yang tidak memberikan
kesempatan penularan dan merubah perilaku yang beresiko tinggi.

5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk


melindung diri dan orang lain terhadap infeksi HIV/AIDS.

23
6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap
menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV/penderita
AIDS dan keluarganya.

7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului


dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang
bersangkutan (informed consent). Sebelum dan sesudahnya harus
diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib
dirahasiakan.

8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan


selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di
semua tingkat.

9. Setiap pemberi layanan berkewajiban memberikan layanan tanpa


diskriminasi kepada pengidap HIV/penderita AIDS.

Tujuan penanggulangan HIV/AIDS adalah untuk :

1. mencegah penularan virus HIV/AIDS

2. mengurangi sebanyak mungkin penderitaan perorangan, serta dampak


sosial dan ekonomis dari HIV/AIDS diseluruh Indonesia

3. menghimpun dan menyatijkan upaya-upaya nasional untuk


penanggulangan HIV/AIDS.

Strategi Yang Dapat Dilakukan Untuk Menanggulangi Penyebaran


Penyakit Hiv/Aids Antara Lain :

1. Melakukan promosi kondom bagi WTS atau pekerja sex lainnya


dengan cara memberikan penjelasan tentang fungsi dan cara
pemakaiannya.
2. Membangun tempat-tempat rehabilitasi khusus untuk orang-orang
yang menderita penyakit AIDS.
3. Gencar melakukan pentuluhan di berbagai tempat yang ditujukan
kepada masyarakat umum tentang bahaya HIV/AIDS baik itu di

24
sekolah-sekolah (SMU), Perguruan Tinggi jika perlu sampai ke
Pondok Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan para
pembimbing sekolah.
4. Pemerintah dan LSM yang ada banyak melakukan penyuluhan
ketahanan keluarga karena dengan ketahanan keluarga diharapkan
Ayah, Ibu dan anak memahami bahaya dari penularan HIV/AIDS.
5. Merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah positif dalam rangka
pencegahan dan penyebarluasan AIDS.
6. Meningkatkan pengetahuan petugas dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan.
7. Berusaha agar pengidap HIV dan golongan resiko tinggi (WTS)
dibekali keterampilan tertentu agar mampu bekerja di bidang lain
dalam kehidupnnya.
8. Membentuk kelompok kerja teknis komunikasi, informasi, dan idukasi
khusus untuk menagani HIV/AIDS.

M. Pengobatan HIV/AIDS

Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi risiko penularan


HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik dan meningkatkan
kualitas hidup pengidap HIV. Pengobatan HIV harus dilakukan bersamaan
dengan penapisan dan terapi infeksi oportunistik, pemberian kondom dan
konseling.

Pengobatan AIDS bertujuan untuk menurunkan sampai tidak


terdeteksi jumlah virus (viral load) HIV dalam darah dengan
menggunakan kombinasi obat ARV.

Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan cara pengobatan:

a. Terapeutik

Pengobatan terapeutik meliputi pengobatan ARV (Antiretroviral),


pengobatan IMS, dan pengobatan infeksi oportunitis.

25
Pengobatan ARV yang berfungsi menghambat virus dalam
merusak sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan diberikan dalam bentuk
tablet yang dikonsumsi tiap hari. Pengobatan ARV diberikan setelah
mendapatkan konseling, mempunyai pengingat minum obat (PMO) dan
pasien setuju patuh terhadap pengobatan seumur hidup. Pengobatan ARV
dimulai di rumah sakit dan dapat dilanjutkan di puskesmas atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit sekurang-kurangnya merupakan
rumah sakit kelas C.

Pengobatan ARV harus diindikasikan bagi:

1) Penderita HIV yang telah menunjukkan stadium klinis 3 atau 4 atau


jumlah sel Limfosit T CD4 kurang dari atau sama dengan 350
sel/mm3

2) Ibu hamil dengan HIV; dan

Setiap ibu hamil dengan HIV berhak mendapatkan pelayanan


persalinan di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan persalinan
memperhatikan prosedur kewaspadaan standar dan tidak memerlukan alat
pelindung diri khusus bagi tenaga kesehatan penolong persalinan.

3) Penderita HIV dengan tuberkulosis.

b. Profilaksis

Pengobatan profilaksis meliputi pemberian ARV pasca pajanan


dan kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis. Setiap bayi baru lahir dari
ibu HIV dan AIDS harus segera mendapatkan profilaksis ARV dan
kotrimoksazol. Dalam hal status HIV belum diketahui, pemberian nutrisi
sebagai pengobatan penunjang bagi bayi baru lahir.

c. Penunjang

Pengobatan penunjang meliputi pengobatan suportif, adjuvant dan


perbaikan gizi. Tanpa pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang
terserang HIV akan menurun drastis. Dan mereka cenderung menderita

26
penyakit yang membahayakan nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal
sebagai HIV stadium akhir atau AIDS.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus,


HIV merupakan virus yang dapat mengakibatkatkan penyakit acquired
immunodeficiency syndrome, atau AIDS. Penyakit AIDS disebabkan oleh
Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10
tahun. Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya
tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami
demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut. Melalui darah, cairan semen/ air
mani (sperma atau peju pria), melalui cairan vagina pada wanita, dan
melalui Air Susu Ibu (ASI, adapun cairan tubuh yang tidak mengandung
virus HIV pada penderita HIV positif.

28
DAFTAR PUSTAKA

About HIV/AIDS. Http://www.cdc.gov/HIV/basics/whatisHIV.html.


Diakses pada tanggal 26 april 2016.

Afifah, Asni. 2015. Keefektifan Permainan “Shart Journey” (Inovasi


Permainan Monopoli) Dalam Meningkatkan Pengetahuan Tentang
Hiv/Aids Pada Remaja Yang Tinggal Di Kompleks Resosialisasi
Argorejo. Skri

Dinkes Bengkulu. http://dinkes.bengkuluprov.go.id/ver1/index.php/uptd/8-


umum/127-strategi-penanggulangan-hiv-aids

Hanim, Diffah, dkk, 2013, Penyuluhan Kesehatan: Penyakit Menular


Seksual, Fakultas Kedokteran UNS, Solo

Kandal, B.K. Dkk., 2004, Penyakit Infeksi Edisi Ke-6, Erlangga, Jakarta.

Pusat Data Dan Informasi. 2014. Situasi Dan Analisis HIV AIDS.
Kementrian Kesehatan Ri. Jakarta

http://www.alodokter.com/hiv-aids/
Permenkes Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS. http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/100_Permenkes
%20No%2021%20Tahun%202013%20Penanggulangan
%20HIVAIDS.pdf
http://spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1060.Strategi Nasional
Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia 1994
Wahyono Agus. 2015. Makalah HIV AIDS.
http://aguswahyupriutomo.blogspot.co.id/2015/07/contoh-makalah-
tentang-hiv-aids.html. Diakses pada tanggal 28 April 2016 Pukul
19:12 WIB

Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,


& Pemberantasan, Erlangga, Jakarta

29
Zona Info 45. 2012. Definisi dan Patofisiologi HIV AIDS.
http://zonainfo45.blogspot.co.id/2012/12/definisi-dan-patofisiologi-
penyakit-hiv.html. Diakses pada tanggal 28 April 2016 Pukul 19:09
WIB

30

Anda mungkin juga menyukai