Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politik. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategi telah selesai dilakukan. Urgensi Penganggaran Publik Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji. Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Siklus Penganggaran Publik Alokasi pembiayaan kesehatan ditujukan untuk pelayanan kesehatan di bidang pelayanan publik, terutamabagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia, dan anak terlantar. Siklus Penganggaran Publik 1. Tahap Persiapan (Preparation) a. Pemberian arahan berdasarkan Rencana Strategis Organisasi Hal ini dapat disampaikan melalui pimpinan organisasi/ dewan pembina organisasi dengan memberikan pandangannya mengenai berbagai peluang serta kemungkinan/arahan stategis terkait kegiatan yang akan dilakukan b. Usulan/Masukan dari tingkatan unit kerja/program Arahan dari pimpinan organisasi/dewan pembina akan ditindaklanjuti oleh unit kerja/program melalui pengajuan disain program yang dilengkapi dengan estimasi biaya yang diperlukan. Selain itu, dibutuhkan juga indikator pencapaian untuk memudahkan proses monitoring dan evaluasi. Dalam mengembangkan anggaran dibutuhkan pula sifat fleksibiltasnya, yang dikenal dengan Anggaran Fleksibel. Anggaran yang menyesuaikan (flexes) untuk perubahan volume aktivitas dengan jumlah rupiah yang dianggarakan. Anggaran ini sangat bermanfaat untuk mengendalikan biaya produksi dan beban operasi. Fleksibilitas anggaran ini disusun berdasarkan pola perilaku biaya berupa biaya tetap dan biaya variable sehingga dapat membantu dalam membuat perbandingan dengan lebih valid karena besarnya tingkat pengeluaran dan pendapatan dapat teridentifikasi dengan baik dengan analisis yang terperinci terkait bagaimana setiap biaya dipengaruhi oleh perubahan- perubahan kegiatan organisasi. Anggaran fleksibel memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Disusun untuk suatu rentangan aktivitas dan bukan untuk satu tingkat aktivitas saja. 2) Memberikan dasar yang dinamis untuk membuat perbandingan- perbandingan, karena mereka secara otomatis akan memberikan informasi yang menyangkut tingkatan volume yang berbeda-beda. Dalam penyusunan anggaran yang perlu diperhatikan adalah adanya kegiatan prioritas. Kegiatan ini dikategorikan sebagai kegiatan yang menempati urutan teratas untuk segera dilakukan sebelum melakukan kegiatan lainnya. 2. Tahap Ratifikasi (Ratification) Kompilasi usulan anggaran Proses selanjutnya adalah pengumpulan/kompilasi seluruh usulan anggaran dan mendiskusikannya bersama. Hal ini penting dilakukan, karena pada tahapan ini usulan dari berbagai pihakunit kerja/program akan digabungkan menjadi rencana anggaran organisasi. Dengan dilakukannya penggabungan ini, sinkronisasi antar program dapat terjalin satu sama lain. Namun perlu diingat, setiap masukan/usulan yang diberikan dan sinkronisasi program yang diajukan senantiasa harus memperhitungkan kepentingan organisasi dan realitas yang ada dilapangan. Oleh karena itu pengkategorian& skala prioritas usulan anggaran penting dilakukan. 3. Tahap Implementasi (Implementation) a. Anggaran Penerimaan Tahapan terpenting dalam proses penyusunan anggaran organisasi adalah memprediksi sumber dana untuk membiayai kegiatan yang direncanakan. Padahal sumber dana dikenal sebagai bagian dari anggaran yang tidak dapat dikontrol oleh organisasi. Oleh karena itu, penting untuk melihat dan menghitung kembali besaran perkiraan dengan menggunakan data historis yang dimiliki karena perkiraan pendapatan akan mempengaruhi secara langsung tingkat kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini tidak lepas dari peran bagian keuangan sebagai penyusun dan pengelola anggaran kas organisasi. Anggaran ini akan menunjukkan rencana dan penggunaan kas dalam satu tahun anggaran. Dalam penganggaran ini terdiri dari rencana aliran kas masuk dan juga rencana aliran kas keluar. Sifat dari aliran kas tersebut baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar maka akan bersifat dengan terus menerus. Dengan membuat anggaran kas yang juga menjadi aktivitas dalam manajemen keuangan tersebut maka organisasi bisa mempersiapkan pengelolaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adanya anggaran kas juga bisa digunakan sebagai dasar kebijakan untuk mendapatkan modal. Yang lebih penting bahwa dalam pembuatan anggaran kas ini maka bisa dijadikan penilaian terhadap realisasi pengeluaran kas yang sebenarnya. b. Skenario Anggaran Untuk mengantisipiasi sulitnya memprediksi besaran anggaranpenerimaan, dapat dibuat anggaran penerimaan dalam berbagai skenario yang terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Tingkat konservatif berarti, perkiraan sumber dana diprediksi berdasakan pada sumber dana dengan tingkat kepastiannya yang tinggi, yaitu dari sumber dana yang sudah pasti didapatkan. Tingkatan moderat, artinya anggaran ini mempertimbangkan sumber dana yang relatif lebih rendah tingkat kepastiannya. Dengan demikian, sumber dana suatu organisasi akan lebih besar diperhitungkannya dibandingkan dengan tingkatan konservatif. Sedangkan anggaran dengan tingkat agresif, mempersepsikan sumber dana yang akan diperoleh termasuk dana yang lebih kecil kepastian perolehannya. Dengan demikian, pada tingkatan ini anggaran suatu organisasi memiliki sumber dana lebih dibandingkan konservatif maupun moderate. Berdasarkan skala prioritas, skenario konservatif menunjukkan bahwa kegiatan yang dimiliki mempunyai priortas utama dengan mementingkan hal- hal esesnsial yang mempengaruhi periode yang bersangkutan. Lain halnya dengan moderate maupun agresif, skenario ini cenderung memiliki kegiatan- kegiatan yang berada pada prioritas yang lebih rendah dalam pengerjaannya dapat dilakukan kemudian disesuaikan dengan ketersediaan sumber dana. c. Penentuan Biaya Tetap dan Biaya Variabel Setelah menentukan skenario yang digunakan, langkah selanjutnya adalah menentukan besaran biaya yang akan dianggarkan, yaitu identifikasi biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang harus dikeluarkan tidak tergantung pada tingkat kegiatan yang dilakukan organisasi atau dengan kata lain ada atau tidak ada kegiatan biaya-biaya tersebut harus dikeluarkan. Misalnya, biaya sewa kantor, gaji pegawai keuangan dan administrasi, gaji pimpinan dan overhead lainnya bersifat tetap dan terus menerus. 4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi Proyeksi arus kas Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, tahapan akhir adalah menyusun anggaran menggunakan komponen anggaran penerimaan yang terdiri dari tiga skenario yang tersedia, pengeluaran per unit kerja/program dengan menggunakan skenario yang sama, menetapkan biaya tetap (fixed cost) pengelolaan organisasi sebagai minimum pendapatan yang harus diperoleh. Apabila sudah disepakati bersama, maka bagian keuangan dapat membuat proyeksi arus kas. Proyeksi arus kas ini bertujuan untuk memperhitungkan jadwal kegiatan dari masing-masing program. Proyeksi arus kas ini juga penting untuk melihat adanya kemungkinan organisasi menghadapi periode defisit anggaran akan terjadi. Dikuatirkan hal ini menyebab tidak adanya alternatif pendanaan pendanaan lainnya sehingga pilihan yang akan diambil adalah pengunduran jadwal kegiatan atau bahkan pengurangan kegiatan. 1. Pahala Nainggolan (2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Jakarta: Yayasan Bina IntegrasiEdukasi 2. Munandar M, (2001). Budgeting, Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. https://www.integrasi-edukasi.org/siklus-dan-tahapan-pengelolaan-anggaran/ Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan dan penganggaran. Namun hingga saat ini proses penyusunan perencanaan dan penganggaran belum sepenuhnya dapat terlaksana sesuai harapan. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para perencana setiap tahun diantaranya adalah sulitnya sinkronisasi dan koordinasi antar unit serta waktu perencanaan yang terkesan singkat atau tergesa-gesa. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014) Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka para perencana diharapkan dapat memahami siklus dan jadwal serta kegiatan umum perencanaan dan penganggaran. Hal ini untuk memudahkan penyusunan Rencana Kerja (Renja) di tingkat Pusat (Kementerian/Lembaga) dan Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) yang bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik dari rupiah murni, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan atau Pinjaman/Hibah Luar Negeri (P/HLN). Perhatian ditekankan pada sinkronisasi antara Pusat dan Daerah khususnya untuk Dana Dekonsentrasi (Dekon) dan Tugas Pembantuan (TP). (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014) Dengan mengetahui dan memahami siklus dan jadwal penyusunan serta kegiatan umum perencanaan APBN ini, diharapkan dapat menyusun perencanaan dengan baik dan tepat waktu. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014) Apabila ada keselahan ataupun kekurangan didalam penulisan makalah ini mohon maaf, para pembaca sekiranya mohon memberikan kritik yang membangun guna bahan evaluasi bagi penulis Amalia Ayu R , Fakhmi Dwi Novaliudin, Istaniya Sumantri