Anda di halaman 1dari 42

TINGKAT PEMAHAMAN POLITIK PEMILIH CERDAS DAN CERMAT

DALAM PEMILU BAGI PEMILIH PEMULA DI INDONESIA

TUGAS MINI RISET


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Pendidikan Politik Pada
Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan
Dosen Pengampu: Drs.Halking , M.Si
Disusun oleh :
Kelas B
Kelompok 1
Ketua Kelompok : Adetya Iskandar (NIM: 3183111033)
Anggota Kelompok : Olivia Anggi (NIM: 3183111039)
Yaser Pareak Sentosa Nadapdap (NIM: 3181111007)
Dandi Sinambela (NIM: 3181111012)
Ermita Berutu (NIM: 3182111017)
Adrilla Yolanda Samosir (NIM: 3183111046)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mini Riset Kuliah Pendidikan Politik Pada Jurusan Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Dosen
pengampu : Drs.Halking, M.Si.

Kami yang bertanda tangan dibawah ini:

Ketua Kelompok: Adetya Iskandar (NIM: 3183111033)


Anggota Kelompok : Olivia Anggi (NIM: 3183111039)
Yaser Pareak Sentosa Nadapdap (NIM: 3181111007)
Dandi Sinambela (NIM: 3181111012)
Ermita Berutu (NIM: 3182111017)
Adrilla Yolanda Samosir (NIM: 3183111046)
Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Judul Mini Riset : Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas dan Cermat dalam Pemilu
bagi Pemilih Pemula di Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tulisan yang kami serahkan ini benar-benar
merupakan karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dari ringkasan yang semuanya telah kami
jelasakan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti dapat dibuktikan tulisannya hasil jiplakan,
maka nilai dan kelulusan yang diberikan oleh dosen penguji dapat kami terima.

Medan, 28 November 2020


Yang Membuat Pernyataan
Ketua Kelompok I

Adetya Iskandar
NIM: 3183111033

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas dan Cermat dalam Pemilu bagi Pemilih Pemula di
Indonesia
Tugas ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
mata kuliah Pendidikan Politik

Universitas Negeri Medan


Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu Ketua Kelompok I

Drs. Halking, M.Si Adetya Iskandar


NIP: 19630406 199303 1001 NIM: 3183111033

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Swt., yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga proposal mini riset ini bisa terselesaikan dengan baik, dengan
judul miniriset “Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas dan Cermat dalam Pemilu bagi
Pemilih Pemula di Indonesia”. Kami banyak menemui kendala dalam menyelesaikannya, terutama
dalam kekompakan dan kerjasama antar tim dalam kelompok. Walaupun banyak menemui kendala
itu dalam mengerjakan tugas ini, berkat pertolongan dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikannya.

Proposal mini riset ini sebagai salah satu tugas dalam Mata Kuliah Sitem Politik Indonesia.
Proposal ini terdiri atas tiga bab, yaitu Bab I Pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan
Manfaat Penelitian. Bab II Kajian Pusataka yang terdiri atas Kerangka Teori, Penelitian Relevan,
dan Kerangka Berpikir. Yang terakhir Bab III Metode Penelitian, yang terdiri atas Desain
Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Variabel Penelitian dan Definisi Operasional,
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

Kemudian dalam pembuatan proposal penelitian mini riset ini, kami banyak mendapat
bantuan dalam penyelesaiannya. Untuk itu kami patut dan sewajarnya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaiannya. Ucapan terima kasih yang
pertama kami ucapkan kepada orang tua kami yang telah memberikan dorongan baik dorongan
moril dan motivasi kepada kami, maupun dukungan materi kepada kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan proposal mini riset ini. Berikutnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen kami,
Drs. Halking, M.Si dalam Mata Kuliah Pendidikan Politik yang sudah banyak memberikan
ilmunya dalam mengikuti mata kuliah ini dan mengerjakan tugas-tugasnya.

Harapan kami semoga hasil penelitian mini riset ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya bagi Kelas Reguler B Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/ 2018 Fakultas Ilmu
Sosial/ Universitas Negeri Medan. Dalam proposal penelitian mini riset ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mohon mohon maaf atas kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
proposal ini. Masukan dan kritikan atas kekurangan proposal ini sangat kami harapkan dari
pembaca. Selain itu, agar tim penulis dapat membuat proposal ini menjadi lebih baik dan menarik.

Medan, 28 November 2020

Ketua Kelompok I

Adetya Iskandar

NIM: 3183111033

iv
ABSTRAK

Tugas Mini Riset kelas B PPKn 2018 ini berjudul “Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas
dan Cermat dalam Pemilu Bagi Pemilih Pemula di Indonesia”. Mini Riset ini meneliti tentang
bagaimaina tingkat pemahaman politik pemilih pemula dalam mengikuti Pemilu di Indonesia.
Tujuan penelitian untuk mengetahui dan memperluas pemahaman pembaca mengenai tingkat
pemahaman politik pemilih cerdas dan cermat dalam Pemilu bagi pemilih pemula di Indonesia.
Mini Riset ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif yaitu mencari data dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Mini riset dilakukan secara online dengan
menggunakan aplikasi Google Meet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilih pemula
memiliki tingkat pemahaman politik yang cukup tinggi dalam Pemilu di Indonesia. Perhitungan
Bmax−Bmin
tingkat pemahaman ini menggunakan rumus, yaitu rentang= 5

(Keyword : Pemahaman Politik, Pemilih Pemula, Pemilu )

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...............................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................................................ v

DAFTAR ISI............................................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

B. Indentifikasi Masalah ................................................................................................... 2

C. Pembatasan Masalah .................................................................................................... 2

D. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

E. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 3

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 3

BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................................... 4

A. Kerangka Teori ............................................................................................................. 4

B. Penelitian Yang Relevan............................................................................................... 7

C. Kerangka Berpikir ........................................................................................................ 9

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................... 10

A. Desain Penelitian ......................................................................................................... 10

B. Populasi dan Sampel Penilitian ................................................................................. 11

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ......................................................... 12

D. Intrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 14

E. Teknik Analisis Data................................................................................................... 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 19

vi
A. Hasil Penelitian............................................................................................................ 19
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................................... 25
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 33
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 33
B. Saran ........................................................................................................................... 33

DAFTAR REFERENSI ......................................................................................................... 34

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemilih pemula merupakan sasaran utama dari partai-partai politik yang mengikuti pemilu di
Indonesia karena jumlahnya setengah jumlah keseluruhan pemilih serta orientasi politiknya belum
ajeg, sehingga mudah dipengaruhi. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemilih pemula
memerlukan kecakapan partisipatoris politik yang memadai, karena apabila pemilih pemula tidak
mempunyai kecakapan partisipatoris politik yang memadai maka menyebabkan rendahnya
kualitas politik pemilih pemula, yang akan berdampak pada rendahnya kualitas pemilu.
Keberadaan pemilih pemula sering dikaitkan dengan keberhasilan suatu partai dimana jika
suatu partai berhasil meraih simpati pemilih pemula, maka partai politiknya akan mendapatkan
suara yang tinggi dalam pemilihan. Pemilihan umum (Pemilu) penting karena merupakan sarana
perwujudan kedaulatan rakyat untuk melakukan penggantian pemimpin/anggota dewan secara
konstitusional. Selain itu pemilihan umum merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk
memperoleh legitimasi sekaligus sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi langsung dalam proses.
Dalam proses pemilu peran pemilih pemula cukup penting untuk mencegah golput. Perlu ada
peran media, dalam meningkatkan partisipasi dan mengawal hasil Pemilu demi terlaksananya
demokrasi. Pengenalan pemilih pemula terhadap partai politik masih rendah dan mudah
dipengaruhi kepentingan keluarga, orang tua dan kerabat.
Pemahaman konsep politik adalah bagaimana seseorang mampu membedakan, menerangkan,
menyimpulkan, mengelompokkan, memberikan contoh, dan menuliskan kembali setelah mereka
mempelajari politik. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator kualitas demokrasi secara
substansial pada saat ini dan masa akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah
diberikan wawasan politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun
infrastruktur politik, maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang cerdas dan kritis
dalam menentukan pemimpin di Indonesia.
Dalam sebuah negara demokrasi, adanya pemilu merupakan suatu klaim terhadap suatu sistem
politik yang dibangun oleh suatu negara. Sedangkan dalam pemilu itu sendiri tidak lepas dari
adanya suatu golongan yang tidak berpartisipasi di dalamnya atau biasa disebut golongan putih

1
(golput). Akhir-akhir ini, di negara kita ramai dibicarakan tentang meningkatnya jumlah golput
dari kalangan generasi muda. Kekhawatiran ini telah muncul ketika Orde Baru akan mengadakan
pemilu, yaitu: 1. Kurangnya pemahaman tentang pemilu 2. Boikot terhadap pemilu. 3.
Meremehkan pemilu oleh para cendekiawan dan para penulis semi cendekiawan.
Salah satu kelompok sosial di masyarakat yang rentan untuk menjadi golput adalah mahasiswa
yang sebagai pemilih pemula, hal ini karena tingkat pendidikan yang dimiliki mahasiswa untuk
cenderung bertindak secara rasional dalam menentukan sikap politiknya, sikap golput ini karena
tidak ada pilihan calon yang layak dan bersih untuk dipilih sehingga mahasiswa menentukan
untuk golput, selain itu mahasiswa cenderung bersikap apatis, apolitis dan kritis terhadap pemilu,
serta merupakan kelompok yang biasanya teralienasi dari sistem atau proses politik yang ada.
Berdasarkan latar belakang di atas tersebutlah, penulis ingin melakukan penelitian mengenai
bagaimana " Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas Dan Cermat Dalam Pemilu Bagi Pemilih
Pemula Di Indonesia".
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Kiprah politik pemilih pemula dalam Pemilu di Indonesia.
2) Peran politik pemilih pemula yang cerdas dan cermat dalam Pemilu sejalan dengan
idealisme politik.
3) Aktivisme politik pemilih pemula sebangun dengan cita-cita politik bangsa yang merdeka.
4) Penginvestasian partisipasi politik pemilih pemula dalam Pemilu.
C. Batasan Masalah
Melihat luasnya ruang lingkup yang akan dibahas, dalam hal ini mengharuskan peneliti
membatasi masalah agar lebih terarah, sehingga mempermudah peneliti dalam mencapai
tujuan dan memperoleh manfaat dari penelitian ini. Dalam hal ini peneliti membatasi masalah
pada Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas Dan Cermat Dalam Pemilu Bagi Pemilih
Pemula Di Indonesia.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sekaligus


merupakan pembahasan permasalahan yang akan diteliti ialah:

2
1. Bagaimana Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas Dan Cermat Dalam Pemilu
Bagi Pemilih Pemula Di Indonesia.?
2. Bagaimana kesiapan Pemilih Pemula Cerdas Dan Cermat Dalam Pemilu?
3. Bagaimana partisipasi Pemilih Pemula yang cerdas dan cermat Dalam Menggunakan
Hak Pilihnya?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas Dan Cermat Dalam
Pemilu Bagi Pemilih Pemula Di Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Kesiapan Pemilih Pemula Cerdas Dan Cermat Dalam Pemilu.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a) Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang kajian Tingkat
Pemahaman Politik Pemilih Cerdas Dan Cermat Dalam Pemilu Bagi Pemilih
Pemula Di Indonesia.
b) Diharapakn dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pemerintah masyarakat
dan pemilih pemula lainnya dan untuk dijadikan arah penelitian yang lebih lanjut
pada masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca dalam pemahaman
penyusunan tentang kajian Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas Dan
Cermat Dalam Pemilu Bagi Pemilih Pemula Di Indonesia.
b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehubungan dengan
Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas Dan Cermat Dalam Pemilu Bagi
Pemilih Pemula Di Indonesia.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Pendidikan Pemilih
Pendidikan pemilih seharusnya merupakan bagian dari pendidikan
kewarganegaraan yang lebih luas serta bagian dari berbagai aktivitas yang mendukung
demokrasi. Pendidikan pemilih bersifat lebih panjang, terstruktur dan terprogram dengan
baik. Terminologi pendidikan pemilih ini terkait erat dengan peserta/ audience, pesan,
pendekatan, waktu, dan mandat secara institusional.
Pendidikan kewarganegaraan berkaitan dengan konsep-konsep yang lebih luas
yang mendukung masyarakat demokratis seperti peran masing-masing dan tanggung jawab
warga negara, pemerintah, kepentingan politik dan khusus, media massa, dan sektor bisnis
dan non -profit, serta pentingnya pemilu yang periodik dan kompetitif (Setiawaty, 2014).
Ini menekankan tidak hanya kesadaran warga negara tetapi partisipasi warga dalam semua
aspek masyarakat demokratis. Pendidikan kewarganegaraan merupakan proses yang
berkelanjutan, tidak terikat dengan siklus pemilu dan dapat dilakukan melalui sistem
sekolah dan Universitas.
Berbeda dengan informasi pemilih yang biasanya dilakukan hanya menjelang
pemilu dan menyediakan informasi dasar seperti bagaimana cara memilih, waktu memilih,
lokasi dan tempat memilih. Informasi pemilih biasanya tidak membutuhkan banyak
penjelasan tentang konsep pemilu dan demokrasi itu sendiri. Pendidikan pemilih atau
sering disebut electoral education/voter education selayaknya tidak hanya dilakukan
kepada setiap warga negara yang memiliki hak pilih tetapi juga kepada mereka yang akan
memiliki hak pilih seperti siswasiswi di bawah usia 17 tahun.
Informasi pemilih merujuk kepada berbagai informasi yang membantu warga
negara untuk memilih, termasuk tanggal, waktu, dan tempat untuk voting; tipe pemilihan
umum, berbagai informasi yang dapat membantu melakukan identifikasi kelayakan,
informasi mengenai pendaftaran pemilih dan mekanisme untuk melakukan pemilihan suara

4
termasuk berbagai fakta-fakta dasar tentang pemilu yang tidak membutuhkan konsep yang
terlalu rumit tentang pemilu.
Informasi Pemilih dan pendidikan pemilih, dapat menjadi bagian dari upaya
pendidikan kewarganegaraan yang lebih besar. Walau demikian pendidikan civic atau
kewarganegaraan dapat dilakukan melalui organisasi masyarakat sipil, serta beberapa
lembaga Negara yang terkait yang tidak selalu otoritas penyelenggara pemilu. Pengajaran
pendidikan pemilih di sekolah akan berdampak baik karena akan membantu dalam
mempersiapkan murid-murid untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Pendidikan mengenai kepemiluan juga akan membantu dalam membekali calon pemimpin
masa depan dengan pengetahuan yang memadai, terutama untuk mengetahui lebih banyak
tentang tugas, tanggung jawab dan hak-hak sebagai warga negara.
2. Pendidikan Politik
Dilihat dari sisi etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani, yakni polis yang
berarti kota yang berstatus negara kota (city state) (Imam, 2009). Dalam Negara kota di
zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai kesejahteraan (kebaikan, menurut
Aristoteles) dalam hidupnya (Seta, 2011). Politik yang berkembang di Yunani kala itu
dapat ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya
demi mencapai kebaikan bersama.
Dalam perkembangannya, para ilmuwan politik menafsirkan politik secara
berbeda-beda sehingga varian definisinya memperkaya pemikiran tentang politik. Gabriel
A. Almond mendefinisikan politik sebagai kegiatan yang berbuhungan dengan kendali
pembuatan keputusan publik dalam masyarakat tertentu di wilayah tertentu, di mana
kendali ini disokong lewat instrumen yang sifatnya otoritatif dan koersif (Seta, 2011). Jika
ditarik benang merahnya, definisi politik menurut Almond juga tidak lepas dari interaksi
dalam masyarakat politik untuk menyepakati siapa yang diberi kewenangan untuk
berkuasa dalam pembuatan keputusan publik.
Definisi politik juga diberikan oleh ilmuwan politik lainnya, yaitu Andrew
Heywood. Menurut Andrey Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan
untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang
mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja
sama (Miriam, 2007).

5
Peter Merkl mengatakan bahwa politik dalam bentuk yang paling buruk, adalah
perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri-sendiri (politics at
its worst is a selfish grab for power, glory, dan riches) (Budiardjo, 2007).
3. Pemilihan Umum
Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat
memilih pemimpin politik secara langsung. Yang dimaksud dengan pemimpin politik
disini adalah wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik
ditingkat pusat maupun daerah dan pemimpin lembaga eksekutif atau kepala pemerintahan
seperti presiden, gubernur, atau bupati/walikota.
Penyelenggaraan Pemilu sangatlah penting bagi suatu negara, hal ini disebabkan
karena: 1) Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat; 2) Pemilu merupakan
sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara kontitusional.; 3) Pemilu
merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi; 4) Pemilu
merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.
Di Indonesia pemilu merupakan suatu wujud nyata dari demokrasi dan menjadi
sarana bagi rakyat dalam menyatakan kedaulatannya terhadap negara dan pemerintah.
pemilu berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Wardhani, 2018).
Dalam ilmu politik dikenal beberapa sistem pemilu, akan tetapi umumnya berkisar
pada prinsip pokok. Pertama, Sistem Distrik. Sistem distrik biasa disebut juga single-
member constituency (tetapi ada juga yang memakai istilah single-member-district untuk
menyebut sistem ini). Pada intinya, sistem distrik merupakan sistem pemilihan dimana
suatu negara dibagi menjadi beberapa daerah pemilihan (distrik) yang jumlahnya sama
dengan jumlah wakil rakyat yang akan dipilih dalam sebuah lembaga perwakilan.
Dengan demikian, satu distrik akan menghasilkan satu wakil rakyat. Kandidat yang
memperoleh suara terbanyak di suatu distrik akan menjadi wakil rakyat terpilih, sedangkan
kandidat yang memperoleh suara lebih sedikit, suaranya tidak akan diperhitungkan atau
dianggap hilang—sekecil apapun selisih perolehan suara yang ada—sehingga dikenal
istilah the winner-takes-all.

6
Kedua, sistem proporsional. Sistem proporsional merupakan sistem pemilihan yang
memperhatikan proporsi atau perimbangan antara jumlah penduduk dengan jumlah kursi
di suatu daerah pemilihan. Dengan sistem ini, maka dalam lembaga perwakilan, daerah
yang memiliki penduduk lebih besar akan memperoleh kursi yang lebih banyak di suatu
daerah pemilihan, begitupun sebaliknya.
Sistem proporsional juga mengatur tentang proporsi antara jumlah suara yang
diperoleh suatu partai politik untuk kemudian dikonversikan menjadi kursi yang diperoleh
partai politik tersebut. Karena adanya perimbangan antara jumlah suara dengan kursi, maka
di Indonesia dikenal Bilangan Pembagi Pemilih (BPP).
4. Pemilih Pemula
Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan
penggunaan hak pilihnya. Pemilih pemula terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi
syarat untuk memilih. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan
seseorang dapat memilih adalah: a) umur sudah 17 tahun, b) sudah / pernah kawin, c)
urnawirawan / Sudah tidak lagi menjadi anggota TNI / Kepolisian (Hupmas, 2010).
Pengenalan proses pemilu sangat penting untuk dilakukan kepada pemilih pemula
terutama mereka yang baru berusia 17 tahun. KPU dibantu dengan pihak terkait lainnya
harus mampu memberikan kesan awal yang baik tentang pentingnya suara mereka dalam
pemilu, bahwa suara mereka dapat menentukan pemerintahan selanjutnya dan mening-
katkan kesejahteraan hidup bangsa. Pemahaman yang baik itu diharapkan dapat menjadi
motivasi untuk terus menjadi pemilih yang cerdas.
Pentingnya peranan pemilih pemula karena sebanyak 20 % dari seluruh pemilih
adalah pemilih pemula, dengan demikian jumlah pemilih pemula sangatlah besar, sehingga
hak warga negara dalam menggunakan hak pilihnya janganlah sampai tidak berarti akibat
dari kesalahan-kesalahan yang tidak diharapkan, misalnya jangan sampai sudah memiliki
hak pilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar atau juga masih
banyak kesalahan dalam menggunakan hak pilihnya, dll.

B. Penelitian Yang Relevan

Pertama, jurnal dengan judul “Penyuluhan Pendidikan Politik bagi Pemilih Pemula Guna
Meningkatkan Partisipasi Hak Pilih pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 (Studi

7
pada Siswa-Siswi Sekolah Menengah Atas Se-Kecamatan Tanjung Priok)” oleh Amsori, Sekolah
Tinggi Ilmu Hukum IBLAM Jakarta, Journal Of Empowerment. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu
pertama, dalam meningkatkan partisipasi hak pilih pemilih pemula diperlukan Informasi yang
lebih komprehensif melalui pendidikan politik di sekolah. Kedua, meskipun memiliki informasi
politik memadai, sebagian pemilih pemula masih dipengaruhi ikatan emosional dan komersial
dalam menentukan pilihan politiknya. Ketiga, kecenderungan irasional dari pemilih pemula ini
hendaknya dapat dihindari melalui pendidikan politik yang secara intensif dilakukan
pemerintah melalui KPU dan partai politik.

Kedua, jurnal dengan judul “Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum”
oleh Primandha Sukma Nur Wardhani Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode studi
kepustakaan dengan didukung oleh hasil penelitian yang relevan. Hasil dari penelitian ini yaitu
Partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator implementasi penyelenggaraan
kekuasaaan negara tertinggi yang absah oleh rakyat (kedaulatan rakyat), yang dimanifestasikan
keterlibatan mereka dalam pesta demokrasi (Pemilu). Pemilihan umum dapat dikatakan sebagai
salah satu sarana demokrasi dan bentuk perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan wakil
rakyat dan pemimpin yang aspiratif, berkualitas, serta bertanggung jawab untuk mensejahterakan
rakyat. Suatu kategori kelompok pemilih yang sangat menarik untuk diamati dan diteliti lebih jauh
adalah pemilih pemula. Pemilih Pemula adalah pemilih-pemilih yang baru pertama kali akan
memberikan suaranya dalam Pemilu.

Ketiga, jurnal dengan judul “Mendorong Partisipasi Pemilih Muda Melalui Pendidikan
Politik Yang Programatik” oleh Diah Setiawaty Alumnus Ilmu Politik Universitas Indonesia dan
Program Officer Voter Education and Information Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi..
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Hasil dari penelitian ini yaitu Potensi pemilih pemula di Indonesia cukup besar seiring dengan
jumlah pemilih pemula yang signifikan. Akan tetapi potensi rendahnya tingkat partisipasi politik
masyarakat khususnya di kalangan pemilih pemula juga diprediksi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya apatisme publik dikarenakan kinerja pemerintah yang tidak memuaskan.
Pendidikan pemilih adalah sebuah langkah strategis untuk menanggulangi permasalahan tersebut.

8
Sayangnya penyelenggara pemilu dari setiap periode pemilu demokratis hingga saat ini masih
belum melakukan pendidikan pemilih yang programatik dan masih menggunakan pendekatan
informasi pemilih yang merupakan solusi sementara. Partai politik juga masih belum maksimal
dalam menjalankan fungsi pendidikan politiksebagaimana yang diamanatkan oleh undang-
undang. Perlu adanya komitmen bersama baik dari pihak pemerintah dan partai politik dengan
melibatkan seluruh elemen masyarakat seperti CSO dan lembaga-lembaga pendidikan untuk mulai
melakukan pendidikan pemilih yang programatik untuk meningkatkan tidak hanya angka
partisipasi pemilih dalam pemilu tetapi juga partisipasi politik secara keseluruhan.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan Politik

Pemerintah Keluarga Sekolah

Kerja Sama

Tingkat Pemahaman Politik Pemilih Cerdas


dan Cermat dalam Pemilu bagi Pemilih
Pemula di Indonesia

9
BAB III

METODE PENELTIAN

A. Desain Penelitian
Sebelum melakukan penelitian lapangan, maka hal yang harus dilakukan terlebih
dahulu adalah menyusun sebuah rancangan penelitian atau desain penelitian. Seorang
peneliti menggunakan desain penelitian sebagai pedoman yang menuntun peneliti dalam
melaksanakan tahap-tahap penelitian. Desain penelitian merupakan pola atau bentuk
penelitian yang diinginkan (Mulyadi, 2012). Menurut Moleong, (2014: 71) desain adalah
pedoman atau prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian yang bertujuan untuk
membangun strategi yang berguna untuk membangun strategi yang menghasilkan model
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif
kuantitatif.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam mini riset ini ialah jenis penelitian
kuantitatif. Creswell (2014) menyatakan penelitian kuantitatif merupakan
pendekatan untuk menguji teori objektif dengan menguji hubungan antar variabel
(Wahidmurni, 2017). Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner berarti suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik
tertentu diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh
data (Yusuf, 2017). Jenis kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner tertutup, yaitu
kuesioner terdiri atas sejumlah pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah
ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih dari alternatif yang telah
ditentukan.
Untuk menjaga keabsahan data peneliti melakukan ketekunan pengamatan
dan diskusi dengan teman. Analisis data penelitian ini dilakukan secara kuantitatif.
Bogdan sebagaimana dikutip Sugiyono (2007:244) menyatakan bahwa analisis data
kuantitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

10
diperoleh dari hasil pengamatan sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.
2. Metode Penelitian
Sebelum melalukan suatu penelitian, peneliti harus memilih metode yang
tepat, sehingga dapat membantu peneliti dalam mencapai tujuan penelitian. Metode
merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.
Dalam pelaksanaannya penelitian ini meliputi data, analisis dan interpretasi
tentang arti dan data yang diperoleh. Menurut Arikunto (2010), metode penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi,
atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk
laporan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif,
karena penelitian ini mengembangkan data dari objek yang diteliti. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah memberikan
pernyataan dengan beberapa pilihan alternatif jawaban bagi responden.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan secara online dengan menyebarkan kuesioner melalui
Google Meet.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada:
Hari/ Tanggal : Minggu, 06 Desember 2020
Waktu : 14.00-selesai
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Malhotra (1996), populasi adalah keseluruhan kelompok dari
orang-orang, peristiwa atau barang-barang yang diminati oleh peneliti untuk diteliti
(Amirullah, 2015). Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah
warga Negara Indonesia berumur 17-21 tahun dan telah memiliki KTP (Kartu
Tanda Penduduk).

11
2. Sampel
Sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih untuk
digunakan dalam penelitian (Amirullah, 2015). Penetapan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan jenis metode random sampling. Teknik
sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya,
peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek-
subjek dalam populasi dianggap sama.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:38). Sesuai dengan
judul penelitian yang dipilih peneliti yaitu Tingkat Pemahaman Politik Pemilih
Cerdas dan Cermat dalam Pemilu bagi Pemilih Pemula, maka mengelompokkan
variabel yang digunakan dalam penelitian ini menjadi variabel independen (X) dan
variabel dependen (Y). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
A. Variabel independen (mempengaruhi) atau variabel (X) ialah variabel yang
berperan memberi pengaruh kepada variabel lain. Yang menjadi variabel
independen dalam penelitian ini adalah pendidikan politik. Pendidikan
politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban
dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
B. Variabel dependen (terpengaruh) atau variabel ialah variabel yang dijadikan
sebagai faktor yang dipengaruhi oleh sebuah atau sejumlah variabel lain.
Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilih
pemula. Pemilih pemula adalah mereka yang akan memasuki usia memilih
dan akan menggunakan hak pilihnya untuk pertama kali dalam pemilu.
2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel diperlukan guna menentukan jenis dan indikator
dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Disamping itu,

12
operasionalisasi variabel bertujuan untuk menentukan skala pengukuran dari
masing-masing variabel, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat
bantu dapat dilakukan dengan tepat.
A. Pengertian Politik
Menurut Prof. Miriam Budiardjo, politik (politics) adalah usaha
untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh
sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan
bersama yang harmonis (Budiardjo, 2007). Dewasa ini deinisi mengenai
politik yang sangat normatif itu telah terdesak oleh deinisi-definisi lain yang
lebih menekankan pada upaya (means) untuk mencapai masyarakat yang
baik, seperti kekuasaan, pembuatan keputusan, kebijakan, alokasi nilai, dan
sebagainya.
B. Pengertian Pendidikan
Menurut (Prof. H. Mahmud Yunus), yang dimaksud pendidikan
ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan
membantu remaja yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan,
jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan remaja
kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh
kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi
dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
C. Pengertian Pemilu
Menurut teori demokrasi minimalis (Schumpetrian), pemilu
merupakan sebuah arena yang mewadahi kompetisi (kontestasi) antara
aktor politik untuk meraih kekuasaan; partisipasi politik rakyat untuk
menentukan pilihan; liberalisasi hak –hak sipil dan politik warga negara1.
Demokrasi juga mengariskan bahwa pemilu adalah kesempatan bagi partai
oposisi dan rakyat untuk menjalankan mekanisme check and balances
terhadap partai yang berkuasa (ruling party) (Liando, 2016).
D. Pengertian Pemilih Pemula
Pemilih pemula adalah mereka yang akan memasuki usia memilih
dan akan menggunakan hak pilihnya untuk pertama kali dalam pemilu.

13
Dengan siklus pemilu di Indonesia yang digelar setiap lima tahun sekali,
maka kisaran usia pemilih pemula adalah 17-21 tahun. Pemilih pemula
umumnya masih duduk di sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat dan
mereka yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Di luar itu,
anakanak putus sekolah yang berusia 17-21 tahun juga merupakan basis
pemilih pemula yang membutuhkan sosialisasi dan pendidikan pemilih.
D. Intrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Menurut Sugiyono (2015), jenis data dibedakan menjadi 2, yaitu kualitatif
dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif berupa kuesioner.
Jenis kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner tertutup, yaitu kuesioner terdiri
atas sejumlah pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah ditentukan terlebih
dahulu. Responden hanya memilih dari alternatif yang telah disediakan. Sedangkan
daftar pernyataan dibuat dengan skala Likert yang berisi 5 (lima) tingkatan pilihan
jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap pernyataanyang dikemukakan.
Skala Likert yang digunakan dalam pengukuran tingkat pemahaman politik pemilih
cerdas dan cermat dalam Pemilu bagi pemilih pemula di Indonesia dengan
keterangan sebagai berikut.
a. Skor 5 untuk jawaban sangat paham (SP)
b. Skor 4 untuk jawaban paham (P)
c. Skor 3 untuk jawaban kurang paham (KP)
d. Skor 2 untuk jawaban tidak paham (TP)
e. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak paham (STP)

2. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data, instrumen penelitian ini yaitu kuesioner. Instrumen penelitian
dalam pengumpulan data ini adalah dengan cara membagikan kuesioner kepada
responden untuk mendapatkan jawaban dari mereka dan juga mengunakan alat atau
fasilitas berupa buku-buku dan juga jurnal yang isinya berkaitan dengan
pembahasan tentang pemahaman politik pemilih pemula. Hal ini digunakan oleh
peneliti untuk menjalankan dan mengumpulkan data, agar pekerja mampu

14
mempergunakan ini lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cepat, lengkap dan juga
sistematis untuk memudahkan proses pengolahan data.
3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
I. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Asal Instansi :
II. Petunjuk Pengisian
1. Isilah identitas diri Anda dengan lengkap
2. Bacalah pertanyaan ini dengan seksama
3. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Anda
4. Jawaban Anda adalah benar dan terjamin kerahasiannya sehingga
kejujuran Anda dalam menjawab kuesioner ini sangat kami hargai.
III. Keterangan Skor Penilaian
5 = Sangat Paham (SP)
4 = Paham (P)
3 = Kurang Paham (KP)
2 = Tidak Paham (TP)
1= Sangat Tidak Paham (STP)
IV. Kuesioner Penelitian
No Pertanyaan Alternatif Jawaban
SP P KP TP STP
1 Apakah saudara memahami bahwa salah
satu kewajiban Warga Negara Indonesia
yaitu mengikuti Pemilu?
2 Undang-undang Pemilihan Umum 2017
merupakan undang-undang yang
mengatur pemilihan umum di Indonesia.

15
Apakah anda memahami isi dari undang-
undang tersebut?
3 Sebelum anda mengikuti Pemilu, apakah
anda memahami rekam jejak calon yang
akan dipilih?
4 Apakah anda paham syarat-syarat dalam
mengikuti Pemilu?
5 Apakah anda paham cara mencoblos yang
tepat berdasarkan tata cara yang
dikeluarkan oleh KPU?
6 Pendidikan politik sangatlah penting bagi
para pemilih sebelum melakukan pemilu.
Seberapa pahamkah anda terhadap
pendidikan politik?
7 Apakah saudara memahami bahwa
plaksanaan Pemilu menjadi upaya dalam
mewujudkan tegaknya demokrasi?
8 Apakah saudara paham akan prinsip luber
jurdil yang digunakan saat pemilu?
9 Apakah saudara paham akan peran partai
politik dalam pemilu?
10 Salah satu tujuan pemilu adalah
mewujudkan hak asasi politik rakyat.
Seberapa pahamkah saudara akan tujuan
tersebut?

E. Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2016:147) yang dimaksud teknik analisis data adalah: Kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau data lain tekumpul. Kegiatan dalam analisis data
adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,

16
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang
menentukan suatu penelitian, karena analisa data berfungi untuk menyimpulkan hasil
penelitian. Analisi data dapat dilakukan melalui tahap berikut ini:
1. Tahap penelitian
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Peneliti perancang objek yang dijadikan sampel
2. Peneliti membuat instrument – instrument yang akan digunakan untuk
penelitian.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti melaksanakan penelitian pada objek penelitian
2) Peneliti menguji coba, menganalisis dan menetapkan intrumen
penelitian
c. Evaluasi
Pada tahap ini peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah
dikumpulkan. Tahap ini terdiri atas:
1) Tahap pemeriksaan kelengkapan jawaban. Pada tahap ini data yang
diperoleh diperiksa kembali untuk mencari jawaban dari kuesioner
yang tidak lengkap.
2) Tahap menghitung jumlah atau frekuensi dari masing-masing
jawaban dalam kuesioner.
3) Tahap menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk
tabel tunggal melalui distribusi frekuensi dan persentase. dengan
menggunakan rumus:
Bobot Maximum = 5 x jumlah item x jumlah responden
Bobot Minimun = 1 x jumlah item x jumlah responden

Bmax−Bmin
Rentang= 5

17
Keterangan:
R = panjang rentang
Bmax = bobot jawaban maximum (5)
Bmin = bobot jawaban minimum (1)
Setelah itu pembobotan dibagi ke dalam lima (5) tingkatan
berdasarkan pengklasifikasian di atas yang dimulai dari skor
minimum, kemudian membandingkan nilai bobot jawaban
responden dengan nilai bobot standar tersebut, maka dapat diketahui
mengenai tingkat pemaham politik terhadap pemilih pemula adalah
tergolong sangat tidak paham/sangat rendah, tidak paham/rendah,
kurang paham/rendah, paham/tinggi dan sangat paham/sangat
tinggi.
d. Penyusunan laporan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan melaporkan
hasil – hasil penelitian.

18
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
 Deksripsi Lokasi Penelitian
Google meet merupakan salah satu fitur dari google yang bisa dimanfaatkan
untuk work from home, pembelajaran daring bahkan webinar saat social
distancing untuk mencegah penyebaran Covid-19. Google mengeluarkan google
meet yang memungkinkan pengguna untuk melakukan panggilan video dengan
30 pengguna lainnya per pertemuan. Dengan kata lain, google meet bisa menjadi
media alternatif untuk proses belajar mengajar, dan melakukan webinar serta
wawancara dari dalam rumah.
Kelompok 1 (satu) menggunakan aplikasi Google Meet ini sebab memiliki
Interface atau antarmuka yang unik dan fungsional dengan ukuran ringan serta
cepat, mengedepankan pengelolaan yang efisien, mudah guna (user friendly) yang
dapat diikuti semua pesertanya. Google Meet juga dapat merekam saat
berlangsungnya webinar dan wawancara yang dilakukan. Dan Google Meet
memiliki kelebihan yaitu terintegrasi dengan G Suite, yang memungkinkan
pengguna untuk dapat bergabung langsung dari Kalender atau undangan yang
dikirim via email, adanya fitur White board. Dimana kita bisa membuat tulisan
dan kata-kata dalam fitur white board, tampilan yang disedikan sudah HD (High
Definition) dan juga bisa menyediakan resolusi yang terdapat pada smartphone,
cukup memiliki akun Google untuk mendaftar ke aplikasinya, tampilan video
conference yang dapat diatur sesuai keinginan kita, maka kita bisa menyesuaikan
tata letak dan pilihan posisi yang pas dan baik, dan yang terakhir bisa mengundang
peserta hingga 100 sehingga siapa yang ingin mengikuti webinar bisa masuk ke
dalam Google Meet.

19
 Deskripsi Diagram

Bahwa 16 dari 26 responden atau peserta sangat memahami kewajibannya


sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yaitu mengikuti pemilu (Pemilihan
Umum). Namun yang paham 6 dari 26 responden, yang kurang paham 0 dari 26
responden, yang tidak paham dengan kewajibannya yaitu 2 dari 26 responden,
dan yang sangat tidak paham 2 dari 26 responden.

Bahwa 3 dari 26 responden sangat memahami isi dari Undang-Undang


Pemilihan Umum 2017. Namun yang paham yaitu 12 dari 26 responden, yang

20
kurang paham 7 dari 26 responden, yang tidak paham 3 dari 26 responden, dan
yang sangat tidak paham 1 dari 26 responden.

Bahwa 7 dari 26 responden sangat memahami rekam jejak calon yang akan
dipilih. Namun yang paham 9 dari 26 responden, yang kurang paham 6 dari 26
responden, yang tidak paham 4 dari 26 responden dan yang sangat tidak paham
0 dari 26 responden.

Bahwa 12 dari 26 responden sangat memahami syarat-syarat dalam mengikuti


pemilu. Namun yang paham 7 dari 26 responden, yang kurang paham 3 dari 26

21
responden, yang tidak paham 4 dari 26 responden dan yang sangat tidak paham
0 dari 26 responden.

Bahwa 10 dari 26 responden sangat memahami cara mencoblos yang tepat


berdasarkan tata cara yang dikeluarkan oleh KPU. Namun yang paham 8 dari 26
responden, yang kurang paham 4 dari 26 responden, yang tidak paham 3 dari 26
responden dan yang sangat tidak paham 1 dari 26 responden.

Bahwa 5 dari 26 responden sangat memahami mengenai Pendidikan Politik yang


terkait dengan Pemilu. Namun yang paham 9 dari 26 responden, yang kurang

22
paham 6 dari 26 responden, yang tidak paham 5 dari 26 responden, dan yang
sangat tidak paham 1 dari 26 responden.

Bahwa 12 dari 26 responden sangat memahami bahwa pelaksanaan Pemilu


menjadi upaya dalam menwujudkan tegaknya demokrasi. Namun yang paham 8
dari 26 responden, yang kurang paham 2 dari 26 responden, yang tidak paham 3
dari 26 responden, dan yang sangat tidak paham 1 dari 26 responden.

Bahwa 11 dari 26 responden sangat memahami akan prinsip luber jurdil yang
diterapkan saat Pemilu. Namun yang paham 7 dari 26 responden, yang kurang
paham 4 dari 26 responden, yang tidak paham 2 dari 26 responden, dan yang
sangat tidak paham 2 dari 26 responden.

23
Bahwa 6 dari 26 responden sangat memahami akan peran partai politik dalam
Pemilu. Namun yang paham 9 dari 26 responden, yang kurang paham 8 dari 26
responden, yang tidak paham 3 dari 26 responden, dan yang sangat tidak paham
0 dari 26 responden.

Bahwa 7 dari 26 responden sangat memahami salah satu tujuan Pemilu yaitu
mewujudkan hak asasi politik rakyat. Namun yang paham 14 dari 26 responden,
yang kurang paham 1 dari 26 responden, yang tidak paham 3 dari 26 responden,
dan yang sangat tidak paham 1 dari 26 responden.

24
Kelompok 1 (satu) mengambil data kuantatif berdasarkan hasil post test.
Penulis menggunakan sampel sebanyak 26 orang responden. Google Meet
sangat memadai sebab dapat menampung 30 lebih peserta yang mengikuti
webinar tersebut segingga apa yang telah di sampaikan dalam webinar tersebut
dapat meningkatkan dan membuat sadar pemilih pemula dalam pentingnya
memilih yang luber dan jurdil serta cerdas. Dan semoga buat para pemilih
pemula tidak hanya memilih namun bisa ikut serta menjadi penjaga TPS, saksi
dan yang lainnya.

 Pengujian Hipotesis
Bahwa dari hasil webinar dan wawancara serta hasil angket dari 26
responden menyatakan bahwa mereka sangat memahami kewajibannya,
memahami rekam jejak calon yang akan dipilih dan memahami akan prinsip luber
jurdil yang diterapkan saat Pemilu. Ini sangat bagus dimiliki oleh pemilih pemula
dalam dirinya, karena banyak pemilih pemula kurang memahami dan muda
terpengaruh oleh oknum-oknum yang hanya memanfaatkan dengan imbalan uang.
Untuk itu pemilih pemula lebih memperhatikan dan memahami arti dari pemilihan
umum khususnya saat sudah berada di TPS, ini juga berguna untuk menwujudkan
tegaknya demokrasi sebagaimana yang telah tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia. Agar jelas antara peraturan dan realitasnya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Apakah saudara memahami bahwa salah satu kewajiban Warga Negara
Indonesia yaitu mengikuti Pemilu?
a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham
Hasil penelitian menunjukkan 16 dari 26 responden atau sebanyak 61.5% sangat
memahami bahwa salah satu kewajiban Warga Negara Indonesia yaitu mengikuti
Pemilu. 6 dari 26 responden atau sebanyak 23.1% paham bahwa salah satu
kewajiban Warga Negara Indonesia yaitu mengikuti Pemilu. 0 dari 26 responden

25
atau sebanyak 0% tidak paham bahwa salah satu kewajiban Warga Negara
Indonesia yaitu mengikuti Pemilu. 2 dari 26 responden atau sebanyak 7.7% tidak
paham bahwa salah satu kewajiban Warga Negara Indonesia yaitu mengikuti
Pemilu. 2 dari 26 responden atau sebanyak 7.7% sangat tidak paham bahwa salah
satu kewajiban Warga Negara Indonesia yaitu mengikuti Pemilu. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas dapat diketahui pemilih pemula
sangat paham akan kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia untuk
mengikuti Pemilu. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 30/1999
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) mengatur mengenai hak memilih seperti yang
tercantum dalam Pasal 43 yang menyatakan, “Setiap warga mendapatkan hak
dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui
pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil seusai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 30/1999 memang tidak ditekankan bahwasannya Warga Negara Indonesia
wajib mengikuti Pemilu. Namun, dalam Undang-Undang Dasar 1945 ditekankan
bahwasannya “Kedaulatan berada di tangan rakyat” artinya rakyat memiliki
kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih
pemimpin yang akan menyelenggarakan pemerintahan guna mengurus dan
melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil rakyat untuk
mengawasi jalannya pemerintahan. Sehingga, seluruh Warga Negara Indonesia
hendaknya menggunakan hak pilihnya sehingga dapat mewujudkan Negara yang
demokratis.

2. Undang-undang Pemilihan Umum 2017 merupakan undang-undang yang


mengatur pemilihan umum di Indonesia. Apakah anda memahami isi dari undang-
undang tersebut?
a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham

26
Hasil penelitian menunjukkan 3 dari 26 responden atau sebanyak 11.5% sangat
memahami isi dari Undang-Undang Pemilihan Umum 2017 sebagai undang-
undang yang mengatur pemilihan umum di Indonesia. 12 dari 26 responden atau
sebanyak 46.2% paham isi dari Undang-Undang Pemilihan Umum 2017 sebagai
undang-undang yang mengatur pemilihan umum di Indonesia. 7 dari 26 responden
atau sebanyak 26.9% kurang paham isi dari Undang-Undang Pemilihan Umum
2017 sebagai undang-undang yang mengatur pemilihan umum di Indonesia. 3 dari
26 responden atau sebanyak 11.5% tidak paham isi dari Undang-Undang
Pemilihan Umum 2017 sebagai undang-undang yang mengatur pemilihan umum
di Indonesia. 1 dari 26 responden atau sebanyak 3.8% sangat tidak paham isi dari
Undang-Undang Pemilihan Umum 2017 sebagai undang-undang yang mengatur
pemilihan umum di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
diketahui bahwasannya pemilih pemula paham isi dari Undang-Undang Pemilihan
Umum 2017.

3. Sebelum anda mengikuti Pemilu, apakah anda memahami rekam jejak calon
yang akan dipilih?
a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham
Hasil penelitian menunjukkan 7 dari 26 responden atau sebanyak 26.9% sangat
paham akan rekam jejak calon yang akan dipilih. 9 dari 26 reponden atau sebanyak
34.6% paham akan rekam jejak calon yang akan dipilih. 6 dari 26 responden atau
sebanyak 23.1% kurang paham akan rekam jejak calon yang akan dipilih. 4 dari
26 responden atau sebanya 15.4% tidak paham akan rekam jejak calon yang akan
dipilih. 0 dari 26 responden atau sebanya 0% sangat tidak paham akan rekam jejak
calon yang akan dipilih. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui
bahwasannya pemilih pemula paham rekam jejak calon yang akan dipilih. Rekam

27
jejak adalah setiap hal yang telah dilakukan oleh calon pada masa lalu dan dapat
dijadikan teladan pada masa sekarang.

4. Apakah anda paham syarat-syarat dalam mengikuti Pemilu?


a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham
Hasil penelitian menunjukkan 12 dari 26 responden atau sebanyak 46.2% sangat
paham syarat-syarat dalam mengikuti Pemilu. 7 dari 26 responden atau sebanyak
26.9% paham syarat-syarat dalam mengikuti Pemilu. 3 dari 26 responden atau
sebanyak 11.5 % kurang paham syarat-syarat dalam mengikuti Pemilu. 4 dari 26
responden atau sebanyak 15.4% tidak paham syarat-syarat dalam mengikuti
Pemilu. 0 dari 26 responden atau sebanyak 0% sangat tidak paham syarat-syarat
dalam mengikuti Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
pemilih pemula sangat paham syarat-syarat dalam mengikuti Pemilu. Adapun
syarat untuk mengikuti Pemilu, antara lain: 1) Warga Negara Indonesia; 2) Warga
yang telah genap berusia tujuh belas tahun; 3) Terdaftar sebagai pemilih di DPT;
4) Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya; 5) Tidak sedang dicabut hak pilihnya
berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai hukum tetap; dan 6)
Seorang purnawirawan TNI.

5. Apakah anda paham cara mencoblos yang tepat berdasarkan tata cara yang
dikeluarkan oleh KPU?
a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham

28
Hasil penelitian menunjukkan 10 dari 26 responden atau sebanyak 38.5% sangat
paham cara mencoblos yang tepat berdasarkan tata cara yang dikeluarkan oleh
KPU. 8 dari 26 responden atau sebanyak 30.8% paham cara mencoblos yang tepat
berdasarkan tata cara yang dikeluarkan oleh KPU. 4 dari 26 responden atau
sebanyak 15.4% kurang paham cara mencoblos yang tepat berdasarkan tata cara
yang dikeluarkan oleh KPU. 3 dari 26 responden atau sebanyak 11.5% tidak
paham cara mencoblos yang tepat berdasarkan tata cara yang dikeluarkan oleh
KPU. 1 dari 26 responden atau sebanyak 3.8% sangat tidak paham cara mencoblos
yang tepat berdasarkan tata cara yang dikeluarkan oleh KPU. Berdasarkan hasil
penelitian dapat dikatakan pemilih pemula sangat paham cara mencoblos yang
tepat berdasarkan tata cara yang dikeluarkan oleh KPU.

6. Pendidikan politik sangatlah penting bagi para pemilih sebelum melakukan


pemilu. Seberapa pahamkah anda terhadap pendidikan politik?
a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham
Hasil penelitian menunjukkan 5 dari 26 responden atau sebanyak 19.2% sangat
paham tentang pendidikan politik. 9 dari 26 responden atau sebanyak 34.6%
paham tentang pendidikan politik. 6 dari 26 responden atau sebanyak 23.1%
kurang paham tentang pendidikan politik. 5 dari 26 responden atau sebanyak
19.2% tidak paham tentang pendidikan politik. 1 dari 26 responden atau
sebanayak 3.8% sangat tidak paham tentang pendidikan politik. Berdasarkan hasil
penelitian dapat dikatakan bahwa pemilih pemula paham tentang pendidikan
politik. Pendidikan politik adalah usaha atau upaya berupa bimbingan atau
pembinaan secara disengaja dan sistematis dalam meningkatkan pengetahuan
politik sehingga mencintai dan memiliki keterikatan yang tinggi terhadap bangsa
dan negara serta menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik agar
mampu berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mencapai tujuan politik.

29
7. Apakah saudara memahami bahwa pelaksanaan Pemilu menjadi upaya dalam
mewujudkan tegaknya demokrasi?
a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham
Hasil penelitian menunjukkan 12 dari 26 responden atau sebanyak 46.2% sangat
paham bahwa pelaksanaan Pemilu menjadi upaya dalam mewujudkan tegaknya
demokrasi. 8 dari 26 responden atau sebanyak 30.8% paham bahwa pelaksanaan
Pemilu menjadi upaya dalam mewujudkan tegaknya demokrasi. 2 dari 26
responden atau sebanyak 7.7% kurang paham bahwa pelaksanaan Pemilu menjadi
upaya dalam mewujudkan tegaknya demokrasi. 3 dari 26 responden atau sebanyak
11.5% tidak paham bahwa pelaksanaan Pemilu menjadi upaya dalam mewujudkan
tegaknya demokrasi. 1 dari 26 responden atau sebanyak 3.8% sangat tidak paham
bahwa pelaksanaan Pemilu menjadi upaya dalam mewujudkan tegaknya
demokrasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pemilih pemula
sangat paham pelaksanaan Pemilu menjadi upaya dalam mewujudkan tegaknya
demokrasi.

8. Apakah saudara paham akan prinsip luber jurdil yang digunakan saat pemilu?
a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham
Hasil penelitian menunjukkan 11 dari 26 responden atau sebanyak 42.3% sangat
paham prinsip luber jurdil yang digunakan saat pemilu. 7 dari 26 responden atau
sebanyak 26.9% paham prinsip luber jurdil yang digunakan saat pemilu. 4 dai 26
responden atau sebanyak 15.4% kurang paham prinsip luber jurdil yang

30
digunakan saat pemilu. 2 dari 26 responden atau sebanyak 7.7% tidak paham
paham prinsip luber jurdil yang digunakan saat pemilu. 2 dari 26 responden atau
sebanyak 7.7% sangat tidak paham paham prinsip luber jurdil yang digunakan saat
pemilu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pemilih pemula
sangat paham prinsip luber jurdil yang digunakan saat pemilu. Prinsip luber jurdi
yaitu langsung, umum, bebas rahasia, jujur dan adil.

9. Apakah saudara paham akan peran partai politik dalam pemilu?


a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham
Hasil penelitian menunjukkan 6 dari 26 responden atau sebanyak 23.1% sangat
paham peran partai politik dalam pemilu. 9 dari 26 responden atau sebanyak
34.6% paham peran partai politik dalam pemilu. 8 dari 26 responden atau
sebanyak 30.8% kurang paham peran partai politik dalam pemilu. 3 dari 26
responden atau sebanyak 11.5% tidak paham peran partai politik dalam pemilu. 0
dari 26 responden atau sebanyak 0% sangat tidak paham peran partai politik dalam
pemilu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pemilih pemula
paham peran partai politik dalam pemilu. Peranan Parpol dalam Pemilu,
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai
Politik, tidak terlepas dari tujuan dan fungsi parpol dalam sistem politik
demokrasi. Tujuan pembentukan Parpol ada yang bersifat umum dan khusus.
Untuk tujuan yang bersifat khusus, dalam Pasal 10 ayat (2) UU No. 2 tahun 2011
disebutkan bahwa tujuan khusus Parpol yaitu; (a) meningkatkan partisipasi politik
anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan
pemerintahan; (b) memperjuangkan cita-cita Parpol dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan; (c) membangun etika dan budaya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Sedangkan fungsi Parpol

31
sebagai sarana untuk pendidikan politik, penciptaan iklim yang kondusif bagi
persatuan dan kesatuan bangsa, penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi
masyarakat, partisipasi politik dan rekrutmen politik.

10. Salah satu tujuan pemilu adalah mewujudkan hak asasi politik rakyat. Seberapa
pahamkah saudara akan tujuan tersebut?
a. Sangat tidak paham
b. Tidak paham
c. Kurang paham
d. Paham
e. Sangat paham
Hasil penelitian menunjukkan 7 dari 26 responden 26.9% sangat paham tujuan
pemilu adalah mewujudkan hak asasi politik rakyat. 14 dari 26 responden atau
sebanyak 53.8% tujuan pemilu adalah mewujudkan hak asasi politik rakyat. 1 dari
26 responden atau sebanyak 3.8% kurang paham tujuan pemilu adalah
mewujudkan hak asasi politik rakyat. 3 dari 26 responden atau sebanyak 11.5%
tidak paham tujuan pemilu adalah mewujudkan hak asasi politik rakyat. 1 dari 26
responden atau sebanyak 3.8% sangat tidak paham tujuan pemilu adalah
mewujudkan hak asasi politik rakyat. Berdasarkan penelitian dapat dikatakan
bahwa pemilih pemula paham tujuan pemilu adalah mewujudkan hak asasi politik
rakyat.

32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pemahaman pemilih pemula maka dapat
disimpulkan sebagai yaitu pemahaman pemilih pemula pelajar berbeda-beda antara satu
dengan yang lain. Setiap bakal calon yang hendak di pilih mendapat pandangan yang
negatif maupun yang positif. Antusiasme pemilih pemula akan dinilai cukup baik dengan
kepercayaan bahwa Indonesia akan menjadi negara yang lebih baik saat mendapatkan
pemimpin yang baru. Namun subjek banyak yang masih belum yakin dengan pilihan
bakal calon yang dipilih. Aspek yang berperan pada pandangan pemilih pemula
berdasarkan pendekatan marketing antara lain media massa, citra bakal, pengalaman
politik atau rekam jejak, dan perasaan emosional. Pendekatan sosiologis seperti faktor
agama, keluarga, dan letak geografis tidak terlalu berperan dalam membentuk pandangan
subjek terhadap bakal calon yang akan di pilih.

B. Saran
Pemilih pemula diharapkan dapat menyaring informasi yang ada, supaya tidak
terjerumus ke dalam pandangan yang keliru, dan hendaknya menggunakan hak pilih
sesuai dengan hati nurani dan pilihan pribadi, bukan sekedar mengikuti lingkungan
sekitar semata. Pemilih pemula pelajar hendaknya memiliki kesadaran dan kemauan
untuk mau menerima dan berpartisipasi di dalam proses sosialisasi dan pendidikan
politik. Pilihan dari pemilih pemula sebagai generasi muda sangat berperan dalam
menentukan masa depan bangsa, oleh karenaitu hendaknya pemilih pemula menggunakan
hak pilih secara kritis. Pemilih kritis harusnya berbeda dengan swing voters yang selalu
ragu-ragu dan berpindah pindah pilihan politik.

33
DAFTAR REFERENSI
Admin. (2017, Desember 18). Jejak Pendidikan Portal Pendidikan Indonesia. Retrieved from
Pengertian Pemahaman: http://www.jejakpendidikan.com/2017/12/pengertian-
pemahaman.html
Asmori. (2017). PENYULUHAN PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA GUNA
MENINGKATKAN PARTISIPASI HAK PILIH PADA PEMILIHAN. JOURNAL OF
EMPOWERMENT, 49-60.
Amirullah, S. M. (2015). Metode Penelitian Manajemen. Malang: Bayumedia Publishing Malang.
Budiardjo, M. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hupmas, S. J. (2010). Pemilu Untuk Pemula. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.
Imam, H. (2009). Teori-Teori Politik. Malang: Setara press.
Liando, D. M. (2016). PEMILU DAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT. Jurnal LPPM
Bidang EkoSosBudKum, 14-28.
Miriam, B. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mulyadi, M. (2012). RISET DESAIN DALAM METODOLOGI PENELITIAN. JURNAL STUDI
KOMUNIKASI DAN MEDIA , 71-80.
Muhtar Haboddin. 2015. Menghadirkan Pemilih Pemula Cerdas Pada Pemilu 2014. Jurnal
Transformative, 1 (1); Hlm 7-9

Seta, B. (2011). Pengantar Ilmu Politik. Jogjakarta: Indie Book Corner.


Setiawaty, D. (2014). MENDORONG PARTISIPASI PEMILIH MUDA MELALUI
PENDIDIKAN POLITIK YANG PROGRAMATIK. JURNAL ISLAMIC REVIEW, 117-
145.
Suhartono, “Tingkat kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada; suatu RefleksiSchool-
Based democracy Education (Studi Kasus Pilkada Provinsi Banten Jawa Barat)”, (Hasil
Penelitian, Pascasarjana UPI, 2009) hal 6

Sigit Pamungkas, Pemilu, Perilaku pemilih, dan Kepartaian, (Yogyakarta: Institute for Democracy
and Welfarism (IDW), 2010) hal. 90

Wahidmurni. (2017). PEMAPARAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF. 1-16.


Wardhani, P. S. (2018). Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum. Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 57-62.

34
Yusuf, M. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Peneletian Gabungan. Jakarta:
Kencana.

35

Anda mungkin juga menyukai