Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322099428

Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Underweight di Jawa Timur Tahun


2016

Article  in  Amerta Nutrition · October 2017


DOI: 10.20473/amnt.v1i3.2017.180-188

CITATIONS READS

0 636

3 authors, including:

Trias Mahmudiono
Airlangga University
88 PUBLICATIONS   206 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Malnourished Children in Indonesia View project

My Students Research View project

All content following this page was uploaded by Trias Mahmudiono on 19 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 180
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

RESEARCH STUDY Open Access

Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Underweight di Jawa Timur Tahun


2016

The Relationship of Exclusive Breastfeeding and Underweight in East Java in


2016
Mahmudah Wati Sugito*1, Agus Sri Wardoyo2, Trias Mahmudiono1

ABSTRAK

Latar Belakang: Masalah gizi kurang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan
oleh banyak faktor. Prevalensi underweight di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 17,3%, lebih tinggi dari
target program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebesar 12,9%. ASI merupakan makanan terbaik
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Cakupan ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun
2015 menurun (68,8%), dibandingkan tahun 2014 (72,89%). Pemberian makanan pendamping ASI
dini pada bayi di bawah 6 bulan dapat mempengaruhi status gizi.
Tajuan: Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan ASI Ekslusif dengan kejadian underweight
pada bayi usia 0-23 bulan di Provinsi Jawa Timur tahun 2016.
Metode: Penelitian ini merupakan analisis data sekunder survei Pemantauan Status Gizi Provinsi
Jawa Timur. Populasi penelitian adalah semua bayi berusia 0-59 bulan yang ada di Jawa Timur. Total
sampel sebanyak 4738 bayi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square dan Regresi
Logistik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pemberian ASI saja sejak lahir sampai
sebelum 24 jam terakhir pada bayi usia 0-23 bulan dengan kejadian underweight
(p=0,000010;OR=1,654;95%CI=1,319–2,052), ada hubungan pertama kali memberikan makanan
selain ASI pada bayi usia 0-23 bulan dengan kejadian underweight, (p = 0,000;OR=0,272;
95%CI=0,217–0,341).
Kesimpulan: Simpulan yaitu pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir sampai sebelum 24 jam terakhir
dan pertama kali memberikan makanan selain ASI pada bayi usia 0-23 bulan berhubungan dengan
kejadian underweight. Pemberian ASI saja sudah mencukupi kebutuhan nutrisi bayi usia 0-6 bulan.

Kata Kunci: ASI Ekslusif, status gizi, underweight

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 181
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

ABSTRACT

Background: Underweight is a public health problem caused by many factors. The prevalence of
underweight in East Java in 2016 was 17.3%, wich was higher than the program’s targetted (12.9%).
Breast milk is the best food to support the growth and development of the baby. Coverage of
Exclusive Breast Milk in East Java in 2015 decreased (68.8%), compared to 2014 (72.89%). Early
supplementary feeding in infants under 6 months may affect nutritional status.
Objectives: The purpose of this study was to analyze the relationship of Exclusive Breast milk with the
incidence of underweight in infants aged 0-23 months in East Java Province in 2016.
Method: This study is a secondary data analysis of Nutrition Status Monitoring in East Java Province.
The study population was all babies in East Java. Total sample is 4738. The data were analyzed using
Chi-square test and Logistic Regression, with 95% CI (α = 0.05).
Results: The results showed there was a significant relationship between exclusive breastfeeding only
from birth until before the last 24 hours in infants aged 0-23 months with the incidence of
underweight, with (p=0.000010;OR=1.654;95%CI=1.319–2.052), there was a significant relationship
of first to provide a food other than breast milk in infants aged 0-23 months with the occurrence of
underweight, (p = 0.000;OR=0.272; 95%CI=0.217–0.341).
Conclusion: In conclusion, breastfeeding only in infants from birth until before the last 24 hours and
first provide food other than breast milk in infants aged 0-23 months associated with underweight.
Because breast milk is sufficient nutritional needs of infants aged 0-6 months.

Keywords: Exclusive Breastfeeding, nutrition status, underweight

*Koresponden:
mahmudahwati@gmail.com
1
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat-Universitas Airlangga
2
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Masyarakat- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 182
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

PENDAHULUAN makan pada bayi dan berakibat penurunan


status gizi. Berdasarkan penelitian Susanti,
Masalah gizi kurang merupakan dari 50 bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif,
masalah kesehatan masyarakat yang 76,7% diantaranya menderita gizi buruk10.
disebabkan oleh berbagai faktor, sehingga Status gizi kurang energi, vitamin A, Zn, Fe
upaya penanggulangannya tidak cukup menyebabkan bayi sering mengalami infeksi
dengan pendekatan medis maupun pelayanan yang berlangsung lama11.
kesehatan saja1. Asupan makanan dan Penelitian Puput di Rumah Sakit Kediri
penyakit infeksi merupakan penyebab bahwa bayi yang semakin lama diberi ASI,
langsung, sedangkan penyebab tidak langsung dapat menurunkan kejadian diare12. Penyakit
yaitu perilaku, ketersediaan pangan rumah infeksi akan menurunkan nafsu makan bayi
tangga, dan pelayanan kesehatan. Faktor- dan status gizi. Penelitian Nur dan Marissa
faktor lain penyebab gizi buruk adalah tentang riwayat pemberian ASI dengan
kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan penyakit infeksi pada balita dari data Susenas
kesempatan kerja2. Prevalensi kasus gizi Provinsi Aceh 2012, bahwa ada hubungan
buruk di Provinsi Jawa Timur tahun 2016 signifikan pemberian ASI eksklusif dengan
sebesar 3,4%, sedangkan target Rencana kejadian infeksi. Balita yang tidak diberikan
Strategis Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 ASI eksklusif selama enam bulan berisiko 1,4
sebesar 2%3. Prevalensi kasus underweight kali lebih tinggi mengalami penyakit infeksi13.
sebesar 17,3%, sedangkan target program Penelitian Istyaningrum pada bayi usia 6-24
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebesar bulan di Kelurahan Bendungan Kecamatan
12,9%4. Cilegon tahun 2010, menunjukkan bahwa bayi
ASI mengandung zat gizi yang cukup yang tidak diberi ASI eksklusif lebih banyak
untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan yang menderita diare sebesar 66%, daripada
perkembangan bayi. Menurut Keputusan yang diberi ASI eskklusif 12,5%. Bayi yang
Menteri Kesehatan No. 450 Tahun 2004 tidak diberi ASI eksklusif berpeluang sebesar
tentang pemberian ASI secara eksklusif pada 13 kali terkena diare dibandingkan bayi yang
bayi Indonesia yaitu “Pemberian ASI eksklusif, diberi ASI eksklusif14.
diwajibkan bagi bayi baru lahir sampai bayi Sedangkan penelitian Putra di
berumur 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan Puskesmas Kenali Besar, pemberian susu
sampai anak berusia 2 tahun dengan formula pada bayi usia 0-6 bulan memiliki
pemberian makanan tambahan yang sesuai”5. risiko 6,250 kali terkena diare dibandingkan
ASI tidak memberatkan kerja organ bayi yang diberikan ASI eksklusif14. ASI
pencernaan dan ginjal. Kandungan gizi ASI mengandung antibodi IgA sekretori (SigA).
diantaranya adalah karbohidrat berupa Pada saat menyusui, sIgA berpengaruh
laktosa, asam lemak tak jenuh ganda, protein terhadap paparan mikroorganisme pada
laktalbumin, vitamin, mineral, kalsium, serta saluran cerna bayi. SIgA membatasi bakteri
zat-zat untuk pencegahan infeksi dan alergi6. yang masuk ke dalam aliran melalui mukosa
Menurut data Riset Kesehatan Dasar saluran cerna. Menyusui dapat melindungi
(Riskesdas) tahun 2013, pemberian ASI bayi baru lahir dari infeksi15.
eksklusif pada bayi sampai berusia 6 bulan Rumusan masalah penelitian ini adalah
hanya 38%. Bayi yang mendapat ASI Eksklusif "Apakah terdapat hubungan pemberian ASI
di Jawa Timur tahun 2015 sebesar 68,8%7, eksklusif dengan kejadian underweight pada
mengalami penurunan dibandingkan dengan bayi usia 0-23 bulan di Provinsi Jawa Timur
tahun 2014 (72,89%), tetapi kembali tahun 2016 ? Tujuan dari penelitian ini adalah
meningkat pada tahun 2016 sebesar 75%8. menganalisis hubungan pemberian ASI
Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif selama 6 eksklusif dengan kejadian underweight pada
bulan dapat mempengaruhi status gizi. bayi usia 0-23 bulan di Provinsi Jawa Timur
Pemberian ASI eksklusif dapat membantu tahun 2016. Manfaat dari penelitian ini adalah
mencegah penyakit infeksi pada memperoleh gambaran dan analisis hubungan
bayi9..Penyakit infeksi akan menurunkan nafsu pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 183
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

underweight pada bayi usia 0-23 bulan di penggunaan regresi logistik adalah untuk
Provinsi Jawa Timur tahun 2016, serta memperkirakan besarnya probabilitas
mengetahui pentingnya pemberian ASI kejadian tertentu di dalam suatu populasi dan
Eksklusif agar status gizi nya baik. faktor apa saja yang berpengaruh signifikan
terhadap suatu kejadian.
METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan analisis data
sekunder survei Pemantauan Status Gizi di Berdasarkan tabel 1, bayi usia 0-23
Provinsi Jawa Timur tahun 2016. Survei bulan yang diberi ASI saja sejak lahir sampai
Pemantauan Status Gizi merupakan survei sebelum 24 jam terakhir sebesar 77%,
rutin tahunan yang dilakukan Dinas Kesehatan sedangkan yang tidak diberi ASI saja sejak lahir
Provinsi Jawa Timur dengan responden sampai sebelum 24 jam terakhir sebesar 23%.
sejumlah 12098 balita. Data sekunder Berdasarkan tabel 2, bayi usia 0-23 bulan yang
diperoleh dari seksi kesehatan keluarga dan pertama kali diberi ASI < 30 hari sebesar
gizi masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa 46,2%, sedangkan yang diberi ASI 30 hari
Timur. Populasi penelitian adalah semua bayi sebesar 53,8%. Dengan demikian, lebih
yang ada di Provinsi Jawa Timur. banyak bayi yang diberi ASI 30 hari.
Pemantauan status gizi terkait ASI
Eksklusif ada 2 cara, yaitu dengan variabel Tabel 1. Distribusi frekuensi pemberian ASI
pemberian ASI saja sejak lahir sampai sebelum saja sejak lahir sampai sebelum 24 jam
24 jam terakhir pada bayi usia 0-23 bulan dan terakhir
kapan pertama kali memberikan makanan Pemberian ASI saja Jumlah
selain ASI. Sampel adalah bayi yang berusia 0- sejak lahir sampai
23 bulan. Besar sampel untuk variabel sebelum 24 jam n %
pemberian ASI saja sejak lahir sampai sebelum terakhir
24 jam terakhir pada bayi usia 0-23 bulan dan Ya 3646 77,0
pertama kali memberikan makanan selain ASI Tidak 1092 23,0
adalah 4749 sampel. Setelah dilakukan Total 4738 100,0
cleaning data dengan menghilangkan data
missing, besar sampel adalah 4738 sampel.
Variabel dependen adalah kejadian Tabel 2. Distribusi frekuensi pertama kali
underweight dan variabel independen adalah pemberian makanan selain ASI
pemberian ASI saja sejak lahir sampai sebelum Pertama kali Jumlah
24 jam terakhir dan pertama kali pemberian pemberian makanan
makanan selain ASI. n %
selain ASI
Pengolahan dan analisis data < 30 hari 2188 46,2
menggunakan uji Chi Square dan Regresi 30 hari 2550 53,8
Logistik. Uji regresi logistik dilaksanakan Total 4738 100,0
karena pada variabel dependen berskala
dikotomi (nominal dengan 2 kategori). Tujuan

Tabel 3. Hasil Uji Chi Square Variabel Independen dengan Kejadian Underweight
Status Gizi
Variabel Tidak Underweight p value
Underweight
Pemberian ASI saja sejak lahir Ya
4090 (86,3%) 648 (13,7%) 0,000003
sampai sebelum 24 jam terakhir Tidak
Pertama kali pemberian makanan < 30 hari
selain ASI 30 hari 4317 (91,1%) 421 (8,9%) 0,000

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 184
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

Tabel 4. Hasil Uji Regresi Logistik Variabel Independen dengan Kejadian Underweight

Status Gizi
Variabel Tidak Underweight OR 95% CI p-value
Underweight
Pemberian ASI saja Ya
1,319
sejak lahir sampai Tidak 0,000010
4090 (86,3%) 648 (13,7%) 1.645 –
sebelum 24 jam
2,052
terakhir
Pertama kali < 30 hari
0,217-
pemberian makanan 30 hari 4317 (91,1%) 421(8,9%) 0,272 0,000
0,341
selain ASI

Berdasarkan tabel 3, diperoleh hasil Penelitian Aziezah pada bayi usia 6-12 bulan di
bahwa nilai pearson Chi-Square, p = 0,000003, Puskesmas Ngagelrejo menunjukkan bahwa
yang berarti ada perbedaan pemberian ASI distribusi status gizi bayi yang diberi ASI
saja sejak lahir sampai sebelum 24 jam eksklusif mengalami status gizi kurang sebesar
terakhir dengan kejadian underweight. Nilai 0% dibandingkan dengan yang status gizi
pearson Chi-Square p < α = 0,05, p = 0,000, normal 100 %,sedangkan yang tidak ASI
yang berarti bahwa ada perbedaan kapan Eksklusif, mengalami status gizi kurang
pertama kali memberikan cairan/makanan sebesar 41,20% dibandingkan dengan yang
selain ASI dengan kejadian underweight. status gizi normal 58,80%19.
Berdasarkan tabel 5, Hasil uji regresi
Berdasarkan tabel 4, Hasil uji regresi logistik, nilai p = 0,000, yang berarti ada
logistik, nilai p = 0,000010. Pemberian ASI saja pengaruh signifikan pertama kali pemberian
sejak lahir sampai 24 jam terakhir makanan selain ASI terhadap kejadian
berpengaruh secara signifikan terhadap underweight. Bayi yang diberikan makanan
kejadian underweight. Nilai OR sebesar 1,654 selain ASI 30 hari berisiko underweight
yang berarti balita yang tidak diberi asi saja sebesar 0,272 kali lipat, dibandingkan bayi
sejak lahir sampai 24 jam terakhir memiliki yang diberi makanan selain ASI < 30 hari.
risiko 1,654 kali menderita underweight Semakin lama bayi yang tidak PMT maka
dengan nilai CI (1,319 – 2,052) dibandingkan semakin rendah risikonya untuk gizi buruk.
dengan bayi yang diberi ASI esksklusif. Bayi Penelitian Wargiana, Risa, dkk , di wilayah
yang diberi ASI saja sejak lahir sampai sebelum kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten
24 jam terakhir lebih banyak yang tidak Jember, hasil uji Chi Square yaitu nilai p =
underweight (85,1%) daripada yang 0,008, ada hubungan antara pemberian
underweight (9,6%). makanan pendamping ASI dini dengan status
Hasil penelitian Andriani, dkk, nilai p = gizi bayi 0-6 bulan20.
0,000, terdapat hubungan antara pemberian
ASI eksklusif dengan kejadian status gizi Tabel 5. Hasil crosstab pemberian ASI saja
kurang pada balita usia 1-5 tahun. Bayi yang sejak lahir sampai sebelum 24 jam
diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dapat terakhir dengan kelompok umur dan
mencegah gizi kurang16. Penelitian Widyastuti, kejadian underweight
pada bayi 6-12 bulan di Provinsi NTB , Tidak
Usia Underweight
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 underweight
bulan dapat mencegah gizi kurang (p = 0,003, 0-5 bulan 70 719
OR =0,441, CI 95%: 0,256-0,760)17. Penelitian (8,9%) (91,1%)
Putri, ada perbedaan status gizi bayi usia 0-6 6-11 bulan 98 1352
bulan yang tidak diberi ASI eksklusif dan diberi (6,8%) (93,2%)
ASI eksklusif di BPS Suratmi Bantul Yogyakarta. 12-23 bulan 253 2246
Semakin sering bayi usia 0-6 bulan diberikan (10,1%) (89,9%)
ASI maka status gizinya semakin baik.

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 185
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

Berdasarkan tabel 5, bayi usia 0-5 bulan pemberian ASI saja pada usia lebih dari 6
yang menderita underweight sebesar 70 bayi bulan tanpa makanan pendamping ASI.
(8,9%), sedangkan yang tidak underweight Salah satu kandungan ASI adalah
sebesar 716 (91,1%). Zat gizi bagi bayi kurang kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang
dari 6 bulan sudah tercukupi hanya dengan disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1
ASI saja21. Bayi yang tidak diberi ASI saja sejak sampai ke-4. Kolostrum berwarna kuning
lahir sampai 24 jam terakhir yang tidak keemasan karena kandungan komposisi lemak
mengalami underweight salah satu faktor yang tinggi dan sel-sel hidup. Kolostrum
penyebabnya adalah kondisi imunitas bayi dan membersihkan mukoneum dari usus bayi baru
pemberian MP ASI dini belum berdampak lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
secara langsung pada bayi usia 0-6 bulan. Bayi makanan bayi. Antibodi merupakan
yang tidak diberi ASI eksklusif rentan kandungan tertinggi pada kolostrum yang
mengalami penyakit, seperti infeksi saluran bersifat protektif terhadap bayi25. Pemberian
pencernaan, gizi buruk, serta gangguan kolostrum selama satu jam pertama kelahiran
tumbuh kembang, dan meningkatkan risiko bayi menjalin ikatan kasih sayang antara ibu
kematian. Bayi dapat mengalami penurunan dan bayi26.
berat badan sebesar 7% pada 72 jam pertama Periode emas dua tahun pertama
kehidupan, apabila terjadi masalah dalam kehidupan anak dapat tercapai secara optimal
pemberian ASI22. Hasil studi penelitian kohort apabila ditunjang dengan asupan nutrisi yang
Boyd-Orr yang mempelajari dampak jangka tepat sejak lahir. Rekomendasi World Health
panjang dari pemberian ASI pada masa bayi Organization (WHO) yaitu agar memberikan
terhadap panjang badan pada masa anak-anak ASI eksklusif untuk bayi sampai berumur 6
dan setelah dewasa, menunjukkan bahwa bulan dan dilanjutkan makanan pendamping
anak yang mendapat ASI, bermakna lebih ASI sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih27.
tinggi daripada yang mendapat susu Pertambahan umur bayi yang disertai
formula23. kenaikan berat badan maupun tinggi badan,
Berdasarkan tabel 5, bayi usia 6-11 akan meningkatkan kebutuhan energi maupun
bulan yang mengalami underweight sebesar zat gizi. Hal itu dapat dipengaruhi oleh umur,
98 (6,8%) daripada yang tidak underweight kecepatan pertumbuhan, banyaknya aktivitas
sebesar 1352 (93,2%). Bayi usia 12-23 bulan fisik, penyerapan dan utilisasi makanannya6.
yang mengalami underweight sebesar 253 ASI mengandung nutrisi yang cukup dan
(10,1%) daripada yang tidak underweight saja zat kekebalan untuk melindungi balita dari
2246 (89,9%). Bayi usia lebih dari 6 bulan infeksi6. ASI mengandung protein, lemak,
sudah membutuhkan makanan pendamping vitamin, mineral, air, dan enzim yang
ASI untuk mencukupi kebutuhan nutrisi selain dibutuhkan oleh bayi. Manfaat ASI yaitu,
ASI. Komposisi ASI akan berubah sejalan mengurangi risiko kekurangan nutrisi karena
dengan kebutuhan bayi. Pemenuhan kalori zat besi yang yang terkandung dalam ASI
melalui ASI pada bayi usia enam bulan sudah diserap lebih baik, pertumbuhan bakteri
tidak mencukupi. Semakin bertambah tumbuh Lactobacillus bifidus dalam usus oleh ASI
kembang bayi akan bertambah pula dapat mencegah bakteri penyebab penyakit
kebutuhan nutrisi seimbang. Bayi usia lebih lainnya dalam saluran pencernaan serta untuk
dari 6 bulan sudah membutuhkan makanan mencegah terjadinya diare. ASI mengandung
pendamping ASI agar kebutuhan gizi nya zat laktoferin, kolostrum ASI kaya antibodi dan
tercukupi dan bayi memiliki status gizi baik24. zat antiinfeksi28.
Variabel terkait ASI Eksklusif yang lebih Bayi yang diberi ASI, tidak mudah
berpengaruh terhadap kejadian underweight terpapar penyakit dan dapat berperan
di Provinsi Jawa Timur adalah variabel langsung terhadap status gizi29. Pemberian ASI
pemberian ASI saja sejak lahir sampai sebelum yang kurang dari 6 bulan dapat disebabkan
24 jam terakhir pada usia 0-23 bulan . Tetapi, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
pada variabel tersebut dapat terjadi bias pola asuh yang tepat, penggunaan susu
karena adanya kesalahan persepsi terutama formula, serta adanya budaya pada daerah

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 186
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

tertentu seperti pemberian makanan umum, instansi, dan sosial media, serta
tambahan yang terlalu dini pada bayi akibat booklet pentingnya ASI eksklusif; 3) Audio
adanya budaya turun-temurun, ataupun visual melalui televisi, seperti iklan layanan
karena kondisi kesehatan ibu30. masyarakat dan video melalui sosial media.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang Pihak pelayanan kesehatan terus memberikan
pola asuh akan berdampak pada status gizi edukasi dan soasialisai tentang pentingnya ASI
bayi. Pencernaan bayi pada usia kurang dari 6 Eksklusif kepada bayi hingga usia 6 bulan dan
bulan masih belum sempurna dan hanya dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan
dapat menerima makanan berupa ASI. makanan pendamping ASI agar kebutuhan
Pemberian makanan pendamping ASI terlalu nutrisinya terpenuhi. Bayi yang diberi ASI
dini akan menyebabkan terjadinya Eksklusif dapat mencegah terjadinya
gangguan/infeksi sehingga bayi dapat underweight.
mengalami gizi buruk31. MP-ASI diberikan
pada bayi umur 6-23 bulan. Bayi baru lahir ACKNOWLEDGEMENT
memiliki kemampuan yang terbatas pada
beberapa fungsi untuk mencerna, Penulis mengucapkan terima kasih
mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan kepada pihak instansi Dinas Kesehatan
makanan. Bayi 6-9 bulan sudah siap untuk Provinsi Jawa Timur dan Kepala seksi beserta
menerima makanan padat secara seluruh staff di seksi kesehatan keluarga dan
pertumbuhan maupun secara psikologis32. gizi masyarakat yang telah membantu dalam
Masa pertumbuhan dan perkembangan yang proses pengambilan data. Penulis juga
pesat adalah pada usia 0-24 bulan, usia mengucapkan terimakasih kepada
tersebut adalah periode emas sekaligus pembimbing magang instansi yang telah
periode kritis. Bayi dan anak yang membimbing selama pelaksanaan magang.
memperoleh asupan gizi sesuai dengan
tumbuh kembang optimal dapat mencapai REFERENSI
periode emas. Sedangkan bayi dan anak yang
tidak memperoleh makanan sesuai dengan 1. Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I.
kebutuhan gizi mengalami periode kritis yang Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC;2012.
akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan 2. Rencana Strategis Dinas Kesehatan
anak33. Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2019.
3. Novitasari, Dewi. Faktor-Faktor Risiko
KESIMPULAN Kejadian Gizi Buruk pada Balita yang
Dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
sampai sebelum 24 jam terakhir dan pertama Diponegoro. 2012. Available from
kali memberikan makanan selain ASI pada bayi http://eprints.undip.ac.id/37466/.
usia 0-23 bulan berhubungan dengan kejadian Diakses pada 30 Maret 2017.
underweight. Pemberian ASI saja sudah 4. Laporan Rutin Bulanan Gizi Tahun 2016.
mencukupi kebutuhan nutrisi bayi usia 0-6 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
bulan. 2016
Saran agar promosi ASI lebih ditekankan pada 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 450
bayi usia 0-6 bulan, sedangkan bayi usia lebih Tahun 2004 tentang pemberian ASI
dari 6 bulan sudah membutuhkan secara eksklusif pada bayi Indonesia.
makananpendamping ASI. Program terkait ASI Available from
Eksklusif dipertahankan dan ditingkatkan http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/b
melalui upaya promosi kesehatan dengan itstream/123456789/1149/1/KMK45004.
media audio, visual, dan audio visual, yaitu : 1) pdf. Diakses pada 30 April 2017.
Audio, seperti talkshow promosi kesehatan 6. Adriani, M. & Wirjatmadi, B. Peranan Gizi
dan iklan melalui radio; 2) Visual seperti Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana
poster yang bisa ditempel di tempat-tempat Prenadamedia Group.;2012

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 187
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

7. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Hubungan Pemberian ASI Eksklusif


Timur Tahun 2013. Dinas Kesehatan dengan Kejadian Status Gizi Kurang pada
Provinsi Jawa Timur. 2013. Available from Balita Umur 1-5 Tahun. Jurnal Wiyata.
http://www.depkes.go.id/resources/dow Kesehatan Masyarakat IIK Bhakti Wiyata
nload/general/Hasil%20Riskesdas%20201 Kediri. 2015. Available from
3.pdf. Diakses pada 28 April 2017. http://www.smkkbw.sch.id/v3/home/im
8. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur ages/journal/lppm_jurnal_83_44-
Tahun 2015. Dinas Kesehatan Provinsi 47_Rully.pdf. Diakses pada 27 April 2017.
Jawa Timur. 2015 17. Widyastuti, Endang. Hubungan Riwayat
9. Departemen Kesehatan RI.Pemantauan Pemberian ASI. Eksklusif Dengan Status
Pertumbuhan Balita. Jakarta: Direktorat Gizi Bayi 6-12 Bulan di Provinsi Nusa
Gizi Departemen Kesehatan RI;2002. Tenggara Barat. Tesis. Program Studi
10. Susanty M, Kartika M, Hadju V, Alharini S. Epidemiologi. Fakultas Kesehatan
Hubungan pola pemberian ASI dan MP- Masyarakat. Universitas Indonesia. 2009
ASI dengan gizi buruk pada anak 6-24 18. Putri. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI
bulan di Kelurahan Panmampu Makassar. dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6 bulan di
Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia. Puskesmas Ngampilan Yogyakarta. 2008.
2012; 1 (2) : 97-103. Available from Karya Tulis Ilmiah, Tidak dipublikasikan.
http://download.portalgaruda.org/article 19. Aziezah, Nur dan Aadriani, Merryana.
.php?article=29763&val=2168&title=HUB Perbedaan Tingkat Konsumsi dan Status
UNGAN%20POLA%20PEMBERIAN%20ASI Gizi Antara Bayi dengan Pemberian Asi
%20DAN%20MP%20ASI%20DENGAN%20 Eksklusif dan Non Asi Eksklusif. Jurnal
GIZI%20BURUK%20PADA%20ANAK%206- Media Gizi Indonesia. 2013; 9(1): 78-83
24%20BULAN%20DI%20KELURAHAN%20 20. Wargiana, Risa, Susumaningrum, dan
PANNAMPU%20MAKASSAR. Diakses pada Rahmawati. Hubungan Pemberian MP-
28 April 2017. ASI Dini dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6
11. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gramedia Pustaka Umum. Jakarta;2004 Rowotengah Kabupaten Jember. Jurnal
12. Puput S, Victoria FS. Perilaku Pemberian Pustaka Kesehatan. 2013;1(1) : 47-53.
ASI Terhadap Frekuensi Diare pada Anak Available from
Usia 6-24 Bulan di Ruang Anak Rumah http://repository.unej.ac.id/bitstream/ha
Sakit Baptis Kediri. J Stikes RS.Baptis ndle/123456789/10138/Risa%20Wargian
Kediri. 2011;4(2) 89-93 a%20-
13. Nur, Abidah., Marissa, Nelly. Riwayat %20062310101005_1.pdf?sequence=1.
pemberian Air Susu Ibu dengan Penyakit Diakses pada 23 Maret 2017.
Infeksi pada Balita. 2012. Jurnal 21. WHO. Global Strategy for Infant and
Kesehatan Masyarakat Nasional. 2014; Young Child Feeding: The Optimal
9(2). Duration of Exlusive Breastfeeding, 54th
14. Istyaningrum, Yurilla. Hubungan Antara WHA. 2005.
Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian 22. Eisenberg, E. Murkoff, HE Hathway, SE.
Diare dan Faktor-faktor Risiko pada Bayi Bayi pada tahun Pertama yang Anda
Berusia 6-12 Bulan di Kelurahan Hadapi Bulan per Bulan. Jakarta : Arcan;
Bendungan Kecamatan Cilegon Tahun 2007
2010. 2010. Fakultas Kedokteran dan 23. Martin, R.M, Smith, G.D, Frankel, S.,
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Gunnel, D. Association between breast
Syarif Hidayatullah Jakarta. feeding and growth: the Boyd-Orr cohort
15. Roesli U dan Yohmi E. Manajemen Laktasi study. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed;
dalam Bedah ASI. Jakarta : FKUI; 2008, hal 87 : F193-F201;2002
45-53, 69-79 24. Gibney,J. Michael, Barney, M.Margarets,
16. Andriani Rully, Wismaningsih Endah John, M.K. dan Lenore, A. Gizi Kesehtaan
Retnani, dan Indrasari Oktovina Rizky. Masyarakat. Jakarta : EGC; 2009

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
Sugito, et al. Amerta Nutr (2017) 180-188 188
DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.180-188

25. Purwanti H.Konsep penerapan ASI 30. Brown, J. E. et.al. Nutrition Trought the
eksklusif. Jakarta EGC ,2004. 3;5;24-9. Life Cycle. International Student Edition,
26. DepKes RI. Petunjuk Pelaksanaan 3rd, Thomson Wardsworth. 2002
Peningkatan ASI eksklusif: Departemen 31. Williams, L dan Wilkins. Modern Nutrition
Kesehatan Republik Indonesia Jakarta; in Health and Diseases (10th ed). United
2005 States of America: A Wolters Kluwer
27. WHO. Global Strategy for Infant and Company;2006
Young Child Feeding: The Optimal 32. Wong, DL. Buku Ajar Keperawatan
Duration of Exlusive Breastfeeding, 54th Pediatrik Wong. Jakarta : Balai penerbit
WHA. 2005. FKUI hal. 1-6, 21-30;2003.
28. Perera, Fernando, Warnakulasuria, dan 33. Nutrisiani, F. Hubungan Pemberian
Ranathunga. Feeding practices among Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada
children attending child welfare clinics in anak usia 0-24 bulan dengan kejadian
Ragama MOH area: a descriptive diare di Wilayah Kerja Puskesmas
crosssectional study. International Purwodadi Kecamatan Purwodadi
Breastfeeding Journal. 2011. Kabupaten Grobogan. Universitas
29. Pudjiaji, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak edisi Muhammadiyah Surakarta.2010.
ke-2. Jakarta : Balai penerbit FKUI hal. 1- Available from
6, 21-30;2003 http://eprints.ums.ac.id/9270/2/J410050
001.pdf. Diakses pada 25 April 2017.

©2017. Sugito, et al. Open access under CC BY – SA license.


Received 20-7-2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-188
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai