Anda di halaman 1dari 16

MEMPERBAIKI PROSES PEMBENTUKAN SUARA DALAM MENYANYI

Proses Penghasilan Bunyi Suara

Fonasi merupakan proses penghasilan bunyi suara melalui getaran pita suara. Aksi ini
terjadi didalam larynx saat pita suara merapat dan tekanan nafas diaplikasikan pada
kedua pita suara tersebut sedemikian rupa sehingga menimbulkan getaran. Pita suara
dirapatkan oleh aksi otot interarytenoid yang menarik tulang rawan arytenoid sehingga
kedua pita suara dapat saling merapat. Terdapat dua teori utama mengenai terjadinya
vibrasi pada suara:

1. Teori myoelastik:
Merupakan teori yang menyatakan bahwa pada saat pita suara dalam keadaan rapat dan
tekanan nafas diaplikasikan kepadanya, pita suara akan tetap merapat, hingga tekanan
dibawahnya (tekanan subglottis) mencukupi untuk mendorongnya merenggang. Aliran
udara yang mengalir keluar dan mengakibatkan berkurangnya tekanan nafas &
menyebabkan pita suara merapat kembali.

Tekanan kembali dihimpun hingga pita suara dapat direnggangkan kembali, dan siklus
ini terus berulang. Besarnya tekanan yang menyebabkan tertutup atau terbukanya pita
suara (jumlah getaran perdetik) menentukan tingkat nada dari suara yang dihasilkan.

2. Teori aerodynamik:
Teori ini berdasarkan pada Efek Bernouilli yang menyatakan bahwa nafas mengalir
melalui glottis pada saat tulang rawan arytenoid dipisahkan oleh aksi otot-otot
interarytenoid.

Menurut Efek Bernouilli, nafas yang mengalir melalui pita suara menyebabkan pita
suara tersebut bergetar sebelum arytenoid merapat dengan sempurna. Sewaktu
arytenoid tertarik secara bersama hingga merapat, aliran udara ini membuat glottis
tertutup dan menghentikan aliran udara hingga tekanan nafas medorong pita suara
sampai merenggang dan menyebabkan aliran udara mengalir kembali. Aksi ini
menghasilkan suatu siklus yang berulang.

Perbedaan kedua teori diatas hanyalah terletak pada faktor yang menyebabkan pita
suara merapat kembali dalam setiap siklusnya. Teori myoelastis memberikan penekanan
pada tekanan otot (elastisitas), sedangkan teori aerodinamis memberikan penekanan
pada Efek Bernouilli. Sangatlah mungkin kedua teori tersebut benar dan dapat
beroperasi secara simultan dalam menghasilkan dan mempertahankan vibrasi.

3. Teori Neurochronaxic dari Raoul Husson.


Teori ini sangat terkenal pada era 1950-an, namun belakangan teori ini telah
didiskriditkan. Teori ini menyatakan bahwa: “Frekwensi pada pita suara ditentukan oleh
cronaxy syaraf yang berulang, dan bukan karena tekanan nafas atau tekanan otot”.
Penganut teori ini menganggap bahwa setiap vibrasi pada pita suara merupakan impuls
dari syaraf-syaraf larynx yang bergetar dan bahwa pusat akustik pada otak diatur oleh
kecepatan vibrasi pita suara yang dihasilkan. Jika benar, maka teori ini memiliki
keuntungan psikologis bagi para penyanyi, sayangnya teori ini tidak pernah disyahkan.
Karakter Bunyi Suara Yang Baik

Sebuah prasyarat dalam menentukan kebiasaan fonatori yang baik bagi seorang
penyanyi atau pembicara agar dapat memiliki konsep yang valid bagi bunyi suara yang
baik. Berikut ini merupakan gambaran ekspresi yang dapat mewakili beberapa
karakteristik penting bagi bunyi suara yang baik:

1. Dihasilkan dengan bebas;


2. Menyenangkan untuk didengar;
3. Cukup keras untuk dengar dengan baik;
4. Kaya, berdering dan memiliki beresonansi;
5. Memiliki energi yang mengalir lembut dari satu nada ke nada yang lain;
6. Dihasilkan secara konsisten;
7. Memiliki vibrasi, dinamik dan hidup;
8. Ekspresif.

Berikut ini merupakan daftar karakteristik bunyi suara yang buruk:


1. Tercekik, dipaksakan atau tegang;
2. Melengking, parau;
3. Terlalu keras, menyerupai teriakan atau bentakan;
4. Serak;
5. Mengandung nafas;
6. Lemah, tidak memiliki warna, atau tidak hidup;
7. Dihasilkan secara tidak konsisten;
8. Bergetar atau goyang.

Suara yang indah bermula dari pikiran anda. Jika anda tidak dapat memikirkan sebuah
nada yang indah, maka anda tidak akan dapat menghasilkannya. Anda harus belajar
untuk membayangkan suatu suara di dalam mata batin anda, serta belajar
“mendengarkan”-nya di dalam telinga batin, sebelum anda dapat mewujudkannya.

Cara terbaik untuk mencapai gambaran mental dari suara yang indah adalah dengan
mendengarkan beberapa penyanyi terkenal secara tekun. Anda harus terus
mendengarkan pertunjukan panggung dan rekaman penyanyi-penyanyi tersebut hingga
anda mampu menampilkan gambaran dari penyanyi yang anda dengarkan.

Dengan cara ini diharapkan anda dapat meniru karakteristik suara yang baik, seperti
yang telah dijelaskan diatas. Hal terpenting dalam membentuk karakteristik suara yang
baik adalah menentukan sebuah “model suara” yang dapat dijadikan sebagai sebuah
panutan dalam pencarian anda terhadap kualitas suara yang prima.

Jangan mempolakan diri anda untuk mengimitasi seorang penyanyi tertentu, betapapun
baikknya ia menyanyi. Terdapat beberapa alasan mengenai hal ini:

Pertama, atribut fisik anda (seperti ketebalan dan panjang pita suara, ukuran dan bentuk
resonator dll.) pasti sangat berbeda dengan penyanyi yang anda tiru, sehingga anda tidak
akan dapat mencapai kualitas suara yang serupa tanpa melakukan pemaksaan ataupun
peniruan.
Kedua, seorang penyanyi yang matang dengan pengalaman dapat melakukan banyak
hal dengan suaranya tanpa harus merusaknya, dan hal ini tidak berlaku untuk penyanyi
pemula.

Ketiga, jika anda mempolakan diri anda terlalu serupa dengan seorang penyanyi, anda
akan cendrung manjadi imitasi dari penyanyi yang bersangkutan, tanpa memiliki
individualitas. Akan lebih bijaksana jika anda mampu memilih sepuluh orang penyanyi
yang memiliki katagori suara yang sama dengan anda dan memiliki dan memiliki
kelebihan-kelebihan yang dapat anda adopsi sebagai suatu model dalam pembentukan
suara anda.

Tiga Fase Dalam Sebuah Nada Musikal


Setiap nada musikal dapat dibagi menjadi tiga fase:
1.       Fase Attack (fase memulai nada);
2.       Fase Sustention (fase penahanan nada); dan
3.       Fase Release (fase pengakhiran nada).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ketiga fase ini terdiri dari memulai nada,
menahan nada dan mengakhiri nada. Setiap fase fungsi yang penting dan memiliki
masalah-masalahnya tersendiri.

 Fase attack: merupakan fase yang sangat penting dalam menyanyi karena
memiliki kecendrungan untuk mempengaruhi dua fase lainnya dalam proses
menghasilkan suara. Nada yang dimulai dengan baik akan membuka jalan bagi
fase penahanan dan fase pengakhiran nada. Nada yang dimulai dengan cara
buruk akan menimbulkan dampak serupa pada fase-fase selanjutnya. Awal yang
baik berasal dari dalam pikiran penyanyi yang bersangkutan sebelum ia
melakukan aktifitas fisik,  termasuk didalamnya adalah persiapan untuk pitch
dengan tepat, kualitas nada yang tepat dan tingkat dinamik yang tepat.

Pitch harus dimulai dengan tepat, tanpa “menyendok” keatas ataupun “tergelincir”
kebawah. Untuk dapat melakukannya, seorang penyanyi harus dapat membentuk suatu
kebiasaan mendengarkan pitch secara mental sebelum mulai menyanyikan pitch
tersebut, dan bukan sewaktu menyanyikannya.

Sebuah attack yang baik harus terlebih dahulu dipersiapkan, baik secara fisik maupun
mental. Sebuah attack yang sempurna baru akan terjadi jika mekanisme penunjang
nafas dan pita suara terlibat dalam suatu aksi bersama secara simultan dan efisien, tanpa
andanya ketegangan yang tidak diperlukan, ataupun pembuangan nafas secara sia-sia.
Jenis koordinasi yang “effortless” ini hanya dapat dicapai jika langkah-langkah
persiapan telah dilakukan secara matang. Latihlah fase attack anda dengan
menggunakan latihan berikut ini:
1.     Tariklah nafas seperti saat anda mulai menguap;
2.     Rasakan adanya pengembangan pada bagian tengah tubuh anda;
3.     Tahan nafas anda begitu paru-paru anda terasa penuh dan nyaman;
4.     Mulailah nada dengan terlebih dahulu memikirkan cara menghasilkannya, tanpa
usaha fisik yang berlebihan.
Untuk menghasilkan suara yang baik, tidak diperlukan usaha yang bersifat lokal, seperti
menarik perut atas kedalam atau mendorongnya kearah depan. Jika anda telah menarik
nafas dengan benar dengan postur yang baik, berarti anda telah menciptakan tunjangan
nafas yang cukup untuk menyanyikan setiap nada dalam jangkauan nada (vocal range)
anda tanpa perlu melakukan pengaturan kembali secara sengaja.

Yang diperlukan pada tahap ini adalah gambaran mental yang tepat, pitch yang tepat,
kualitas nada yang tepat, serta tingkatan dinamik yang diinginkan. Setelah semua itu
terpenuhi, maka aksi refleks akan mengambil alih semua kegiatan tersebut. Jika
hasilnya tidak seperti yang anda inginkan, berarti terdapat kesalahan dalam persiapan
baik mental maupun fisik. Jangan memaksan penggunaan kekuatan otot yang berlebihan
sebagai ukuran yang baku dalam menghasilkan suara yang baik. Pikirkanlah terlebih
dahulu nada tersebut sebelum anda menyanyikannya.

Dalam sebuah attack yang berimbang dan terkoordinasi, rahang haruslah dapat diturun
secara bebas sebelum anda menghasilkan suara. Gerakan rahang yang benar adalah
turun kearah bawah baru kemudian digerakkan sedikit kearah belakang. Jangan
menekan rahang kearah bawah, mendorongnya kearah depan, atau menguncinya dalam
suatu posisi, biarkanlah rahang bergerak dengan bebas.

Jangan memikirkan pita suara anda pada saat anda menyanyi, karena pada dasarnya
anda tidak memiliki kendali atas pita suara anda. Akan lebih baik jika anda memikirkan
jenis suara yang akan anda hasilkan, dan sensasi apa yang akan anda rasakan pada saat
suara seperti itu dihasilkan.

Walaupun fonasi terjadi didalam larynx, ia akan terasa seperti dihasilkan disuatu tempat
didalam kepala anda. Beberapa orang penyanyi menyatakan bahwa suara terasa
dihasilkan di langit-langit mulut. Hal seperti ini merupakan sensasi yang baik untuk
anda coba, karena sensasi seperti itu akan mengalihkan perhatian anda dari pita suara.
Dalam pelajaran menyanyi terdapat sebuah pepatah kuno yang berbunyi: “Penyanyi
yang baik adalah penyanyi yang tidak memiliki leher”. Pepatah ini cocok untuk
menggambarkan apa yang seharusnya dirasakan oleh seorang penyanyi.

 Fase Sustention dari suatu nada berlangsung dari saat sesudah nada tersebut
dimulai dan saat sebelum nada tersebut berakhir. Durasinya tergantung pada
nada yang akan dinyanyikan. Menunjang suatu nada berarti menahan nada
tersebut selama yang diperlukan. Berarti menopangnya secara fisik dari arah
bawah, membuatnya tetap berbunyi, mempertahankannya atau
memperpanjangnya, mempertahankan vitalitas yang terdapat didalamnya. Hal
inilah yang seharusnya terjadi selama fase penahanan, dimana energi yang
digunakan untuk memulai suara tersebut harus tetap mengalir.

Mekanisme pernafasan harus melakukan tunjangan terhadap suara dari arah bawah
tubuh. Vitalitas suara yang mendapat tunjangan tersebut haruslah tetap terjaga dan
terfokus pada suatu tempat di kepala anda. Sebuah suara yang mendapat tunjangan
harus tetap berada dalam keadaan stabil dan konsisten, tidak bergoyang, tidak
mengalami perubahan dalam kualitas maupun tingkat dinamik, kecuali dalam merespon
tuntutan ekspesif dalam musik.
Hal penting yang harus diingat oleh seorang penyanyi adalah: jangalah sekali-kali
menyanyikan nada dengan melakukan sentakan pada nafas. Ada dua faktor yang dapat
membantu anda dalam memastikan bahwa energi yang anda hasilkan stabil:
1.      Pertahankan pengembangan didaerah tengah tubuh selama anda menyanyikan
suatu nada;
2.     Pertahankan postur yang baik dengan cara berdiri tegap dengan punggung yang
meregang.

Sebuah ketegangan berimbang yang terjadi antara otot-otot yang digunakan untuk
menghirup nafas dan otot-otot yang digunakan untuk menghembuskan nafas hanya akan
terjadi jika anda telah dapat menerapkan postur dan pernafasan yang baik. Hubungan
dinamis ini (disebut sebagai tunjangan nafas) merupakan faktor yang penting dalam
melakukan tunjangan pada suara.

Saat melakukan penunjangan pada sebuah nada, bayangkanlah bahwa suara yang anda
hasilkan mengalir bebas keluar dari tubuh anda, namun nafas anda seakan tetap
tertinggal didalam tubuh anda. Pada kenyataannya, nafas pasti akan mengalir keluar dari
tubuh anda, namun harus selambat mungkin. Bayangkan anda tengah berada dalam
posisi menghirup nafas sewaktu anda menyanyikan suatu nada, ini akan membantu
memperlambat keluarnya nafas dan mempertahankan pengembangan pada bagian
tengah tubuh anda. Tenggorokan anda harus terasa rileks dan terbuka dari bagian atas
hingga bagian bawahnya. Untuk mendapatkan perasaan seperti itu, pertahankanlah
posisi awal menguap. Langit-langit mulut anda harus terasa bergetar seperti jika anda
tengah bersenandung. Sensasi ini akan mempengaruhi kualitas suara dan efisiensi dari
aksi pita suara anda.

Tidak perlu melakukan gerakan pada lidah, bibir atau rahang sewaktu melakukan
penahanan pada sebuah nada tunggal. Artikulator hanya aktif pada fase pemulaian dan
pengakhiran nada, bukan pada fase penahanan nada. Jika suara sudah mulai dihasilkan,
lidah, bibir dan rahang telah selesai melakukan tugas utamanya, dalam fase penahanan
mereka akan beristirahat hingga tiba fase pengakhiran nada. Salah satu ciri dari
penyanyi yang belum berpengalaman adalah melakukan perubahan postur dari alat-alat
pengucapannya pada saat menahan sebuah nada. Aksi ini dapat menimbulkan
ketegangan yang tidak perlu serta menimbulkan efek yang buruk bagi huruf hidup yang
tengah dinyanyikan.

 Fase Release. Fase pengakhiran sebuah nada memiliki durasi yang sangat
singkat dan harus dilakukan secara tegas dan tepat. Fase ini tidak boleh
diabaikan, diperlambat atau dipercepat karena fase ini harus dilakukan pada
waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Pada kenyataannya, sebuah nada
harus diakhiri, namun bukan dengan cara menghilang atau berhenti karena
kehabisan energi. Tunjangan nafas yang digunakan untuk memperpanjang nada
harus tetap dilanjutkan hingga fase pelepasan nada ini selesai. Jangan biarkan
tunjangan anda mengendur sebelum suara selesai dinyanyikan, jika terjadi, hal
ini akan mempengaruhi pitch dan kualitas nada yang anda hasilkan.
Jangan mendahului sebuah release. Berpikir untuk mengakhiri nada terlalu cepat akan
menyebabkan tunjangan nafas menjadi terlalu cepat rileks, atau menyebabkan
tenggorokan anda menyempit dalam persiapannya untuk menghasilkan sebuah huruf
konsonan.

Sebuah release yang baik seharusnya dilakukan pada saat akhir secara cepat, bersih dan
tepat. Lemahnya musikalitas seorang penyanyi merupakan penyebab utama dari release
yang buruk. Salah satu keahlian yang harus dimiliki seorang penyanyi adalah
kemampuan untuk menghitung nada dengan tepat, karena hanya dengan cara ini ia
dapat mengetahui kapan saatnya ia harus memulai, memperpanjang dan mengakhiri
sebuah nada.

Sebagian besar kata dalam bahasa Inggris berakhir dengan huruf konsonan, karenanya
konsonan dalam kata berbahasa inggis memiliki fungsi yang sangat vital dalam
melakukan release. Sebuah release akan terdengar baik jika sebuah huruf konsonan
akhir dapat diucapkan dengan cepat, tegas dan tepat pada waktunya. Sayangnya, banyak
penyanyi yang tidak mengindahkan konsonan akhir, sehingga jarang sekali mereka
menggunakan energi atau kelincahan yang cukup dalam melakukan release.

Sebuah huruf konsonan harus dinyanyikan hingga batas akhir hitungan, kemudian
diakhiri dengan cara yang cepat, dan tegas. Bayangkanlah bahwa sebuah konsonan
akhir merupakan batas akhir dari suatu nada. Jangan mengantisipasi release saat anda
baru saja mulai menyanyikan sebuah huruf hidup, tunggulah dan biarkan nada tersebut
berbunyi hingga pada saatnya diakhiri dengan konsonan.

Jangan mencoba untuk menghentikan sebuah nada dengan cara “menjepit” tenggorokan
atau dengan memutuskan nafas anda. Sebuah release yang dilakukan dengan cara
seperti itu akan menimbulkan ketegangan dan seringkali berakhir dengan suara yang
serak. Biarkanlah organ-organ pembentuk suara (bibir, lidah dan rahang)
melepaskannya secara alami. Jika sebuah nada berakhir dengan huruf hidup, anda harus
tetap mengakhirinya dengan cara yang sama dengan nada yang memiliki huruf akhir
konsonan. Teknik menyanyi tidak memiliki cara yang berbeda dalam melakukan dua
aksi diatas.

Pada prakteknya, pita suara dan mekanisme penunjang juga melakukan pelepasan suara
tepat bersamaan dengan aksi pelepasan yang dilakukan oleh bibir, lidah dan rahang
dalam suatu gerakan yang tersingkronisasi. Karenanya, sangatlah baik bagi bagi seorang
penyanyi untuk dapat merasakan bahwa alat-alat pengucapannya memiliki tanggung
jawab yang sangat besar dalam fase pengakhiran nada ini.
KESIMPULAN:

Fonasi merupakan proses yang sangat terkait dengan pernafasan. Sangatlah mungkin
melakukan pernafasan tanpa melakukan fonasi, namun sangatlah mustahil untuk
melakukan fonasi tanpa mendapat bantuan dari nafas.

Dalam fonasi yang ideal dan berimbang, kedua proses tersebut terkoordinasi sedemikian
rupa sehingga mampu menghasilkan pitch dan tingkat dinamik yang diinginkan dengan
hanya menggunakan usaha minimal dari mekanisme penunjang nafas.

Dengan kata lain, hanya dengan tekanan udara dan ketegangan pita suara yang sangat
berimbang yang dapat menghasilkan vibrasi yang baik tanpa menimbulkan ketegangan
yang tidak diperlukan ataupun inefisiensi nafas.

Tubuh penyanyi harus dilatih agar dapat berfungsi sebagai sebuah kesatuan, dibawah
kendali pikiran, bukan sebagai kelompok yang terpisah-pisah yang dikendalikan secara
lokal. Aksi yang terkoordinasi merupakan dasar bagi fonasi yang baik.

Kesalahan Yang Berhubungan Dengan Fonasi   

Kesalahan dalam fonasi diperkirakan berasal dari tidak berfungsinya mekanisme larynx
pada saat penyanyi yang bersangkutan menggunakan “suara asli”-nya. Kesalahan pada
fonasi dibagi menjadi dua jenis: hipofungsional dan hiperfungsional.

▪    Fonasi hipofungsional, merupakan proses fonasi yang gagal dalam memenuhi
tuntutan aktivitas yang dibutuhkan oleh mekanisme larynx. Kesalahan ini sering terjadi
pada penyanyi pemula, namun juga dapat disebabkan oleh sebab faktor penuaan usia
pada penyanyi yang bersangkutan.

Kesalahan ini merupakan kesalahan yang paling banyak terjadi pada penyanyi.
Penyebab utama dari kesalahan hipofungsional ini adalah tidak cukup tertutupnya
glottis pada pita suara secara baik. Dampak dari kesalahan ini adalah timbulnya suara
yang bercampur dengan nafas, dimana aliran udara dapat dengan bebas mengalir keluar
dari celah dari glottis yang tidak tertutup secara baik tersebut.

Pada saat pita suara tidak menutup dengan baik, tunjangan nafas akan mendorong udara
yang “tidak terpakai” ini melalui celah pada glottis. Nafas yang terbung percumai sama
dengan nada yang terbuang percuma, dan hal ini harus dihindari. Udara yang terbuang
percuma juga menyebabkan lemahnya pengendalian nafas. Sebuah ban dengan pentil
yang rusak akan cepat sekali kempes, seorang penyanyi yang tidak mampu menutup
celah glottisnya dengan baik akan cepat sekali kehabisan nafas.

Seorang pakar vokal terkenal, Van A. Christy menyatakan, “Efficient tone is basic for
efficient breath control” (nada yang efisien merupakan dasar bagi pengendalian nafas
yang efisien). Dalam konteks ini, nada yang efisien dan aksi pita suara yang efisien
merupakan hal yang sinonim).
Prosedur terbaik bagi perbaikan suara yang bercampur nafas adalah melatih pita suara
agar dapat menutup dengan baik. Cara ini tidaklah mudah karena kita tidak memiliki
kendali langsung terhadap pita suara. Tidak mungkin kita dapat memerintah
interarytenoid dan otot-otot lateral cricoaritenoid untuk menutup glottis secara
langsung. Aksi ini harus dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan
pola-pola pemikiran tertentu serta aksi refleks yang terkondisi dengan baik. Sebagai
contoh, berpikir untuk melakukan fase awal menguap akan menyebabkan
merenggangnya jarak kedua pita suara. Sebaliknya, berfikir untuk melakukan fase awal
bersenandung akan membuat pita suara merapat dan menutup celah glottis. Lakukanlah
percobaan berikut ini:

Hiruplah nafas dalam dengan nyaman dan berfikirlah untuk bersenandung. Anda akan
merasakan bahwa mulut dan pita suara anda menutup untuk mempersiapkan aksi
bersenandung tersebut (Jika anda menarik otot perut dengan kuat, anda akan merasakan
bahwa pita suara anda menahan nafas yang akan keluar).

Pada saat anda mulai bersenandung, rapatkan gigi anda kuat-kuat dan cobalah untuk
merasakan adanya getaran berdengung pada langit-langit mulut anda. Aksi
bersenandung seperti ini terkadang menghasilkan kualitas bunyi suara yang kurang
baik, yaitu suara yang terdengar bercampur nafas.

Kini cobalah bersenandung dengan mulut yang tetap tertutup sambil memisahkan gigi
anda dengan cara menurunkan rahang bawah anda perlahan-lahan. Cobalah untuk
mempertahan-kan getaran pada langit-langit selama mungkin. Aksi bersenandung jenis
ini akan menimbulkan perasaan rileks dan akan menghasilkan kualitas bunyi suara yang
lebih baik dibandingkan cara yang pertama. Dengan cara ini suara anda tidak akan
bercampur dengan nafas jika dihasilkan dengan cara yang benar.

Cara lain untuk menutup pita suara dengan benar adalah dengan meminta siswa untuk
menambah energi pada saat tengah bernyanyi. Pada kebanyakan penyanyi yang kurang
berpengalaman, pita suara tidak menutup dengan sempurna karena tubuh tidak cukup
bekerja keras dalam menghasilkan suara yang baik. Berikut ini merupakan beberapa
penyebab dari kurangnya kerja tubuh dalam menghasilkan suara yang baik:
1.       Postur yang buruk;
2.       Pernafasan yang dangkal;
3.       Kurang baiknya fase penahanan nafas;
4.       Bernyanyi terlalu lembut (kesalahan konsep tentang kekuatan suara);
5.       Meniru model suara dari penyanyi yang buruk;
6.       Kegagalan dalam mengenali kualitas suara yang baik;
7.       Jarang terlibat dalam kegiatan bermusik.

Masalah yang berhubungan dengan suara mendesah bukan berasal dari kurangnya
penggunaan energi dalam menyanyi. Hal ini dapat diperbaiki dengan beberapa cara.
Salah satunya dengan cara meminta siswa untuk menyanyi lebih keras dari biasanya.

Bersamaan dengan itu, mintalah siswa untuk melakukan gerak mengangkat secara
lembut, seperti berpura-pura akan mengangkat sesuatu benda yang agak berat seperti
buku tebal, yang diangkat oleh salah satu lengan dari batas pinggang ke atas.
Dalam aksi ini, pita suara akan cendrung menutup untuk menunjang gerakan lengan.
Jangan mengangkat benda yang terlalu berat karena epiglottis dan kerah larynx
(larygeal collar) akan cendrung untuk menutup sehingga menyulitkan proses fonasi.

Pendekatan lain adalah dengan mengimitasi cara menyanyi seorang penyanyi opera,
atau menyanyi dengan cara “dilebih-lebihkan”. Dengan cara ini diharapkan siswa yang
bersangkutan dapat memproduksi suara yang lebih hidup dan bulat.

Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk postur dan kebiasaan
bernafas yang baik bagi siswa yang bersangkutan, atau dengan membuat siswa yang
menyadari fungsi dari mekanisme penunjang nafas. Caranya adalah dengan menirukan
cara tertawa Santa Claus (Ho, ho, ho), atau meneriakkan kata panggilan seperti, “Hai”,
atau dapat juga dengan meminta siswa menyanyi dengan keras seperti jika ia mencoba
untuk menyanyi untuk penonton yang berada dibarisan belakang.

Masalah yang berhubungan dengan kurangnya keterlibatan siswa yang bersangkutan


dalam musik dapat ditanggulangi dengan memilihkan lagu-lagu yang dapat direspon
secara cepat. Mintalah siswa untuk menghafal syair dalam lagu dan kemudian
mengucapkannya secara ekspresif. Cara memberikan sebuah interpretasi terhadap lagu
yang bersangkutan dapat dengan cepat memberikan respon yang ekspresif. Cara lainnya
adalah dengan memperdengarkan rekaman suara penyanyi dengan lagu yang sama atau
serupa. Semua siswa diharuskan memiliki model suara yang ideal, hal ini akan lebih
cepat dicapai dengan cara banyak mendengarkan rekaman penyanyi-penyanyi yang ahli.

Huruf hidup dan konsonan dapat pula digunakan untuk menghilangkan suara mendesah.
Huruf hidup yang bersifat frontal (seperti [i], dan [e]) memiliki sifat tegas dalam
produksinya dibanding dengan huruf hidup lainnya. Karenanya, huruf-huruf hidup
diatas sangat kondusif untuk menghilangkan suara yang mendesah.

Untuk langkah pertama, berikan siswa latihan vokalisi dengan menggunakan huruf
hidup frontal, jika suara mendesah masih terdengar, mintalah ia untuk merapatkan
giginya saat melakukan vokalisi tersebut. Posisi rahang yang tertutup rapat ini
sebenarnya tidak dianjurkan dalam dalam menyanyi, namun sebagai jalan “jalan pintas”
aksi ini dapat memperkuat aksi larynx untuk menghasilkan suara yang terbebas dari
desahan nafas. Aksi ini harus dihentikan segera setelah siswa yang bersangkutan telah
dapat menghasilkan suara tanpa desah dengan posisi rahang yang rileks.

Cara lain untuk menghilangkan suara mendesah adalah dengan menggunakan huruf-
huruf konsonan nasal seperti: [m], [n], dan [ŋ] yang dikombinasi dengan konsonan yang
memerlukan aksi bibir dan/atau lidah yang kuat. Cobalah vokalisi lima buah nada (do,
re, mi, fa, sol) secara naik dan turun dengan menggunakan kata seperti: “ding, ding,
ding, ding, ding; bum, bum, bum, bum, bum; no, no, no, no, no; wing, wing, wing, wing,
wing, ting, ting, ting, ting, ting, dan kata-kata sejenisnya.

Salah satu atau beberapa dari kata tersebut dapat digunakan sebagai pengganti salah satu
kata yang terdapat di dalam lagu. Tingkat efektifitas penggunaan berbagai konsonan
diatas akan sangat bervariasi bagi setiap siswa, sangatlah disarankan untuk mencoba
beberapa dari kata diatas. Menurut pengalaman, kata, “ding” lebih sering memberikan
hasil yang memuaskan.

Salah satu masalah dalam memperbaiki suara yang mendesah adalah bahwa kebanyakan
siswa tidak menyadari akan hal tersebut. Suara seperti ini sudah dianggap sebagai
bagian dari suara alaminya, dan bukan dianggap sebagai bunyi nafas. Anda dapat
memberitahukannya dengan cara merekam suaranya dengan menggunakan tape
recorder dan terus memantau kemajuan yang dicapainya, jika hal ini tidak dilakukan,
siswa yang bersangkutan akan tetap kembali pada kebiasaan buruknya.

Permasalahan lain yang harus diwaspadai adalah bahwa penyebab suara mendesah
adalah adanya faktor akil balig pada siswa yang bersangkutan. Ini adalah periode
dimana otot-otot interarytenoid tidak dapat atau tidak menutup glottis dengan rapat.
Akibatnya terdapat sebuah celah diantara vocal process pada tulang rawan arytenoid.
Celah ini sangat umum terjadi pada suara remaja yang mengalami akil balig dan dikenal
dengan sebutan mutational chink (celah mutasional).

Meskipun siswa yang bersangkutan memiliki celah seperti ini, ia masih dapat
mengurangi jumlah nafas yang keluar melalui celah tersebut. Anda dapat melakukan
perbaikan pada jenis suara seperti ini dengan menggunakan seluruh metode yang telah
dijelaskan sebelumnya, namun tetap dengan mengedepankan kehati-hatian. Dalam
masalah ini William Vennard menyatakan, “Young singers should not be driven to
eliminate this breathiness impatiently”(Untuk para penyanyi muda, proses
penghilangan suara mendesah ini jangan dilakukan dengan tergesa-gesa). Suara seperti
ini akan hilang dengan sendirinya jika proses perubahan suara dalam dirinya telah
berakhir.

Jika semua metode yang telah dilakukan tidak membawa hasil, masih terdapat satu cara
lagi yang dapat ditempuh. Cara yang satu ini tergolong ekstrim, yaitu dengan meminta
siswa yang bersangkutan untuk membuat suara yang tercekik atau tegang. Karena
banyak metode yang digunakan tidak membuahkan hasil, maka anda harus melakukan
sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan yang cukup untuk dapat menutup pita
suaranya dengan baik. Pada kenyataannya, cara ini mengandung resiko cidera yang
besar karena adanya ketegangan yang berlebihan pada saat bersuara, dan cara ini juga
bukan dimaksudkan untuk menggantikan suatu kebiasaan buruk dalam menyanyi
dengan kebiasaan buruk lainnya. Namun demikian, seseorang yang memiliki suara
mendesah secara terus-menerus akan jarang sekali mengalami cidera saat pertama kali
mencoba untuk menggunakan suara yang tercekik; biasanya mereka akan cendrung
mendekati situasi suara yang berimbang ketimbang suara yang tercekik. Saran
berikutnya yang mungkin akan berhasil adalah meminta siswa yang bersangkutan untuk
menirukan gaya penyanyi country dengan “youdel”-nya. Pendekatan-pendekatan yang
memacu ketegangan seperti diatas tidak dimaksudkan untuk dipergunakan dalam jangka
waktu yang lama dan harus segera diakhiri begitu siswa yang bersangkutan telah
mengalami kemajuan dalam suaranya.
Rangkuman Prosedur Perbaikan Untuk Jenis Suara Mendesah (Hipofungsional)

1.  Bersenandung (dengan vibrasi pada langit-langit mulut);


2.  Menggunakan energi yang lebih besar dengan cara menyanyi lebih keras;
3.  Menggunakan energi yang lebih besar dengan latihan mengangkat beban;
4.  Menirukan gaya penyanyi opera;
5.  Menanamkan kebiasaan berpostur dan bernafas yang baik;
6.  Mengaktifkan mekanisme penunjang nafas dengan melakukan latihan-latihan;
7.  Menyanyi untuk barisan penonton paling belakang dari auditorium;
8.  Memiliki keterlibatan yang kuat dalam musik;
9.   Membentuk suara yang ideal dengan cara mendengarkan penyanyi-penyanyi yang
baik;
10. Melakukan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup frontal;
11. Melakukan vokalisi dengan menggunakan konsonan nasal;
12. Menirukan suara tercekik.

▪  Suara Desah yang Dipaksakan.   


 Dalam permasalahan suara yang mengandung nafas (breathy voice) terdapat sebuah
jenis masalah yang memerlukan penjelasan khusus karena adanya faktor-faktor yang
komplikatif didalamnya, jenis ini dikenal dengan suara desah yang dipaksakan.

     Komplikasi yang terdapat didalam masalah jenis ini berasal dari rendahnya fungsi
mekanisme pada larynx yang diikuti dengan rendahnya fungsi mekanisme penunjang
nafas. Perbaikan yang ditujukan pada salah satu faktor dapat memperburuk faktor
lainnya. Menarik otot-otot perut dapat menghasilkan tekanan udara yang besar pada
larynx karena pita suara tidak menutup dengan baik sehingga udara akan menekan pita
suara dengan derasnya. Pendekatan terbaik dalam memperbaiki jenis kesalahan seperti
ini adalah melakukan pendekatan pada mekanisme penunjang nafas terlebih dahulu
melalui metode-metode yang telah dijelaskan sebelumnya, barulah kemudian
melakukan perbaikan pada proses fonasi yang mendesah dengan menggunakan metode
yang terdapat pada daftar diatas. Hindari metode-metode yang mungkin akan
mengakibatkan timbulnya tunjangan nafas yang berlebihan seperti pada nomer 2, 3, 4,
6, 7, dan 8.

▪  Fonasi Hiperfungsional,
Fonasi hiperfungsional dapat didefinisikan sebagai: terdapatnya aksi fonasi yang
berlebihan pada mekanisme larynx sehingga menyebabkan suara yang terdengar tegang,
keras dan serak.

Penyebab utama dari masalah ini adalah adanya ketegangan yang berlebihan didalam
pita suara yang terkadang berasal dari ketegangan pada otot-otot larynx dan daerah
sekitarnya. Jika suatu proses fonasi disertai dengan tunjangan nafas yang bersifat
hiperfungsional, suara yang dihasilkan akan terdengar parau, melengking, serak, kasar,
tertarik bahkan tercekik.

Jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau dilakukan secara ekstrim, fonasi
hiperfungsional dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan yang kemungkinan
memerlukan perawatan secara medis. Banyak penyanyi yang tidak menyadari bahwa
pada dasarnya kesalahan yang dideritanya termasuk dalam apa yang dalam bidang vokal
disebut sebagai “vocal cripples” atau kecacatan vokal, sehingga penyanyi yang
bersangkutan bantuan seorang dokter spesialis THT untuk memperbaiki masalah dalam
organ menyanyinya.

Sangat disarankan bagi setiap guru vokal untuk dapat mengenali gejala-gejala dari apa
yang sering disebut sebagai, “vocal abuse” (penyalahgunaan suara) atau “vocal misuse”
(kesalahan dalam menggunakan suara), sehingga dapat dengan segera memberikan
saran pada siswa yang bersangkutan untuk berkonsultasi pada dokter ahli THT.

Dalam masalah ini mungkin saja siswa tidak mengalami kesalahan yang bersifat
organik atau kesalahan yang mengakibatkan konsekuensi serius, karena instrumen vokal
manusia pada dasarnya sangat tahan menghadapi berbagai macam penyalahgunaan
suara yang dibebankan kepadanya. Namun begitu, tetap saja diperlukan saran dari
seorang dokter ahli. Semakin dini pencegahan dapat dilakukan, semakin besar
kemungkinan untuk memperbaikinya. Dalam situasi seperti ini, pertolongan seorang
guru sangat dibutuhkan dalam mengajarkan siswa yang bersangkutan mengenai
pembentukan kebiasaan bernyanyi yang baik sehingga problem yang terjadi dapat
diperbaiki sesegera mungkin.

Gejala yang sering terjadi pada kesalahan dalam penggunaan suara adalah terdengarnya
keserakan pada suara. Morton Cooper menyatakan bahwa keserakan merupakan kualitas
yang paling sering ditemui dalam vokal klinis. Keserakan merupakan fenomena yang
umum ditemui, namun tidak memiliki gejala yang spesifik. Penyebabnya dapat
berhubungan dengan alergi, infeksi karena virus, laryngitis, pertumbuhan pita suara,
pengobatan, perubahan temperatur, sinusitis, polusi udara, kesalahan dalam penggunaan
suara dan banyak lagi lainnya.

Penyebab dari keserakan hanya dapat ditentukan oleh seorang dokter yang ahli, namun
seorang guru vokal harus dapat mengenali bahwa keserakan yang terjadi pada suara
siswanya merupakan sebuah tanda bahaya dan dapat memperingati siswa yang
bersangkutan. Jika keserakan terjadi dalam jangka waktu yang lama, terjadi hampir
disetiap kali siswa yang bersangkutan menyanyi dalam jangka waktu yang agak lama,
atau terdapat keserakan dalam suara berbicaranya, nasihat terbaik bagi siswa tersebut
adalah segera mendatangi seorang laryngologis.

Gejala umum lainnya dari kesalahan dalam penggunaan suara adalah menyempitnya
wilayah nada setelah penyanyi yang bersangkutan menyanyi untuk beberapa menit. Hal
ini sering terjadi pada penyanyi yang memiliki wilayah nada yang cukup luas (biasanya
penyanyi yang bersangkutan kehilangan nada-nada tertingginya, nada-nada terendahnya
atau kedua-duanya). Tapi hal ini dapat juga terjadi pada nada-nada tengah, terutama
pada wanita. Ini merupakan suatu indikasi dari terlalu banyaknya ketegangan sehingga
suara mulai kehilangan fungsi normalnya jika digunakan dalam jangka waktu tertentu.

Suara yang dihasilkan dengan baik akan mempunyai daya tahan yang baik. Tidak
pernah ada kondisi yang disebut sebagai “overuse” (penggunaan suara secara
berlebihan) dalam berbicara, jika suara berbicara digunakan secara benar.
Kutipan dari West, Ansberry dan Carr menyatakan, “No amount of vigorous
vocalization can damage the edges of the vocal folds if the voice is properly
used”(Vokalisi yang dilakukan dengan sering tidak dapat merusak tepi pita suara jika
suara digunakan dengan benar). Ia mengidentifikasikan kesalahan dalam penggunaan
suara sebagai kurangnya pengetahuan mengenai menyanyi dengan baik, kurangnya
pelatihan vokal yang baik, buruknya model vokal yang dimiliki, kesulitan emosi,
dan/atau masalah-masalah psikologis. Jika seorang penyanyi sering kehilangan wilayah
nadanya, atau bahkan kehilangan suaranya setelah menyanyi, itu merupakan sebuah
indikasi kuat bahwa penyanyi tersebut kurang mendalami pengetahuan dan/atau teknik
vokal. Penyanyi seperti ini sangat membutuhkan seorang guru yang kompeten
dibidangnya.

Gejala yang sering ditemukan dalam proses fonasi yang tertekan adalah terbatasnya atau
tidak terdapatnya vibrasi – sering disebut sebagai “nada lurus”. Tidak adanya vibrato
pada suara disebabkan oleh larynx yang mengalami ketegangan.

Beberapa faktor yang menjadi kontributor pada fonasi hiperfungsional dan yang
berhubungan dengan masalah-masalah vokal adalah:

1. Menyanyi dalam klasifikasi suara yang salah, terutama pada tesitura yang terlalu
tinggi;
2. Berbicara dibawah atau diatas tingkat nada yang optimal;
3. Menyanyi atau berbicara pada lingkungan yang ramai;
4. Kebiasaan menyanyi atau berbicara terlalu keras atau dengan menggunakan
kekuatan yang terlalu besar;
5. Menjerit, berteriak atau memekik;
6. Memiliki konsep tunjangan nafas yang salah;
7. Teknik pernafasan yang salah;
8. Ketegangan dan kekakuan pada postur;
9. Memiliki model suara yang salah;
10. Ketegangan yang berasal dari masalah psikologis – rasa ketakutan, inferioritas,
tidak aman, malu dan lain sebagainya.

Prosedur Perbaikan Untuk Fonasi Hiperfungsional.

Tujuan utama dari prosedur perbaikan ini adalah menghilangkan ketegangan yang
berlebihan pada larynx. Karenanya, prosedur perbaikan ini harus dilaksanakan dengan
teknik-teknik rileksasi. Disarankan juga agar guru vokal dapat menciptakan suatu
suasana kelas yang dapat membuat siswa merasa rileks, sebuah suasana yang didasari
oleh pemahaman yang simpatik dan perhatian yang tulus dalam memenuhi kebutuhan
siswa. Prosedur perbaikan dapat dimulai dengan menerapkan rileksasi pada tubuh siswa.
Pada tahap ini anda dapat menerapkan teknik-teknik yang telah dijelaskan sebelumnya.

Langkah pertama ialah: melakukan latihan-latihan pelenturan dan peregangan seperti:


memutarkan kepala, menganggukkan kepala, memutar bahu, menggunggangkan lengan
dan tangan, latihan-latihan untuk melemaskan rahang, bibir, lidah dan lain sebagainya.
Langkah kedua adalah: mengamati postur siswa, memeriksa dengan seksama kelurusan
serta kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya ketegangan pada postur.

Penyebab terjadinya ketegangan pada larynx biasanya disebabkan oleh pernafasan yang
salah dan tunjangan nafas yang terlalu besar. Meskipun tampaknya pernafasan dan
tunjangan nafas benar, guru harus tetap memeriksanya pada saat siswa yang
bersangkutan menyanyi. Periksalah pengembangan yang terjadi pada bagian tengah
tubuh siswa, pengaturan tunjangan nafas, dan cara mulai menyanyikan nada tanpa
menarik bagian perut. Beberapa orang siswa mungkin dapat melakukan hal-hal tersebut
pada saat ia tidak menyanyi, namun ia tetap akan memiliki kecendrungan untuk
menghasilkan ketegangan pada saat ia menyanyikan nada-nada tinggi atau kalimat-
kalimat panjang. Selalu terdapat godaan untuk menghirup nafas terlalu banyak dan
menyimpannya didalam dada yang kesemuanya ini hanyalah merupakan suatu usaha
yang sia-sia dalam menciptakan sistem penunjang nafas yang baik.

Membuat sebuah attack yang proporsional akan sulit dilakukan oleh orang yang
memiliki ketegangan pada pita suara. Kecendrungan untuk memulai fonasi yang diiringi
dengan letupan udara merupakan hasil dari glottis yang tertutup rapat dengan tekanan
nafas yang meningkat sehingga pita suara terpisah secara kasar. Jenis attack seperti ini
dikenal sebagai hard attack (attack yang kuat) atau tight attack (attack yang sempit),
dan letupan udara yang menyertainya disebut sebagai glottal plosive (ledakan glottal)
atau glottal attack (attack glottal). Attack yang keras merupakan sebuah gejala dari
terdapatnya ketegangan pada larynx. Jika ketegangan ini terjadi telalu kuat, ia dapat
merusak membran sensitif yang melindungi pita suara, serta menimbulkan ketegangan
pada otot-otot larynx. Gesekan yang terjadi di vocal process pada saat tulang rawan-
tulang rawan tengah berdekatan, serta ledakan glottal yang berulang-ulang dapat
menghasilkan luka pada tulang-rawan tersebut. Vocal misuse dan vocal abuse
merupakan faktor terbesar yang dapat menimbulkan terjadinya vocal nodules, polyps
dan polypoid. Berdasarkan kenyataan inilah, maka seorang siswa haruslah terampil
dalam menghasilkan suatu attack yang lembut dan berimbang.

Rahasia dari attack yang berimbang terletak pada adanya sinkronisasi antara tekanan
nafas dengan penutupan glottis. Dalam attack yang sempit, pita suara berada dalam
keadaan menutup terlebih dahulu baru kemudian tekanan nafas diaplikasikan. Dalam
attack yang berimbang, nafas mengalir melalui pita suara sebelum pita suara mulai
menutup. Dalam hal ini nafas dan pita suara beraksi secara simultan dalam
menghasilkan suara yang bersih tanpa adanya ketegangan atau nafas yang terbuang
percuma. Siswa harus selalu didorong agar terus berlatih menghasilkan attack yang
lembut hingga pada akhirnya hal tersebut dapat menjadi suatu bagian yang aman dari
teknik bernyanyinya.
Berikut ini adalah latihan rutin yang dirancang untuk tujuan tersebut:

Pertama, lakukan latihan rileksasi (seperti: memutar kepala, bahu dll.) untuk
melemaskan otot-otot anda. Kemudian berdirilah di depan cermin dan perhatikan diri
anda secara seksama apakah terlihat adanya tanda-tanda ketegangan pada tubuh anda.
Sebelum anda mulai menghasilkan suara, ingatlah untuk selalu menghadirkan bayangan
pitch, tingkat dinamik dan kualitas suara yang akan anda hasilkan terlebih dahulu.
Kemudian hiruplah nafas dengan santai seperti yang anda lakukan pada saat awal
menguap, kembangkan bagian tengah tubuh anda dan tahanlah nafas begitu paru-paru
anda telah terasa penuh. Disaat anda akan memulai fonasi, biarkalah sistim penunjang
nafas anda yang melakukannya dengan cara memulai nada hanya dengan memikirkan
cara melakukannya. Berhati-hatilah untuk tidak menarik daerah perut anda secara
sengaja. Sebutkan kata “wan” beberapa kali dengan memperpanjang konsonan “n” dan
menyambungkannya dengan kata berikutnya secara tidak terputus. Pusatkan perhatian
anda pada sensasi “getar” dari bunyi “n” dan sensasi suara yang dihasilkan setelah
mengucapkan konsonan tersebut. Kemudian lakukan latihan tersebut kembali, namun
kini tingkat nada menyanyi anda digantikan dengan tingkat nada berbicara. Jangan
menarik bagian perut atau melakukan penekanan (aksen) pada setiap suku kata,
biarkanlah setiap kata yang dihasilkan mengalir dan bersambung dan biarkan setiap “n”
membawa nada suara anda ke kata berikutnya. Ulangi kembali latihan diatas dengan
menggunakan kata “no, no, no” kemudian “ni, ni, ni” dan terakhir dengan menggunakan
“nu, nu, nu”.

Guru harus selalu memonitor latihan ini hingga siswa dapat menghilangkan ketegangan
pada larynxnya dan tidak mensuplai nafas terlalu banyak ke larynx. Mintalah siswa
untuk membayangkan bahwa nada yang dihasilkannya dimulai di dalam kepalanya,
bukan pada larynxnya. Cara ini akan membantunya untuk mengalihkan perhatian pada
aktifitas larynx. Tekankan padanya tentang perlunya mempertahankan posisi awal
menguap saat menyanyi, karena cara ini akan membantunya untuk menyanyi dengan
rileks. Ini disebabkan karena larynx berada pada posisi terbaiknya pada saat menyanyi.

Huruf hidup (vokal) dan konsonan dapat digunakan untuk memperbaiki suara yang
tercekik. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa huruf hidup frontal dapat
digunakan untuk menghilangkan desahan nafas pada suara, sedangkan huruf-huruf
belakang yang dihasilkan dengan memajukan bibir (seperti [o], dan [u]) merupakan
huruf hidup yang memiliki ketegangan yang lebih kecil dibandingkan dengan huruf
hidup frontal. Karenanya, huruf hidup jenis ini dapat digunakan untuk menghilangkan
ketegangan pada daerah larynx. Kombinasi huruf hidup ini dengan aksi awal menguap
merupakan aksi yang paling efektif untuk menghilangkan tensi pada larynx. Untuk
mengurangi ketegangan pada rahang, serta untuk dapat menghasilkan suara yang bebas,
mulailah menyanyikan huruf hidup ini dengan menggunakan bantuan konsonan “y” atau
“m”, seperti: “yu”, “yu”, “yu”; “mu”, “mu”, “mu” dan lain sebagainya.

Indikator utama dari adanya ketegangan pada larynx adalah hilangnya vibrasi pada
suara. Ketegangan ini hanya dapat dihilangkan jika anda telah dapat mengaplikasikan
sistem penunjang nafas dengan baik. Dengan terbentuknya suatu sistem penunjang
nafas yang baik, vibrasi pada suara akan muncul dengan sendirinya sebagai dampak
yang positif. Jika anda vibrasi tidak juga muncul, maka anda harus menerapkan teknik-
teknik khusus yang dapat digunakan untuk merangsang timbulnya vibrasi.

Pendekatan lain yang dapat anda gunakan untuk menghilangkan fonasi yang tercekik ini
adalah dengan menggunakan penggunaan efek nafas untuk menghasilkan suara. Teknik
ini diperkenalkan oleh William Vennard dengan cara meminta siswanya untuk memulai
sebuah suara dengan konsonan [h] yang berlebihan dan diikuti dengan pengucapan
huruf hidup secara tegas dan bersih.
Cara memulai fonasi seperti ini harus kurangi secara bertahap, seiring dengan
membaiknya cara attack siswa yang bersangkutan. Selanjutnya konsonan [h] hanya
dilakukan secara imajinatif saja. Seorang ahli vokal, WilliamVennard sering
menggunakan latihan yang ia dinamakan “tanda-menguap” untuk menunjang teknik ini.
Caranya mudah, mintalah siswa mengeluh seperti pada saat mereka kelelahan. Dengan
cara ini siswa akan mengalami tiga fase perubahan suara: dari suara yang tercekik,
menjadi suara yang mengandung nafas dan pada akhirnya menjadi suara yang benar.

KESIMPULAN DARI PROSEDUR PERBAIKAN:

Bagi Fonasi Yang Tercekik (Hiperfungsional)

1. Melakukan latihan rileksasi pada seluruh tubuh;Menciptakan suasana kelas yang


kondusif untuk menciptakan rasa nyaman dan percaya diri pada siswa;
2. Membentuk postur yang baik dan kebiasaan bernafas yang baik, jika diperlukan;
3. Mengurangi ketegangan yang berlebihan pada mekanisme penunjang nafas;
4. Mempertahankan posisi awal menguap;
5. Melakukan latihan-latihan untuk  menghasilkan attack yang berimbang dan
halus;
6. Membuat siswa mengerti akan jenis suara yang akan dicapai;
7. Melakukan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup dengan bibir menonjol
kedepan (huruf hidup belakang);
8. Melakukan vokalisi  dengan menggunakan konsonan yang dapat memantu
membebaskan rahang;
9. Dengan menggunakan efek desah nafas pada saat memulai fonasi.

(Disadur dari buku: "THE DIAGNOSIS & CORRECTION OF VOCAL FAULTS" -


James C. McKinney) oleh Charles Nasution

Anda mungkin juga menyukai