Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KASUS 1 ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PERKEMIHAN DAN PENCERNAAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 KEPERAWATAN B
Samsudin Mahmud 70300114077
Ainun Naima Mahari P. 70300117070
Nadila Diana Muslimin 70300119037
Aprianto Indrajaya 70300119038
Siti Suleha 70300119039
Annisa Dilla Ita Taqiyah 70300119040
Risfayani Ramadanti.B 70300119041
Sukriandi 70300119042
Sakina 70300119043
Hardiyanti Syah Nukuhehe 70300119070

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan karunia- Nya kepada kami.Shalawat serta salam
selalu dilimpahkan kepada junjngan Nabi Besar Muhammad SAW,beserta
sahabat dan keluarganya,serta pengikutnya hingga akhir zaman.Aamiin

Alhamdulillah kami telah berhasil menyelesaikan makalah Laporan


Kasus 1 Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan dan Sistem
Pencernaan. Makalah ini ditulis dari hasil yang diperoleh dari beberapa
referensi buku dan jurnal.Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Semoga dengan tersusunnya
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam
memahami materi tentang Medikal Bedah II.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini kami masih jauh


dari sempurna. Maka kami mengharapkan adanya masukan, pendapat,
kritik, maupun saran dari pembimbing, pembaca, dan rekan-rekan
mahasiswi demi perbaikan menujuarah yang lebih baik.Semoga hasi
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapatkan ridho
dari Allah SWT.Aamiin

Makassar, 29 Maret 2021

Kelompok 1 Kep’ B

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul...............................................................................................................

Kata Pengantar .............................................................................................................. 2

Daftar Isi ......................................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................5

1. Latar belakang ........................................................................................................5

2. Rumusan masalah ..................................................................................................6

Bab II Tinjauan Pustaka ................................................................................................7

1. Konsep medis .......................................................................................................7

a. Defenisi .............................................................................................................. 7

b. Etiologi................................................................................................................ 8

c. Manifestasi Klinik ...............................................................................................10

d. Patofisiologi ....................................................................................................... 13

e. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................16

f. Penatalaksanaan ................................................................................................16

g. Komplikasi ......................................................................................................... 20

h. Integrasi Keislaman ...........................................................................................21

2. Konsep keperawatan ................................................................................................21

a. Pengkajian Keperawatan ...................................................................................21

b. Diagnosis Keperawatan .....................................................................................25

c. Intervensi Keperawatan ......................................................................................30

d. Implementasi ......................................................................................................35

e. Evaluasi ............................................................................................................. 35

Bab III Pembahasan ......................................................................................................36

1. Skenario kasus .......................................................................................................36

2. Pengkajian ..............................................................................................................

3. Diagnosis keperawatan ..........................................................................................

4. Analisa Data ...........................................................................................................

5. Perumusan Prioritas Masalah .................................................................................

6. Rencana Asuhan Keperawatan ..............................................................................

3
Bab IV Penutup .............................................................................................................

1. Kesimpulan .............................................................................................................

2. Saran ......................................................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................................

Lampiran ........................................................................................................................

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan


berfungsi untuk membuang sampah metabolism dan racun tubuh dalam
bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.Ginjal menjalankan
fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah.Dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif.
Apabila kedua ginjal ini karena sesuatu hal gagal menjalankan fungsinya,
akan terjadi kematian. (Hiß & Kielstein, 2014)

Jumlah urine yang diproduksi dalam keadaan fungsi ginjal normal


yaitu 1-2 cc/ kg BB/jam.Pada klien gagal ginjal terjadi suatu keadaan
menurunnya kemampuan fungsi ginjal untuk mempertahankan volume
dan komposisi cairan tubuh dalam asupan normal. Keadaan ini dibagi
atas ; Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah hilangnya fungsi ginjal secara
mendadak akibat kegagalan sirkulasi renal dan bersifat reversibel. Gagal
Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan semua faal ginjal secara bertahap
diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan
keseimbangan cairan elektroli.Tahapan GGK dapat menjadi Gagal Ginjal
Terminal (GGT) dimana terdapat akumulasi toxin uremia dalam darah
yang membahayakan kelangsungan hidup klien. (Sutra, 2010)

Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat


diartikan sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba atau parah pada fungsi
filtrasi ginjal.Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi
kreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN).Akan
tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi
BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan
ginjal adalah penurunan produksi urin.(Hiß & Kielstein, 2014)

Terdapat beberapa metode untuk menetapkan diagnosis AKI, misalnya


produksi urine dan pemeriksaan laboratorium seperti urinalisis, blood
urea nitrogen (BUN), dan kreatinin. Namun pemeriksaan tersebut
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Beberapa penelitian
yang sedang berjalan, mengemukaan beberapa biomarker yang
digunakan untuk mendeteksi AKI lebih dini seperti neutrophil gelatinase
associated lipocalin (NGAL), cystatin C, interleukin 18 dan kidney injury

5
molecule-1 (KIM-1). Walaupun marker tersebut memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang baik, pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan karena
sarana yang terbatas maupun harga yang mahal. (Nilawati, 2016)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Gagal Ginjal Akut?

2. Apa etiologi dari Gagal Ginjal Akut?

3. Apa patofisiologi dari Gagal Ginjal Akut?

4. Bagaimana Manifestasi dari Gagal Ginjal Akut?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang Gagal Ginjal Akut?

6. Apa komplikasi dari Gagal Ginjal Akut?

7. Bagaimana penatalaksanaan medis Gagal Ginjal Akut?

8. Bagaimana konsep keperawatan Gagal Ginjal Akut?

BAB II

6
TUNJAUAN PUSTAKA
1. KOSEP MEDIS
a. PENGERTIAN GAGAL GINJAL AKUT

Gagal Ginjal Akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal


individu dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa
oliguria dan berakibat azotemia progresif disertai kenaikan
ureum dan kreatinin darah. (risnawati, 2021)

Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara


mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal
atau disfungsi tubular dan glomelural.Dimanifestasikan dengan
anuria, oliguria, atau volume urin normal.

Gagal ginjal akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak


mampu untuk menyaring kotoran dari darah. Gagal ginjal akut
dapat terjadi apabila ada kerusakan pada ginjal atau kondisi
lain yang menyebabkan aliran darah mengalir lambat menuju
ginjal. Gagal ginjal akut juga dapat terjadi apabila kotoran yag
telah tersaring tidak keluar dari tubuh bersamaan dengan urin.
Melambatnya urin darah ke ginjal disebabkan oleh beberapa
kondisi antara lain: anemia, pengobatan terhadap tekanan
darah, serangan jantung, penyakit jantung infeksi, kerusakan
hati, nonsteroidal anti-inflammatory drugs. (kuncara,dkk. 2012)

Klasifikasi:
1) Gagal ginjal akut prerenal

Adalah keadaan yang paling ringan yang dengan cepat dapat reversible,
bila ferfusi ginjal segera diperbaiki.Gagal ginjal akut prerenal
merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan
histologic/morphologic pada nefron. Namun bila hipoperfusi ginjal
tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan terjadinya nekrosis tubulat
akut (NTA).
2) Gagal ginjal akut postrenal

Adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun

7
alirannya dalam saluran kemih terhambat.Penyebab tersering adalah
obstruksi, meskipun dapat juga karena ekstravasasi.
3) Gagal ginjal akut renal

b. ETIOLOGI

Terdapat 3 kategori umum penyebab lazim gagal ginjal akut:


a. Gagal ginjal akut prerenal
1) Penurunan volume vascular;
- Kehilangan darah/plasma karena perdarahan, luka bakar.
- Kehilangan cairan ekstraseluler karena muntah, diare.
- Perdarahan: operasi besar (penyebab tersering), trauma,
pascapartum.
- Diuresis berlebihan.
2) Kenaikan kapasitas vascular: Sepsis, Lokade ganglion, Reaksi
anafilaksis. (risnawati, 2021)
3) Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif
a) Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung: Renjatan
kardiogenik, Payah jantung kongesti, Tamponade jantung,
Distritmia, Emboli paru, Infark jantung.
b) Vasodilatasi sistemik: Sepsis (penyebab tersering), Asidosis,
Anafilaksis.
c) Hipotensi dan hipoperfusi: Gagal jantung, Syok.
4) Perubahan hemodinamik ginjal primer
a) Penghambat sintesis prostaglandin: aspirin dan obat NSAID
lain.
b) Vasodilatasi arteriol eferen: penghambat enzim pengonversi
angiotensin, misalnya kaptopril.
c) Obat vasokontriktor: obat alfa-adrenergik (misal: norepinefrin),
angiotensin II.

b. Gagal ginjal akut postrenal


1) Obstruksi

8
a) Saluran kencing: batu, pembekuan darah, tumor, Kristal, dll.

b) Tubuli ginjal: Kristal, pigmen, protein (myeloma)


2) Ekstravasasi
3) Nekrosis tubukar akut
a) Pascaiskemik syok, sepsis, bedah jantung terbuka, bedah
aorta (semua penyebab prerenal berat)
b) Nefrotoksik
4) Penyakit vaskuler atau glomerulus ginjal primer
5) Nefritis tubulointerstisial akut.
a) Alergi: beta lactam (penisilin, sefalosporin)
b) infeksi

c. Gagal ginjal akut renal


1) GGA renal sebagai akibat penyakit ginjal primer seperti:
Glomerulonepfritis, Nefrosklerosis, Penyakit kolagen, Angitis
hipersensitif, dan Nefritis intersitialis akut karena obat, kimia, atau
kuman
2) Obstruksi uretra: katup uretra, striktur uretra
3) Obstruksi aliran keluar kandung kemih: hipertrofi prostat,
karsinoma
4) Obstruksi ureter bilateral (unilateral bila satu ginjal berfungsi)
a) Intraureter: batu; bekuan darah
b) Ekstraureter (kompresi): fibrosis retroperitoneal, dll.
5) Kandung kemih neurogenic. (kuncara,dkk. 2012)

Sedangkan etiologi dari gagal ginjal kronis antara lain:


 Diabetus mellitus
 Glumerulonefritis kronis
 Pielonefritis
 Hipertensi tak terkontrol
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Gangguan vaskuler
 Lesi herediter

9
 Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri). (Hadi Purwanto,
2016)

c. MANISFESTASI KLINIS DAN ABNORMALITAS NILAI


LABORATORIUM

Hampir setiap system tubuh dipengaruhi ketika terjadi


kegagalan mekanisme pengaturan ginjal nirmal.Pasien tampak
sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah,
dan diare.Kulit dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi,
dan napas mungkin berbau urin (fetor uremik).Manifestasi
system saraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala,
kedutan otot, dan kejang.

Perubahan haluaran urin.Haluaran urin sedikit, dapat


mengandung darah, dan gravitas spesifiknya rendah (1.010
sedangkan nilai normalnya 1.015-1.025).

Peningkatan BUN dan kadar kreatinin. Terdapat


peningkatan yang tetap dalam BUN, dan laju peningkatannya
bergantung pada tingkat katabolisme (pemecah protein),
perfusi renal, dan masukan protein.Serum kreatinin meningkat
pada kerusakan glomerulus.Kadar kreatinin serum bermanfaat
dalam pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan penyakut.

Hiperkalemia.Pasien yang mengalami penurunan laju


filtrasi glomelurus tidak mampu mengeksresikan kalium.
Katabolisme protein menghasilkan pelepasan kalium seluler ke
dalam cairan tubuh, menyebabkan hiperkalemia berat (kadar
serum K+ tinggi). Hiperkalemia menyebabkan distritmia dan
henti jantung.Sumber kalium mencakup katabolisme jaringan
normal; masukan diet; darah di saluran gastrointestinal; atau
transfusi darah dan sumber-sumber lain (infus intravena,
peninsilin kalium, dan pertukaran ekstraseluler sebagai respon
terhadap adanya asidosis metabolic).

Asidosis metabolic. Pasien oliguri akut tidak dapat


mengeliminasi muatan metabolic seperti substansi jenis asam

10
yang dibentuk oleh proses metabolic normal. Selain itu,
mekanisme buffer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya penurunan kandungan karbondioksida darah
dan ph darah. Sehingga asidosis metabolic progresif menyertai
gagal ginjal.

Abnormalitas ca++ dan po-4. Peningkatan konsentrasi


serum fosfat mungkin terjadi serum kalsium mungkin menurun
sebagai respons terhadap penurunan absorbsi kalsium diusus
dan sebagai mekanisme kompensasi terhadap peningkatan
kadar serum fosfat.

Anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut


merupakan kondisi yang tidak dapat dapat dielakkan sebagai
akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan dara, biasanya dari saluran GI. Adanya bentuk
eritropoetin (Epogen) yang sekarang banyak tersedia,
menyebabkan amenia tidak lagi menjadi masalah utama
disbanding sebelumnya.

1) GGA Prarenal

Petunjuk klinis pada GGA prarenal adalah gejala kehausan dan


pusing pada saat berdiri tegak dan bukti pemeriksaan fisis berupa
adanya hipotensi orthostatic dan tachycardia, penurunan tekanan
vena jugularis, penurunan turgor kulit, membrane mukosa yang
kering, dan berkurangnya keringat pada aksiler. Dari pemeriksaan
klinis secara seksama akan dapat terlihat stigma dari penyakit hati
kronis dan hipertensi portal, gagal jantung, sepsis, atau penyebab lain
yang mengurangi volume darah arterial efektif.

2) GGA Intrarenal

Nyeri pinggul merupakan gejala umum akibat adanya oklusi dari


arteri atau vena ginjal dan dengan penyakit parenkim ginjal yang

11
membuat kapsul ginjal distensi (glomerulonephritis berat dan
pyelonephritis).Nodul subscutaneous, livedo retikularis, plaq oranye
retinal arteriolar, nadi kaki yang teraba merupakan tanda dari adanya
atheroembolization.GGA berhubungan dengan oliguria, edema,
hipertensi, dan sedithment urin “aktif” (sindrom nefritik) menunjukkan
adanya glomerulonephritis atau vaskulitis.Demam, arthralgia, dan
bercak eritematous yang gatal terjadi setelah paparan obat yang
menyebakan adanya interstitial nephritis allergic, walaupun tanda dari
hipersensitifitas sistemik biasanya tak muncul.

3) GGA Pascarenal

Memperlihatkan gejala nyeri pada suprapublik dan pinggul akibat


distensi dari buli-buli dan pada saluran pengumpulan urin di ginjal
serta kapsul ginjal.Nyeri kolik pinggul yang dapat merambat ke
pangkal paha menunjukkan suatu obstruksi akut ureter. Penyakit
prostat diduga jika terdapat riwayat nokturia, frekuensi, dan hesitansi
serta pembesaran atau indurasi dari prostat pada pemeriksaan rectal
neurogenic bladder dicurigai terjadi pada pasien yang mengonsumsi
obat-obatan antikolinergik atau adanya bukti klinis disfungsi autonom.
Diagnosis definitif dari GGA pascarenal sangat bergantung pada
investigasi radiologic dan respon penyembuhan yang cepat setelah
hilangnya sumbatan. (risnawati, 2021)
Sedangkan manifestasi klinis dari gagal ginjal kronis antara lain:
 Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Pitting edema
- Edema periorbital
- Pembesaran vena leher
- Friction rub pericardial
 Pulmoner
- KrekelS
- Nafas dangkal
- Kusmaul

12
- Sputum kental dan liat
 Gastrointestinal
- Anoreksia, mual dan muntah
- Perdarahan saluran GI
- Ulserasi dan perdarahan pada mulut
- Konstipasi / diare
- Nafas berbau ammonia
 Muskuloskeletal
- Kram otot
- Kehilangan kekuatan otot
- Fraktur tulang
- Foot drop
 Integumen
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kulit kering, bersisik
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
 Reproduksi
- Amenore
- Atrofi testis. (Hadi Purwanto, 2016)

d. Patofisiologi

Berbagai gangguan prarenal, internal dan prostrenal dapat


menyebabkan gangguan mendadak fungsi ginjal.Obstruksi
saluran kemih.Misalnya, oleh satu saluran kemih dapat
menghentikan ekskresi urin meskipun ginjal tetap utuh.Palinng
tidak pada awalnya (postrenal). (Wiwik handayani,2013).
a. Gagal Ginjal Pre Renal (Azotemia Pre Renal)

Pada hipoperfusi ginjal yang berat (tekanan arteri rata-rata <


70 mmHg) serta berlangsung dalam jangka waktu lama, maka
mekanisme otoregulasi tersebut akan di ganggu dimana

13
arteriol afferent mengalami vasokonstriksi, terjadi kontraksi
mesangial dan peningkatan reabsorbsi natrium dan air.
Keadaan ini disebut prenal atau gagal ginjal akut fungsional
dimana belum terjadi kerusakan struktural dari ginjal.(Wiwik
handayani,2013).

Penanganan terhadap hipoperfusi ini akan memperbaiki


homeostasis intrarenal menjadi normal kembali. Otoregulasi
ginjal bisa dipengaruhi oleh berbagai macam obat seperti
ACEI, NSAID terutama pada pasien-pasien berusia di atas 60
tahun dengan kadar serum kreatinin 2 mg/Dl sehingga dapat
terjadi GGA pre-renal. Proses diuretic, sirosis hati dan gagal
jantung. Perlu diingat bahwa pada pasien usia lanjut dapat
timbul keadaan-keadaan yang meupakan resiko GGA pre-
renal seperti penyempitan pembulu darah ginjal (penyakit
renovaskuler), penyakit ginjal polikistik, dan nefrosklerosis
intrarenal. Sebuah penelitian terhadap tikus yaitu gagal ginjal
akut prerenal akan terjadi 24 jam setelah ditutupnya arteri
renalis. (Wiwik handayani,2013)

b. Gagal Ginjal Akut Intra Renal (Azotemia Intrinsik Renal)

Gagal ginjal akut intra renal merupakan komplikasi dari beberapa


penyakit parenkim ginjal. Berdasarkan lokasi primer kerusakan
tubulus penyebab gagal ginjal akut inta renal, yaitu :
1) Pembulu darah besar ginjal
2) Glomerulus ginjal
3) Tubulus ginjal: nekrosi tubular akut
4) Intersitial ginjal

Gagal ginjal akut intra renal yang sering terjadi adalah nekrosi tubular
akut disebabkan oleh keadaan iskemia dan nefrotoksin, pada gagal
ginjal renal terjadi kelainan vaskular yang sering menyebabkan
nekrosis tubular akut.Dimana pada NTA terjadi kelainan vascular dan
tubular.

14
Pada kelainan vaskuler terjadi:
1) Peningkatan Ca2+ sitosolik pada arteriol afferent glomerolus
yang menyebabkan sensitifitas terhadap substansi-substansi
vasokonstriktor dan gangguan otoregulasi.
2) Terjadi peningkatan stress oksidatif yang menyebabkan
kerusakan sel endotel vaskular ginjal, yang mengakibatkan
peningkatan A-II dan ET-1 serta penurunan prostagiandi dan
ketersediaan nitric oxide yang berasal dari endotelial NO-
sintase

Peningkatan mediator inflamasi seperti tumor nekrosis faktor dan


intraseluler edhesion molecule-1 dan P-selectin dari sel netrofil. Keadaan
ini akan menyebabkan peningkatan radikal bebas oksigen. Keseluruhan
proses di atas secara bersama-sama menyebabkan vasokontriksi
intrarenal yang akan menyebabkan penurunan GFR. Salah satu
penyebab tersering AKI intrinsik lainnya adalah sepsis, iskemik dan
neftrotoksis baik endogenous dan eksogenous dengan dasar
patofisiologinya yaitu peradangan, apoptosis dan perubahan perfusi
regional yang lebih jarang ditemui dan bisa dikonsep secara anatomi
tergantung bagian major dari kerusakan perenkim renal : glomerulus,
tubulointerstitium, dan pembuluh darah. Wiwik handayani(2013).

c. Gagal Ginjal Akut Post Renal

Gagal ginjal post-renal, GGA post-renal merupakan 10% dari


keseluruhan GGA post-renal disebabkan oleh obstruksi intra-
renal dan ekstrarenal. Obstruksi intrarenal terjadi karena
deposisi kristal (urat, oksalat, sulfonamide) dan protein
(mioglobin, hemoglobin). Obstruksi ekstrarenal dapat terjadi
pada pelvis ureter oleh obstuksi intrinsic (tumor, batu, nekrosis
palpilla) dan ekstrinsik (keganasan pada pelvis dan
retroperitoneal, fibrosis) serta pada kandung kemih (batu,
tumor, hipertrofi/keganasan prostate) dan uretra (striktura).
GGA postrenal terjadi bila obstruksi akut terjadi pada uretra,
buli-buli dan ureter bilateral, atau obstruksi pada ureter
unilateral dimana ginjal satunya tidak berfungsi.Wiwik

15
handayani(2013).

Pada fase awal dari obstruksi total ureter yang akut terjadi
peningkatan aliran darah ginjal dan peningkatan tekanan pelvis
ginjal dimana hal ini disebabkan oleh prostaglandi E2 pada
fase ke-2, setelah 1,5-2 jam, terjadi penurunan aliran darah
ginjal bawah normal akibat pengaruh tromboxane-A2 dan A-II.
Tekanan pelvis ginjal tetap meningkat tetapi setelah 5 jam
mulai menetap. Fase ke-3 atau fase kronik, ditandai oleh aliran
ginjal yang makin menurun dan penurunan tekanan pelvis
ginjal ke normal dalam beberapa minggu.Aliran darah ginjal
setelah 24 jam adalah 50% dari normal dan setelah 2 minggu
tanggal 20% dari normal.Pada fase ini mulai terjadi
pengeluaran mediator inflamasi dan faktor-faktor pertumbuhan
yang menyebabkan fibrosis interstisial ginjal.(Wiwik
handayani,2013).

e. Periksaan Penunjang
1. Urinalis: jumlah urin, berat jenis urin, sedimen, elektrolit,
hematuria, piuria
a) Sedimen granuler berwarna coklat seperti lumpur
merupakan karakteristik nekrosis tubular akur
b) Sedimen eritrosit dismorfik menandakan adanya jejas pada
glomerulus
c) Sedimen leukosit dan tidak berpigmen menunjukkan
neftritis interstisial
2. Indeks gangguan ginjal (renal failure indices) untuk membedakan
GGA prerenal dan renal
3. Laboratorium: darah perifer lengkap, kreatinin serum, elektrolit
(Na, K, fosfat, Ca), asam urat, dan kreatinin kinase.
4. Pemeriksaan radiologi: USG ginjal merupakan pilihan. CT Scan
dan MRI juga dapat dilakukan.
5. Biopsi ginjal: untuk diagnosis pasti pasien dengan kecurigaan
GGA renal. (Haryono,Rudi,2013).
f. Penatalaksanaan

Ginjal memiliki kemampuan pulih yang luar biasa dari penyakit.

16
Oleh karena itu, tujuan penanganan gagal ginjal akut adalah untuk
menjaga keseimbangan kimiawi normal dan mencegah komplikasi
sehingga perbaikan jaringan ginjal dan pemeliharaan fungsi ginjal dapat
terjadi. Penilitian dilakukan untuk mengidentifikasi, menangani dan
mengeliminasi setiap kemungkinan penyebab kerusakan.

1. Dialisi.

Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut


yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendrungan
perdarahan; dan membantu penyembuhan luka. Hemodialisis,
hemofiltrasi atau dialisis peritoneal dapat dilakukan.

2. Penaganan Hiperkalemia

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah


uatama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang
paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu, pasien
dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan
kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5,5 mEq/L; SI:5,5 mmol/L),
perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis.
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian
ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [Kayexalate]).
Kayexalate bekerja dengan merubah ion kalium menjadi natrium di
saluran intestinal. Sorbitol sering di berikan bersama dengan
Kayexalate untuk menginduksi efek tipe diare (menginduksi
kehilangan cairan disaluran gas trointestinal).
Jika enema retensi diberikan (kolon merupakan tempat utama
untuk pertukaran kalium), kateter rektal yang memiliki balon dapat
diresepkan untuk memfasilitasi retensi jika diperlukan. Pasien harus
menahan resin selama 30 sampai 45 menit untuk meningkatkan
pengembilan kalium. Setelah itu, bersihan enema diresepkan untuk
menghilangkan resin Kayexalate untuk mencegah impaksi fekal.

17
 Pasien yang kadar serum kaliumnya tinggi dan meningkat
memerlukan hemohalisi, peritoneal dialisis, atau hemofiltrasi
dengan segera.

 Glukosa, insulin atau kalsium glukonat secara intra vena dapat


digunakan sebagai tindakan darurat sementara untuk
menangani hiperkalemia. Glukosa dan insulin mendorong
kalium kedalam sel-sel, sehingga kadar serum kalium diambil
melalui proses dialisis. Kalium akan keluar dari sel dan
kembali meningkat sampai ketingkat yang berbahaya kecuali
diambil melalui proses dialisis. Kalsium glukonat membantu
melindungi hati dari efek tingginya kadar serum kalium.

 Natrium bikarbonat dapat diberikan untuk menaikkan pH


plasma. Natrium bikarbonat meningkatkan pH, menyebabkan
kalium bergerak kedalam sel, sehingga kadar serum kalium
pasien menurun. Ini merupakan terapi jangka pendek yang
digunakan brsamaan dengan tindakan jangka panjang lain,
seperti pembatasan diet dan dialisis.

 Semua produk kalium eksternal dihilangkan atau dikurangi.

3. Mempertahankan Keseimbangan Cairan

Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada berat


badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan
srum, cairan yang hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase
lambung, feses, drainase luka, dan perspirasi dihitung dan disunakan
sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan. Cairan yang hilang
melalui kulit dan paru dan hilang sebagai akibat dari proses
metabolisme normal juga dipertimbangkan dalam penatalaksanaan
cairan.
Gagal ginjal akut menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi
yang berat akibat masukan yang tidak adekuat (dari mual dan
muntah), gangguan pemakaian glukosa dan sintetis protein, serta
peningkatan katabolisme jaringan. Pasien ditimbang berat badannya
setiap hari dan dapat diperkirakan turun 0,2 sampai 0,5 kg setiap hari

18
jika keseimbangan nitrogen negatif (masukan kalori yang diterima
kurang dari kebutuhan). Jika pasien tidak kehilangan berat badan
atau mengalami hipertensi, maka diduga adanya retensi cairan.
Kelebihan cairan dapat dideteksi melalui temuan klinis seperti
dipsnea, takikardia, dan distensi vena leher. Paru-paru diauskultrasi
akan adanya tanda krekels basah. Karena edema pulmoner dapat
diakibatkan oleh pemberian cairan parenteral yang berlebihan, maka
kewaspadaan penggunaannya harus ditingkatkan untuk mencegah
kelebihan cairan. Terjadinya edema di seluruh tubuh dikaji dengan
pemeriksaan area prasakaral dan pratibial beberapa kali dalam
sehari.
4. Pertimbangan Nutrisional

Diet protein dibatasi sampai 1g/kg selama fase oligurik untk


menurunkan pemecahan protein dan mencegah akumulasi produk
akhir toksik. Kebutuhan kalori dipenuhi dengan pemberian diet tinggi
karbohidrat, karena karbohidrat memiliki efek terhadap protein yang
luas (pada diet tinggi karbohidrat, protein tidak dipakai untuk
memenuhi kebutuhan energi tetapi “dibagi” untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan). Makanan dan cairan yang mengandung kalium
dan fosfat (pisang, buah dan jus jeruk, kopi) dibatasi. Masukan kalium
biasanya dibatasi sampai 2 g/hari.
5. Cairan Intra Vena dan Diuretik

Aliran darah ke ginjal yang adekuat pada banyak pasien dapat


dipertahankan melalui cairan intravena dan medikasi. Manitol,
furosemid, atau asam ektrakinik dapat diresepkan untuk mengawali
diuresis dan mencegah atau mengurangi gagal ginjal berikutnya. Jika
gagal ginjal akut disebabkan oleh hipovolemia akibat hipoproteinemia,
infus albumin dapat diresepkan. Syok infeksi ditangani, jika ada.
6. Koreksi Asidosis dan Peningkatan Kadar Fosfat

Jika asidosis berat terjadi, gas darah arteri harys dipantau;


tindakan ventilasi yang tepat harus dilakukan jika terjadi masalah
pernafasan. Pasien memerlukan terapi natrium karbonat atau dialisis.
Peningkatan konseptrasi serum fosfat pasien dapat
dikendalikan dengan agens peningkat-fosfat (aliminum hidroksida);

19
agens ini membantu mencegah peningkatan serum fosfat dengan
menurunkan absorpsi fosfat disaluran intensinal.
7. Pemantauan Berlanjut Selama Fase Pemulihan

Fase oligurik gagal ginjal akut berlangsung dari 10 samapai 20


hari dan diikuti fase diuretik, dimana haluaran urin mulai meningkat,
menunjukkan bahwa fungsi ginjal telah membaik. Evaluasi kimia
darah dilakukan untuk menentukan jumlah natrium, kalium, dan cairan
yang diperlukan selama pengkajian terhadap hidrasi lebih dan hdrasi
kurang.
Setelah fase diuretik, pasien diberikan diet tinggi protein, tinggi
kalori dan didorong untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
(Kuncara,dkk. 2012)

g. Komplikasi

1. Edema Paru-Paru

Edema paru-paru berlangsung akibat berlangsungnya


penimbunan cairan Serosaatau serosanguinosa yang terlalu
berlebihan didalam area intersitisial Sertaalveolus paru-paru. Perihal
ini timbul dikarenakan ginjal tidak bisa Mensekresiurine serta garam
didalam jumlah cukup, kerapkali edema paru-paru mengakibatkan
kematian.
2. Hiperkalemia

Hiperkalemia (kandungan kalium darah yang tinggi) yaitu satu


situasi dimana konsentrasi kalium darah kian lebih 5 meq/1 darah.
Konsentrasi kalium yang tinggi justru beresiko dari pada situasi
sebaliknya (kosentrasi kalium rendah). Konsentrasi kalium darah yang
lebih tinggi dari 5,5 meq/1 bisa merubah system konduksi listrik
jantung. Jika perihal ini terus berlanjut, irama jadi tidak normal serta
jantungpin berhenti berdenyut.

3. Aritmia

Terjadi karena efek dari Hiperkalemia yang mempengaruhi


kelistrikan jantung.

20
4. Gangguan Elektrolit (Hiperkalemia, Hiperfosfatemia, Hiponatremia
dan Asidosis)

5. Penurunan Kesadaran

Terjadi karena perubahan perfusi dan penurunan aliran darah ke


otak.
6. Anemia

Terjadi akibat penurunan produksi eritopoetin sehingga eritrosit


yang dihasilkan juga akan berkurang.
7. Infeksi Septikemia

Adanya retensi sisa metabolisme tubuh dalam peredaran darah


(BUN, kreatinin)
8. Hipertensi

9. Penyakit Tulang. (Purwanto,2016)

h. Integrasi Keislaman

“ Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila


segumpal daging itu baik,baiklah tubuh seluruhnya, dan apabila
daging itu rusak, rusaklah tubuh seluruhnya. Ketahuilah olehmu,
bahwa segumpal daging itu adalah qalbu (hati)” (H.R. Bukhari).

Hati di sini bisa bersifat materi, tetapi juga yang immateri.Segumpal


darah yang bersifat materi ini merupakan organ penting yang memiliki
peran dalam kesehatan manusia. Jika darah tidak mengalir keseluruh
tubuh dengan baik akan berdampak pada kesehatan tubuh salah
satunya berdampak pada tidak berfungsinya ginjal dengan baik dan
menimbulkan penyakit gagal ginjal.

2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata

21
a. Inisial :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Suku /Bangsa :
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

Biasanya pasien dengan diagnose gagal ginjal akut sering terasa


sesak, mual, muntah.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemah, kencing terasa


sesak, mual dan muntah dan penambahan BB, nyeri tekan pada
abdomen, anoreksia dan lemah.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Menanyakan pasien apakah pernah merasakan penyakit gagal


ginjal akut sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Menanyakan kepada keluarga apakah keluarga pasien pernah


mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami
pasien

3) Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi

Biasanya pasien tidak mampu makan karena pasien mual dan


muntah pasien hanya mampu menghabiskan 3 sendok makan dari
porsi yang disediakan dan pasien minum 2 gelas / hari.

b. Pola Istirahat

Biasanya pasien tidak dapat tidur dengan tenang dan hanya tidur
4-5 jam/hari.

c. Pola Eliminasi

Biasanya BAB 2 hari satu kali dengan konsistensi padat dan untuk
BAK dengan urine warna kuning pekat agak kental.

22
d. Pola Aktifitas

Biasanya aktivitas pasien dibantu keluarga karena pasien lemah

e. Personal Hygine

Biasanya personal hygene pasien dibantu keluarga karena k/u


pasien lemah.

4) Riwayat Psikologis

Menanyakan pada pasien apakah ia merasa cemas dan berharap


cepat sembuh.

5) Riwayat Sosial

Biasanya pasien GGA dapat berinteraksi dengan keluarga dan


keluarga pasien lainnya.

6) Riwayat Spiritual

Menanyakan pada pasien apakah pasien berdoa untuk


kesembuhan penyakitnya dan mau berobat kerumah sakit.

1. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi

a. Edema pada kedua tungkai.

b. Pasien terlihat lemah terbaring ditempat tidur.

2) Palpasi

Nyeri tekan pad abdomen bagian bawah.

3) Perkusi

Perut kembung.

4) Auskultasi

Peristaltik usus terdengar sedikit lemah.

2. Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala

1) Kesimetrisan
2) Edema periorbital

23
3) Bentuk kepala : makrosefali, anecapali , encefalokel
4) Caput succeodenum
5) Cephalhematom
6) Distribusi rambut dan warna

b. Mata

1) Kesimetrisan
2) Apakah ada kelainan atau infeksi
3) Apakah terdapat sekret
4) Refleks Cahaya
5) Kemampuan akomodasi cahaya

c. Hidung

1) Kesimetrisan
2) Perhatikan jembatan hidung ( tidak ada Down Sindrom)
3) Cuping hidung masih keras
4) Passase udara ( gunakan Kapas )

d. Mulut

1) Kesimetrisan
2) Adanya labioschisi
3) Perhatikan adanya ovula apakah simetris , ovula naik bila bayi
menangis
4) Pengeluaran Saliva
5) Pertumbuhan Gigi ( apakah sejak lahir)

e. Telinga

1) Inspeksi struktur telinga luar


2) Bentuk : simetris atas bawah/tidak
3) Cairan : ada cairan yang keluar dari telinga/tidak

f. Leher

1) Lipatan pada leher ( garis ) Ada pembengkakan/tidak


2) Benjolan ada/tidak

g. Dada

24
1) Bentuk :simetris/tidak ( Barel chest : anterior posterior,dan
transversal 1 : 1)
2) Puting : timbul/tidak
3) Bunyi nafas : teratur/tidak
4) Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas tambahan.
5) Bunyi jantung : normal/tidak, lemah/kuat

h. Adomen :

1) Terdapat distensi abdomen


2) Inspeksi ukuran abdomen dan palpasi kontur abdomen :bulat
menonjol , berbentuk seperti kubah karena otot otot abdomen
belum berkembang sempurna
3) Hepar dapat teraba 2 – 3 cm dibawah arcus costae.
4) Auskultasi bisisng usus : terdengar satu sampai dua jam setelah
lahir.

i. Ekstremitas

1) Jumlah Jari >5 ( polidaktili ), jari bersatu (sidaktili))


2) Ujung jari halus
3) Kuku Clubing finger <180 derajat (gangguan pernapasan )
4) Telapak kaki nampak datar
5) Kelengkapan organ

j. Genitalia

Laki-laki

1) Penis : ada/tidak
2) Prepotium : menutupi glans Penis
3) Testis : simetris/tidak, sudah turun masuk serotum/tidak

Perempuan

1) Vagina : berlobang/tidak
2) Terdapat labia mayor dan minor/tidak
3) Perhatikan Adanya Klitoris

3. Pemeriksaan Penunjang

25
1) Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal
ginjal.
2) Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila
berkurang s/d 90%.
3) Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor,
kalsium,magnesium dan produk fasfor- kalsium dengan natrium
serum rendah.
b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon


individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat .(Wati,
2018)

Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien GGA adalah


sebagai berikut :

1) Hipervolemia berhubungan dengan oliguria

Defenisi :

Peningkatan volume cairan intravaskular,interstisial,dan/atau


intraseluler

Penyebab :

1) Gangguan mekanisme regulasi


2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis ( mis. Kortikosteroid,
chiorpropamide, tolbutamide, vincristine,
tryptilinescarbamazepine)

Batasan Karakteristik :

- Data Mayor

Objektif :

a) Edema anasarka dan/atau edema perifer

26
b) Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c) Jugular Venous Pressure (JVP) dan/atau Cental
Venous Pressure (CVP) meningkat
d) Refleks hepatojugular positif

Subjektif :

a) Ortopnea
b) Dispnea
c) Paroxymal nocturnal dyspnea (PND)
- Data Minor

Objektif :

a) Distensi vena jugularis


b) Terdengar suara nafas tambahan
c) Hepatomegali
d) Kadar Hb/Ht turun
e) Oliguria
f) Intake lebih banyak daripada output (balans cairan
positif)
g) Kongesti paru

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia

Defenisi :

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme.

Penyebab :

1) Ketidakmampuan menelan makanan


2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (mis.finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis.stres,keengganan untuk makan)

Batasan Karakteristik :

27
- Data Mayor

Objektif :

1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah


rentang ideal
- Data Minor

Objektif :

1) Bising usus hiperaktif


2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare

Subjektif :

1) Cepat kenyang setelah makan


2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun

Kondisi Klinis Terkait :

1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius Syndrome
4) Cerebral palsy
5) Cleft lip
6) Cleft palate
7) Amvotropic lateral sclerosis
3) Keletihan berhubugan dengan penurunan produksi energy
metabolic dan anemia

Defenisi :

Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih


dengan istirahat

28
Penyebab :

1) Gangguan tidur
2) Gaya hidup monoton
3) Kondisi fisiologis (mis.penyakit kronis, penyakit terminal,
anemia, malnutrisi, kehamilan)
4) Program perawatan/pengobatan jangka panjang
5) Peristiwa hidup negatif
6) Stress berlebihan
7) Depresi

Batasan Karakteristik :

- Data Mayor

Objektif :

1) Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin


2) Tampak lesu

Subjektif :

1) Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur


2) Merasa kurang tenaga
3) Mengeluh lelah
- Data Minor

Objektif :

1) Kebutuhan istirahat meningkat

Subjektif :

1) Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan


tanggung jawab
2) Libido menurun

Kondisi Klinis Terkait :

1) Anemia
2) Kanker
3) Hipotiroidisme/Hipertiroidisme
4) AIDS
5) Depresi

29
6) Menopause
4) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
kelebihan volume cairan

Defenisi :

Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat


untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

Faktor Resiko :

1) Perubahan afterload
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan irama jantung
4) Perubahan kontrakstilitas
5) Perubahan preload

Kondisi Klinis Terkait :

1) Gagal jantung kongestif


2) Sindrom koroner akut
3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta,
pulmonalis, trikuspidalis, atau mitralis )
4) Atrial/ventricular septal defect
5) Aritmia
5) Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan
imunologi ( sekunder terhadap uremia )

Defenisi :

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

Faktor Penyebab :

1) Penyakit kronis (mis.diabetes melitus)


2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
a. Gangguan peristaltik
b. Kerusakan integritas kulit
c. Perubahan sekresi PH

30
d. Penurunan kerja siliaris
e. Ketuban pecah lama
f. Ketuban pecah sebelum waktunya
g. Merokok
h. Statis cairan tubuh
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
a. Penurunan hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat

Kondisi Klinis Terkait :

1) AIDS
2) Luka bakar
3) Penyakit paru obstruktif kronis
4) Diabetes melitus
5) Tindakan invasif
6) Kondisi penggunaan terapi steroid
7) Penyalahgunaan obat
8) Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
9) Kanker
10) Gagal ginjal
11) Imunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
14) Gangguan fungsi hati (PPNI, T. P. 2017)
c. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik


yang diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat(Baringbing, 2020)

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan gagal ginjal


akut dengan masalah kelebihan volume cairan antara lain :
Diagnosis Luaran keperawatan Intervensi Keperawatan
keperawatan

31
Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
intervesi hypervolemia Observasi
membaik dengan kriteria - Pemeriksaan tanda dan
hasil: gejala hipervolemia (mis. Ortopnea,
- Haluaran urine dyspnea, edema, JVP/CVP
meningkat (5) meningkat, reflek hepatojegular
- Edema menurun positif, suara napas tambahan)
(5) - Identifikasi penyebab
(PPNI, T.P.2018). hipervolemia
- Monitor status
hemodinamik (mis. Frekuensi
jantung, tekanan darah, MAP,CVP,
PAP, PCWP, CO, CI), jika tersedia
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor tanda
hemokonsentrasi (mis. Kadar
natrium, BUN, hematocrit, berat
jenis urine)
- Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma (mis.
Kadar protein dan albumin
meningkat)
- Monitor kecepatan infus
secara ketat
- Monitor efek samping
deuretik (mis. Hipotensi ortostatik,
hivopolemia, hypokalemia,
hyponatremia)
Terapeutik
- Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tinggikan kepala tempat

32
tidur 30- 400
Edukasi
- Anjurkan melapor jika
haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam
dalam 6jam.
- Anjurkan melapor jika BB
bertambah > 1 kg dalam sehari.
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara mengatasi
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
deuretik
- Kolaborasi penggatian
kehilangan kalium akibat diuretic
- Kolaborasi pemberian
continuos renal replacement
therapy (CRRT)
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nurtisi
intervesi defisit nutrisi Observasi :
membaik dengan kriteria - Identifikasi status nutrisi
hasil: - Identifikasi alergi dan
- Pengetahuan intoleransi makanan
tentang standar asupan - Identifikasi makanan yang
nutrisi yang tepat disukai
meningkat (5) - Identifikasi kebutuhan kalori
- Perasaan cepat dan jenis nutrien
kenyang menurun (5) - Identifikasi perlunya
- Nyeri abdomen penggunaan selang nasogastrik
menurun (5) - Monitor asupan makanan
- Frekuensi makan - Monitor berat badan
membaik (5)
- Monitor hasil pemeriksaan
- Nafsu makan

33
membaik (5) laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan,jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan,jika perlu
- Hentikan pemberian
makanan melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk,jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis.pereda nyeri,antiemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan,jika perlu
Keletihan Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas/Istirahat
intervesi keletihan Observasi :
membaik dengan kriteria - Identifikasi kesiapan dan

34
hasil: kemampuan menerima informasi
- Verbalisasi Terapeutik :
kepulihan energi - Sediakan materi dan media
meningkat (5) pengaturan aktivitas dan istirahat
- Tenaga - Jadwalkan pemberian
meningkat (5) pendidikan kesehatan sesuai
- Kemampuan kesepakatan
melakukan aktivitas rutin - Berikan kesempatan kepada
meningkat (5) pasien dan keluarga untuk
- Motivasi bertanya
meningkat (6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas fisik/olahraga
secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat(mis. Kelelahan,sesak
nafas saat aktivitas)
- Ajarkan cara
mengidentifikasi target dan jenis
aktivitas sesuai kemampuan
Resiko Setelah dilakukan Perawatan Jantung
Penurunan intervesi resiko Observasi :
Curah penurunan curah - Identifikasi tanda/gejala
Jantung jantung membaik primer penurunan curah
dengan kriteria hasil: jantung(meliputi dispnea,
- Edema menurun kelelahan,edema,ortopnea,
(5) paroxymal nocturnal dyspnea,
- Dispnea menurun peningkatan CVP)
(5) - Identifikasi tanda/gejala

35
- Ortopnea sekunder penurunan curah jantung
menurun (5) (meliputi peningkatan berat badan,
- Tekanan darah hepatomegali, distensi vena
membaik (5) jugulari, palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
ortostatik),jika perlu
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada
(mis.intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, presivitasi yang mengurangi
nyeri)
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium
jantung (mis.elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-BNP
- Monitor fungsi alat pacu
jantung
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis.beta blocker,ACE
inhibitor, calcium channel blocker,
digoksin.
Terapeutik :

36
- Posisikan pasien semi-
Fowler atau Fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang
sesuai (mis.batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol,dan makanan
tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis
atau pneumatik intermiten,sesuai
indikasi
- Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi gaya
hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres, jika perlu
- Berikan dukungan
emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi :
- Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
antiaritmia,jika perlu

37
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
intervesi resiko infeksi Observasi :
membaik dengan kriteria - Monitor tanda dan gejala
hasil: lokal dan sistemik
- Sputum berwarna Terapeutik :
hijau menurun (5) - Batasi jumlah pengunjung
- Drainase purulen - Berikan perawatan kulit
menurun (5) pada area edema
- Kultur sputum - Cuci tangan sebelum dan
membaik (5) sesudah kontak dengan pasien dan
- Kultur area luka lingkungan pasien
membaik (5) - Pertahankan teknik aseptik
- Kadar sel darah pada pasien beresiko tinggi
putih membaik (5) Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan suatu pelaksanaan


tindakan keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana

38
keperawatan yang telah disusun dengan baik untuk mencapai tujuan
yang diinginkan meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.Implementasi
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila klien
mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Selama tahap implementasi keperawatan, perawat terus
melakukan pengumpulan data yang lengkap dan memilih asuhan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.(Wati, 2018)

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah


tujuan yang telah disusun dan direncanakan tercapai atau tidak.Menurut
Friedman (dalam Harmoko, 2012) evaluasi didasarkan pada bagaimana
efektifnya intervensi -intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat
dan yang lainnya.Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam
perawatan. Faktor yang paling utama dan penting adalah bahwa metode
tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang
dievaluasi.(Wati, 2018)

BAB III
PEMBAHASAN
1. Kasus
Seorang perempuan usia 55 tahun dirawat di ruang interna sejak 3 hari
yang lalu dengan keluhan sulit buang air kecil. Hasil pengkajian
didapatkan mual, lemah, anoreksia, mukosa kering, edema ekstremitas
bawah +/+, urine output 100cc/24 jam, kulit gatalgatal dan bersisik, BB
sebelum sakit 54 kg, BB sekarang 57 kg, TD 150/90 mmHg, frekuensi
napas 24x/menit, frekuensi nadi 94x/menit.
2. Pengajian
HARI/TANGGAL : selasa, 29 maret 2021

39
JAMPENGKAJIAN : 09.00 wita

PENGKAJI : perawat

RUANG : perawatan interna


I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : Ny. P
Jenis kelamin : perempuan
Umur : 55 tahun
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : jl. Poros malino
No. CM : -
Diagnostik medis :
Tgl masuk RS : 26 maret 2021
B. PENANGGUNGJAWAB

Nama : Tn. S

Umur : 58 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Alamat :jl. Poros malino


II. RIWAYATKEPERAWATAN

A. RIWAYATKESEHATANPASIEN

1. RiwayatPenyakitSekarang

a. Keluhanutama : klien mengeluhkan sulit buang air kecil

b. Kronologipenyakitsaatini: klien masuk rumah sakit dengan


keluhan susah buang airkecil, dari hasil pengkajian klien
tampak lemah, mual, mukosa kering jg adanya edema
pada bagian ekstremitas.
c. Pengaruhpenyakitterhadapklien : klien tidak bisa beraktifitas
seperti biasa.

40
d. Apayangdiharapkanpasiendari elayanankesehatan : ingin
cepat pulih dan segera beraktifitas seperti biasa.

2. RiwayatPenyakitMasaLalu

a. Penyakit masa anak-anak: tidak ada

b. Imunisasi :tidak ada

c. Alergi : tidak ada

d. Pengalamansakit/dirawatsebelumnya : tidak ada

e. Pengobatanterakhir :tidak ada

B. RIWAYATKESEHATANKELUARGA

1. Genogram(minimal 3generasi)

a. Dengansiapaklientinggal danberapajumahkeluarga? Pasien


tinggal bersama suami dan anak bungsu laki-laki, pasien
memiliki 3 orang anak laki-laki dan 1 anak perempuan

b. Apakahadaanggotakeluargayangmenderitapenyakitserupa?
tidak

c. Apakahadakeluargayangmempunyai
penyakitmenularataumenurun? tidak

d. Bagaimanaefekyangterjadi
padakeluargabilasalahsatuanggotakeluargasakit? khawatir

41
C. PENGKAJIANBIOLOGIS(Dikaji sebelumdansesudahsakit)

1. RASAAMANDANNYAMAN

a. Nyeri : tidak ada

b. riwayat pembedahan : tidak ada

2. AKTIFITASISTIRAHAT–TIDUR

a. AKTIFITAS

1. Berolahraga : tidak

2. Menggunakan alat bantu : tidak

3. Gangguan aktifitas : tidak ada

Aktifitas: normal

b. ISTIRAHAT DAN TIDUR

1. Berapa lama pasien beristirahat (sebelum sakit): 7-8 jam

2. Bagaimanapolatidurklien?(jam,berapalama,nyenyak/tidak?)
waktu tidur malam sebelum sakit 22:00- 05:00, kualitas tidur
nyenyak.

3. Apakahkondisisaatinimengangguklien? iya

4. Apakahklienterbiasamengguanakanobat
penenangsebelumtidur? tidak

5. Kegiatanapa yangdilakukanmenjelangtidur? Menggosok gigi


dan cuci muka

6. Bagaimanakebiasaantidur? Siklus tidur baik

7. Berapajamklientidur?Bagaimanakualitastidurnya? 7-8 jam,


kualitas nyenyak

8. Apakahklienseringterjagasaat tidur? tidak

9. Pernahkanmengalami gangguantidur?Jenisnya? tidak

42
10. Apahalyangditimbulkanakibatgangguantersebut? tidak

3. CAIRAN

a. Berapabanyakklienminumperhari? Gelas? 8 gelas/hari atau 2


liter/hari

b. Minumanapayangdisukaikliendanyangbiasadiminumklien? Air
putih

c. Apakahadaminumanyangdisukai/ dipantang? Tidak ada

d. Apakanklienterbiasaminumalkohol? Tidak

e. Bagainamapolapemenuhancairanperhari? Tercukupi dengan


baik

f. Ada programpembatasancairan? Tidak ada

g. Bagaimanabalancecairanklien? baik

4. NUTRISI

a. Apayangbiasadimakanklientiap hari? Nasi

b. Bagaimanapolapemenuhannutrisiklien?Berapakliperhari?
3x/hari sebelum sakit, setelah sakit 3 sendok makan dari porsi
yang disediakan karena pasien merasa mual.

c. Apakahadamakanankesukaan,makananyangdipantang? Tidak
ada

d. Apakahadariwayatalergiterhadapmakanan? Tidak ada

e. Apakahadakesulitanmenelan?Mengunyah? Tidak

f. Apakahadaalat bantudalammakan?Sonde,infus? Tidak ada

g. Apakahadayangmenyebabkangangguanpencernaan? Iya,
pasien menderita anoreksia, pasien juga merasa mual dan
lemah

h. Bagainamakondisigigigeligiklien?Jumlahgigi?Gigipalsu?
Kekuatangigi? baik

43
i. Adakahriwayatpembedahandanpengobatanyangberkaiata
ndengansistempencernaan? Tidak ada
j. AdakahprogramDIET bagiklien?Jenis?
Bilaada,jelaskansecaraRINCI! Tidak ada

5. ELIMINASI:URINEDANFESES

a. Eliminasifeses:

1. Bagaimanapolakliendalamdefekasi?Kapan,pola
dankarakteristikfeses? 1-2x/hari setiap pagi hari dengan
karakteristik feses lunak agak cair/ lembek dan bewarna
kecoklatan.

2. Apakahterbiasamenggunakanobatpencahar? Tidak

3. Apakahadakesulitan? Tidak

4. Usahayangdilakukan klienuntukmengatasimasalah? Makan


makanan berserat

5. Apakahklien mengguankan alat bantuuntukdefeksi? Tidak

b. EliminasiUrine:

1. ApakahBAK klienteratur? Tidak

2. Bagaimana pola , frekuensi, waktu,karakteristik


serta perubahan yang terjadidlammiksi? Tidak
teratur dan kesulitan BAK, Pasien hanya
mengeluarkan urine 100cc/hari
3. Bagaimanaperubahanpolamiksiklien? Sulit untuk BAK

4. Apakahadariwayat pembedahan,apakahmenggunakanalat
bantudalammiksi? Tidak ada riwayat pembedahan dan tidak
menggunakan alat bantu

5. Berapavolumeairkemih? 100cc/ 24 jam

6. Bilamenggunakanalatbantusudahberapalama? -

6. KEBUTUHANOKSIGENASIDANKARBONDIOKSIDA

44
a. PERNAFASAN.

1. Apakahadakesulitandalambernafas?Bunyi nafas?Dypsnue?
Frekuensi napas tidak normal 24x/menit

2. Apakahyangdilakukanklienuntumengatasimasala? Tidak
ada

3. Apakahklienmengguanakanalat bantupernafasan?Tidak

4. Posisiyangnyamanbagiklien? Fowler dan semi fowler

5. Apakahklienterbiasamerokok?Obat–
obatanuntukmelancarkanpernafasan? Tidak

6. Apakah ada alergiterhadapdebu, obat-obatandll? Tidak

7. Apakahkleinpernahdirawat dengangangguanpernafasan?
Tidak pernah

8. Apakahklienpernahpunyariwayatgangguanpernafasand
anmendapatpengobatan?Tidak pernah
b. KARDIVASKULER

1. Apakahkliencepatlelah? Tidak

2. Apakahadakeluhanberdebar–debar?
Nyeridadayangmenyebar?Pusing?Rasaberatdidada?
Tidak ada
3. Apakahklienmengguankaanalat pacujantung? Tidak

4. Apakahklienmendapatobat untukmengatasi
gangguankardiovaskuler? Tidak

7. PERSONALHYGIENE

a. Bagaimanapolapersonalhygiene?Berapakalimandi,gosokgigi
dll? Mandi dan gosok gigi 2 kali sehari

b. Berapahari klienterbiasacucirambut? 2 hari sekali

c. Apakahklienmemerlukanbantuandalammelakukanpersonalhy
giene? Tidak

8. SEX

45
a. Apakahadakesulitandalamhubungan seksual? Tidak

b. Apakahpenyakit sekarangmempengaruhi/
mengguangggufungsi seksual? Tidak

D. PENGKAJIANPSIKOSOSIALDANSPIRITUAL

1. Psikologi.

a. StatusEmosi.

1. Apakahkliendapatmengekspresikanperasaannya? Iya

2. Bagaimanasuasanahatiklien? Pasien mengalami


kecemasan terkait berat badannya

3. Bagaimanaperasaankliensaatini? Takut dan cemas

4. Apa yangdilakukanbilasuasanahati sedih,marah, gembira?


Tidak ada

b. Konsepdiri:

1. Bagaimanaklienmemandangdirinya? Tidak menyukai dirinya

2. Hal – hal apa yangdisukaiklien? Tubuh ideal

3. Bagaimanaklienmemandangdirisendiri ? tidak normal

4. Apakahklienmampumengidentifikasikekuatan,kelemaha
nyangadapadadirinya? Tidak
5. Hal – hal apa yangdapatdilakukanklien saatini? Tidak ada

2. Hubungansosial:

a. Apakahklienmempunyaitemandekat? Iya

b. Siapayangdipercayaklien? Keluarga dan sahabat

c. Apakahklienikut dalamkegiatanmasyarakat? Tidak

d. Apakahpekerjaankliensekarang?Apakahsesuaikemampuan?
Ibu rumah tangga

3. Spiritual.

a. Apakahklienmenganutsatuangga? Iya

46
b. Saatiniapakahklienmengalami
gangguandalammenjalankanibadah? Tidak

c. BagaianmanahubungannataramanusiadanTuhandalamagama
? Berkaitan erat

III. PEMERIKSAANFISIK

A. KEADAANUMUM

1. Kesadaran:GCS: Compos Mentis

2. Kondisikliensecaraumum: tidak baik

3. Tanda–tanda vital: TD: 150/9 mmHg, RR: 24x/menit,

N: 94x/menit , S: 36,5oc

4. Pertumbuhanfisik:BB setelah sakit: 57 kg BB sebelum sakit: 54


kg

5. Keadaankulit:wana,tekstur,kelaianankulit: kulit gatal dan bersisik

B. PEMERIKSAANCEPALOKAUDAL

1. Kepala

a. Bentuk,keadaankulit,pertumbuhanrambut: simetris, kulit kepala


normal, rambut lebat berwarna hitam, bersih, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri ditekan,

b. Mata: simetris, tidak ada secret, reflek terhadap cahaya,


konjungtiva anemis

c. Telinga: simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri,


pendengaran baik.

d. Hidung:simetris, septum ditengah, tidak ada secret, tidak ada


benjolan, tidak ada nyeri.

e. Mulut: bersih, kemampuanbicara baik,mukosa


kering,warnalidah pink kemerah-merhan.
2. Leher
Tidak ada radang tenggorokan, tidak ada pembesaran kelenjar
3. Dada

47
a. Inspeksi:bentuk dada normal, simetris, tidak ada retraksi
dada
b. Auskultasi:: S1 - S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara
nafas tambahan seperti ronkhi, wheezing, snoring

c. Perkusi: suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak

d. Palpasi:simetris, tidak ada nyeri tekan


4. Abdomen

a. Inspeksi:bulat menonjol

b. Auskultasi:penurunan bising usus

c. Perkusi:redup

d. Palpasi:nyeri ditekan

5. Genetalia,Anusdanrektum

a. Inspeksi:tidak terpasang alat bantu

b. Palpasi:terabapenumpukanurine

6. Ekstremitas:
Atas:kelengkapan,kelainanjari,tonusotot,kesimetrisan

a. Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra


seimbang, kekuatan otot Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan, tidak ada massa
b. Bawah: Inspeksi : kekuatan otot dekstra sinistra 5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, terdapat edeme

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGPEMERIKSAANPENUNJANG


Tanggal Test Hasil HasilNormal Alasanuntuk

nilaiabnormal
28 Maret Urine output 100cc/ hari 600cc/ hari Kesulitan BAK
2021

48
HasilStudidiagnostik(X-rays/ProcedurKhusus/Patologi)

V. TERAPHIYANGDIBERIKAN

1. DischargePlanning

 Tidakadamasalah

 PengobatanLingkunganrumah

 Kurangdukungankeluarga

Yangharusdilakukanklien :

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………

TandatanganKo-ners Tanggalpengkajian terlengkapi

Tulisdengantintamerahdefinisikarakteristikyangmendukungmasalahkep
erawatanyangdiidentifikasi dan perubahanyangditemukan
padainisialassesment.

49
3. KLASIFIKASIDATA

Data subjektif Data objektif


- Klien mengatakan mengalami sulit - Klien tampak lemah
buang air kecil - Klien tampak mual
- Klien mengatakan mengalami - Klien mengalami anoreksia
kenaikkan berat badan dari 54kg ke - Tampak adanya edema pada kedua
57kg ekstremitas klien
- Klien mengatakan mengalami gatal- - Kulit tampak bersisik dan juga ruam
gatal pada kulit - Klien tampak menggaruk
- Output urine : 100cc/24jam
- TD : 150/90 mmHg

Nadi : 94x/menit

Nafas : 24x/menit

4. ANALISADATA
DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Ds: Peningkatan volume Hipervolemia
- Klien mengatakan sulit buang cairan intravskular,
air kecil interstisial, dan atau
- Klienmengatakan mengalami intraseluler yang
kenaikan berat badan dari disebabkan oleh
54kg ke 57kg adanya Gangguan
Do : mekanisme regulasi
- Ada edema pada kedua
ekstremitas
- Output urine 100cc/24 jam

Do : Kecemasan Ansietas
- Klien mengalami anoreksia berlebihan akibat
- Klien tampak mual kurangnya terpapar
- TD : 150/90 mmHg informasi terkait
penyakit yang

50
dialami
Nadi 94x/menit

Nafas 24x/menit
Ds : Kerusakan kulit atau Gangguan integritas
- Klien mengatakan mengalami jaringan yang kulit
gatal-gatal disebabkan oleh
Do : kelebihan/
- Kulit klien tampak bersisik kekurangan volume
dan ruam cairan dalam tubuh
- Klientampak menggaruk
Do : Asupan nutrisi yang Defisit nutrisi
- Klien tampak lemah tidak cukup untuk
- Klien mengalami anoreksia memenuhi
kebutuhan
metabolisme
disebabkan oleh
faktor psikologis
Do : Beresiko mengalami Resiko
- Keadaan mukosa kering penurunan, ketidakseimbangan
- Kulit tampak bersisik peningkatan atau cairan
- Output urine 100cc/24 jam percepatan
- Edema padakedua perpindahan cairan
ekstremitas dari intravaskuler
- TD : 150/90 mmHg atau intraseluler
yang disebabkan
Nadi : 94x/menit
oleh penyakit ginjal
atau kelenjar

5. PERUMUSANPRIORITASMASALAHKEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
Ds:
- Klien mengatakan sulit buang air kecil
- Klienmengatakan mengalami kenaikan berat badan dari 54kg ke 57kg

Do :
- Ada edema pada kedua ekstremitas

51
- Output urine 100cc/24 jam

2. Ansietas b.d Kecemasan berlebihan akibat kurangnya terpapar informasi terkait


penyakit yang dialami

Do :
- Klien mengalami anoreksia
- Klien tampak mual
- TD : 150/90 mmHg

Nadi 94x/menit

Nafas 24x/menit

3. Gangguan integritas kulit b.d Kerusakan kulit atau jaringan yang disebabkan
oleh kelebihan/ kekurangan volume cairan dalam tubuh

Ds :
- Klien mengatakan mengalami gatal-gatal

Do :
- Kulit klien tampak bersisik dan ruam
- Klien tampak menggaruk

4. Defisit nutrisi b.d asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme

Do :

52
- Klien mengalami anoreksia
- Klien tampak lemah

5. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d resiko penurunan , peningkatan, atau


percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler atau intraseluler

Do :
- Keadaan mukosa kering
- Output urine 100cc/24 jam
Edema padakedua ekstremitas

6. RENCANAASUHANKEPERAWATAN
diagnosis Luaran keperawatan Intervensi
keperawatan
Hipervolemi Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
a intervesi Observasi
hypervolemia - Pemeriksaan tanda dan gejala
membaik dengan hipervolemia (mis. Ortopnea, dyspnea,
kriteria hasil: edema, JVP/CVP meningkat, reflek
- Haluaran urine hepatojegular positif, suara napas
meningkat (5) tambahan)
- Edema - Identifikasi penyebab
menurun (5) hipervolemia
- Monitor status hemodinamik

53
(mis. Frekuensi jantung, tekanan darah,
MAP,CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika
tersedia
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hemokonsentrasi
(mis. Kadar natrium, BUN, hematocrit,
berat jenis urine)
- Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma (mis. Kadar
protein dan albumin meningkat)
- Monitor kecepatan infus secara
ketat
- Monitor efek samping deuretik
(mis. Hipotensi ortostatik, hivopolemia,
hypokalemia, hyponatremia)
Terapeutik
- Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-
400
Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran
urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6jam.
- Anjurkan melapor jika BB
bertambah > 1 kg dalam sehari.
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran cairan
- Ajarkan cara mengatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian deuretik
- Kolaborasi penggatian
kehilangan kalium akibat diuretic
- Kolaborasi pemberian continuos

54
renal replacement therapy (CRRT)
Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas
intervensi, ansietas Observasi :
membaik dengan - Identifikasi saat tingkat ansietas
kriteria hasil: berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
- Verbalisasi - Identifikasi kemampuan
kekhawatiran akibat pengambilan keputusan
kondisi yang dihadapi - Monitor tanda-tanda ansietas
menurun (5) (verbal dan nonverbal)
- Perilaku Terapeutik :
gelisah menurun (5) - Ciptakan suasana terapeutik
- Perilaku untuk menumbuhkan kepercayaan
tegang menurun (5) - Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang probadi yang
memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi
yang menciptakan kecemasan
- Diskuskan perencanaan
realististentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi :
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang akan dialami
- Informasikan secara faktual
diagnosis, pengobatan , dan prognosi
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan

55
kegiatanyang tidak kompetitif,
sesuaikebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberianb obat
antiansietas, jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
integritas intervensi, gangguan
kulit/jaringa integritas kulit Observasi :
n membaik dengan - Identifikasi penyebab integritas
kriteria hasil: kulit (mis, perubahan sirkulasi, status,
- Kerusakan nutrisi, penurunan kelembapan.suhu
lapisan kulit menurun lingkungan ekstrim, penurunan
(5) mobilitas)
- Hidrasi Terapeutik :
meningkat (5) - Ubah posisi tiap 2 jam sekali jika
tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
- Bersihakan perineal dengan
airhangat, terutama pada periode diare
- Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada area kulit
yang kering
- Gunakan produk bebahan ringan
dan alami atau hipoalergenik pada kulit
sensitf
- Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering

56
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan untuk meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar
suhu esktrim
- Anjurkan mwnggunakan tabir
surya minimal SPF 30 saat berada diluar
rumah
- Anjurkan mandi dan gunakan
sabun secukupnya
Intervensi pendukung:
Pemberian obat kulit

Observasi :
- Identifikasi kemungkinan alergi,
interaksi, dan kontraindikasi obat
- Verifikasi order sesuai dengan
indikasi
- Monitor efek terapeutik obat
- Monitor efek lokal, efek sistemik
dan efek samping obat
Terapeutik :
- Lakukan prinsip enam benar
(pasien, obat, dosis, waktu, rute,
dokumentasi )
- Cuci tangan dan pasang sarung
tangan
- Bersihkan kulit dan hilangkan
obat sebelumnya

57
- Oleskan agen topikal pada kulit
yang tidak mengalami luka, iritasi atau
sensitif
- Hindari terpapar sinar ultra violet
pada klit yang terdpat obat topikal.
Edukasi:
- Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang diharapkan.
Dan efek samping sebelum pemberian.
- Jelaskan faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
efektivitas obat
- Ajarkan teknik pemberian obat
secara mandiri , jika perlu.
Defisit Setelah dilakukan Manajemen gangguan makan
nutrisi intervensi selama Observasi :

2x24 jam.Maka - Monitor asupan dan keluarnya

Status Nutrisi makanan dan cairan serta kebutuhan


kalori
membaik dengan
Terapeutik :
kriteria hasil
- Timbang berat badan secara rutin
- Porsi
- Diskusikan perilaku makan dan
makanan yang di
jumlah aktivitas fisik yang sesuai
habiskan (5)
- Lakukan kontrak perilaku (mis.
- Nyeri Target berat badan, tanggung jawab
abdomen menurun perilaku)

(5) - Dampingi ke kamar mandi unutk


pemantauan perilaku memuntahkan
kembali makanan
- Berikan penguatan positif
- Terhadap keberhasilan target dan
perubahan perilaku
- Berikan konsekuensi jika tidak
mencapai targetsesuai kontrak

58
- Rencanakan program pengibatan
untuk perawatan dirumah (mis. Medis,
konseling)
Edukasi :
- Anjurkan untuk membuat catatan
harian tentang perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran makanan
- Ajarkan pengaturan diet yang
tepat
- Ajarkan keterapilan koping untuk
penyelesaian perilaku makan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
targetberatbadan, kebutuhn kalori dan
pilihan makanan
resiko Setelah dilakukan Manajemen cairan
ketidakseim intervensi, resiko
b-angan ketidakseimbangan
cairan Observasi :
cairan membaik
dengan kriteria - Monitor status hidrasi (mis frekuensi
hasil: nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian

- Asupan cairan kapiler, kelembaban mukosa, turgor


kulit, tekanan darah)
meningkat (5)
- Monitor berat badan harian
- Haluaran urin
- Monitor berat badansebelum dan
meningkat (5) sesudah dialisi
- Kelembaban - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
membrane mukosa (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berta jenis

meningkat (5) urine. BUN)


- Monitor status hemodinamik (mis. MAP,
- Tekanan darah
CVP,PAP,PCWP, jika tersedia)
membaik (5)
Terapeutik :
- Turgor kulit
membaik (5) - Catat intake output dan hitung balans

59
cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian diuretik,jika perlu

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus gagal ginjal akut yang ditunjukkan dengan adanya


peningkatan kadar ureum dalam darah sering kali terjadi pada orang
dengan rentang usia 36- 45 tahun, selain itu juga jika dilihat dari jenis

60
kelaminnya kasus gagal ginjal lebih cenderung menyerang laki-laki.
Penderita gagal ginjal akut yang memiliki nilai ureum yang tinggi
diharapkan dapat menurunkan nilai ureumnya dengan cara melakukan
diet terhadap makanan yang dikonsumsi sehari-haridan juga rutin
melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar ureum
dan fungsi ginjal secara keseluruhan agar dapat diambil tindakan yang
tepat dalam penatalaksanaan pengobatan penyakitnya.

B. Saran

Tentunya pada penulis telah menyadari bahwa dalam penyusunan


makalah atau Asuhan Keperawatan tentang " Gagal Ginjal Akut " diatas
masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. dapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah
tersebut dengan berpedoman dari berbagai sumber serta kritik yang
dapat membangun dari para pembaca.

61
DAFTAR PUSTAKA
HR. Bukhari
Haryono, Rudi, 2013.keperawatan medika bedah: sistemperkemihan.yogyakarta:
Rapha Publishing
Baringbing, J. O. (2020). Pentingnya Perencanaan Keperawatan ( Intervensi
Keperawatan ) Dalam Asuhan Keperawatan.
Hiß, M., & Kielstein, J. T. (2014). A cute kidney injury (AKI). Urology at a Glance,
61–63. https://doi.org/10.1007/978-3-642-54859-8_13
Wati, N. A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Ginjal Akut Dengan
Masalah Kelebihan Volume Cairan di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Umum Daerah Bangil Pasuruan. C, 121.

62
LAMPIRAN
Pembagian peran dan tugas:

A. Peran

1. Ketua kelompok:

2. Sekertaris kelompok

3. Anggota kelompok

B. Tugas

1. Latar belakang, rumusan masalah, kesimpulan dan


sarang :Sukriandi

2. Konsep Medis

- Defenisi, Etiologi, Manifestasi : Annisa Dilla Ita Taqiyah

- Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang: Sakina

- Penatalaksanaan, Komplikasi: Siti Suleha

3. Konsep Keperawatan

- Pengkajia, diagnose , intervensi: Risfayani Ramadanti B.

4. Pembahasan

- Pengkajian: Ainun Naima M. & Nadila Diana M.

- Analisa data, Diagnosa, Intervensi: Ainun Naima M

5. Menuyusun makalah: Nadila Diana M.

6. Review jurnal: Aprianto Indrajaya

7. Flayer :Nadila Diana M.

8. PPT: Hardiyanti Syah Nukuhehe


Hasil diskusi:
Diskusi pembahasan tugas dan pembagiannya dilakukan melalui via WhatsApp
Grup.Dimulai degan pembagian tugas dan dilanjutkan diskusi kasus terkait
penyakit pasien.

63
64
65

Anda mungkin juga menyukai