Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS JURNAL

Pengaruh Bimbingan Doa Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi


Di Ruangan Instalasi Bedah Sentral RS Islam Fatimah Cilacap

Disusun oleh:
Kelompok III
NELY ALFIANI 70300119017
YUNI 70300119002
DELLA SAFITRA 70300119005
SITI AMINAH 70300119008
MASITA FAJRIATI 70300119011
ANDI AINAYAH KHUSWATUN K. 70300119014
INTAN PUTRI 70300119017
JUNIARTI LISA 70300119020
NURUL HIDAYATI 70300119023
IKA AFRIANI 70300119027
NOFYANI FAHRIKA 70300119030
MELISA PRATIWI 70300119033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
ANALISIS JURNAL

A. Judul Artikel
Pengaruh Bimbingan Do’a Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien PreOperasi
Di Ruangan Instalasi Bedah Sentral RS Islam Fatimah Cilacap

B. Kata Kunci
Bimbingan Do’a, Cemas, PreOperasi

C. Penulis
Kasron dan Soekeh

D. Publisher
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad

E. Instansi Terkait
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan Perawat IBS RSI Fatimah
Cilacap

Telaah Step 1 (Fokus Penelitian)


Problem :
Pasien yang akan menjalani operasi bisa menimbulkan banyak komplikasi
serta efek samping yang dialami pasien sehingga menyebabkan peningkatan
pada kecemasan pasien.

Cemas merupakan perasaan tidak nyaman maupun ketakutan yang tidak jelas
dan gelisah disertai dengan respon autonom. Kekhawatiran muncul karena
akan dilakukannya pembedahan dan pembisuan sehingga mengundang rasa
takut pasien akan kegagalan.

Kecemasan dapat diatasi dengan mempersiapkan mental pasien dan memenuhi


kebutuhan spiritual serta penggunaan terapi non farmakologis sehingga bisa
menghindari terapi obat. Dengan terapi relaksasi, distraksi, stimulasi listrik
saraf transkutan (TENS), pendekatan psikologis dan meditasi serta berdo'a.
Intervention :
Do’a juga merupakan penyembuh terhadap kecemasan yang memperoleh
efek medis dan psikologis yaitu menyeimbangkan kadar serotonin dan
norepineprine dalam tubuh serta bekerja didalam otak yang mengakibatkan hati
dan pikiran merasakan lebih tenang dibandingkan dengan keadaan sebelum
berdo’a.

Comparsion Intervension :
Rencana tindakan ini dimaksud untuk mengkaji tingkat penurunan
kecemasan dengan terapi do’a pada pasien preoperasi di Ruang Instansi Bedah
Sentral RS Islam Fatimah Cilacap.
Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi yang dilakukan
pemberian bimbingan berdoa (p-value: 0,001), serta ada perbedaan tingkat
kecemasan setelah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intevensi
(p-value: 0,001).
Terdapat intervensi pembanding dipenelitian ini yaitu dalam mengatasi
kesemasan preoperasi. Pada penelitian terdahulu lebih menggunakan terapi
non farmakologis berupa relaksasi, distraksi, stimulasi listrik saraf transkutan
(TENS), pendekatan psikologis dan meditasi. Namun pada penelitian ini
memilih menggunakan terapi non farmakologis berupa spiritual yaitu terapi
do'a.
Do'a secara istilah ialah melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta
menyatakan kehajatan dan ketundukan kepada Allah SWT. Manfaat do'a yaitu
dapat terlindung dari bencana atau marabahaya, mendapatkan ridha dari Allah,
serta memperoleh rahmat dari-Nya.
Outcome :
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara
sebelum dan sesudah intervensi pada pasien yang dilakukan intervensi
bimbingan dengan berdo’a serta ada perbedaan tingkat kecemasan setelah
intervensi. Kecemasan pada responden sebelum bimbingan do'a kategori ringan
tidak ada, kategori sedang 5 orang, kategori berat 19 orang. Namun setelah
dilakukan bimbingan do'a, kecemasan pada responden ditingkat ringan 11
orang, tingkat sedang 9 orang dan tingkat berat 4 orang. sehingga terapi
bimbingan do'a ini efektif untuk menurunkan kecemasan pasien pre-operasi.

Telaah Step 2 (Validitas)


Recruitment :
Penelitian dilakukan di IBS RSI Fatimah Cilacap pada bulan Desember
2017. Jenis penelitian quasi experimentalDengan pendekatan pre -post test
design With kontrol group. Instrumen APAIS(Amsterdam Preoperative
Anxiety and Information Scale) digunakan untuk Dengan responden sejumlah
48 orang preoperasi di IBS RSI Fatimah Cilacap
Maintenance :
Sejumlah 48 responden terpilih menjadi responden Secara accidental
sampling dengan kriteria Pasien preoperasi elektif dalam kondisi Sadar, tidak
mendapat obat anti depresan, Usia 18-60 tahun, operasi sedang dan besar Serta
belum pernah operasi sebelumnya, Beragama Islam, mampu mendengar
Dengan baik. 24 responden pada masing-masing kelompok kontrol dan
intervensi. Mengukur tingkat kecemasan responden Yang dilakukan 40 menit
sebelum operasi Dan 10 menit sebelum operasi.
Meassurment :
Pengambilan data kecemasan Menggunakan The Amsterdam Preoperatif
Anxiety and Information Scale (APAIS) Versi Indonesia sebelum dan setelah
Intervensi. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney.

Telaah Step 3 (Aplikabilitas)


Terapi do'a dapat diterapkan dalam menurunkan kecemasan pasien pre-
operasi karena sebagai umat beragama kita percaya bahwa do'a dapat
mendatangkan ketenangan hati yang disertai dengan keyakinan, kesabaran dan
keridhoan. Do'a juga sebagai harapan kesembuhan dan terapi bimbingan do'a
ini juga bisa dilakukan pasien secara mandiri ataupun dengan bimbingan demi
kesembuhan atau ketenangan pasien.
Kelebihan dan Kekurangan terkait tema yang dibahas dalam jurnal/ artikel

Kekurangan :
a) Terdapat beberapa bahasa yang digunakan yang mungkin sulit
dimengerti oleh masyarakat umum.
Kelebihan :

a) Sudah sangat jelas mengenai proses Pengaruh Bimbingan Doa Terhadap


Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Di Ruang Instalisasi Bedah Sentral
RS Islam Fatimah Cilacap.
b) Bahasa yang digunakan mudah dipahami.
JURNAL ASLI

PENGARUH BIMBINGAN DOA TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG INSTALASI
BEDAH SENTRAL RS ISLAM FATIMAH CILACAP

The Effect Of Prayer Guidance On Anxiety Level Patients Who Will Surgery In
Central Surgery
Room RS Islam Fatimah Cilacap

Kasron1*; Sokeh .2
1
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

2
Perawat IBS RSI Fatimah Cilacap

*kasron@stikesalirsyadclp.ac.id

ABSTRAK

Kecemasan sering terjadi pada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi.
Kecemasan sering menyebabkan permasalahan sebelum dilakukan operasi.
Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas pemberian bimbingan doa
terhadap penurunan kecemasan pasien preoperasi. Penelitian dengan
menggunakan pendekatan quasi eksperimental desain pre-post test design with
control group. Pengambilan responden dilakukan secara accidental sampling
dengan diperoleh 48 responden. The Amsterdam Preoperatif Anxiety and
Information Scale (APAIS) versi Indonesia digunakan untuk mengukur skor
kecemasan. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney. Hasil
penelitian menunjukkan kelompok intervensi sebelum bimbingan doa dengan
tingkat kecemasan berat sebanyak 79,2% dan setelah intervensi bimbingan doa
sebanyak 16,7%. Hasil analisis menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi (pvalue:
0,001), dan ada perbedaan tingkat kecemasan setelah intervensi antara
kelompok kontrol dan kelompok intevensi (p-value: 0,001). Hasil penelitian
terdapat perbedaan tingkat kecemasan pasien preoperasi sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok intervensi dan ada perbedaan tingkat kecemasan
setelah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intevensi.

Kata kunci : bimbingan doa, cemas, preoperasi.

ABSTRACT

Anxiety occured in the patients who will surgery. Anxiety caused problems
before surgery. This study aimed to evaluate the prayer guidance to decrease
anxiety. The research used quasi-experiment with two group pre-post test
group. The sampling used accidental sampling with 48 respondents. The
Indonesian version of The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information
Scale (APAIS) used to measure anxiety scores. Data analysis using the
Wilcoxon and Mann-Whitney tests. The results of the study showed that the
intervention group before prayer guidance with severe anxiety levels was
79.2% and after prayer guidance interventions as much as 16.7%. The results
of the analysis showed that there were differences in anxiety levels before and
after intervention in the intervention group (p-value: 0.001), and there were
differences in anxiety levels after intervention between the control group and
the intervention group (p-value: 0.001). So that it can be concluded that there
are differences in the level of anxiety of preoperative patients before and after
intervention in the intervention group and there are differences in anxiety levels
after intervention between the control group and the intervention group.

Keywords: prayer guidance, anxiety, preoperation

LATAR BELAKANG obatan, namun dapat dilakukan

Pengobatan suatu penyakit tidak dengan tindakan operasi atau

selamanya menggunakan obat- pembukaan tubuh yang umumnya


dilakukan dengan membuat sayatan.
Operasi adalah semua tindakan menghadapinya. Sebagai contoh
pengobatan yang menggunakan cara kekhawatiran menghadapi
invasif dengan membuka atau operasi/pembedahan (misalnya takut
menampilkan bagian tubuh yang sakit waktu operasi, takut terjadi
akan ditangani. Setelah bagian yang kecacatan), kekhawatiran terhadap
akan ditangani ditampilkan, anestesi/pembiusan (misalnya takut
dilakukan tindakan perbaikan yang terjadi kegagalan anestesi/meninggal,
akan diakhiri dengan penutupan dan takut tidak bangun lagi) dan lain-lain
penjahitan luka (Herdman & Kamitsuru, 2014).
(Sjamsuhidajat et al, 2010). Beberapa Penelitian Makmuri dan
pasien mengatakan bahwa tindakan Kamaludin (2007) tentang tingkat
operasi dapat menimbulkan kecemasan pre operasi menunjukkan
kekawatiran terhadap dirinya. bahwa dari 40 orang responden
Prosedur operasi banyak terdapat 40,0% yang memiliki
menimbulkan komplikasi dan efek tingkat kecemasan dalam kategori
samping yang ditimbulkan oleh sedang, 37,5% dalam kategori
pasien yang akan menjalani operasi ringan, responden dengan tingkat
sehingga mengakibatkan tingkat kecemasan berat sebanyak 17,5% dan
kecemasan pasien yang akan responden yang tidak merasa cemas
menjalani operasi menjadi meningkat sebanyak 5 %. Perawat mempunyai
(Nelson et al, 2014). peranan yang sangat penting dalam
Cemas adalah perasaan tidak setiap tindakan pembedahan pada
nyaman atau ketakutan yang tidak masa sebelum operasi. Untuk itu
jelas dan gelisah disertai dengan sebagai perawat perlu melakukan
respon autonom. Sumber cemas langkah-langkah dalam menurunkan
terkadang tidak spesifik atau tidak kecemasan. Intervensi keperawatan
diketahui oleh individu, perasaan yang tepat diperlukan untuk
yang was-was untuk mengatasi mempersiapkan klien baik secara
bahaya ini merupakan sinyal fisik maupun psikis. Salah satu
peringatan akan adanya bahaya dan tindakan untuk mengurangi tingkat
kemungkinan individu untuk kecemasan adalah dengan cara
mengambil langkah untuk mempersiapkan mental dari pasien.
Kini telah banyak dikembangkan
terapi–terapi non farmakologis untuk
mengatasi kecemasan. Intervensi
nonfarmakologis dibutuhkan pasien
untuk mengatasi rasa sakit, rasa
cemas, tidak nyaman juga gelisah,
sehingga akan membantu
menghindari atau mengurangi terapi
obat yang diperlukan untuk rasa
cemas yang dialami (Arifah & Trise,
2012). Beberapa studi telah
dilakukan pada teknik non-
farmakologis untuk mengatasi
ataumengurangi kecemasan ini
termasuk relaksasi,distraksi,
stimulasi listrik saraf transkutan
(TENS), pendekatan psikologis,
danmeditasi.
Di beberapa Negara Eropa
dan Amerika telah berkembang
terapi alternative dan
komplementer (EvidenceBased
Complementary and Alternative
Medicine) yang digunakan untuk
kesehatan dan pengobatan beberapa
keluhan pasien.
Salah satu cara untuk menurunkan tingkat kecemasan seseorang tersebut
adalah dengan memenuhi kebutuhan spiritulnya. Spiritual ini berkaitan dengan
sisi keagamaan yang dapat meningkatkan keimanan kepada Allah,SWT. Spiritual
dalam hal ini dapat dikatakan sebagai fondasi agama yang melekat pada
seseorang. Oleh karena itu, peranan spiritual sangat berpengaruh pada kehidupan
manusia (Snyder & Lindquist, 2012).
Spiritualitas mencakup kepercayaan pada hubungan suatu kekuatan
yanglebih tinggi, kekuatan pencipta, keberadaan Tuhan, dan sumber energi yang
tidakterbatas. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhanya dengan menggunakan instrument sholat, puasa, dzikir, dan doa. Aspek
spiritual dapat di kembangkan dengan berbagai cara diantaranya bagi umat
muslim yang akan menjalani operasi adalah dengan berdoa, dan pasrah (tawakal
dan inabah) kepada Allah akan keadaan dirinya. Apabila seseorang berdo’a, maka
ia sebenarnya memasukkan dan menghidupkan sifat-sifat dan asma-asma Allah
yang mempunyai kekuatan tak terhingga dalam dirinya. Dengan demikian, dalam
dirinya tumbuh suatu kekuatan spiritual yang mampu membuat jiwanya merasa
tentram dan kembali seimbang. Keseimbangan dalam tubuh yang disebabkan
adanya ketentraman jiwa bisa menormalkan fungsi organ tubuh seperti
meningkatkan imunitas sehingga mampu menggerakan suatu mekanisme internal
untuk menyembuhkan penyakit
(Stephenson, Draucker, & Martsolf, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
do’a sebagai penyembuh terhadap kecemasan diantaranya dengan berdo’a
menghasilkan beberapa efek medis dan psikologis yaitu akan menyeimbangkan
keseimbangan kadar serotonin dan neropineprine di dalam tubuh, dimana
fenomena ini merupakan morfin alami yang bekerja didalam otak serta akan
menyebabkan hati dan pikiran merasa tenang dibandingkan sebelum berdo’a,
Otot-otot tubuh mengendur terutama otot bahu yang sering mengakibatkan
ketegangan psikis. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk karunia Allah yang
sangat berharga yang berfungsi sebagai zat penenang didalam otak manusia
(Chabibah, 2011; Isnaini, 2016).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di IBS RSI Fatimah Cilacap
untuk menurunkan kecemasan pasien pre operasi perlu adanya alternatif terapi
non farmakologis untuk menurunkan kecemasan pasien pre operasi di IBS RSI
Fatimah Cilacap yaitu bimbingan do’a. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh Bimbingan Doa terhadap tingkat
kecemasan pasien pre-operasi di ruang persiapan RSI Fatimah Cilacap.

METODE

Penelitian dilakukan di IBS RSI Fatimah Cilacap pada bulan Desember 2017.
Jenis penelitian quasi experimental dengan pendekatan pre -post test design with
kontrol group. Instrumen APAIS (Amsterdam Preoperative Anxiety and
Information Scale) digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan responden
yang dilakukan 40 menit sebelum operasi dan 10 menit sebelum operasi.
Intervensi pemberian terapi doa dilakukan setelah pengukuran kecemasan
pertama. Sejumlah 48 responden terpilih menjadi responden secara accidental
sampling dengan kriteria pasien preoperasi elektif dalam kondisi sadar, tidak
mendapat obat anti depresan, usia 18-60 tahun, operasi sedang dan besar serta
belum pernah operasi sebelumnya, beragama Islam, mampu mendengar dengan
baik. 24 responden pada masingmasing kelompok kontrol dan intervensi.
Pengambilan data kecemasan menggunakan The Amsterdam Preoperatif Anxiety
and Information Scale (APAIS) versi Indonesia sebelum dan setelah intervensi.
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney.

HASIL

Gambaran karakteristik responden dapat ditampilkan pada tabel 1 berikut:


Tabel 1. Karakteristik Pasien Pre-
Operasi di RSI Fatimah Cilacap

N Karakteristi Interven Kontr


o k si ol
f % f %
1 Umur
(tahun) <31 9 37,5 8 33,
3
31-40 3 12,5 9 37,
5
41-50 4 16,6 5 20,
8
51-60 8 33,3 2 8,3
2 Tingkat
Pendidikan 3 12,5 4 16,
SD 6
SMP 3 12,5 5 20,
8
SMA 8 33,3 9 37,
5
PT 10 41,6 6 25
3 Jenis Kelamin
Laki-laki 14 58,3 7 29,
1
Perempuan 10 41,6 1 70,
7 8
4 Klasifikasi
Operasi Sedang 5 20,8 3 12,
5
Besar 19 79,1 2 87,
1 5
5 Pekerjaan
Buruh 1 4,1 3 12,
5
IRT 6 25 3 12,
5
Swasta 8 33,3 4 16,
6
Pedagang 3 12,5 3 12,
5
Petani 2 8,3 3 12,
5
PNS 4 16,6 8 33,
3
Tabel 2 Tingkat Kecemasan Pasien Pre operasi di IBS RSI Fatimah Cilacap
Tahun 2018
N Kelompok/ Sebelum pval
o Tingkat Sesudah ue*
Cemas
A Intervensi

1 Ringan 0 (0) 11 0,001


(45,8)

2 Sedang 5 9
(20,8) (37,5)

3 Berat 19 4
(79,2) (16,7)

B Kontrol

1 Ringan 0 (0) 0 (0) 1,000


2 Sedang 3 3
(12,5) (12,5)

3 Berat 21 21
(87,5) (87,5)
p-value** 1,000 0,001

Ket: *: Uji Wilcoxon; **: Uji: Mann-Whitney

Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum


dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi yang dilakukan pemberian
bimbingan berdoa (p-value: 0,001), serta ada perbedaan tingkat kecemasan
setelah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intevensi (p-value:
0,001).
PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan tingkat kecemasan pre- post bimbingan doa


didapatkan perbedaan yang signifikan (pvalue: 0,001). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pemberian bimbingan doa efektif untuk menurunkan
kecemasan pasien pre-operasi. Hasil penelitian menunjukan kecemasan responden
kelompok intervensi sebelum diberi bimbingan doa paling banyak pada kategori
berat yaitu 19 orang (79,2%) dan responden kelompok kontrol sebelum tindakan
dalam kategori berat yaitu 21 orang (87,5%). Hasil penelitian menunjukan antara
kelompok bimbingan doa dengan kelompok kontrol pada pengukuran pertama
didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan p-value 1.000, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan pasien pre
operasi sebelum pemberian bimbingan doa dan sebelum pada kelompok kontrol
di IBS RSI Fatimah
Cilacap.

Kemudian hasil penelitian menunjukan bahwa kecemasan responden sesudah


diberi bimbingan doa paling banyak pada kategori ringan yaitu 11 orang (45,8%)
dan responden sesudah pada kelompok kontrol kategori berat yaitu 21 orang
(87,5%). Hasil penelitian menunjukan antara sesudah diberi bimbingan doa
dengan kelompok kontrol didapatkan ada perbedaan yang signifikan (p-value:
0,001), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
tingkat kecemasan pasien pre operasi sesudah pemberian bimbingan doa
dibandingkan dengan sesudah pada kelompok kontrol di IBS RSI Fatimah
Cilacap.
Pasien yang akan menjalani operasi akan menunjukan banyak komplikasi dan
efek samping yang ditimbulkan oleh pasien yang akan menjalani operasi sehingga
mengakibatkan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi akan
meningkat. Cemas adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas
dan gelisah disertai dengan respon autonom. Sumber terkadang tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu, perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya ini
merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan kemungkinan individu
untuk mengambil langkah untuk menghadapinya. Sebagai contoh kekhawatiran
menghadapi operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut
terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi/pembiusan (misalnya takut
terjadi kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain
(Gordon, 2014).
Untuk itu sebagai perawat perlu melakukan langkah-langkah dalam
menurunkan kecemasan. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Salah satu tindakan untuk
mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan cara mempersiapkan mental dari
pasien (Black & Hawk, 2009). Riset menunjukan bahwa do’a sebagai penyembuh
terhadap kecemasan diantaranya dengan berdo’a menghasilkan beberapa efek
medis dan psikologis yaitu akan menyeimbangkan keseimbangan kadar serotonin
dan norepineprine di dalam tubuh, dimana fenomena ini merupakan morfin alami
yang bekerja didalam otak serta akan menyebabkan hati dan pikiran merasa
tenang dibandingkan sebelum berdo’a, otot-otot tubuh mengendur terutama otot
bahu yang sering mengakibatkan ketegangan psikis. Hal tersebut merupakan salah
satu bentuk karunia allah yang sangat berharga yang berfungsi sebagai zat
penenang didalam otak manusia. Kondisi psikologis seperti depresi dan stres
teramati lebih rendah pada orang-orang yang taat beragama serta tingkat kematian
dini di kalangan orangorang yang beribadah dan berdoa secara teratur adalah
sekitar 25% lebih rendah dibandingkan pada mereka yang tidak memiliki
keyakinan agama (Riyadi, 2012).
Doa dapat menjadi kekuatan dan penyembuhan segala penyakit, kekuatan
doa harus disertai dengan keyakinan, kesabaran dan keridhoan. Doa sangat
diperlukan untuk ketenangan hati seseorang. Doa adalah harapan untuk
kesembuhan. Sebagai perawat, kita harus membimbing pasien dalam agama dan
doanya. Baik pasien sendiri yang berdoa ataupun kita yang berdoa untuk
kesembuhan pasien (Reza, 2016).
Adapun pengertian doa secara istilah

ialah “melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan


kehajatan dan ketundukan kepada Allah SWT. Sebagai muslim juga harus yakin
dan percaya dengan kekuatan doa seperti yang sudah tertulis dalam al-Qur`an
surat Al-Mukmin ayat 60, Allah berfirman : yang artinya, Dan Tuhanmu
berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina. Adapun beberapa faedah doa
adalah sebagai berikut: menghadapkan wajah kepada
Allah SWT. dengan tadharru’, memajukan permohonan kepada Allah SWT yang
memiliki perbendaharaan yang tidak akan habis- habisnya, memperoleh naungan
rahmat Allah SWT., menunaikan kewajiban taat dan menjauhkanmaksiyat,
menabung sesuatu yang diperlukan untuk masa susah dan sempit, memperoleh
keridhaan Allah SWT., memperoleh hasil yang pasti karena setiap doa dipelihara
dengan baik di sisi Allah SWT melindungi diri dari bala bencana, dan menolak
bencana atau meringankan tekanannya (Habibi & Hasbi, 2015).
Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan tingkat kecemasan antara
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi yang dilakukan
pemberian bimbingan berdoa (p-value: 0,001), serta ada perbedaan tingkat
kecemasan setelah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok
intevensi(p-value: 0,001).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pemberian terapi doa


terhadap pasien preoperasi menunjukan ada perbedaan tingkat kecemasan antara
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi yang dilakukan
pemberian bimbingan berdoa (p-value: 0,001), serta ada perbedaan tingkat
kecemasan setelah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intevensi(p-
value: 0,001).

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kami sampaikan kepada Ketua STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah


Cilacap dan Direktur RS Islam Fatimah
Cilacap atas ijin dan dukungannya
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, S., & Trise, I. N. (2012). Pengaruh

Pemberian Informasi Tentang Persiapan Operasi Dengan


Pendekatan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi Di Ruang Bougenville RSUD Sleman. Jurnal Kebidanan,
IV(1), 40–49.

Black, M., & Hawk, J. (2009). Medical Surgical Nursing, Clinical Management
for Positive Outcomes (8 Vol 2). Singapore: Elsevier Pte Ltd.
Chabibah, I. (2011). Bentuk layanan bimbingan rohani pasien dalam membantu
proses kesembuhan pasien di layanan kesehatan cuma-cuma(lkc) ciputat.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Gordon, M. (2014). Manual of nursing diagnosis. Jones & Bartlett
Publishers.

Habibi, A. A., & Hasbi, A. (2015). Kesehatan spiritual dan ibadah shalat dalam
perspektif ilmu dan teknologi kedokteran. Jurnal Medika Islamika, 12(1).
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnoses Definition and
Classification 2015-2017 (6th ed.). Oxford: Wiley Blackwell.
Isnaini, K. (2016). Peranan Bimbingan Rohani Islam Dalam Menurunkan Stres
Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit Sultan Agung
Semarang. Universitas Islam Negeri Walisongo.
Makmuri, H., & Kamaludin, R. (2007). The correlation between education levels
toward anxiety levels of fracture femur pre operated patient at Prof. Dr.
Margono Soekarjo Hospital of Purwokerto. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 3(2), 108– 115.
Nelson, M. T., Spencer, C. C., & Thompson, A. (2014). 2014 ACC / AHA
Guideline on Perioperative Cardiovascular Evaluation and
Management of Patients Undergoing Noncardiac Surgery. Journal of the
American College of Cardiology, 64(22). https://doi.org/10.1016/j.jacc.2014.07
.944
Reza, I. F. (2016). Implementasi Coping Religious dalam Mengatasi Gangguan
Fisik-Psikis-Sosial-Spiritual pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Intizar, 22(2),
243–280.
Riyadi, A. (2012). Dakwah terhadap Pasien (Telaah terhadap Model Dakwah
melalui Sistem Layanan Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit). Jurnal
Bimbingan Konseling Islam, 3(2).
Sjamsuhidajat, R., Karnadihardja, W., Prasetyono, T. O. H., & Rudiman, R.
(2010). Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC.

Snyder, M., & Lindquist, R. (2012). Complementary Alternative


Therapies Nursing (4th ed.). Springer Publishing Company.
Stephenson, P. L., Draucker, C. B., & Martsolf, D. S. (2003). The
Experience of Spirituality in the Lives of Hospice Patients. Journal of
Hospice and Palliative Nursing, 5(1), 51–58.

Anda mungkin juga menyukai