Anda di halaman 1dari 29

Nilai:

Laporan Praktik Kerja Lapangan


Instruktur :

“KASUS BESAR ANAK”


ABSES HEPAR

ACHMAD AKSHAN P07231118001

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN


DIETETIKA
JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat rahmat yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyusun
laporan praktik Kerja lapangan ini merupakan syarat wajib menyelesaikan tugas
mata kuliah.
Ada kebanggaan tersendiri jika kegiatan praktikum ini bisa selesai dengan
hasil yang baik. Dengan keterbatasan penulis dalam membuat laporan hasil
praktik tersebut, maka cukup banyak hambatan yang kami temui. Dan jika praktik
ini pada akhirnya bisa Di selesaikan dengan baik tentulah karena bantuan dan
dukungan dari para Instruktur terkait.
Tak ada yang bisa kami berikan selain doa dan rasa terima kasih yang
tulus kepada para Instruktur yang telah banyak membantu kami semua. Namun
tidak lupa juga masukan yang berguna seperti saran atau kritik dari para pembaca
diharapkan oleh kami. Kami sangat berharga bahwa laporan praktik ini akan
sangat bermanfaat bagi siapa saja yang mebaca menambah pengetahuan bagi kita
semua.
Samarinda, 3 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Menurut Riskesdas (2013) Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit
yang menjadi masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang, kerusakan atau masalah pada hati dapat di sebabkan oleh beberapa hal,
di antaranya obat – obatan yang sering di konsumsi serta melebihi kadar yang di
anjurkan, toksin dari makanan, alkohol, virus hepatitis.
Menurut W Sudoyo (2014) Abses hati amuba merupakan penyakit yang sangat
“treatable”, angka kematiannya < 1 % bila tampa penyulit, penengak diagnosa yang
terlambat dapat penyebab kan penyulit abses rupture sehingga meningkatkan angka
kematian. Ruptur ke dalam peritoneum, angka kematian 20% dan ruptur ke dalam
pericardium, angka kematian 32 – 100 %. Dan abses hati piogenik dengan diagnosis
yang cepat di sertai penggunaan antibiotik pada tahap dini dan drainase perkutaneus.
Angka kematian AHP telah jauh menurun, angka kematian pada negara maju sekitar 2
– 12%. Faktor utama penyebab kematian adalah pembedahan dengan drainase terbuka,
keganasan, serta infeksi dari kuman anaerobik. Prognosis baik dengan harapan hidup
lebih dari 90% bila abses tunggal dan terletak pada lobus kanan. Namun, kematian
dapat mencapai 100% pada AHP yang tidak di terapi.
Menurut Riskesdes (2009) Penyakit hati di indonesia umumnya masih tergolong
tinggi. Berdasarkan laporan, penderita penyakit dalam yang di rawat di beberapa
rumah sakit sentra pendidikan, umum nya penyakit hati menempati urutan ke tiga
setelah infeksi dan paru. Bila di tinjau pola penyakit hati yang di rawat tampak umum
nya mempunyai urutan sebagai berikut: Hepatitis virus akut, sirosis hati, kanker hati,
dan abses hepar. Dari data tersebut ternyata abses hepar menepati urutan ke empat.
Pada umumnya abses hepar digolongkan menjadi dua jenis utama berdasarkan
penyebabnya, yaitu abses hepar piogenik dan amuba. Apabila seseorang mengalami
abses hepar piogenik ketika mengalami infeksi bakteri atau jamur, yang menyebabkan
terbentuknya kantong nanah didalam hati. Selain dapat menyebabkan peradangan dan
pembengkakan disekitar hati, abses jua dapat mengakibatkan rasa sakit dan
pembengkakan pada perut, rasa sakit akibat abses hepar seringkali dirasakan pada
perut bagian kanan atas. Selain itu, umumnya abses hepar piogenik ini diakibatkan
berbagai penyebab seperti : penyakit empedu yang selain berdampak pada hati juga
dapat berdampak pada pankreas dan kantong empedu, penyakit hati seperti sirosis,
kelemahan sistem imunitas tubuh, bakteri dari usus buntu yang pecah dan bernanah,
infeksi darah atau septicemia, peradangan pada usus besar, cedera atau kecelakaan
yang mengakibatkan cedera pada hati missal luka tusuk atau terbentur.
Menurut Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia (2010) Insiden abses hati di
rumah sakit di indonesia berkisar antara 5 – 15 % pasien pertahun. Dan penelitian
epidemiologi di Indonesia penderita abses hati pada pria memiliki rasio 3,4 – 8,5 kali
lebih besar dibandingkan dengan wanita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diambil rumusan masalah, yaitu
bagaimana merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik pada pasien
dengan diagnosis medis Abses Hepar dengan status gizi Buruk di Ruang Inap Anak
Punai 2 RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik
pada pasien rawat inap di bawah bimbingan Clinical Instructure
2. Tujuan Khusus
a. Pengkajian atau Assesment gizi pada pasien
b. Melakukan skrining gizi
c. Mengkaji data dasar, menganalisis tingkat resiko gizi dan menentukan
permasalahan gizi
d. Mengintervensi data subyektif dan obyektif pasien
e. Merencanakan asuhan gizi pasien yang sesuai dengan penyakit pasien
f. Merencanakan asuhan gizi pasien yang sesuai dengan kebutuhan zat gizi pasien
g. Memonitoring dan evaluasi kegiatan asuhan gizi pasien
h. Menganalisa tingkat konsumsi selama 24 jam dari hasil recall dan pengamatan
i. Memotivasi pasien melalui konsultasi gizi
j. Mengevaluasi asuhan gizi yang telah diberikan
D. Manfaat
1. Bagi Institusi (Jurusan Gizi dan Rumah sakit)
Memberikan informasi bagi jurusan gizi dan rumah sakit dalam pelaksanaan diet
pada pasien dengan diagnosia medis Abses Hepar dengan Status gizi buruk di
Ruang Inap Anak RSUD Aji muhammad Parikesit Tenggarong
2. Bagi Pasien
Pasien dapat mengetahui dan memahami diet yang diberikan dan kemudian dapat
mengubah perilaku konsumsi makan dengan anjuran diet yang diberikan
3. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman mahasiswa dalam
merencanakan dan melaksanakan manajemen proses asuhan gizi klinik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan
pus di dalam parenkim hati. W Sudoyo (2008)
Abses hepar di klasifikasikan menjadi dua, yaitu abses amuba hati dan abses
pirogenik hati. Abses amuba hati paling sering di sebabkan oleh Enthamuba
histolitica. Abses hati oleh Enthamuba histolitica umumnnya ditemukan dinegara
berkembang, di kawasan tropis dan subtropis akibat sabitasi lingkungan yang buruk.
Abses pirogenik hati jarang ditemukan, namun lebih sering ditemukan di negara maju.
Batticaca F. B (2009) dan John J . R (2011) Jadi, dari kesimpulan di atas maka abses
hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi.
B. Anatomi Hati

Gambar 2.1 Anatomi Hati


Sumber :Syaifuddin (2016)

Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar, beratnya Antara 1000 - 1500
gram, kurang lebih 25% berat badan orang dewasa dam merupakan metabolisme
tubuh dengan fungsi yang sangat komplek dan ruwet. Hati terdiri dari dua lobus
utama, kanan dan kiri lobus kanan dibagi dengan menjadi segmen medial dan lateral
oleh ligamentum falsiformis yang dapat di lihat dari luar. Setiap lobus hati dibagi lagi
menjadi lobulus merupakan unit fungsional. Mikroskopik dalam hati manusia terdapat
50.000 – 100.000 lobuli. Setiap lobulus merupakan bentuk heksagonal yang terdiri
atas lembaran berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Di
antara lembaran sel hati terdapat kapilar yang di namakan sinusoid, yang merupakan
cabang vena porta dan arteria hepatika. Sinusoid tidak seperti kapiler lain, dibatasi
oleh sel fagositik atau sel kupffer. Sel kupffer merupakan sistem retikoloendotel dan
mempunyai fungsi utama menelan bakteri dan benda asing lain dalam tubuh. Hanya
sumsum tulang yang mempunyai masa sel retikuloen dotel yang lebih banyak daripada
hati. Jadi hati merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan tubuh terhadap
serangan bakteri dan agen toksik.
Syaifuddin H (2016) Hati merupakan kelenjar aksesori yang terbesar dalam
tubuh, berwarna coklat, dan berat nya 1.000 – 1.800 gram. Hati terletak didalam
rongga perut sebelah kanan atas di bawah diafragma, sebagian besar terletak pada
region hipokondria dan region epigastrium. Pada orang dewasa yang kurus tepi bawah
hati mungkin teraba satu jari di bawah tepi kosta. Hati di bagi dalam empat lobus yaitu
a. Lobus sinistra, terletak sebelah kiri dari bidang median

b. Lobus dextra, disebelah kanan dari bidang median

c. Lobus kaudatus, sebelah bawah bagian ekor

d. Lobus kuadratus, dibelakang berbatas dengan pars pilorika, ventrikula, dan


duodenum superior.

C. Fatofisiologi
Jika terjadi infeksi di sepanjang saluran pencernaan, mikroorganisme penyebab
infeksi dapat sampai ke hati. Mikroorganisme tersebut masuk ke hati melalui sitem
billier, sistem vena porta, sistem arterial hepatik. Kuman yang masuk kedalam tubuh
akan menyebabkan kerusakanakan jaringan dengan cara mengeluarkan toksin. Bakteri
melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis), kimiawi yang secara spesifik
mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin yang ada hubunganya
dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada perubahan kondisi respon
imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak jaringan.
Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan
jaringan, kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi merupakan
salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang terlihat
akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi
bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi secara
sistemik. Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi
termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi
hipertermi. Peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah mengalir
keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan.
Sel-sel darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona plasmatik.
Leukosit menempel pada epitel sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang
ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang mengikuti fase hyperemia meningkatkan
permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarnya plasma kedalam jaringan, sedang sel
darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik meningkat dan
tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga
ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan
distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa
nyeri.
Mediator kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin merusak
ujung saraf sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekanosensitif
dan termosensitif yang menimbulkan nyeri dan muncul gangguan pola tidur. Adanya
edema akan mengganggu gerak jaringan sehingga mengalami penurunan fungsi tubuh
yang menyebabkan terganggunya mobilitas. Battacica B F (2009) dan Brunner &
Suddarth (2002)
Sumber : Brunner & Suddart (2000)
BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)
A. Data Dasar Pasien
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : An.A
Jenis Kelamin : Laki – laki
Usia : 6 Tahun 9 Bulan
Ruang : Inap Anak Punai lantai 2
MRS : 15 September 2021
Diet RS : TKTP tinggi Albumin dengan bentuk makanan lunak
Diagnosis : Abses Hepar
2. Antropometri (A)
Berat badan : 16 Kg
Tinggi badan : 122 cm
IMT : 10,7 Kg/m2
IMT/U : <-3 SD (Status Gizi buruk)
BBI : (U x 2) + 8
: 6 x 2 + 8 = 20 Kg
3. Pemeriksaan Laboratorium (B)
Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium An.A dari Tanggal 15 – 21 September
2021
Hasil Uji Lab Tanggal 15 September 2021
Data Lab Hasil Lab Nilai Normal
HB 9,1 g/dL 13 – 16
HT 26 Vol% 40 - 48
Leukosit 28.400/mm3 5.000 – 10.000
Trombosit 622.000/mm3 150.000 – 450.000
SGOT 66 U/L <35
SGPT 52 U/L <41
TIBC 210 ug/dl 224 – 306
Albumin 2,9 g/dl 3,5 – 5,2
Creatinin 0,5 mg/dl 0,7 – 1,2
-
CL 118 mmol/L 98 - 106
Hasil Uji Lab Tanggal 17 September 2021
Data Lab Hasil Lab Nilai Normal
HB 11,5 g/dL 13 – 16
HT 33 Vol% 40 48
Leukosit 24.500/mm3 5.000 – 10.000
Trombosit 478.000/mm3 150.000 – 450.000
Albumin 3,2 g/dl 3,5 – 5,2
+
K 5,9 mmol/L 3,4 – 5,3
Cl- 107 mmol/L 98 - 106
Hasil Uji Lab Tanggal 19 September 2021
Data Lab Hasil Lab Nilai Normal
HB 11,3 g/dL 13 – 16
HT 31 Vol% 40 48
Leukosit 13.600/mm3 5.000 – 10.000
Trombosit 651.000/mm3 150.000 – 450.000
Albumin 3,1 g/dl 3,5 – 5,2
+
Na 134 mmol/L 135 - 155
Hasil Uji Lab Tanggal 21 September 2021
Data Lab Hasil Lab Nilai Normal
Tidak ada hasil laboratorium

4. Pemeriksaan Fisik / Klinis (C)


Tabel 2. Pemeriksaan Fisik/Klinis An.A dari tanggal 16 – 21 September 2021
Tanggal 16 September 2021
Data Fisik/Klinis Hasil Nilai Normal
Nadi 100 x/mnt 60-100 x/mnt
RR 20 x/mnt 12-24 x/mnt
Suhu 380C
Tanggal 19 September 2021
Data Fisik/Klinis Hasil Nilai Normal
Nadi 70 x/mnt 60-100 x/mnt
RR 30 x/mnt 12-24 x/mnt
Suhu 360C
Tanggal 20 September 2021
Data Fisik/Klinis Hasil Nilai Normal
Nadi 98 x/mnt 60-100 x/mnt
RR 20 x/mnt 12-24 x/mnt
Suhu 36,0C
Tanggal 21 September 2021
Data Fisik/Klinis Hasil Nilai Normal
Nadi 100 x/mnt 60-100 x/mnt
RR 20 x/mnt 12-24 x/mnt
Suhu 36,40C
Mual +
5. Riwayat Gizi (D)
a. Sekarang
Nafsu makan An.A kurang baik dikarenakan kondisi pasien akibat penyakit
sehingga Pasien mengkonsumsi asupan makan yang sedikit.
Tabel 3. Hasil Recall 24 jam Asupan makan Pasien ( 16 September 2021)
Energi dan Zat Gizi
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Asupan dari makanan 775,3 24,6 18,5 132,6
Kebutuhan 1400 25 50 220
Tingkat konsumsi 55% 96% 37% 60%

b. Dahulu
(1) Alergi Makanan : tidak
(2) Pantangan makanan : tidak
(3) Pola Makan :
- Frekuensi makan teratur 3x makan utama/hari dengan susunan menu
makanan pokok, lauk hewani jarang, lauk nabati(jarang) dan sayur.
- Makanan pokok yang sering dikonsumsi 3x/hari adalah nasi putih, sekali
makan sebanyak ±50 gram (1 entong rice cooker), kentang sebanyak 2
buah kecil/minggu (@50 gram), jagung 1 bh kecil/minggu (@25 gram),
- Lauk hewani yang sering dikonsumsi adalah telur ayam hampir setiap
hari 3-4x/minggu sebanyak 50 gram,ayam hampir setiap hari 1-
2x/minggu , ikan hampir setiap hari 1-2x/minggu (@50gr)
- Pasien jarang mengkosumsi Lauk Nabati.Lauk nabati yang sering
dikonsumsi adalah tempe dan tahu. Tempe setiap minggu dikonsumsi
sebanyak 1/2 ptg sdg/hari (@50gram), tahu setiap minggu dikonsumsi
sebanyak 1 ptg/hari (@50gram),
- Konsumsi sayuran pasien yaitu setiap hari. Sayuran sering kali diolah
dengan cara direbus, sekali makan sebanyak 25 gram. Sayuran yang
sering dikonsumsi adalah bayam,kangkung,brokoli, kenikir, daun papaya,
daun singkong, sawi, kacang panjang, wortel, tomat.
Kebiasaan makan pasien dapat diketahui melalui Semi Quantitatif Food Frekuensi
Quesioner (SQFFQ) yang disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Semi Quantitatif Food Frekuensi Quesioner

Food Frequency
Rata –
Rata –
rata
Frequency rata/hari
Nama Berat frekuensi/
No URT (gram)
Bahan (gr) hari
Mg
TP Hr Bln
g
Makanan Pokok
1. Nasi 1 centong 50 3
2. Kentang 2 bh kcl 100 2
3. Jagung 1 bonggol
25 1
sdg
Lauk Nabati
4. Tahu 1 ptg sdg 50
5. Tempe 1 ptg sdg 50
Lauk Hewani
6. Telur ayam 1 butir 50 3
7. Daging sapi 2 ptg sdg 50 1
8. Ikan 1 ptg sdg 50
9. Ayam 1 ptg sdg 50 3
Sayur-sayuran
10. Daun 1 mangkuk
100 2
papaya
11. Bayam ½ gelas 50 2
12. Terong 1 buah sdg 50 3
13. Wortel ½ gelas 50 1
14. Sawi 1 gelas 100 2
15. Daun 1 gelas
100 1
singkong
Buah-buahan
16. Semangka 1 ptg sdg
100 1
17. Apel 1 buah 150 2
18. Pepaya 1 ptg sdg
100 1

6. Riwayat Personal
 Sosial Ekonomi :
- Pasien masih duduk dibangku sekolah dasar kelas 1
- Pasien beragama Islam
 Riwayat penyakit :
- Sekarang : Pasien datang kerumah sakit bersama orang tua dengan keluhan
Nyeri perut sebelah kanan dan didiagnosis abses hepar
- Dahulu : tidak ada riwayat penyakit dahulu dan keluarga

Tabel 5. Interaksi Obat dan Makanan


Nama obat kegunaan interaksi
sefotaksim Mengobati berbagai macam penyakit Tidak ada interaksi obat
infeksi dengan makanan
metronidazole Mengobati penyakit yang disebabkan Tidak ada interaksi obat
oleh infeksi bakteri dengan makanan
ondansetron Mencegah serta mengobati mual dan Tidak ada interaksi obat
muntah yang disebabkan oleh efek dengan makanan
samping kemotrapi,radioterapi atau
operasi
sucralfate Mengatasi tukak pada lambung dan Dapat bereaksi dengan
usus halus makanan atau obat lain dan
menyebabkan gangguan
pencernaan
Novalgin Obat anti inflamasi non steroid yang Tidak ada interaksi obta
memiliki efek dengan makanan
analgetik,antipiretik,spasmolitik

7. Diagnosis Gizi
- NI.1.1 peningkatan kebutuhan energi berkaitan adanya inflamasi ditandai dengan
leukosit meningkat (20.400) dan suhu 380C
- NI.5.1 peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (protein dan albumin) berkaitan
dengan adanya anemia dan hipermetabolisme ditandai dengan HB 9,1 dan albumin
rendah (2,9)
- NI 5.2 malnutrisi berkaitan dengan fisiologis penyakit ditandai dengan IMT/U <-3
SD (gizi buruk)
- NB.1.1 kurangnya pengetahuan berkaitan dengan kebiasaan makan ditandai dengan
gemar mengkonsumsi jajanan
- NC.2.2 perubahan nilai laboratoirum berkaitan dengan kondisi penyakit ditandai
dengan HT,TIBC,,creatinin rendah dan trombosit,SGOT,SGPT,CL- tinggi
- NI.2.1 Asupan makan dan minuman per oral tidak adekuat berkaitan dengan
gangguan menelan ditandai dengan hasil recall Energi 55% kurang, Karbohidrat
60% kurang , lemak 37% kurang
8. Intervensi Gizi
PERENCANAAN
a. Tujuan
Memberikan makanan adekuat untuk :
1) Memenuhi Intake sesuai dengan kebutuhan pasien dikarenakan pasien
melakukan kemoterapi dan membutuhkan pengingkatan energi dan zat gizi
2) Memantu meningkatkan kadar hemoglobin dan trombosit dengan
memberikan makanan tinggi protein dan vitamin C.
3) Membantu meningkatkan pengetahuan pasien dengan konseling tentang
pentingnya pola makan seimbang, pentingnya mengkosumsi lauk hewani
dan pentingnya makanan sumber antioksidan
b. Syarat Diet
1) Energi diberikan sesuai RDA / Kg BBI
2) Protein diberikan 1,2 gr / Kg BBI
3) Lemak diberikan cukup 30% total kalori
4) Karbohidrat diberikan sisa dari kebutuhan energi total dikurangi energi dari
protein dan lemak.
5) Vitamin C diberikan tinggi karena mampu menekan penurunan HB dan
Trombosit
c. Prinsip Diet
- Tinggi Energi
- Tinggi Protein
d. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi
Umur : 6 tahun
BB : 16 kg
TB : 122 cm
Lila : 15 cm
BBI = 20 kg
E = RDA x BBI
= 90 x 20 = 1800 kkal
KH = 64,7% x 1.800 : 4 = 291 gr
P = 1,2 x BBI(20) = 24 gr x 4 = 96 kkal : 1.800kkal = 5,3%
L = 30% x 1800 : 9 = 60 gr
e. Rencana Edukasi
1) Tujuan
- Agar pasien dan keluarga pasien mengetahui , memahami dan dapat
menjalankan diet yang telah diberikan dalam kehidupan sehari – hari.
- Untuk memberikan motivasi kepada pasien agar menghabiskan
makanan dari Rumah Sakit.
- Keberhasilan edukasi ini akan membantu perbaikan pola makan dan
meningkatkan kesembuhan serta dapat memilih makanan yang
dianjurkan.
2) Sasaran : Pasien dan Keluarga
3) Waktu : + 10 menit
4) Tempat : Inap Anak (Punai lantai 2)
5) Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
6) Alat Bantu : Leaflet
7) Materi : diet TKTP
f. Rencana Monitoring dan Evaluasi
1) Antropometri
Pengukuran BB dilakukan pada hari ke 3 atau 4dilakukan diawal dan akhir
pengamatan
2) Biokimia
Data laboratorium dimonitor hanya jika dilakukan tes laboratorium.
Monitoring terhadap pemeriksaan HB , Trombosit, Leukosit , Albumin Serta
OTPT akan menentukan keberhasilan atau tidaknya terapi yang diberikan.
Parameter ini dilakukan dengan melihat perkembangan pemeriksaan
laboratorium di catatan medik pasien. Keberhasilan dari terapi yang
diberikan apabila hasil laboratorium sudah sampai batas normal
3) Fisik/Klinis
Monitoring keadaan fisik/klinik, Nadi, RR, dan Suhu.
4) Dietary Intake
Memonitoring asupan makanan pasien dari makanan rumah sakit, dilakukan
setiap hari sampai pasien terpenuhi kebutuhannya mencapai rata-rata >80%
dari kebutuhannya sehari (kebutuhan energi basal), yang dilakukan dengan
cara obervasi secara langsung serta recall.
5) Edukasi
Monitoring terhadap pemahaman pasien mengenai eduaksi yang diberikan
dan mau melaksanakan edukasi yang diberikan dikehidupan sehari-hari.
9. Implementasi Asuhan Gizi

Nama : Ahsan Holqi


No.Register : 08097621
Ruang : Inap Anak (Punai lt2) kamar 218
Usia : 6 tahun 9 bulan
Diagnosa : Abses Hepar
Monitoring
Daftar Masalah Diagnosa Gizi Intervensi
Evaluasi
CH (Client History)
- Riwayat penyakit terdahulu : tidak
ada
- Riwayat penyakit terkini Abses
hepar
- Pekerjaan Ayah (PKK)
- Usia 6 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Keluhan : nyeri perut sebelah kanan
FH (Food History) NB.1.1 kurangnya pengetahuan C.2.2.11 konseling gizi Peningkatan asupan
- Kebiasaan makan dirumah : 2-3x berkaitan dengan kebiasaan terkait dengan makan
makan utama 1-2x selingan makan ditandai dengan gemar pedoman gizi seimbang
- Gemar mengonsumsi susu mengkonsumsi jajanan
(ultramilk/indomilk) dan jajanan
- Kebiasaan makan KH : nasi 1-2 NI.2.1 Asupan makan dan
centong sedang/50-100 gr minuman per oral tidak adekuat
- Kebiasaan makan P.hewani :ayam berkaitan dengan gangguan
goreng 1 ptg sdg/ 50 gr menelan ditandai dengan hasil
- Jarang makan P.Nabati recall Energi 55% kurang,
- Kebiasaan makan sayur : Karbohidrat 60% kurang ,
bening/tumis lemak 37% kurang
- Kebiasaan buah : semangka 1 ptg /
1x makan
Hasil recall kamis :
E : 775,3 kkal(55%) kurang
KH : 245,2 gr(60%) kurang
P : 18,5 gr(96%) normal
L : 132,6 gr(37%) kurang

AD (Antropometry Data) NI 5.2 malnutrisi berkaitan C.2.3 monitoring Berat badan normal
- TB 122 cm dengan fisiologis penyakit mandiri
- Lila 13 cm ditandai dengan IMT/U <-3 SD
- BB : 16 kg (gizi buruk)
- IMT : 10,7kg/m2
- Imt/u = <-3 SD (gizi buruk)
BD (Biochemistry Data) (16-09-2021) NC.2.2 perubahan nilai ND 1.2.1 modifikasi HB : albumin
- HB : 9,1 gr/mmol (normal 13-16) laboratoirum ditandai dengan bentuk diet TKTP
- HT 26 vol % (normal 40-48) kondisi penyakit ditandai tinggi albumin
- Leukosit 20.400 (normal 5000- dengan HT,TIBC,,creatinin
10.000) rendah dan
- Trombosit 622.000 (150.000- trombosit,SGOT,SGPT,CL-
450.000) tinggi
- SGOT 66 U/L (normal <35)
- SGPT 52 U/L (normal <41) NI.5.1 peningkatan kebutuhan
- TIBC 210 ug/dl (normal 224 – 306) zat gizi tertentu (protein dan
- Albumin 2,9 g/dl (normal 3,5-5,2) albumin) berkaitan dengan
- Creatinin 0,5 mg/dl (0,7-1,2) adanya anemia dan
- Cl- 118 mmol/L (98-106) hipermetabolisme ditandai
dengan HB 9,1 dan albumin
rendah (2,9)
PD (Physical Data) NI.1.1 peningkatan kebutuhan ND 1.2.1 modifikasi Suhu normal
- RR 22xmenit energi berkaitan adanya bentuk diet TKTP
- Nadi 100xmenit inflamasi ditandai dengan tinggi albumin
- Suhu 380C leukosit meningkat (20.400) dan
suhu 380C

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 6. Monitoring dan Evaluasi
Rencana
Identifikasi Masalah
Tanggal Antropometri Biokimia Clinic Dietary Edukasi Tindak
Baru
Lanjut
Minggu, BB : 16 kg - Tgl 17-09-2021 - Suhu Hasil recall : Pemberian Hasil recall: Monitoring
19 TB : 122 cm - HB 11,5 (normal 13-16) 360C E : 1614 kkal motivasi E : kurang HB normal
septemb - HT 33 (normal 40-48) - RR (78%) asupan KH : normal HT normal
er 2021 - Leukosit 24.500 (normal 30xmenit KH :253 gr (81%) makan P : normal Leukosit
5.000-10.000) - Nadi P : 60 gr (83%) L : kurang normal
- Tromobosit 70xmenit L : 40 gr (70%) Trombosit
478.000(normal normal
150.000-450.000) Albumin
- Albumin 3,2(normal 3,5 normal
– 5,2)
- Na+ 136 (normal 135- Monitoring
155) asupan
- K+ 5,9 ( normal 3,4 – makan
5,3)
- Cl- 107 (normal 98-106)

Senin BB : 16,2 KG Tgl 19-09-2021 - Suhu 36 Hasil recall : Pemberian Hasil recall : Monitoring
20 TB : 122 CM - HB 11,3 (normal C E : 1514kkal motivasi E: kurang :
septemb 13-16) - Nadi (73%) asupan KH : kurang HB
er 2021 - HT 31 % (normal 98xmenit KH : 224 gr(72%) makan P : kurang HT
40-48) - Rr P : 49 gr(68%) L : kurang Leukosit
- Leukosit 13.600 20xmenit L : 45 gr(78%) Trombosit
(normal 5.000- Albumin
10.000)
- Trombosit Monitoring
651.000(normal asupan
150.000-450.000)
- Albumin 3,1
(normal 3,5 – 5,2)
- NA+ 134 (normal
135-155)
Selasa, BB 16,2 KG Tidak ada - Suhu Hasil recall : Pemberian Hasil recall : Pemberian
21 TB 122 cm 36,4C E : 1574 motivasi E : kurang diet TKTP
septmbe - Nadi kkal(76%) asupan KH : kurang tinggi
r 2021 100xmeni KH:217 gr(70%) makan P : normal Albumin
t P : 68 gr(94%) L : normal 2100 kkal
- RR20xme L:49 gr(85%) dan Protein
nit 80 gr sesuai
kebutuhan

PASIEN SUDAH PULANG


B. Pembahasan
Penatalaksanaan asuhan gizi pada pasien dengan diagnosis Abses Hepar dilakukan
selama 4 hari, mulai tanggal 17 – 21 September 2021 di Inap Anak (punai lantai 2).
Pasien MRS tanggal 16 September 2021 dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan
dan data pasien langsung diambil pada hari itu juga. Pasien mendapat diet TKTP
dengan bentuk makanan lunak karena pasien mengeluh susah untuk menelan
setelah menjalani operasi.diet awalnya diberikan makanan biasa diubah menjadi
makanan lunak. Setelah ada pergantian bentuk makanan, nafsu makan pasien mulai
membaik , maka intervensi diet yang diberikan kepada pasien ditingkatan secara
berkala agar pasien dapat mengikuti diet secara bertahap sampai pasien dapat
mencapai nilai energi dan zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Adapun perubahan
diet yaitu dari diet TKTP bentuk makanan biasa menjadi diet TKTP bentuk
makanan lunak.
1. Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohirat, protein, dan lemak.
Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan
suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai
cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka
panjang (IOM, 2002).
Berbagai faktor yang mempengaruhi kecukupan energi adalah berat badan, tinggi
badan, pertumbuhan dan perkembangan (usia), jenis kelamin, energi cadangan bagi
anak dan remaja, serta thermic effect of food (TEF). TEF adalah peningkatan
pengeluaran energi karena asupan pangan yang nilainya 5-10% dari total energy
expenditure (TEE) (Mahan dan Escoot-stump, 2008). Besarnya nilai energi yang
dikonsumsi tergantung dari kadar lemak, protein, dan karbohidrat dari makanan.
Kadar lemak memberikan nilai energi sebesar 9 kkal/gram, sedangkan protein dan
karbohidrat memberikan energi sebesar 4 kkal (Rachmawati, 2016). Satuan energi
dinyatakan dalam unit panas atau kilokalori (kkal). Satuan kilokalori juga sering
disebut dengan istilah kalori. Satu kalori adalah 0,001 kkal. Nilai energi bahan
makanan dan pengeluaran energi seseorang diukur dengan cara kalorimetri dan
diucapkan dalam kilokalori (Almatsier, 2009).
Asupan makanan pasien yang diamati merupakan makanan yang dikonsumsi
pasien baik dari rumah sakit maupun dari luar rumah sakit. Jumlah asupan
makanan pasien didapatkan dengan cara food recall 1x24 jam dan pengamatan
secara langsung. Dari hasil tersebut kemudian dianalisis menggunakan nutrisurvey
2007. Asupan makanan yang dianalisis meliputi energi, protein, lemak dan
karbohidrat.
Kategori tingkat konsumsi berdasarkan DITJEN BINKESMAS DEPKES RI, 1996
adalah sebagai berikut:
- Kurang <80% AKG
- Baik 80 – 100% AKG
- Lebih >110% AKG
2500

2000

1500
Kebutuhan
1000 Asupan

500

0
Minggu Senin Selasa

Gambar 1. Tingkat konsumsi Energi An.A dari 19 – 21 September 2021


Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa asupan energy pasien selama 3 hari yaitu
tergolong kurang. Setelah dilakukan pengamatan selama 3 hari, mulai tanggal 19 –
21 september 2021 didapatkan hasil tingkat konsumsi energi dari An.A mengalami
penurunan dihari senin kemudian meningkat dihari selasa. Pada pengamatan hari
pertama tingkat konsumsi energi pasien kurang <78%. Pada pengamatan hari
kedua mulai mengalami penurunan <73% dan ketiga tingkat konsumsi energi
mengalami peningkatan 76% menjadi karena nafsu makan pasien mulai membaik
membaik. Hal ini disebabkan karena bentuk makanan sudah diubah menjadi
bentuk makanan lunak. Walaupun makanan yang disediakan dari rumah sakit
masih tetap tersisa, Selain itu, walau pasien sudah diberikan KIE pasien masih
tidak terlalu suka dengan lauk hewani yang disajikan dan hanya dimakan
setengah dari yang disediakan oleh rumah sakit.

2. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air (Almatsier, 2009). Protein atau asam amino esensial
berfungsi terutama sebagai katalisator, pembawa, penggerak, pengatur,
ekspresi genetik, neurotransmitter, penguat imunitas dan untuk pertumbuhan
(WHO, 2002).
Fungsi utama protein adalah zat pembangun dalam pertumbuhan
jaringan. Enzim, hormon, dan antibodi berfungsi dalam pengaturan proses
biokimia, seperti pencernaan, anabolisme dan katabolisme zat gizi, pengaturan
gula darah, tekanan darah, reaksi pertahanan tubuh, pembekuan darah, dan
lain-lain (Tejasari, 2005).
80
70
60
50
40 Kebutuhan
30 Asupan
20
10
0
Minggu Senin Selasa

Gambar 2. Perkembangan Asupan protein An.A dari tanggal 19 – 21


september
Asupan protein An.A mulai tanggal 19 – 21 September 2021 cenderung
mengalami penurunan dihari keduan kemudian mengalami peningkatan
dihari ketiga karena pasien sudah mau mengkonsumsi lauk hewani yang
telah disediakan oleh rumah sakit walaupun masih tersisa setengah ataupun
sedikit. Berdasarkan hasil recall dan pengamatan selama 3 hari tingkat
konsumsi protein pasien hari pertama 83% kategori normal kemudian , hari
kedua mengalami penurunan 68% kurang dan hari ketiga 94% kategori
normal. Setelah dilakukan konseling tentang makanan seimbang sesuai
dengan kebutuhan pasien, Ny. Ts mulai mengalami peningkatan terkait
pentingnya asupan makanan sumber protein.

3. Lemak
Lemak memiliki 3 fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Fungsi
pertama lemak sebagai pemasok energi tertinggi, yaitu 9 kkal/gram. Fungsi
kedua lemak sebagai sumber energi yang diutamakan dalam tubuh. Fungsi
ketiga lemak sebagai komponen struktural tubuh dalam membran sel dan
sebagai kerangka senyawa-senyawa mirip hormon yang disebut prostaglandin.
Konsumsi lemak tetap penting, tetapi harus dibatasi dan dipilih jenis lemak
yang tepat karena apabila dikonsumsi secara berlebihan, lemak akan
dikonversi menjadi lemak tubuh dan disimpan dalam sel-sel lemak (Subroto,
2008).
Oksidasi lemak akan berlangsung jika ketersediaan karbohidrat dalam tubuh
telah menipis akibat asupan karbohidrat yang rendah. Lemak atau
triasilgliserol adalah salah satu jenis lipida sederhana, yaitu ester gliserol dan
asam lemak gliserol dan memiliki tiga gugus hidroksil, yang masing-masing
mengikat satu molekul asam lemak (Tejasari, 2005).
80
70
60
50
40 Kebutuhan
30 Asupan
20
10
0
Minggu Senin Selasa

Gambar 3. Perkembangan Asupan lemak An.A dari tanggal 19 – 21


september 2021
Asupan lemak An.A mulai tanggal 19 – 21 September 2021 cenderung
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya nafsu makan pasien.
Tingkat konsumsi lemak pasien dalam kategori kurang 70% pengamatan
pertama. Tingkat konsumsi lemak pada pengamatan hari ke-2 yaitu sebesar
78% termasuk dalam kategori kurang tetapi mengalami peningkatan
dibandingkan hari pertama pada pengamatan hari ke-3 didapatkan hasil
tingkat konsumsi tegolong dalam normal yaitu sebesar 85%, pada hari ke-3 ini
asupan lemak pasien normal.

4. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang berupa senyawa organik yang
terdiri dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen yang digunakan untuk bahan
pembentuk energi. Energi yang terbentuk digunakan untuk melakukan
gerakan tubuh, seperti gerakan otot, jantung, paru-paru, usus, dan sebagainya.
Bahan pangan sumber karbohidrat antara lain padi-padian (serealia) seperti
beras, gandum, umbi (singkong, ubi, kentang).
Karbohidrat ada dalam bentuk sederhana maupun kompleks. Karbohidrat
sederhana hanya terdiri dari satu molekul (monosakarida) yaitu glukosa,
fruktosa, galaktosa. Karbohidrat kompleks (polisakarida) merupakan
rangkaian beberapa gula sederhana dan di dalam tubuh masih harus dipecah
menjadi karbohidrat sederhana (Sandjaja, 2010).
Karbohidrat ada yang dapat dicerna oleh tubuh sehingga menghasilkan
glukosa dan energi, dan ada pula karbohirat yang tidak dapat dicerna yang
berguna sebagai serat makanan. Fungsi utama karbohidrat yang dapat dicerna
bagi manusia adalah untuk menyediakan energi bagi sel, termasuk sel-sel otak
yang kerjanya tergantung pada suplai karbohidrat berupa glukosa (Mahan K.
dan Escott-Stump, 2008).
350
300
250
200
Kebutuhan
150 Asupan
100
50
0
Minggu Senin Selasa

Gambar 4. Perkembangan asupan karbohidrat An.A dari 19 – 21


september 2021
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa asupan karbohidrat An.A dari
19 – 21 september 2021 cenderung mengalami penurunan dari kategori
normal menjadi kurang. Karena pasien terbiasa mengkonsumsi nasi sekitar 1/2
atau 3/4 dari nasi yang disediakan rumah sakit. Selama 3 hari pemantauan
sumber karbohidrat yang dikonsumsi pasien hanya sedikit. Berdasarkan recall
dan pengamatan tingkat konsumsi karbohidrat An.A hari pertama yaitu 81, hal
ini disebabkan diet yang diberikan adalah diet TKTP dengan bentuk makanan
biasa, tanpa diketahui ternyata pasien mengalami nafsu makan menurun
kemudian hari kedua meningkat menjadi 72% dan hari ketiga juga mengalami
penurunan 76% hal ini dikarenakan pada hari kedua dan ketiga ada perubahan
diet dari TKTP dengan bentuk makanan biasa menjadi diet TKTP dengan
bentuk makanan lunak. Tetapi makanan yang disediakan oleh rumah sakit
masih tersisa walaupun bentuk makananya sudah diubah menjadi bentuk
makanan lunak.

5. Monitoring Evaluasi edukasi


Ali (2008) menyatakan bahwa pendidikan gizi merupakan bagian dari
pendidikan kesehatan yang dikenal sebagai usaha perbaikan gizi, atau suatu
usaha untuk meningkatkan status gizi mayarakat khususnya golongan rawan
(bumil, busui, balita). Konseling gizi pada prinsipnya diarahkan agar klien
mengenali masalahnya dan dapat menentukan alternatif pemecahan
masalahnya (Supariasa, 2014).
Konseling diberikan kepada pasien dan keluarga pasien dengan metode
diskusi dan tanya jawab. Materi yang diberikan yaitu mengenai diet
antioksidan dan TKTP, bahan makanan yang dianjurkan, bahan makanan yang
dihindari, pola makan seimbang dengan porsi kecil tapi sering dan teratur
serta memberikan motivasi kepada pasien untuk menghabiskan makanan yang
telah disediakan oleh rumah sakit.
Pemahaman pasien mengenai diet yang harus dipatuhi terkait penyakit yang
diderita telah baik, tetapi selama tiga hari pengamatan pasien tetap tidak
mematuhi diet yang telah dianjurkan. Kurangnya kepatuhan pasien terhadap
diet, dapat menyebabkan tidak tercapainya kebutuhan energi dan zat gizi
untuk pasien sehingga menyebabkan status gizi kurang.

6. Monitoring Evaluasi Biokimia


Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan yang diuji
secara laboratori yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi (Supariasa, dkk. 2002).
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang
berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ
yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Data biokimia pasien
pada kasus ini hanya diperoleh 2 kali pemerikasaan laboratorium, pada hari
pertama saat pasien MRS dan hari pengamatan kedua
Hasil Uji Lab Tanggal 19 September 2021
Data Lab Hasil Lab Nilai Normal
Hb 11,5 g/dL 13 - 16
Ht 33 vol% 40 - 48
Leukosit 24.500 5.000 – 10.000
trombosit 478.000 150.000 – 450.000
albumin 3,2 3,5 – 5,2
Hasil Uji Lab Tanggal 20 September 2021
Data Lab Hasil Lab Nilai Normal
Hb 11,3 13 -16
Ht 31 40 - 48
leukosit 13.600 5000 - 10000
trombosit 651.000 150.000 – 450.000
albumin 3,1 3,5 – 5,2
Tidak ada Hasil Lab Tanggal 21 september 2021
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa hasil laboratorium
menunjukkan penurunan dari hari minggu ke hari senin yang artinya. Hb
dan HT mengalami penurunan kemudian untuk albumin jjuga mengalami
penurunan. Dan leukosit mengalami penurunan mendekati nilai normal
sementara trombosit mengalami peningkatan drastis
7. Fisik/Klinis
Tanggal 19 Septmber 2021
Data Fisik/Klinis Hasil Nilai Normal
Nadi 70 x/mnt 60-100 x/mnt
RR 30 x/mnt 12-24 x/mnt
Suhu 360C
Tanggal 20 september 2021
Data Fisik/Klinis Hasil Nilai Normal
Nadi 98 x/mnt 60-100 x/mnt
RR 20 x/mnt 12-24 x/mnt
Suhu 360C
Tanggal 21 september 2021
Data Fisik/Klinis Hasil Nilai Normal
Nadi 100 x/mnt 60-100 x/mnt
RR 20 x/mnt 12-24 x/mnt
Suhu 36,40C
Hasil pemeriksaan fisik klinis diperoleh dari pengamatan secara langsung
terhadap pasien selama tiga hari. hasil pemeriksaan fisik klinis An.A normal
8. Monitoring Evaluasi Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Penggunaannya secara umum ialah untuk melihat
ketidakseimbangan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam
tubuh (Supariasa dkk, 2016).
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18
tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain memiliki resiko
penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh
karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara
berkesinambungan (Supariasa dkk, 2016)

16 Sep 2021 19 Sep 2021 20 Sep 2021 21 Sep 2021


BB (kg) 16 16 16,2 16,2
TB (cm) 122 122 122 122

ada peningkatan berat badan pada hasil pengukuran terakhir. Pada


monitoring evaluasi hari kedua dan hari ketiga ada Peningkatan berat
badan An.A meningkat sebanyak 2 ons dari kg menjadi 16 kg menjadi
16,2 Kg. Tetapi apabila dibandingkan dengan kriteria IMT menurut
depkes RI tahun 1994 An.A masih tergolong dalam status gizi buruk.
BAB V
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai