Anda di halaman 1dari 12

ETIKA DAN HUKUM ESEHATAN

Hak dan Kewajiban Perawat


dalam Perspektif etik dan Hukum

Tugas kelompok 7
Eva Mayadari
Meta Trissya
1. Pengertian Konsumen
Menurut Undang – Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 2, Konsumen
memiliki arti adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
Pada intinya pengertian dari konsumen adalah setiap orang yang memakai barang
atau jasa yang tersedia dalam masyarakat dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya maupun untuk berbagai kepentingan tanpa memperdagangkannya kembali.
2. Hak Konsumen
Pengetahuan akan hak-hak konsumen menjadi sangat penting bagi konsumen itu
sendiri maupun pelaku usaha, Adapun hak – hak konsumen yang diatur dalam undang –
undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah sebagai berikut :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai konsidi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Hak-hak konsumen dalam UUPK tersebut sebenarnya bersumber dari hak-hak dasar
hukum yang diakui secara internasional. Hak-hak dasar umum tersebut pertama kali
dikemukakan oleh John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat (AS), pada tanggal 15
Maret 1962, melalui “A Special Message for The Protection of Consumer Interest” atau
yang lebih dikenal dengan istilah “Deklarasi Hak Konsumen” (Declaration of Consumer
Right). (Happy Susanto, 2008: 24).

3. Kewajiban Konsumen
Sebagai konsumen yang baik, maka perlu dipahami kewajibankewajiban yang
harus dipahami dan ditaati oleh konsumen. Hal tersebut merupakan salah satu faktor
penting pembentukan konsumen yang cerdas, jadi konsumen tidak hanya memahami dan
mengerti akan haknya saja, akan tetapi juga memahami dan mengerti kewajibannya
sebagai konsumen yang baik. Dalam pasal 5 Undang – Undang Perlindungan Konsumen
dijelaskan mengenai kewajiban konsumen, yaitu:
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan. Kewajiban ini
sangat penting, karena pelaku biasanya sudah menyampaikan peringatan pada suatu
produk yang ditawarkan, jika konsumen tidak membaca peringatan yang disampaikan,
tentu ini akan menjadi bomerang bagi dirinya. Dengan adanya pengaturan ini, 32 maka
pelaku usaha wajib bertanggung jawab apabila konsumen menderita kerugian akibat
mengabaikan kewajiban tersebut. Konsumen sulit untuk menuntut jika peringatan
sudah diberikan secara jelas dan tegas. Namun jika produsen tidak menggunakan cara
yang wajar dan efektif untuk mengkomunikasikan peringatan yang menyebabkan
konsumen tidak membacanya, maka hal itu tidak menghalangi pemberian ganti rugi
pada konsumen yang dirugikan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Kewajiban
konsumen beritikad baik hanya tertuju pada transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
Hal ini menjadi penting karena ada kemungkinan bagi konsumen untuk dapat
merugikan pelaku usaha mulai pada saat melakukan transaksi dengan produsen.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. Kewajiban membayar sesuai
dengan nilai tukar yang disepakati dengan pelaku usaha adalah hal yang sudah biasa
dan sudah semestinya demikian. Namun, dalam perkembangan era jual beli online
seperti sekarang ini, terkadang masih ada pembeli yang membayar tidak sesuai dengan
kesepakatan yang dijanjikan, contohnya pada saat penjual dan pembeli bertemu
langsung (cash on delivery), pembeli masih melakukan penawaran kepada penjual,
padahal sebelumnya sudah ada kesepakatan harga untuk barang yang ditawarkan. 33
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Sudah seharusnya sebagai warga negara yang baik, konsumen harus kooperatif dalam
mengikuti jalannya proses penyelesaian sengketa perlindungan konsumen agar tidak
muncul permasalahan baru dan tidak mengganggu jalannya proses penyelesaian
sengketa. Dengan memahami kewajiban-kewajiban tersebut diharapkan konsumen
selalu berhati-hati dalam melakukan transaksi jual beli, hal ini dimaksudkan untuk
mencegah konsumen dari masalah-masalah yang mungkin akan menimpanya.
4. Tanggung Jawab Konsumen
Memiliki rasa tanggung jawab merupakan faktor penting dalam pembentukan
konsumen yang baik, dimana konsumen tidak hanya bertanggung jawab terhadap diri
sendiri, melainkan juga terhadap orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Tanggung
jawab konsumen menurut Roem Topatisamang dkk (1990: 12-13) yaitu :
a. Kesadaran kritis Tanggung jawab untuk lebih waspada dan kritis terhadap harga dan
mutu suatu barang atau jasa yang digunakan
b. Tindakan Tanggung jawab untuk mendorong diri sendiri dan bertindak menjamin
bahwa kita semua memperoleh perlakuan adil. Selama kita menjadi konsumen yang
pasif, selama itu pula kita akan terus diperas
c. Kepedulian sosial Tanggung jawab untuk waspada terhadap segala akibat yang
ditimbulkan oleh pola konsumsi kita terhadap orang lain, terutama kelompok-
kelompok nirdaya dan terabaikan, baik pada tingkat lokal, nasional maupun
internasional
d. Kesadaran lingkungan Tanggung jawab untuk memahami segala akibat tindakan
konsumsi kita terhadap lingkungan. Kita harus mengenali tanggung jawab pribadi dan
sosial kita untuk menghemat sumber daya alam dan melindungi bumi demi generasi
mendatang
e. Kesetiakawanan Tanggung jawab untuk berhimpun bersama-sama sebagai konsumen
untuk mengembangkan kekuatan dan pengaruh demi memperjuangkan dan melindungi
kepentingan-kepentingan kita.
5. Pelaku Usaha
Menurut Pasal 1 angka 3 Undang – Undang Perlindungan Konsumen dijelaskan
bahwa pengertian tentang pelaku usaha. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan
atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pelaku usaha/produsen adalah seseorang,
kelompok, atau badan usaha baik yang berbadan hukum ataupun yang tidak berbadan
hukum, yang membuat, mengedarkan, atau memasarkan barang/jasa untuk kepentingan
komersial.
6. Perawat  
Menurut Undang – undang no.38 tahun 2014 pasal 1, menerang bahwa Perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun
di Iuar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang
- undangan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017), perawat profesional adalah Ners,
Ners Spesialis, dan Ners Konsultan yang pendidikan keperawatanya berasal dari jenjang
perguruan tinggi kesehatan
Perawat melaksanakan Praktik Keperawatan, yang mana Praktik keperawatan
sendiri memiliki arti yaitu pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk
Asuhan Keperawatan.
Asuhan Keperawatan adalah suatu Rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
Iingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien
dalam merawat dirinya
Dalam melaksanakan Praktik Keperawatan, Perawat memiliki hak dan kewajiban yang
sudah di atur oleh undang – undang keperawatan no.38 tahun 2014, Adapun hak – hak
perawat tersebut adalah sebagai berikut :
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang - undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/alau keluarganya.
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;
d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Selain Hak,dalam menjalankan Praktik Keperawatan Perawat juga mempunyai kewajiban


yang harus di laksanakan, berikut merupakan kewajiban perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan :
a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar
Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang - undangan;
b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan
Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
c. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga kesehatan lain
yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
d. Mendokumentasikan Asuhan Keperawalan sesuai dengan standar;
e. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti
mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan
batas kewenangannya;
f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai
dengan kompetensi Perawat
g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
7. Tugas Dan Wewenang Perawat
Kewenangan Perawat dalam menjalankan tugas dan profesinya secara prinsip
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2019
Tentang Peraturan Pelaksanaan Perundang – Undangan Nomor 38 Tahun 2014
Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas sebagai:
a. Pemberi Asuhan Keperawatan;
b. Penyuluh dan konselor bagi Klien
c. Pengelola Pelayanan Keperawatan
d. Peneliti Keperawatan;
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan Perawat berwenang:


a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. Menetapkan diagnosis Keperawatan
c. Merencanakan tindakan Keperawatan
d. Melaksanakan tindakan Keperawatan
e. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan
f. Melakukan rujukan
g. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi
h. Memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter
i. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
j. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep
tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
8. Tanggung Jawab Perawat
Pertanggung jawaban hukum perawat dapat ditinjau dari hukum itu sendiri
berdasarkan Hukum Administrasi maka pertanggung jawaban hukum itu akan bersumber
pada masalah kewenangan yang dimilikinya. Pertanggung jawaban hukum perawat bisa
dilihat berdasarkan hukum itu sendiri yaitu secara Hukum Admisitrasi, Hukum Perdata
dan Hukum Pidana. Pertanggung jawaban Hukum Administrasi lahir karena adanya
pelanggaran terhadap ketentuan hukum administrasi terhadap penyelenggaraan praktik
perawat, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 148/2010 ketentuan administrasi
yang wajib dilakukan oleh perawat :
a. Surat izin praktik perawat bagi perawat yang melakukan praktik mandiri.
b. Penyelengaraan pelayanan kesehatan berdasarkan kewenangan yang telah diatur
dalam Pasal 8 Undang-undang kesehatan No.36 Tahun 2009
c. Kewajiban untuk bekerja sesuai standar profesi Tidak adanya persyaratan
administrasi akan membuat perawat sangat mudah dikatakan malpraktik.
Tidak adanya Surat Ijin Praktik Perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan
merupakan sebuah administratif malpraktik yang dapat dikenai sanksi hukum, bentuk
sanksi administrasi yang ada pada pelanggaran hukum administrasi yaitu ;
a. Teguran lisan,
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan izin
Dalam praktik pelaksanaanya sangat banyak sekali perawat yang melakukan praktik
pelayanan kesehatan yang meliputi diagnosa tanpa Surat Ijin Perawat dan pengawasan
dokter dari kewenangan yang di peroleh dengan fungsi perawat dalam menjalankan
profesinya. Kewenangan atribusi yang melekat pada fungsi independen dimana perawat
menjalankan tugasnya berdasarkan kewenangan yang diperolehnya melalui peraturan
perundang-undangan, dan kewenangan atribusi tersebut berdasarkan asuhan keperawatan
kewenangan mandat terdapat dalam fungsi interdependent dimana kewenagan perawat di
peroleh dalam suatu kerja sama. Kewenagan delegasi melekat pada fungsi independen
dimana tindakan yang dilakukan oleh perawat adalah tanggung jawab dokter, namun
tugas tersebut di serahkan pertanggung jawabannya kepada perawat yang telah memenuhi
syarat - syarat tertentu. Bila pertanggung jawaban Hukum itu berdasarkan hukum Perdata
maka unsur terkait adalah ada tindakan suatu perbuatan melawan hukum atau
wanprestasi, pertanggung jawabannya bisa langsung atau menjadi tanggung gugat
bersama dokter/perawat tergantung dari jenis tindakan yang dilakukan. Perbuatan
melawan hukum atau wanprestasi, tindakan perawat dapat dikatakan sebagai perbutan
melawan hukum apabila terpenuhinya unsur-unsur didalam Pasal 1365 KUH perdata,
yaitu adanya kerugian nyata yang di derita sebagai akibat langsung dari perbuatan
tersebut. Pertanggung jawaban dalam wanprestasi apabila terpenuhi unsur-unsur
wanprestasi dalam Pasal 1234 KUHperdata dari ketentuan dalam KUHperdata maka
dapat di kategorikan ke dalam 4 (empat) prinsip sebagai berikut;

Pertanggung jawaban langsung berdasarkan Pasal 1365 dan Pasal 1366 KUH
perdata, “Setiap tindakan yang menimbulkan kerugian atas diri orang lain berarti orang
yang melakukan harus membayar kompensasi sebagai pertanggung jawaban kerugian dan
seseorang harus bertanggung jawab tidak hanya karena kerugian yang dilakukan dengan
sengaja, tetapi karena kelalaian atau kurang berhati-hati” berdasarkan ketentuan Pasal
tersebut maka seorang perawat yang melakukan kesalahan dalam menjalankan fungsi
independennya yang mengakibatkan kerugian pada pasien maka wajib memikul tanggung
jawabnya secara mandiri, Pasal 1365 KUHperdata maka pertanggung jawaban perawat
lahir apabila memenuhi unsur yaitu ;

a) Perbuatan itu melanggar hukum


b) Ada kesalahan
c) Kerugian
d) Adanya hubungan kausal antara kesalahan dengan kerugian
Dilihat dari konsep hukum keperawatan maka pelanggaran terhadap penghormatan hak-
hak pasien yang menjadi salah satu kewajiban hukum perawat dapat dikategorikan ke
dalam perbuatan melanggar hukum.
a) Pertanggung jawaban dengan asas respondeat superior berdasarkan Pasal 1367
KUHperdata dalam hal ini pertanggung jawaban akan muncul apabila kesalahan
terjadi dalam menjalankan fungsi interindependen perawat. Sebagai bagian dari tim
maupun orang yang bekerja dibawah perintah dokter, maka perawat akan bersama-
sama bertanggung gugat kepada kerugian yang menimpa pasien
b) Pertanggung jawaban dengan asas zaakwarneming berdasarkan Pasal 1354
KUHperdata konsep pertanggung jawaban terjadi seketika bagi seorang perawat
yang berada dalam kondisi tertentu harus melakukan pertolongan darurat dimana
tidak ada orang lain yang berkompeten untuk itu.perlindungan hukum dalam
tindakan perawat tersebut berdasarkan Pasal 10 Peraturan Mentri Kesehatan No.148
Tahun 2010, perawat akan dimintai pertanggung jawaban hukum apabila tidak
mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. 20
c) Pertanggung jawaban berdasarkan wanprestasi, seorang perawat akan dimintai
pertanggung jawaban apabila memenuhi unsur-unsur wanprestasi Pasal 1234
KUHperdata ;
d) Tidak mengerjakan kewajibannya sama sekali, apabila seorang perawat tidak
mengerjakan semua tugas sesuai dengan fungsinya baik fungsi independen,
interindependen dan dependen.
e) Mengerjakan kewajiban tetapi terlambat, apabila kewajiban sesuai fungsi tersebut
dilakukan terlambat yang mengakibatkan kerugian pada pasien
f) Mengerjakan kewajiban tetapi tidak sesuai dengan yang seharusnya suatu tugas
yang dilakukan dengan asal-asalan
g) Mengerjakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan, apabila seorang perawat
melakukan tindakan medis yang tidak mendapat delegasi dari dokter,
Tindakan perawat bersumber pada Hukum Pidana, maka unsurnya adalah ada tindakan
suatu kesalahan terhadap kesalahan terhadap perbuatan yang harus dilakukan berdasarkan
hukum tertulis, pertanggung jawaban perawat akan tergantung pada bentuk kewenangan
yang dimiliki. Pada pelanggaran atribusi yang merupakan fungsi independen perawat
maka bila terjadi kesalahan dalam asuhan keperawatan tersebut perawat yang
bersangkutan akan memikul pertanggung jawaban itu sendiri.
Pertanggung jawaban Hukum Pidana untuk dapat diminta pertanggung jawaban
secara pidana, maka harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Adanya perbuatan yang berdasarkan aturan tertulis
b) Adanya kemampuan bertanggung jawab
c) Adanya suatu kesalahan, baik sengaja maupun lalai
d) Tidak ada unsur pemaaf dan unsur pembenar.
Bentuk pertanggung jawaban dalam hukum pidana secara prinsip adalah personal
liability, pertanggung jawaban secara pribadi. Akan tetapi, apabila dilakukan bersama-
sama dengan dokter atau tenaga kesehatan yang lain, maka berlaku prinsip penyertaan
sebagaimana diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP.
9. Perlindungan Hukum Perawat
Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari Hukum. Perlindungan hukum
merupakan fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum yaitu keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum. Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan hukum, tidak terkecuali perlindungan hukum terhadap tenaga
kesehatan, khusunya perawat adalah sebagai berikut :
a. Undang-undang Dasar Negara Repubilk Indonesia tahun 1945 dalam Pasal 28 (D)
ayat (1) Undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang
adil serta mendapatkan perlakuan yang sama dihadapan hukum.
b. Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak Pasal 28 (H) ayat (1) bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
c. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 9
ayat (3) setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
d. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada Pasal 4 setiap orang
berhak atas kesehatan
e. Pasal 27 Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
1) Tenaga Kesehatan Berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasanya berkwajiban megembankan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur didalam peraturan pemerintah.
f. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pada Pasal 13 :
1) Tenaga Medis yang melakukan praktik kedokteran dirumah sakit wajib
memiliki surat ijin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.
2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja dirumah sakit wajib memiliki ijin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja dirumah sakit harus bekerja sesuai
malpraktek operasional yang berlaku, etika profesi menghormati hak pasien dn
mengitamakan keselamatan pasien.
4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (10 dan (2) dilksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan 23
5) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 8 setiap orang
berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai