Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK ORGANISASI (SERVICESCAPE) TERHADAP

KEPUTUSAN MENGUNJUNGI MUSEUM NEGERI SRI BADUGA BANDUNG

Bambang Widjajanta
Ginna Indah Wulan Avrianti
Abstrak

Dewasa ini industri pariwisata merupakan industri terbesar dalam perekonomian. Sektor pariwisata
menjadi salah satu penggerak utama perekonomian di Indonesia. Indonesia sebagai negara yang kaya akan
objek wisatanya menargetkan kunjungan wisatawan sebesar tujuh juta orang pada tahun 2007 dengan
pencapaian devisa sebesar 5,4 milliar dollar USA. Pariwisata saat ini merupakan sektor kegiatan berorientasi
ekspor terbesar kedua setelah migas. Rendahnya tingkat kunjungan di Museum Negeri Sri Baduga ditandai
dengan mulai jarangnya pengunjung yang tertarik untuk berkunjung ke museum. Dikarenakan hal tersebut
maka Museum Negeri Sri Baduga Bandung harus membuat beberapa langkah untuk dapat meraih jumlah
pengunjung yang lebih, sehingga dapat bersaing dengan industri yang sejenis. Upaya yang dilakukan adalah
dengan cara memberikan/menawarkan lingkungan fisik organisasi (servicescape) yang lebih baik sehingga
memotivasi masyarakat untuk mau mengunjungi museum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
temuan mengenai tanggapan responden terhadap lingkungan fisik organisasi (servicescape) Museum Negeri
Sri Baduga Bandung; Untuk memperoleh temuan mengenai tingkat kunjungan di Museum Negeri Sri Baduga
Bandung; dan Untuk mengetahui besarnya pengaruh lingkungan fisik organisasi (servicescape) terhadap
kunjungan di Museum Negeri Sri Baduga Bandung.
Berdasarkan variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.
Jangka Waktu penelitian bersifat cross sectional method. Populasi penelitian ini adalah pengunjung Museum Sri
Baduga Bandung berjumlah 93.403 orang. Berdasarkan teknik penarikan sampel secara systematic random
sampling dengan menggunakan rumus Slovin diperoleh sampel sebesar 250 sampel. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan studi literatur, observasi, wawancara, dan kuesioner. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linear sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan lingkungan fisik organisasi (servicescape) Museum Negeri Sri Baduga
Bandung menurut pengunjung berkategori sedang. Indikator yang berkontribusi paling tinggi ialah air quality,
sedangkan indikator yang memiliki kontribusi paling rendah ialah design exterior. Keputusan untuk mengunjungi
Museum Negeri Sri Baduga Bandung menurut sebagian besar pengunjung sangat rendah dengan indikator
yang memiliki kontribusi paling tinggi berupa frekuensi dan yang memberikan kontribusi paling rendah ialah
indikator pilihan nama museum. Hasil lainnya menunjukkan adanya pengaruh signifikan dari lingkungan fisik
organisasi (servicescape) terhadap keputusan untuk mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung.

Kata Kunci: Lingkungan Fisik Organisasi dan Keputusan Mengunjungi

PENDAHULUAN Indonesia merespon pernyataan WTTC


Dewasa ini industri pariwisata merupakan dengan menetapkan target baru kunjungan
industri terbesar dalam perekonomian bersamaan wisman sebesar tujuh juta orang pada tahun 2007
dengan perkembangan industri telekomunikasi dan dengan pencapaian devisa sebesar 5,4 miliar dolar
teknologi informasi. Sektor pariwisata menjadi AS. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa
penyumbang terbesar dalam perdagangan pariwisata Indonesia saat ini merupakan sektor
internasional dan menjadi salah satu penggerak kegiatan berorientasi ekspor terbesar kedua
utama perekonomian dunia bersama dengan setelah migas yang menghasilkan penerimaan
industri telekomunikasi dan teknologi informasi, hal devisa tertinggi yang pernah dicapai sebesar 6,7
ini diungkapkan oleh World Tourism and Trade miliar US$ (BPS,2005) namun perolehan tinggi ini
Center (WTTC). tidak berkesinambungan untuk tahun berikutnya

1 - 100
Strategic, Volume 8, Nomor 15, Februari 2009
hal ini disebabkan industri pariwisata nasional guna menunjang upaya perlindungan dan
sedang mengalami berbagai gangguan keamanan. pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Pembangunan kebudayaan dan pariwisata Perkembangan museum di Indonesia semakin
tahun 2007 dilakukan dengan melihat tolak ukur pesat pada tahun 1980-an. Munculnya museum-
pembangunan bidang kebudayaan dan pariwisata museum swasta dan pendirian museum negeri di
yang termuat dalam dokumen Program setiap provinsi, termasuk pendirian museum di
Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2006-2007 provinsi Jawa Barat khususnya kota Bandung.
yang selanjutnya menjadi tolok ukur dalam Tabel 1 di bawah ini menyajikan data
kerangka pembangunan kebudayaan dan mengenai beberapa museum yang ada di Kota
pariwisata nasional. Bandung.
Mengingat pembangunan kebudayaan dan Tabel 1
pariwisata nasional merupakan bagian integral dan Nama-Nama Museum di Kota Bandung
berkesinambungan, maka pembangunan di kedua No Nama Museum Alamat
1 Museum Geologi Jl. Diponegoro No. 57
sektor tersebut menjalankan dua program
2 Museum Siliwangi Jl. Lembong
pembangunan yaitu: program pelestarian dan 3 Museum Sri Jl. BKR No 185
pengembangan kebudayaan serta program Baduga
pengembangan pariwisata. 4 Museum Asia Afrika Jl. Asia Afrika
Provinsi Jawa Barat terdiri dari banyak kota 5 Museum Pos Jl. Cilaki
yang salah satu diantaranya adalah kota Bandung Indonesia
yang juga merupakan ibukota dari provinsi 6 Museum Yayasan Jl. Geusan Ulun
tersebut. Kota Bandung pun memiliki banyak sekali Sumber: Disbudpar Kabupaten/Kota di Jawa Barat
objek wisata dari mulai wisata alam, wisata
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa
heritage (gedung- gedung bersejarah) dan wisata
terdapat beberapa Museum di Kota Bandung. Data
budaya (museum).
kunjungan wisatawan ke museum di kota Bandung
Kota Bandung sebagai ibukota dari provinsi
secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Jawa Barat merupakan kota yang penuh akan Tabel 2
sejarah oleh karena itu di kota ini banyak didirikan Data Kunjungan Ke Museum di Kota Bandung Tahun 2007
museum sebagai tempat untuk menyimpan benda- Jumlah
Nama Jenis Pengunjung
benda bersejarah yang berkaitan dengan kota No Museum
Total
Museum Museum Pengunjung
Bandung maupun seputar wilayah Jawa Barat Wisnus Wisman
Museum merupakan sebuah institusi yang 1 Margasatwa
Khusus 656.870 28 656.896
terbuka untuk masyarakat dan telah berkembang Taman Sari
sejak 2,5 abad lalu. Sebagai produk dari masa 2 Geologi Khusus 138.601 1.453 140.054
3 Sri Baduga Umum 80.420 99 80.512
Humanisme Renaissance, yaitu masa pencerahan 4 Konferensi
abad 18. Sebelumnya, museum dikenal dengan Asia Afrika
Khusus 28.915 1.583 30.498
istilah Cabinet Curioussity atau lemari benda aneh 5 Pos
Khusus 16.863 91 16.954
dan disajikan untuk lingkungan yang terbatas Indonesia
6 Barli Khusus 4.621 354 4.975
(golongan bangsawan). Disebut juga Chamber of Sumber: Disbudpar Provinsi Jawa Barat
Wonder, satu ruang kecil tempat bermain para
pangeran, kaum bangsawan dan gereja yang Berdasarkan data tabel di atas, diketahui
jarang terbuka untuk umum. bahwa pada tahun 2007 Museum Negeri Sri
Seiring berkembangnya waktu, fungsi museum Baduga berada di peringkat ketiga dalam hal
mengalami perubahan sesuai zamannya. Museum perolehan jumlah pengunjung museum di kota
kini menbuka diri untuk kepentingan masyarakat Bandung. Museum Negeri Sri Baduga merupakan
sesuai dengan fungsinya. Fungsi tersebut lebih museum negeri provinsi Jawa Barat yang berada
dipertegas memalui Peraturan Pemerintah (PP) di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia No. 19 tahun 1995; bahwa (DisbudPar) provinsi Jawa Barat mengalami satu
museum merupakan lembaga tempat masalah yakni terjadi penurunan pada jumlah
penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pengunjungnya. Hal ini terbukti pada Tabel 3 di
pemanfaatan benda-benda bukti material hasil halaman beriktunya.
budaya manusia serta alam dan lingkungannya

2 - 100
Pengaruh Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape) terhadap Keputusan Mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung
Tabel 3
Total Jumlah Pengunjung Museum Negeri Sri Baduga dari Tahun 2005-2007
TAHUN TK SD SLTP SLTA MHSISWA WISMAN PENELITI UMUM P.KHUSUS JUMLAH
2005 1.036 23.909 26.189 11.420 1.370 116 1.520 14.261 57.998 137.819
2006 1.578 19.970 24.643 10.511 1.301 94 1.013 8.528 48.883 114.521
2007 1.041 16.958 10.155 10.155 137 99 894 8.097 32.983 80.519
Sumber: Badan Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga
banyaknya faktor yang ada terdapat faktor utama
Berdasarkan tabel 1.3 dapat di lihat bahwa yang sangat mempengaruhinya yaitu lingkungan
pada tahun 2005 jumlah pengunjung cukup tinggi fisik organisasi (servicescape) dari museum itu
yaitu berjumlah 137.819 pengunjung, yang sendiri. Hal ini terjadi karena museum merupakan
merupakan akumulasi dari jenjang TK sampai ke suatu industri pariwisata yang salah satunya
pengunjung pameran khusus. Namun terjadi menggunakan lingkungan fisik organisasi
penurunan jumlah pengunjung pada tahun 2006 (servicescape) untuk menarik minat masyarakat
yaitu sebesar 114.521 pengunjung, dan yang lebih sehingga diharapkan dapat meningkatkan
mengkhawatirkan ternyata pada tahun berikutnya minatnya untuk mau berkunjung ke Museum
mengalami penurunan yang cukup drastis, jumlah Negeri Sri Baduga.
pengunjungnya hanya berjumlah 80.519 Konsep paling mendasar yang melandasi
pengunjung yang berarti jika dipersentasikan pemasaran adalah kebutuhan dan keinginan
terjadi penurunan sekitar 20%. Hal ini tentu individu. Dari sinilah akan tercipta suatu
merupakan suatu hal yang sangat diluar dugaan permintaan. Dalam hal ini pemasaran berperan
mengingat penurunan yang terjadi pada tahun untuk melakukan kegiatan pertukaran guna
sebelumnya tidaklah cukup besar. memuaskan dan memenuhi kebutuhan atau
Kurangnya minat tiap orang untuk berkunjung keinginan tersebut, sehingga dapat dikatakan
ke museum atau citra museum itu sendiri yang pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk
terkesan kurang menarik atau membosankan menciptakan pertukaran.
membuat tiap individu enggan untuk berkunjung ke Konsep pemasaran menegaskan bahwa
museum. Hal ini tentu dapat merugikan museum kesuksesan sebuah organisasi dalam mewujudkan
itu sendiri. Kurangnya informasi yang diperoleh tujuannya sangat dipengaruhi oleh kemampuannya
oleh masyarakat akan program dari museum dalam mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan
diduga juga turut berpengaruh terhadap pelanggan sasarannya dan memberikan kepuasan
menurunnya jumlah pengunjung Museum Negeri yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien
Sri Baduga. daripada pesaingnya. Kebutuhan pelanggan
Lingkungan fisik organisasi (servicescape) dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan
merupakan salah satu strategi perusahaan jasa, karakteristik fisik lingkungan. Sementara itu,
dimana layanan diciptakan dan penyedia jasa keinginan pelanggan dipengaruhi oleh konteks
dengan pelanggan berinteraksi, ditambah unsur- individual dan konteks lingkungan.
unsur berwujud yang ada dan dipakai untuk Konsep pemasaran ini berkembang dalam
berkomunikasi atau untuk mendukung peran jasa. organisasi atau perusahaan jasa yang dikenal
Dimensi dari bauran jasa seperti lingkungan fisik dengan nama pemasaran jasa yaitu merupakan
organisasi (servicescape) yang menyertai penerapan konsep pemasaran yang dalam sistem
pemasaran jasa pada konsumen akan distribusi atau penyalurannya bersifat langsung
mempengaruhi konsumen dalam keputusan dari produsen ke konsumen. Di dalam pemasaran
pembelian. jasa terdapat tujuh bauran pemasaran, salah
Keputusan pembelian suatu produk atau jasa satunya adalah lingkungan fisik organisasi
dilakukan dengan pertimbangan semua alternatif (servicescape) yang memegang peranan penting
dan memilih alternatif yang dapat memberikan dalam usaha jasa pariwisata. Fandi Tjiptono dalam
hasil maksimum. Berdasarkan riset yang dilakukan pemasaran jasa (2006: 32) menyatakan bahwa:
pada pengunjung Museum Sri Baduga dapat Lingkungan fisik organisasi (servicescape)
diperoleh beberapa faktor yang mempengaruhi diartikan sebagai suatu karakteristik intangible
menurunnya jumlah pengunjung. Namun dari pada jasa yang menyebabkan pelanggan potensial
3 - 100
Strategic, Volume 8, Nomor 15, Februari 2009
tidak bisa menilai suatu jasa sebelum menciptakan sebuah keunggulan kompetitif salah
mengkonsumsinya.” satunya lewat pemasaran, yang dilaksanakan
Menurut pengertian tersebut, dapat dikatakan sebagai suatu cara untuk menarik dan
bahwa lingkungan fisik organisasi (servicescape) meningkatkan loyalitas konsumen. Di dunia bisnis,
bisa menyebabkan resiko yang di persepsikan marketing diartikan sebagai “kegiatan bisnis
konsumen dalam keputusan pembelian semakin fenomena perdagangan“.
besar. Oleh sebab itu, salah satu unsur penting Menurut Kotler dan Keller (2006:6), pemasaran
dalam bauran pemasaran adalah upaya untuk merupakan fungsi organisasi dan satu set proses
mengurangi tingkat resiko tersebut dengan jalan untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
menawarkan lingkungan fisik dari karakteristik menyampaikan nilai kepada pelanggan serta untuk
jasa. Lingkungan fisik ini bisa dalam berbagai membangun hubungan pelanggan yang
bentuk salah satunya dekorasi internal dan memberikan keuntungan bagi organisasi dan
eksternal yang atraktif. Setelah melakukan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
penawaran lingkungan fisik diharapkan masyarakat organisasi.
yang sebelumnya tidak mengetahui penawaran Keunggulan kompetitif dalam pemasaran dapat
atau keberadaan Museum ini dapat mengetahui dilakukan perusahaan dengan melakukan kegiatan
secara jelas sehingga masyarakat yang penawaran jasa dan Marketing Mix, sehingga
sebelumnya tidak mau berkunjung dapat berubah dapat menciptakan suatu ouput produk (program)
pikiran dengan ketertarikannya untuk mau yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan
mengunjungi Museum. Itu semua artinya perilaku, dan keinginan konsumen. Orientasi pemasaran
sikap dan nilai masyarakat berubah ke arah yang dari input saat ini berpengaruh besar pada
di inginkan. persaingan tiap perusahaan oleh karena itu
Bagi industri jasa pariwisata seperti museum, pemasaran suatu produk (program) haruslah
pengunjung merupakan salah satu unsur paling diperhatikan.
penting karena walau bagaimanapun juga museum Menurut Buchari Alma (2004:205) Marketing
sangat menggantungkan hidupnya pada Mix atau bauran pemasaran adalah seperangkat
pengunjung. alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
Berdasarkan uraian diatas, sudah sepantasnya mencapai tujuan pemasaran dalam pemasaran
Museum Negeri Sri Baduga mampu menerapkan sasaran. Dimana bauran pemasaran memiliki
suatu penawaran lingkungan fisik lingkungan fisik empat komponen penting, yaitu: Produk,
organisasi (servicescape)) yang efektif dan efisien Promotion, Price and Place.
juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat Hal lainnya dikemukakan oleh Kotler (2005:17)
sehingga diharapkan dapat meningkatkan bahwa ”Marketing Mix adalah seperangkat alat
tanggapan terhadap perusahaan (Museum) di pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mata masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di
penulis perlu melakukan penelitian dengan pasar sasaran”
rumusan masalah sebagai berikut: Marketing mix pemasaran jasa hampir sama
1. Bagaimana tanggapan responden terhadap dengan Marketing mix pemasaran biasa, terdiri
lingkungan fisik organisasi (servicescape) dari faktor-faktor yaitu yang disebut 4P, namun
Museum Negeri Sri Baduga Bandung menurut Kotler dalam Fandy Tjiptono (2003:31)
2. Bagaimana tingkat kunjungan di Museum menyatakan bahwa Marketing mix pemasaran jasa
Negeri Sri Baduga Bandung perlu ditambahkankan 3P lagi. Faktor-faktor
3. Seberapa besar pengaruh lingkungan fisik tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
organisasi (servicescape) baik secara simultan 1. Product
maupun parsial terhadap kunjungan di 2. Pricing
Museum Negeri Sri Baduga Bandung. 3. Promotion
4. Place
KERANGKA PEMIKIRAN 5. People
Persaingan yang semakin kuat, menyebabkan 6. Physical Evidence
setiap perusahaan yang ingin memenangkan 7. Process
persaingan ataupun dapat bertahan di tuntut untuk

4 - 100
Pengaruh Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape) terhadap Keputusan Mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung
Dalam pemasaran jasa, Marketing Mix sangat serta dimana penyedian jasa dan pelanggan
berperan dalam pencapaian tujuan dari berinteraksi ditambah unsur-unsur berwujud yang
perusahaan (museum), salah satu diantaranya ada dan dipakai untuk mendukung peran jasa.
adalah melalui physical evidence. Physical Museum Sri Baduga harus menunjukan
evidence sendiri merupakan karakteristik baik keunggulan jasa mereka melalui lingkungan fisik
tangible maupun intangible pada jasa organisasi. Suatu jasa akan menyeimbangkan
menyebabkan pelanggan potensial tidak bisa suatu penampilan yang dapat diamati sebagai
menilai suatu jasa sebelum bukti yang dapat menarik minat konsumen untuk
mengkonsumsinya.physical evidence terdiri dari melakukan pembelian aktual. Pengembangan
dua unsur yaitu service encounter (moment of lingkungan fisik museum tersebut ditujukan untuk
truth) dan lingkungan fisik organisasi menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen
(servicescape). Dalam penelitian ini yang akan baik itu segi kebersihan, estetika, pengaturan lay
dibahas adalah mengenai lingkungan fisik out dan manfaat lainnya. Sikap karakteristik
organisasi (servicescape) merupakan lingkungan pembeli dan proses pengambilan keputusannya
fisik dimana jasa disampaikan dan dimana akan menimbulkan keputusan pembelian tertentu.
perusahaan dan konsumennya berinteraksi, serta Sejumlah riset menunjukkan bahwa desain
setiap komponen tangible yang memfasilitasi lingkungan fisik organisasi (servicescape)
penampilan yang dipakai untuk berkomunikasi atau mempengaruhi pilihan pelanggan, ekspektasi
mendukung peran jasa tersebut (Yazid, 2005:20). pelanggan, kepuasan pelanggan dan perilaku
Dimensi lingkungan fisik organisasi lainnya.
(servicescape) yang dikaji dalam penelitian ini Pemahaman mengenai lingkungan fisik
terdiri dari: organisasi (servicescape) sangat penting bagi
1. Facility exterior (fasilitas eksterior) terdiri dari: Museum Sri Baduga karena bisa memainkan
a. Exterior design (desain eksterior), sesuatu beberapa peranan sekaligus, yaitu package,
yang ditawarkan perusahaan (museum) melalui facilitator, socializer dan differensiator. Dengan
desain bangunan gedung untuk menarik minat meningkatkan lingkungan fisik organisasi
pengunjung. (servicescape) akan meningkatkan minat serta
b. Parking (parkir), sebuah layanan dalam bentuk keputusan untuk mengunjungi Museum.
kawasan bagi pengunjung untuk menyimpan Keputusan untuk mengunjungi merupakan
kendaraannya. tahap dalam proses pengambilan keputusan
c. Landscape (kawasan), kawasan tempat pembelian. Pada tahap evaluasi, para konsumen
museum dan atau pengunjung membentuk preferensi atas
d. Surrounding environment (lingkungan sekitar), pilihan jenis serta nama-nama museum dalam
keadaan lingkungan yang ada di sekitar kumpulan pilihan. Pengunjung juga mungkin
museum. membentuk niat untuk mengunjungi museum yang
2. Facility interior (fasilitas interior) terdiri dari: paling disukai.
a. Interior design (desain interior), sesuatu yang Diantara niat pembelian dan keputusan
ditawarkan perusahaan (museum) melalui mengunjungi museum yang dilakukan oleh
desain didalam ruangan. pengunjung dan dipengaruhi oleh banyak hal
b. Equipment (peralatan), benda-benda yang berupa stimuli yang datang dari informasi
digunakan untuk membantu terlaksananya mengenai koleksi museum, harga, lokasi dan
pameran promosi yang berpengaruh menyangkut masalah
c. Layout (tata letak), pola pengaturan benda- ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya dan
benda pajangan. sebagainya. Lalu konsumen akan mengolah
d. Air quality/ temperature (suhu udara), segala informasi tersebut dan diambillah berupa
pengaturan kualitas udara didalam ruangan. respon yang muncul mengenai produk apa yang
Hal ini sesuai dengan program lingkungan fisik dibeli, merek, toko yang akan dipilih dan waktu
organisasi (servicescape) yang dilakukan oleh pembelian.
Museum Sri Baduga Bandung. Lingkungan fisik Terdapat empat dimensi dalam keputusan
organisasi (servicescape) merupakan lingkungan untuk mengunjungi, yaitu:
fisik perusahaan jasa dalam layanan diciptakan
5 - 100
Strategic, Volume 8, Nomor 15, Februari 2009
1. Pilihan koleksi museum Berdasarkan variabel yang diteliti maka jenis
2. Pilihan nama museum penelitian dari penelitian ini adalah penelitian
3. Waktu kunjungan deskriptif dan verifikatif. Menurut Sugiyono
4. Jumlah kunjungan (2005:11), Penelitian deskriptif adalah penelitian
Dalam program pemasaran jasa yang yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
dilakukan oleh Museum Negeri Sri Baduga mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent)
memang mengandalkan lingkungan fisik organisasi tanpa membuat perbandingan, atau menghubung-
(servicescape) sebagai alat penyampai pesan kan dengan variabel yang lain. Sedangkan
kepada masyarakat. lingkungan fisik organisasi penelitian verifikatif menurut Suharsimi Arikunto
(servicescape) yang dilakukan tentu tidak (2003:7) ialah penelitian yang pada dasarnya ingin
selamnya berhasil, hal ini tentu saja dapat menguji kebenaran melalui pengumpulan data di
mengganggu eksistensi dari bisnis ini mengingat lapangan.
masyarakat akan mengenal perusahaan (Museum) Metode penelitian merupakan rencana atau
dari lingkungan fisik organisasi (servicescape) prosedur sistematik yang dipersiapkan agar dapat
yang di lakukan. Hal inilah yang menjadi dasar melakukan penelitian (Komaruddin Sastradipoera,
peneliti untuk melakukan penelitian karena apabila 2005:29). Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu
tidak ditemukan solusi lain dapat mengganggu penelitian deskriptif dan verifikatif, maka metode
atau mengancam masa depan Museum Negeri Sri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Baduga. metode deskriptif survey dan metode explanatory
Selanjutnya paradigman penelitian ini di survey untuk menjelaskan hubungan antara
jelaskan dalam bentuk gambar berikut: variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
Metode tersebut dipergunakan untuk mempelajari
LINGKUNGAN FISIK ORGANISASI KEPUTUSAN UNTUK pengetahuan, keyakinan, preferensi, dan kepuasan
(SERVICESCAPE) MENGUNJUNGI orang, serta untuk mengukur besarannya dalam
populasi secara umum.
Facility exterior: Facility interior: 1. Pilihan Koleksi Museum Menurut Ker Linger (Sugiyono, 2005:7), yang
 Exterior design  Interior design
2. Pilihan Nama Museum dimaksud dengan metode survei yaitu metode
 Parking  Equipment
 Landscape  Layout 3. Waktu Kujungan penelitian yang dilakukan pada populasi besar
 Surrounding  Air quality 4. Jumlah kunjungan maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
environment temperature
data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian
Gambar 1
relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar
Paradigma Penelitian
variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian
METODE PENELITIAN yang menggunakan metode ini, melakukan
kegiatan pengumpulan informasi dari sebagian
Penelitian yang dilaksanakan ini menganalisis
pengaruh lingkungan fisik organisasi populasi secara langsung di tempat kejadian
(servicescape) terhadap keputusan untuk (empirik) dengan tujuan untuk mengetahui
mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga pendapat dari sebagian populasi terhadap objek
Bandung. Variabel bebas (independen variable/ yang sedang diteliti.
predictor variable) yang diteliti antara lain dimensi Metode pengembangan yang dipergunakan
lingkungan fisik organisasi (servicescape) (Variabel adalah cross-sectional methode. Menurut Uma
X) yang meliputi beberapa dimensi, yaitu:.faciliity Sekaran (2006:177) Cross sectional methode yaitu
eksterior (eksterior design, parking, landscape dan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin
surrounding environment) dan facility interior
selama periode harian, mingguan, atau bulanan,
(interior design, equipment, layout dan air
quality/temperature). dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.
Variabel terikat (dependent variable/predictor Populasi adalah keseluruhan kelompok orang,
variable) yang diteliti adalah keputusan untuk peristiwa, atau hal yang peneliti investigasi (Uma
Sekaran, 2006:241). Penentuan populasi harus
mengunjungi (Variabel Y) yang meliputi dimensi:
dimulai dengan penentuan yang jelas mengenai
pilihan koleksi museum, pilihan nama museum,
waktu kunjungan dan jumlah kunjngan. populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang

6 - 100
Pengaruh Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape) terhadap Keputusan Mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung
disebut populasi sasaran yaitu populasi yang akan populasi penelitian, yaitu sebagian dari pengunjung
menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Jadi Museum negeri Sri Baduga yang berjumlah 93.403
apabila dalam sebuah hasil penelitian dikeluarkan orang. Jumlah sampel minimal yang diteliti
kesimpulan, maka menurut etika penelitian berjumlah 250 orang. Ukuran sampel ini diperoleh
kesimpulan tersebut hanya berlaku untuk populasi berdasarkan hasil perhitungan dengan
sasaran yang telah ditentukan. menggunakan rumus Slovin (Husein Umar,
Populasi penelitian ini adalah pengunjung 2003:141)
Museum Sri Baduga yang berjumlah 93.403 orang. Tabel 4 di bawah ini menyajikan operasiona-
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari lisasi variabel penelitian.

Tabel 4
Operasionalisasi Variabel
Variable/Sub Konsep variabel Indikator Ukuran Skala
Variabel
Lingkungan fisik Sesuatu hal yang nyata turut
organisasi mempengaruhi keputusan
(servicescape) pelanggan untuk menggunakan
(X) produk jasa yang ditawarkan.
Facility exterior
 Daya tarik desain bangunan  Tingkat daya tarik desain Ordinal
museum bangunan museum
Exterior design
 Keunikan desain bangunan  Tingkat keunikan desain Ordinal
museum bangunan museum
 Kenyamanan tempat parkir  Tingkat kenyamanan tempat Ordinal
museum parkir museum
Parking
 Kemanan tempat parkir  Tingkat keamanan tempat parkir Ordinal
museum museum
 Ketepatan lokasi museum  Tingkat ketepatan lokasi Ordinal
museum
Landscape  Kemudahan akses transportasi  Tingkat kemudahan akses Ordinal
transportasi
 Kebersihan museum  Tingkat kebersihan museum Ordinal
 Kenyamanan lokasi di sekitar  Tingkat kenyamanan lokasi di Ordinal
museum sekitar museum
Surrounding environtment
 Keamanan lokasi di sekitar  Tingkat keamanan lokasi di Ordinal
museum sekitar museum
Facility interior
 Daya tarik desain interior  Tingkat daya tarik desain Ordinal
museum interior museum
 Kesesuaian desain interior  Tingkat kesesuaian desain Ordinal
dengan benda-benda pameran interior dengan benda-benda
Interior design
pameran
 Keunikan desain interior  Tingkat keunikan desain interior Ordinal
museum museum
 Keindahan desain interior  Tingkat keindahan desain Ordinal
museum interior museum
 Kelengkapan alat bantu barang-  Tingkat kelengkapan alat bantu Ordinal
Equipment barang pameran. barang-barang pameran.
 Kebersihan dari barang-barang  Tingkat kebersihan dari barang- Ordinal
pameran. barang pameran.
 Kerapihan penempatan benda-  Tingkat kerapihan penempatan Ordinal
benda pameran benda-benda pameran
Layout  Kesesuaian penempatan benda-  Tingkat kesesuaian Ordinal
benda pameran penempatan benda-benda
pameran
 Kesesuaian temperatur di dalam  Tingkat kesesuaian temperaur Ordinal
Air quality/temperature
museum museum

7 - 100
Strategic, Volume 8, Nomor 15, Februari 2009
Variable/Sub Konsep variabel Indikator Ukuran Skala
Variabel
Keputusan Proses keputusan untuk
untuk mengunjungi adalah suatu
mengunjungi tahapan yang dilalui konsumen
(Y) didalam keputusan pembelian-
nya. Proses keputusan untuk
mengunjungi yang terdiri dari
lima tahap yaitu: pilihan koleksi
museum, pilihan merk, pilihan
penyalur, waktu kunjungan dan
jumlah kunjungan. (Philip Kotler
dan Gary Amstrong, 2000:222)
 Daya tarik benda pameran  Tingkat daya tarik benda Ordinal
pameran
 Kelengkapan benda pameran  Tingkat kelengkapan benda Ordinal
Pilihan koleksi museum
pameran
 Keunikan benda pameran  Tingkat keunikan benda Ordinal
pameran
 Daya tarik nama museum “Sri  Tingkat daya tarik nama Ordinal
Pilihan nama museum Baduga” museum “Sri Baduga”
 Daya tarik logo museum  Tingkat daya tarik logo museum Ordinal
 Intensitas kunjungan  Tingkat intensitas kunjungan ke Ordinal
Waktu kunjungan
museum
Jumlah kunjungan  Frekuensi kunjungan  Tingkat frekuensi kunjungan Ordinal
Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN facility exterior (design eksterior, parking,


Hasil penelitian dan pembahasan akan landscape, surrounding environment) dan facility
disajikan secara terurut. Dimulai dengan hasil interior (interior design, equipment, lay out, air
rekapitulasi skor variabel penelitian, kemudian quality).
pengujian dan pembahasan hipotesis, serta Penelitian ini dilakukan untuk meneliti
diakhiri dengan penyajian mengenai implikasi tanggapan responden mengenai variabel-variabel
penelitian ini terhadap bidang kajian yang diteliti. tersebut melalui penyebaran kuesioner, dimana
yang menjadi responden ini adalah pengunjung
1. REKAPITULASI SKOR VARIABEL Museum Negeri Sri Baduga Bandung, yang
PENELITIAN terdiri dari 250 responden.
1. Variabel Lingkungan Fisik Organisasi Tabel 5 di bawah ini menyajikan data hasil
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah rekapitulasi skor lingkungan fisik (servicescape).
servicescape sebagai variabel X yang terdiri dari:
Tabel 5
Rekapitulasi Indikator Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape)
No Indikator Skor Skor ideal %
Facility exterior
1 Design exterior
 Daya tarik desain bangunan Museum 788 1250 63%
 Keunikan desain bangunan museum 766 1250 61%
Total Skor 1554 2500 62%
2 Parking
 Tingkat kenyamanan tempat parkir 832 1250 67%
 Tingkat keamanan tempat parkir 768 1250 61%
Total Skor 1600 2500 64%
3 Landscape
 Ketepatan lokasi Museum 757 1250 61%
 Kemudahan akses transportasi 777 1250 62%
 Tingkat kebersihan Museum 844 1250 68%
Total Skor 2378 3750 63%
4 Surrounding environment

8 - 100
Pengaruh Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape) terhadap Keputusan Mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung
No Indikator Skor Skor ideal %
 Kenyamanan lokasi Museum 848 1250 68%
 Keamanan lokasi sekitar Museum 764 1250 62%
Total Skor 1612 2500 64%
Facility interior
5 Design interior
 Daya tarik desain interior Museum 849 1250 67%
 Tingkat kesesuaian bangunan Museum dengan barang-barang pameran 766 1250 61%
 Keunikan desain interior Museum 807 1250 65%
 Keindahan desain interior Museum 973 1250 78%
Total skor 3395 5000 68%
6 Equipment
 Kelengkapan alat-alat bantu benda-benda pameran 764 1250 61%
 Tingkat kebersihan di dalam Museum 849 1250 68%
Total skor 1613 2500 65%
7 Lay out
 Tingkat kerapihan penempatan benda-benda pameran 766 1250 61%
 Tingkat kesesuaian penempatan benda-benda pameran
807 1250 65%
Total skor 1573 2500 63%
8. Air quality
 Tingkat kesesuaian temperature di dalam Museum
973 1250 78%
Total skor 973 1250 78%
Total Skor Servicescape 14698 22500 65,3%
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa 78% dari 250 orang responden antara 60% sampai
sebagian besar responden menyatakan gambaran dengan 80%, artinya bahwa sebagian besar
lingkungan fisik organisasi (servicescape) Museum responden Museum Negeri Sri Baduga Bandung
Negeri Sri Baduga Bandung secara keseluruhan menyatakan tingkat kode etik dalam kategori baik
yaitu sebesar 65,3%, secara berurutan dapat atau tinggi dalam yaitu air quality di dalam Museum
diketahui indikator-indikator lingkungan fisik dan jika di lihat dari nilai tertinggi yaitu kesesuaian
organisasi (servicescape) yang dominan. Indikator temperature di dalalam Museum.
yang paling dominan adalah kode etik dalam air Indikator yang dominan kedua adalah interior
quality/ temperature (suhu udara) di dalam design Museum 68 % dan jika dilihat dari nilai
Museum yaitu sebesar 78%, indikator kedua tertinggi yaitu keindahan desain interior bangunan
adalah design interior (desain interior Museum) Museum, daya tarik desain interior Museum,
yaitu sebesar 68%, indikator ketiga adalah keunikan desain interior desain Museum dan
equipment (peralatan) Museum yaitu sebesar 65%, kesesuaian bangunan interior bangunan dengan
indikator keempat adalah parking (parkir), banda-benda pameran . Indikator dominan yang
surrounding environment (lingkungan sekitar) ketiga adalah equipment 65% dan jika dilihat dari
Museum yaitu sebesar 64%, indikator kelima nilai tertinggi yaitu tingkat kebersihan di dalam
adalah landscape (kawasan) Museum dan lay out Museum dan kelengkapan alat bantu benda-benda
(tata letak) penempatan benda-benda pameran pameran.
sebesar 63%, dan indikator yang paling rendah Menurut rumus Sugiyono (2008:135), untuk
adalah design exterior (desain eksterior) bangunan mencari daerah kontinum yang menunjukkan
Museum sebesar 62%. wilayah ideal dari tanggapan responden terhadap
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kode etik lingkungan fisik organisasi (servicescape), maka
dalam air quality (suhu udara) dari dimensi dapat diketahui:
servicescape yang dinilai oleh responden Museum
Negeri Sri Baduga Bandung Bandung dapat
dikatakan paling tinggi, karena sebagian besar Mencari skor ideal Lingkungan Fisik Organisasi
responden yaitu sebanyak 45 orang atau sebesar
9 - 100
Strategic, Volume 8, Nomor 15, Februari 2009
Skor ideal Skor Tertinggi x Jumlah Butir Item x konsumennya berinteraksi, serta setiap komponen
Jumlah Pengguna tangible yang memfasilitasi penampilan yang
dipakai untuk berkomunikasi atau mendukung
Skor ideal 5 x 1 x 1250 = 22500
peran jasa tersebut (Yazid, 2005:20). Jasa bersifat
intangible sehingga sulit untuk dievaluasi maka
Mencari skor Terendah Lingkungan Fisik Organisasi lingkungan fisik memberikan tanda-tanda, misalnya
Skor ideal Skor Terendah x Jumlah Butir Item x bagaimana kualitas jasa tersebut.
Jumlah Pengguna Berdasarkan pendapat ahli pemasaran
Skor ideal 1 x 1 x 250 = 250 tersebut, dapat disimpulkan bahwa Servicescape
(lingkungan fisik organisasi) merupakan semua
bentuk fasilitas jasa untuk memperkenalkan dan
Mencari Panjang Interval Kelas Lingkungan Fisik mempromosikan jasa secara non personal oleh
Organisasi
Panjang Interval Kelas Skor Ideal : Banyaknya
perusahaan yang jelas untuk menarik minat
Kelas Interval responden agar tertarik dan merasakan kepuasan
Panjang Interval Kelas 22500: 5 = 4500 terhadap layanan jasa yang kemudian dapat
membantu perusahaan dalam meningkatkan
Jumlah skor tanggapan responden terhadap loyalitas pada jasa yang ditawarkan.
lingkungan fisik organisasi (servicescape) yaitu 2. Variabel Keputusan Mengunjungi
14693, maka tanggapan 250 responden terhadap Berdasarkan penelitian dengan menyebarkan
lingkungan fisik organisasi (servicescape) adalah angket kepada 250 orang responden dapat
(14693 : 22500) x 100% = 65,3%. Hal ini secara diketahui mengenai gambaran variabel keputusan
kontinum termasuk kategori antara sedang dan untuk mengunjungi. Rekapitulasi skor variabel
tinggi, namun tepatnya lebih pada kategori sedang. keputusan mengunjungi disajikan pada Tabel 6 di
Lingkungan fisik organisasi (servicescape) bawah ini.
merupakan lingkungan fisik dimana jasa
disampaikan dan dimana perusahaan dan

Tabel 6
Rekapitulasi Indikator Keputusan untuk Mengunjungi

No Indikator Skor Skor ideal %

1 Pilihan koleksi Museum


 Daya tarik benda-benda pameran 785 1250 63%
 Kelengkapan benda-benda pameran 790 1250 63%
 Keunikan benda-benda pameran 758 1250 63%
Total Skor 2333 3750 62%
2 Pilihan nama Museum
 Tingkat daya tarik nama Museum 760 1250 61%
 Tingkat daya tarik logo Museum 764 1250 61%
Total Skor 1524 2500 61%
3 Waktu kunjungan
 Intenitas kunjungan 788 1250 63%
Total skor 788 1250 63%
4 Jumlah kunjungan
 Frekuensi kunjungan 956 1250 76%
Total skor 956 1250 76%
Total Skor Keputusan untuk mengunjungi 7155 12500 57%
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2008
secara berurutan dapat diketahui indikator-
Berdasarkan Tabel 6 bahwa sebagian besar indikator yang dominan. Indikator paling dominan
responden menyatakan gambaran keputusan pertama yaitu berdasarkan jumlah kunjungan
untuk mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga dengan nilai 76%, indikator dominan yang kedua
Bandung secara keseluruhan yaitu sebesar 57%, yaitu berdasarkan waktu kunjungan dengan nilai

10 - 100
Pengaruh Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape) terhadap Keputusan Mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung
63%, indikator dominan ketiga yaitu berdasarkan
pilihan koleksi museum dengan nilai 62% dan 3. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
indikator dominan yang keempat yaitu berdasarkan HIPOTESIS
pilihan nama museum dengan nilai 61%. Hipotesis yang akan diuji adalah besarnya
Menurut rumus Sugiyono (2008:135), untuk pengaruh lingkungan fisik organisasi
mencari daerah kontinum yang menunjukkan (Servicescape) terhadap keputusan untuk
wilayah ideal dari tanggapan responden terhadap mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung
keputusan untuk mengunjungi, maka dapat Bandung pada responden Museum negeri Sri
diketahui: Banduga Bandung.
Mencari skor ideal Keputusan Mengunjungi Pengaruh antar variabel ini menggunakan
Skor ideal Skor Tertinggi x Jumlah Butir Item x aplikasi software SPSS 13.00 for windows untuk
Jumlah Pengguna mengetahui tingkat korelasi dan koefisien
Skor ideal 5 x 1 x 1250 = 22500 determinasi antar variabel berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan teknik regresi
linier dengan cara melihat korelasinya.
Mencari skor Terendah Keputusan Mengunjungi
Untuk menguji variabel ini, akan dihitung nilai
Skor ideal Skor Terendah x Jumlah Butir Item x
signifikan dari setiap variabel atau dapat juga
Jumlah Pengguna membandingkan antara thitung dengan ttabel. Hasil uji
Skor ideal 1 x 1 x 250 = 250 statistik yang dilakukan dengan analisis regresi
linier untuk mengetahui pengaruh antara variabel
Mencari Panjang Interval Kelas Keputusan
lingkungan fisik organisasi (Servicescape)
Mengunjungi terhadap keputusan untuk mengunjungi ini
Panjang Interval Kelas Skor Ideal : Banyaknya disajikan hasilnya dalam beberapa tabel dalam
Kelas Interval lampiran. Kemudian hasil perhitungan statistik
Panjang Interval Kelas 22500: 5 = 4500 yang diperoleh nilai korelasi (R Square), Nilai F
dan koefisien Regresi, yang akan diperlihatkan
Jumlah skor tanggapan responden terhadap
pada tabel-tabel berikut:
keputusan untuk mengunjungi yaitu 7155, maka
1. Analisis Korelasi
tanggapan 250 responden terhadap lingkungan
Tabel 7
fisik organisasi (servicescape) adalah (7155 : Descriptive Statistics
12500) x 100% = 57%. Hal ini secara kontinum Std.
termasuk dalam kategori rendah. Mean N
Deviation
Responden adalah sebutan bagi pelanggan keputusan utk mengunjungi 20.33 4.533 250
museum. Oleh karena itu teori dan konsep yang
servicescape 50.63 11.972 250
digunakan dalam penelitian ini, khususnya yang
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2008
berkenaan dengan pengertian keputusan untuk
mengunjungi menggunakan teori yang berasal dari
Tabel 8
keputusan pembelian.
keputusan
Keputusan pembelian merupakan tahap dalam utk
proses pengambilan keputusan pembelian, dimana mengunjungi servicescape

konsumen benar-benar membeli produk. Pada Pearson


Correlation
keputusan
utk 1.000 .870
tahap evaluasi, para konsumen membentuk mengunjungi
preferensi atas merek-merek dalam kumpulan servicescape .870 1.000
pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat Sig. (1- keputusan
tailed) utk . .000
untuk membeli produk yang paling disukai. mengunjungi
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat servicescape .000 .
diambil kesimpulan bahwa keputusan untuk N keputusan
mengunjungi merupakan keterikatan respondeni utk
mengunjungi
250 250

terhadap layanan jasa atau dengan kata lain servicescape 250 250
responden memiliki nilai loyalitas atau kesetiaan
Correlations
layanan jasa dari Museum.
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2008
11 - 100
Strategic, Volume 8, Nomor 15, Februari 2009
Tabel 11
Tabel 7 dan Tabel 8 di atas menunjukkan Uji Anova atau f Test
gambaran bahwa dari hasil uji regresi diketahui Sum of Mean
bahwa rata-rata keputusan untuk mengunjungi dari Model Squares df Square F Sig.
total 250 responden adalah 20,33 dan rata-rata 1 Regression 3875.204 1 3875.204 774.894 .000(a)
servicescape dari total 250 responden adalah Residual 1240.234 248 5.001
50,63. sedangkan hubungan antara servicescape Total 5115.438 249
dan keputusan untuk mengunjungi signifikan
a Predictors: (Constant), servicescape
karena nilai p = 0,000 atau p < 0.05, dan nilai r = b Dependent Variable: keputusan utk mengunjungi
0,870 menunjukkan hubungan korelasi yang kuat. Sumber: Hasil Pengolahan Data 2008
Tabel 9
Variables Entered/Removed(b) Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa dari
Variables
hasil Uji Anova atau F Test didapat Fhitung adalah
Model Variables Entered Removed Method sebesar 774.894 lebih besar dari Ftabel sebesar
1 4,008 (yang didapat dari interpolasi data, yaitu
servicescape(a) . Enter
dengan perhitungan (dk) n-k-1=250-1-1=248; FTabel
a All requested variables entered. untuk dk = 248 adalah 3,882 ini dihitung sendiri
b Dependent Variable: keputusan utk mengunjungi karena tidak terdapat dalam tabel distribusi F,
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2008 untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran).
Bila dilihat dari P-Value diperoleh nilai sebesar
Berdasarkan Tabel 9 diatas yang termasuk 0,000, nilai ini lebih kecil dari alphanya yaitu 0,05,
pada Variable Entered/Removed adalah service- maka model regresi ini dapat dipakai untuk
scape sebagai variabel independen (variabel memprediksi keputusan untuk mengunjungi atau
bebas) dan keputusan untuk mengunjungi sebagai dengan kata lain bahwa servicescape dapat
variabel dependen (variabel terikat). berpengaruh terhadap keputusan untuk
Tabel 10
mengunjungi.
Model Summary (Nilai Korelasi R Square)
Sedangkan untuk mengetahui derajat
Adjusted R Std. Error of the hubungan antara variabel X (servicescape) dan
Model R R Square Square Estimate variabel Y (keputusan untuk mengunjungi) adalah
1 .870(a) .758 .757 2.236 dengan menggunakan rumus korelasi product
a Predictors: (Constant), servicescape moment, dimana data yang dimasukkan ke dalam
b Dependent Variable: keputusan utk mengunjungi rumus merupakan data interval yang dapat dilihat
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2008 pada lampiran. Nilai-nilai data interval (MSI)
tersebut diperoleh dengan menggunakan aplikasi
Berdasarkan Tabel 10 model summary output Succ’97 pada program exel.
SPSS 13.00 for windows di atas dapat diketahui
2. Analisis Regresi Linear Sederhana
bahwa korelasi atau hubungan antara variabel
Berdasarkan tabel koefisien, dengan
servicescape dengan variebel keputusan untuk menggunakan aplikasi sofware SPSS 13.00 for
mengunjungi memperoleh hasil sebesar 0,870
windows maka dapat diperoleh persamaan regresi
(positif) karena nilainya di atas 0,5 yang berarti linier antara kinerja iklan dan brand loyalty yang
korelasi antar variabel termasuk kategori sangat
terlihat pada Tabel 12 di bawah ini.
tinggi (0,800 – 1,000). (R x R) = R Tabel 12
Square/koefisien determinasi adalah 0,758 Koefisien regresi
(berasal dari 0,928 X 0,928). Dengan R Square
sebesar 0,757 artinya 75,7% variasi dari keputusan
untuk mengunjungi bisa dijelaskan oleh variasi dari
servicescape, sedangkan sisanya (100% - 75,7% =
24,3%) dijelaskan oleh variabel lainnya.
StandarError of Estimate (SEE) adalah 1,888 lebih
kecil dari standar deviasi yaitu 5,034, maka model Sumber: Hasil Pengolahan Data 2008
regresi layak digunakan.

12 - 100
Pengaruh Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape) terhadap Keputusan Mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung
Nilai B Constant 3,651 menyatakan bahwa jika Gambar tersebut menunjukan bahwa data
servicescape diabaikan, maka keputusan untuk menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
mengunjungi adalah 3,651%. Nilai B kinerja iklan arah diagonal. Maka, model regresi memenuhi
0,330 menyatakan bahwa setiap penambahan asumsi normalitas.
servicescape sebesar 1,00, keputusan untuk 3. Analisis Determinasi
mengunjungi akan meningkat sebanyak 0,330%. Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
Hal ini menerangkan bahwa kinerja iklan memiliki X terhadap variabel Y, dapat diketahui melalui
kontribusi yang cukup tinggi terhadap brand loyalty koefisien determinasi, adapun rumus yang
yaitu sebesar 0,330 dimana koefisien determinasi digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
(r2) yaitu 0,758 termasuk kategori cukup tinggi Kd = r2 x 100%
karena berada diantara (0,600 – 0,800). = (0,870)2 x 100%
Berdasarkan nilai B constant dan B servicescaoe = 75,8%
pada Tabel 4.36 maka dapat dilihat bahwa Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa
persamaan regresi linier antara servicescape dan besarnya Kd (koefisien determinasi) adalah 75,8%
keputusan untuk mengunjungi dapat membentuk yang berarti bahwa perubahan data pada variabel
persamaan regresi, adapun persamaan regresinya Y sebesar 75,8% dipengaruhi oleh perubahan
adalah sebagai berikut: pada variabel X. Sedangkan 24,2% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi
Y = a + bX besarnya keputusan untuk mengunjungi.
Keputusan untuk mengunjungi = 3,651 + 0,330 Servicescape
Hipotesis yang diuji yaitu pengaruh
Keterangan : servicescape (X) terhadap keputusan untuk
Y = Keputusan untuk mengunjungi mengunjungi (Y). Untuk menguji signifikansi
X = Servicescape konstanta dari variabel X diperoleh dari uji t
dengan hipotesis sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan regresi di atas,
Ho :   0 ,
konstanta sebesar 3,651 menyatakan bahwa jika
tidak ada servicescape (X = 0) maka keputusan Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan
untuk mengunjungi 3,651. Koefisien regresi 0,330 signifikan servicescape terhadap keputusan
artinya setiap terjadi peningkatan servicescape untuk mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga
akan meningkatkan keputusan untuk mengunjungi Bandung Bandung
sebesar 0,330, dan sebaliknya jika terjadi H1 :   0 ,
penurunan servicescape akan menurunkan volume
Artinya terdapat pengaruh yang positif dan
penjualan sebesar 0,330.
signifikan servivescape terhadap keputusan
Untuk lebih jelasnya, persamaan tersebut akan
untuk mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga
digambarkan ke dalam sebuah diagram garis
Bandung Bandung
regresi linier berikut ini:
Pengujian signifikansi dilakukan dengan
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual membandingkan nilai ttabel dengan harga thitung,
untuk taraf kesalahan 5% uji satu pihak dengan dk
Dependent Variable: keputusan utk mengunjungi = n-2, dengan menggunakan aplikasi software
1.0 SPSS 13 maka diperoleh t hitung sebesar = 19,337.
Expected Cum Prob

0.8 Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh


thitung sebesar = 19,337; sedangkan dalam ttabel
0.6
pada taraf signifikansi = 0,05 dengan derajat
0.4 kebebasan (dk) N – 2 = 250 – 2 = 248, tidak
0.2 terdapat dalam tabel sehingga perlu dilakukan
interpolasi antara dk = 120 dan dk = tak hingga
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
yang dapat dilihat pada lampiran, sehingga
Observed Cum Prob
diperoleh ttabel sebesar 1,645. Dengan demikian,
maka t hitung = 27,837> t tabel = 1,645 artinya
Gambar 2 hipotesis nol (H0) ditolak, dengan kata lain
Diagram Garis
hipotesis yang diajukan peneliti diterima yaitu:
13 - 100
Strategic, Volume 8, Nomor 15, Februari 2009
Keputusan untuk mengunjungi dipengaruhi secara dinyatakan tidak valid, maka koefisien regresi (X)
positif dan signifikan oleh Servicescape. adalah valid, sehingga model persamaan regresi
Adapun rangkuman hasil pengujian hipotesis tetap dapat dipakai untuk memprediksi keputusan
dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini: untuk mengunjungi.
Tabel 13 Pengambilan keputusan pengujian hipotesis
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis dilakukan dengan membandingkan thitung denga
Hipotesis thitung ttabel Keputusan ttabel. Perhitungan uji signifikasi dengan
menggunakan alpha 0,05 pada uji satu pihak
Terdapat pengaruh dengan derajat kebebasan (dk) n – 2, dk = 250 – 2
Servicescape terhadap
Keputusan untuk
H0 ditolak = 248 diperoleh hasil perhitungan ttabel sebesar
27,837 1,645 dan
mengunjungi Museum 0,3882. Dengan demikian maka dk = 248 diperoleh
H1 diterima
Negeri Sri Baduga thitung dan ttabel dengan taraf kesalahan 0,05,
Bandung Bandung
berdasarkan ketentuan hipotesis diterima jika thitung
Sumber: Hasil Pengolahan Data
> ttabel, maka diketahui bahwa harga thitung lebih
besar dari ttabel (19,008>0,3882). Sehingga dapat
4. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara
Hasil perhitungan analisis data dari variabel variabel lingkungan fisik organisasi (servicescape)
lingkungan fisik organisasi (servicescape) dan dengan keputusan untuk mengunjungi memiliki
keputusan untuk mengunjungi Museum yang telah hubungan yang signifikan.
dilakukan, maka dapat diketahui bahwa lingkungan Pernyataan tersebut diperoleh melalui
fisik organisasi (servicescape) berpengaruh secara pengujian hipotesis yang menggunakan metode
positif terhadap keputusan untuk mengunjungi regresi linier. Regresi tersebut ditunjukkan dengan
Museum Negeri Sri Baduga Bandung perolehan keputusan untuk mengunjungi sebesar
Dari hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi 3,651 ditambah 0,330 dari lingkungan fisik
0,870 antara variabel lingkungan fisik organisasi organisasi (servicescape) atau (Y = 3,651 +
(servicescape) dengan variabel keputusan untu 0,330X). Dimana hasil tersebut dapat diartikan, bila
mengunjungi (Y) memiliki hubungan yang nilai setiap penambahan 1% lingkungan fisik
termasuk sangat tinggi. Selain itu lingkungan fisik organisasi (servicescape) akan meningkatkan
organisasi (servicescape) juga memiliki pengaruh keputusan untuk mengunjungi sebesar 0,330%.
yang positif terhadap keputusan untuk Hal ini menerangkan bahwa lingkungan fisik
mengunjungi, hal ini terbukti dengan hasil organisasi (servicescape) memiliki kontribusi yang
perhitungan koefisien determinasi yaitu dengan cukup tinggi terhadap keputusan untuk
mengkuadratkan koefisien korelasi r2 x 100% = mengunjungi yaitu sebesar 0,330, dimana
(0,870)2 x 100% diperoleh hasil sebesar 75,8% koefisien determinasinya (r2) yaitu 0,758, termasuk
yang berarti bahwa perubahan variabel keputusan kategori cukup tinggi berada diantara (0,600 –
untuk mengunjungi sebesar 75,8% dipengaruhi 0,800).
oleh lingkungan fisik organisasi (servicescape). Koefisien korelasi yang bernilai positif
Sedangkan faktor lain sebesar 24,4% (100% - menunjukkan bahwa hubungan antara kedua
75,8%) yang mempengaruhi nilai keputusan untuk variabel tersebut berbanding lurus, artinya jika
mengunjungi dijelaskan oleh sebab-sebab lain. perusahaan meningkatkan lingkungan fisik
Adapun untuk mengetahui uji probabilitas atau organisasi (servicescape) dalam bisnisnya, maka
uji keputusan untuk mengunjungi, maka dapat dapat diprediksi bahwa keputusan untuk
diketahui melalui Tabel Anova atau F test dengan mengunjungi pun akan naik. Namun, sebaliknya
besar F hitung, yaitu sebesar 774,894 dengan jika perusahaan tidak meningkatkan lingkungan
tingkat signifikansi 0,000 karena probabilitas fisik organisasi (servicescape), maka keputusan
(0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak, untuk mengunjungi pun dapat menurun bahkan
atau koefisien regresi signifikan atau lingkungan lebih buruk untuk jangka panjang.
fisik organisasi (servicescape) benar-benar Lingkungan fisik organisasi (servicescape)
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan merupakan lingkungan fisik dimana jasa
untuk mengunjungi. Walaupun demikian, jika pada disampaikan dan dimana perusahaan dan
proses uji koefisien regresi, ternyata konstanta konsumennya berinteraksi, serta setiap komponen

14 - 100
Pengaruh Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape) terhadap Keputusan Mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung
tangible yang memfasilitasi penampilan yang responden menyatakan sedang. Hal ini dapat
dipakai untuk berkomunikasi atau mendukung dilihat dari ke delapan indikator yang diurutkan
peran jasa tersebut (Yazid, 2005:20). Jasa bersifat dari mulai yang tertinggi sampai terendah, yaitu
intangible sehingga sulit untuk dievaluasi maka air quality, design interior, equipment,
lingkungan fisik memberikan tanda-tanda, misalnya surrounding environment, parking, landscape,
bagaimana kualitas jasa tersebut. lay out dan design exterior
Pengunjung adalah sebutan bagi pelanggan 2. Tanggapan terhadap keputusan untuk
museum. Oleh karena itu teori dan konsep yang mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga
digunakan dalam penelitian ini, khususnya yang Bandung sebagian besar responden
berkenaan dengan pengertian keputusan untuk menyatakan sangat rendah. Hal ini dapat
mengunjungi menggunakan teori yang berasal dari dilihat dari ke empat indikator yang diurutkan
keputusan pembelian. dari mulai yang tertinggi sampai terendah yaitu,
Keputusan pembelian merupakan tahap dalam frekuensi kunjungan, waktu kunjungan, pilihan
proses pengambilan keputusan pembelian, dimana koleksi museum dan pilihan nama museum.
konsumen benar-benar membeli produk. Pada 3. Pengaruh Lingkungan fisik organisasi
tahap evaluasi, para konsumen membentuk (Servicescape) (X) terhadap keputusan untuk
preferensi atas merek-merek dalam kumpulan mengunjungi (Y) cukup tinggi.
pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat
untuk membeli produk yang paling disukai. Saran
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian
mengenai pengaruh lingkungan fisik organisasi dapat direkomendasikan pada Museum Negeri Sri
(servicescape) terhadap keputusan untuk Baduga Bandung dalam rangka meningkatkan
mengunjungi di atas dapat kita ambil kesimpulan jumlah pengunjungnya adalah sebagai berikut :
bahwa upaya menumbuhkan kesan menarik 1. Merubah desain eksterior museum agar
merupakan tujuan utama bagi perusahaan dalam tampak lebih menarik, dengan cara
melakukan program peningkatan layanan jasa memberikan gambar-gambar atau relief yang
karena kesan menarik merupakan gambaran total berhubungan dengan kebudayaan di dinding
dari pikiran responden terhadap layanan jasa. bangunan museum, agar dapat menarik minat
Kemampuan lingkungan fisik organisasi masyarakat untuk mau berkunjung ke Museum
(servicescape) untuk mempengaruhi perilaku Negeri Sri Baduga Bandung.
konsumen dalam memutuskan membeli layanan 2. Penataan cahaya yang baik, dengan cara
jasa tertentu tergantung pada sikap responden memasang lampu yang lebih tersng dan
terhadap lingkungan fisik organisasi beragam agar dapat memberikan nilai tambah
(servicescape). lingkungan fisik organisasi bagi pengunjung yang melihatnya.
(servicescape) yang diminati akan mendatangkan 3. Pengawasan keamanan di lingkungan sekitar
sikap positif terhadap jasa dan tanggapan positif yang lebih diperketat, dengan cara menambah
terhadap jasa dan memutuskan untuk membeli personel keamanan (satpam) serta memasang
jasa tersebut. Sedangkan lingkungan fisik alarm agar pengunjung dapat merasa lebih
organisasi (servicescape) yang tidak diminati dapat aman dan nyaman dari gangguan kawasan
menimbulkan sikap negatif dan akhirnya dapat (pihak) luar museum ketika berkunjung ke
menurunkan kesan jasamaupun perusahaan Museum Negeri Sri Baduga Bandung.
sehingga dapat menurunkan loyalitas responden 4. Penyediaaan peralatan yang lebih lengkap,
dan kepuasan responden yang berdampak kepada dengan cara menyediakan sarana pendukung
penurunan loyalitas jasa. banda-benda pameran sehingga pengunjung
dapat merasa lebih puas melihat benda-benda
SIMPULAN DAN SARAN pameran Museum Negeri Sri Baduga Bandung.
Simpulan 5. Merubah desain interior museum agar tampak
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, lebih menarik, dengan cara memasang
maka dapat disimpulkan bahwa: beberapa lukisan di dinding museum.
1. Tanggapan terhadap lingkungan fisik
organisasi (Servicescape) hampir seluruhnya
15 - 100
Strategic, Volume 8, Nomor 15, Februari 2009
6. Perubahan nama museum, dengan cara Sudjana. 2004. Metode Statistik untuk Tata Niaga I
memakai nama yang unik serta lebih dan II. Bandung: Tarsito.
mencerminkan budaya Jawa Barat. Sugiyono. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis.
7. Perubahan logo museum, dengan cara Bandung: CV. Alfa Beta
memakai kata yang padat, singkat dan jelas Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian
serta lebih mudah diingat oleh masyarakat Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
sehingga mau berkunjung ke Museum Negeri Cipta.
Sri Baduga Bandung. Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan
Komunikasi Pemasaran. Bandung: Rosda
8. Melakukan perawatan yang teratur terhadap
Karya.
benda-benda pameran museum yang ada
Sutodjo Siswanto. 2004. Membangun Citra
serta menambah koleksi museum sehingga
Perusahaan. Jakarta: Danar Mulia Pustaka
pengunjung dapat mengetahui lebih jauh Uma Sekaran. 2006. Research Methods For
mengenai kebudayaan provinsi Jawa Barat. Business (Metodologi Penelitian Untuk Bisnis).
Jakarta: Salemba Empat.
DAFTAR PUSTAKA Usman Husaini. (2006). Pengantar Statistika.
Buchari Alma. 2000. Manajemen Pemasaran dan Jakarta: Bumi Aksara
Pemasaran Jasa. Bandung:CV. Alfabeta
Buchari Alma. 2004. Manajemen Pemasaran dan
Pemasaran Jasa. Bandung:CV. Alfabeta
Buchari Alma. 2005. Kewirausahaan. Bandung:CV.
Alfabeta
Cravens.David W. 1998. Pemasaran Strategis.
Jakarta: Erlangga.
Fandy Tjiptono. 2006. Pemasaran Jasa. Malang:
Bayumedia Publishing
Harun Al-Rasyid. 1994. Teknik Penarikan Sampel
dan Penyusunan Skala. Bandung: Prodi Ilmu
Sosial BKU Sosiologi Antropologi Program Pasca
Sarjana UNPAD.
Husein Umar. 2001. Riset Pemasaran dan Perilaku
Konsumen. Jakarta: Business Research Centre,
Jakarta.
Komaruddin Sastradipoera . 2005. Mencari Makna
Dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
Bandung: Kappa-Sigma.
Kotler, Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran.
Jakarta: Salemba Empat.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong . 2000. Principle of
Marketing. Prentice Hall,Inc.
Kotler, Philip. 2003. Marketing Management an
Asian Perspective. Singapore: Pearson Prentice
Hall.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi
Kedua. Indonesia : PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi
Pertama. Indonesia : PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei,
Jakarta: LP3S.
Pina. Jose M.. 2004. Modelling The Impact of
Services Brand Extensions on Corporate
Image. Journal of Marketing

16 - 100
Pengaruh Lingkungan Fisik Organisasi (Servicescape) terhadap Keputusan Mengunjungi Museum Negeri Sri Baduga Bandung

Anda mungkin juga menyukai