KELOMPOK 10
PEMBIAYAAN OPERASIONAL LUAR NEGERI
OLEH :
- SUDARTO DANIEL ERIC (2015120151)
- TERESIA NIA (2015120156)
- VERGELIUS (2015120158)
KATA PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................
B. Rumusan Masalah........................................................
C. Tujuan..........................................................................
D. Manfaat Penelitian.......................................................
BAB II: PEMBAHASAN
A. Arus Masuk Modal Asing.............................................
B. Modal Asing di Indonesia.............................................
C. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia.
D. ULN, Pembiayaan Pembangunan, Beban Bunga dan
Cicilan Utang.............................................................
E. Perkembangan Utang Luar Negeri................................
F. Sumber-Sumber Pembiayaan Utang Luar Negeri.........
G. Upaya Mengurangi Beban ULN...................................
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah dierencanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan pada transaksi
perdagangan internasional mana pun.
Pembiayaan transaksi ekspor impor sangat penting peranannya dalam pelaksanaan
perdagangan inetrnasional. Transaksi perdagangan ekpor impor dimulai dengan adanya
sales kontrak, negosiasi dokumen dan akhirnya dilakukannya penagihan pembayaran.
Untuk menunjang kemudahan khususnya transaksi ekspor impor diperlukan metode
pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan antara eksportir dan importir. Ada
bermacam-macam pembiayaan dalam transaksi ekspor impor, antara lain: cash in
advance, letter of credit (L/C), draft, konsiyasi (consignment), pembayaran kemudian
(open account), dan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai tata cara ekspor
impor.
Kemampuan dan pengetahuan tentang pembiayaan ekspor impor mutlak harus
dikuasai bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam perdagangan internasional seperti
personel bank, perusahaan ekspor impor, perusahaan pelayaran, perusahaan asuransi,
instansi pemerintah yang berwenang dalam bidang perdagangan internasional dan lain-
lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi diatas,maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemasok mungkin memiliki arus kas cukup besar untuk membiayai seluruh siklus
perdagangan, yang dimulai dengan produksi barang hingga pembayaran diterima dari
pembeli. Bentuk kredit ini disebut kredit pemasok. Namun ada bebrapa kasus, ekportir
mungkin membutuhkan pendanaan dari bank untuk menambah arus kasnya. Sebaliknya
pemasok mungkin tidak ingin memberikan pembiayaan, sehingga pembeli harus
membiayai transaksi sendiri, baik secara internal maupun ekstrenal, melalui banknya.
Karena bnak memiliki peran secara menyeluruh dalam pembiayaan perdagangan pada
dua sisi transaksi ini.
3
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu dasar baru untuk
menjual produk tersebut. Misalnya Jepang yang banyak memproduksi mobil
sehingga Jepang mengekspor juga ke Indonesia.
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumebr daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi. Contohnya, Indonesia
memproduksi gas alam cair. Jepang tidak mempunyai sumber gas alam, tetapi
mampi memproduksi mobil. Dengan demikian, terjadilah perdagangan antara
Indonesia dan Jepang.
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain.
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
4
c. Jika transaksi tersebut terhadap order barang-barang yang harganya relatif rendah.
Misalnya pemesanan dengan surat atas pembelian buku, atau benda-benda
lainnya.
2. Letter Of Credit (L/C)
L/C merupakan instrumen yang diterbitkan oleh bank atas nama importir
(pembeli) yang berisi janji untuk membeyar eksportir (penerima manfaat) setelah
dokumen pengiriman bersamaan dengan perjanjian yang ditentukan diserahkan.
Dampaknya adalah bank membrikan kredit kepada pembeli. Metode ini memberikan
keuntungan tertentu pada kedua pihak. Eksportir mendapatkan kepastian menerima
pembayaran dari bank penerbit selama eksportir dapat memberikan dokumen sesuai
dengan l/c. Fitur penting pada L/C tanpa mempertimbangkan kemampuan atau
keinginan pembeli untuk membayar barang hingga pengiriman dilakukan dan dokumen
disajikan dengan lengkap. Namun, importir tetap mengandalkan eksportir untuk untuk
mengirim barang sesuai yang dijelaskan dalam dokumen, karena L/C tidak menjamin
bahwa barang yang dibeli sesuai yang ada faktur dan barang yang dikirim.
5
b. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan
Bila barang sudah dikapalkan, maka dengan adanya L/C shipping
documents dapat langsung di uangkan atau di
negosiasikan dengan Advising Bank dan tidak perlu lagi menunggu
pembayaran atau kiriman uang dari importir. Advising
Bank atau Negotiating Bank tidak ragu untuk melunasi dokumen
pengapalan itu karena pembayarannya sudah dijamin oleh Opening
Bank. Sebaliknya, bila tidak ada L/C maka eksportir tidak mungkin
menegosiasikan shipping documents sehingga harus menunggu transfer
atau kiriman uang lebih dahulu dari importir, atau dokumen
harus dikirimkan dulu untuk "Collection".
c. Biaya yang dipungut bank untuk negosiasi dokumen relatif kecil bila
ada L/C
d. Terhindar dari risiko pembatasan transfer valuta
Di berbagai negara terdapat pembatasan transfer valuta asing dan
diperlukan izin impor sebelum dilakukan pembukaan L/C. Bank devisa
di negara importir sudah mengetahui ketentuan ini dan mereka baru
bersedia membuka L/C bila semua ketentuan Pemerintah sudah
dipenuhi oleh importir. Oleh karena itu, pada setiap pembukaan
L/C Opening Bank sudah menyediakan valuta asing untuk setiap
tagihan yang didasarkan pada L/C tersebut. Dengan demikian eksportir
terhindar dari risiko non-payment yang mungkin terjadi bila transaksi
dilakukan tanpa L/C.
e. Kemungkinan memperoleh uang muka atau kredit tanpa bunga
Bila importir bersedia membuka L/C dengan syarat "Red Clause", maka
eksportir dapat memperoleh uang muka dari L/C yang tersedia. Ini
berarti eksportir mendapat kredit tanpa bunga atau semacam uang
panjar yang biasanya diperlukan untuk memulai produksi barang yang
akan diekspor itu.
Keuntungan L/C bagi importir:
a. Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa Opening Bank meminjamkan nama
baik dan reputasinya kepada importir sehingga dapat dipercayai oleh
6
eksportir. Eksportir yakin bahwa barang yang akan dikirimkan pasti akan
dibayar.
b. L/C merupakan jaminan bagi importir, bahwa dokumen atas barang yang
dipesan akan diterimanya dalam keadaan lengkap dan utuh, karena akan
diteliti oleh bank yang sudah mempunyai keahlian dalam hal itu.
c. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamanan yang pasti
akan dipatuhi oleh eksportir agar dapat menarik uang dari L/C yang tersedia.
D. Dokumen Pertukaran
Draft merupakan permintaan tanpa syarat yang dikeluarkan suatu pihak
(biasanya eksportir ) yang meminta pembeli untuk membayar jumlah nominal
yang tertera setelah draf diserahkan. Draf merupakan permintaan formal dari
eksportir untuk mendapatkan pembayaran dari pembeli. Daraf tidak melindungi
eksportir sejauh L/C karena bank tidak diwajibkan untuk melakukan pembayaran
atas nama pembeli.
Dalam terminologi perbankan, transaksi ini dikenal dengan documentary
collection ( pengumpulan dokumen ). Dalam transaksi semacam ini, bank-bank
dari kedua belah pihak bertindak sebagai perantara dalam pemprosesan dokumen-
dokumen pengiriman dan penagihan pembayaran. Ada 2 proses berdasarkan cara
pengiriman yaitu:
a. Sight Draft
Yaitu eksportir akan dibayar setelah pengiriman dilakukan dan draf diberikan
pada pembeli untuk memperoleh pembayaran. Kondisi ini disebut dokumen
setelah pembayaran. Metode ini memberikan perlindungan pada eksportir,
karena bank hanya memberikan dokumen pengiriman sesuai instruksi
eksportir.
b. Time Draft
Yaitu eksportir memberikan instruksi kepada bank pembeli untuk memberikan
dokumen pengiriman sebelum draf ditandatangani. Metode ini disebut
dokumen sebelum pembayaran/akseptasi. Metode ini memberikan keuntungan
karena kedua belah pihak bertindak sebagai agen penagih, selain itu ada resiko
dimana draf merupakan kewajiban keuangan yang mengikat pada kasus
7
dimana eksportir ingin menuntut piutang tak tertagih melalui pengadilan.
Resiko tambahannya yaitu jika pembeli tidak dapat membayar draft saat jatuh
tempo, bank tidak wajib menalangi pembayaran, eksportirlah yang
menanggung seluruh resiko dan karenanya harus mengevaluasi pembeli.
E. Konsinyasi (Consignment)
Perjanjian konsinyasi yaitu dimana eksportir barang pada importir tetapi
mempertahankan kepemilikan barang. Importir memiliki akses terhadap barang tetapi
tidak perlu membayar hingga barang terjual kepihak ketiga. Eksportir memercayai
importir untuk mengirim pembayaran barang yang telah terjual. Jika importir tidak dapat
membayar, eksportir memiliki keterbatasan penagihan, karena tidak ada draft sementara
barang telah terjual. Karena resiko tinggi ini, konsinyasi jarang digunakan kecuali antara
perusahaan afiliasi atau anak perusahaan dengan induk perusahaan. Beberapa pemasok
peralatan mengizinkan importir untuk mempertahankan beberapa perlengkapan di tempat
penjualan sebagai model. Setelah model terjual atau setelah periode tertentu, pembayaran
untuk pemasok dikirimkan.
8
G. Counter Trade (Imbal Beli)
Counter-trade adalah pola perdagangan luar negeri yang dilakukan dengan
mengekspor sejumlah barang tertentu dan sebagai imbalannya memperoleh
sejumlah barang tertentu pula.
Kelemahan:
Kurang efisien dibandingkan pembayaran kontan atau kredit.
Perusahaan yang melakukan counter-trade kesulitan mendapatkan
uang tunai di pasar internasional.
Bentuk-bentuk counter-trade:
Barter: Pertukaran secara langsung, barang dengan barang.
Counter-purchase atau barter paralel: Penjualan dan pembelian dari
barang yang tidak berhubungan.
Buyback: Membayar kembali barang yang dibeli dengan menjual
produk yang berhubungan.
Alasan counter-trade:
Counter-trade memungkinkan anggota suatu kartel seperti OPEC
untuk menurunkan harga dari yang disepakati.
Counter-trade mengurangi risiko yang dihadapi suatu negara yang
melakukan kontrak baru fasilitas manufaktur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam counter-trade:
Nilai jual kembali produk pertanian di futures market. Sepanjang
perusahaan telah memperhitungkan nilai jual kembali, maka tidak
masalah jika harus dipertukarkan antara dua barang yang tidak
sederajat dalam teknologi.
Tingkat keuntungan yang dipersyaratkan dalam counter-trade harus
benar-benar fair.
Dengan counter-trade, biaya broker dapat dihemat.
Counter-trade menjadi alternatif di saat cadangan devisa tidak memadai.
9
H. Faktor Penghambat Perdagangan Inetrnasional
Menurut Amir M.S pelaksanaan perdangan luar negeri lebih rumit dan kompleks
dibandingkan dengan pelaksana perdangan dalam negeri. Kerumitan tersebut antara lain
disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan.yang dapat menghabat
perdangan, misalnya dengan adanya bea, tarif atau quota barang impor.
Berikut adalah penghambat perdagangan internasional yaitu :
1. Tidak amannya sutau Negara.
2. Adanya perbedaan budaya, bahasa , amta uang, taksiran dan timbangan dan hoku
m dalam perdagangan.
3. Kebijakan ekonomi internasional yang dilakukan oleh pemerintah misalnya pemb
atasan impor, penmungutan biaya, perijinan yangberbeli-belit.
4. Tidak stabilnya kurs mata uang asing membuata para importer mengalami kesulit
an dala, menentukan haraga valuta asing yangberdampak pada haraga penawaran
maipun permintaan dalam perdagangan.
10
Bentuk kebijakan proteksi sebagai berikut :
Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan. Efek
kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Tarif yang paling
umum adalah tarif atas barang-barang impor atau yang biasa disebut bea impor.
Tujuan dari bea impor adalah membatasi permintaan konsumen terhadap produk-
produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk domestic.
Semakin tinggi tingkat proteksi suatu Negara terhadap produk domestiknya
semakin tinggi pula tariff pajak yang dikenakan . perbedaan utama antara tariff
dan proteksi laiannya adalaha bahawa tariff memberikan pemasukan kepada
pemerintah sedngakan kuota tidak
Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdangangkan. Terdapat
tiga macam kuota yaitu:
a. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor.
b. Kuota produksi adalah pembtasn jumlah barang yang diproduksi bertujuan untuk
mengurangi jumlah ekspor.
c. Kuota ekspor adalh pembatasan jumlah barang yang diekspor dapat memperoleh
hargsa yang lebig tinggi.
Dumping
Praktik diskriminasi harga secra internasional disebut dumping yaitu menjual
barang diluar negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam luar negeri.
Kebijakan dumping dapat meninhkatkan volume perdagangan dan
mengguntungkan Negara pengimpor terutama menguntungkan konsumen mereka.
Namun, Negara pengimpor terkadang mempunyai industry yang sejenis sehingga
persainagndari luar negeri inin dapat mendorong pemerintah Negara pengimpor
memberlakuakan kebijakan anti dumping atau sering dosebut counterveiling
duties.
Subsidi
Kebijakan subsidi biasanya diberikan untuk menurunkan biaya produksi barang
domestic, sehingga diharapkan harag jual produk dapat lebih murah dan bersaing
11
di pasar inetrnasional, tujuan dari subsdisi ekspor adalah unruk mendorong
jumlah ekspor karena eksportir dapat menawarkan haraga yang lebih rendah.
Harag jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi, namun tindakan ini dianggap
sebagai persainagan tidaj jujur dan dapat menjurus kearah perang subsidoi. Hal
ini kare4na semua Negara ingin mendorong ekspornya dengan cara memberikan
subsidi.
Larangan impor
Kebijakan oinidimasudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing
kedalam pasar domestic. Kebikan ini biasanya dilakukan karena alasan polituk
dan ekonomi.
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana materi yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa
perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan antar lintas negara.
Keuntungan dalam perdagangan internasional terhadap perekonomian salah satunya
adalah saling menguntungkan dan saling melengkapi satu sama lain dimana dengan
adanya perdagangan internasional maka perekonomian negara akan semakin berkembang
dan saling bersentuhan serta di setiap negara-negara merasakan kesejahteraan.
13
DAFTAR PUSTAKA