Anda di halaman 1dari 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

1. Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk mendapat akses dan kontrol atas sumb
sumber hidup yang penting. Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di Eropa mulai a
pertengahan, hingga akhir 70-an, 80-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan pada dasarnya dibangun dari ide y
menempatkan manusia sebagai subyek dari dunianya sendiri. Terdapat dua kecenderungan proses pemberdayaan y
pertama adalah proses pemberdayaan yang menekankan ke proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasa
kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dilengkapi dengan up
membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. Kecenderungan y
kedua adalah lebih menekankan melalui proses dialog. Kecenderungan ini terkait dengan kemampuan individu un
mengontrol lingkungannya (Kartasasmita, 1996).

Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai proses di mana individu atau kelompok mampu meningkat
kapasitas dan kemampuan mereka untuk memahami, menafsirkan masalah yang mereka hadapi dan kemudian mam
menentukan kebutuhan serta menerjemahkannya ke dalam tindakan dengan berpartisipasi aktif dalam pelaksan
kegiatan. Komponen utama pemberdayaan dalam hal ini adalah kemampuan individu untuk mendapatkan kontrol a
kendali dalam menentukan kehidupan mereka seperti yang mereka inginkan (Samah dan Aref, 2009).

2. Desa Wisata

Desa wisata merupakan sebuah desa yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata dengan unsur-unsur atr
wisata yang dapat menjadi tujuan alasan untuk menghadirkan wisatawan dengan berbagai macam hal yang ditawark
Seperti tatanan kehidupan baik sosial, budaya, dan ekonomi yang dapat menjadi ruang gerak yang dapat dieksplor o
wisatawan (Ditjen Pariwisata, 1999). Lebih dari itu dalam referensi yang sama menyebutkan bahwa desa wisata y
menarik ketika sebuah desa menawarkan kearifan lokal dan tradisi serta budaya yang masih terjaga. Pengelolaa
dilakukan oleh warga lokal yang didukung oleh potensi alam, sosial, budaya, sejarah dan ekonomi maupun tata ruang u
yang melekat pada desa tersebut. Adapun komponen utamanya adalah akomodasi dan atraksi. Akomodasi yang da
bersumber dari hal-hal yang dimiliki oleh warga lokal dan atraksi yang dapat bersumber dari potensi alam dan tradisi
masyarakat lokal. (Fitriyah, 2020).

3. Pariwisata

Pengertian pariwisata, awalnya menurut UU Kepariwisataan No. 9 Tahun 1990 adalah segala seuatu y
berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubun
dengan penyelenggaraan pariwisata. Namun, pariwisata mengalami pembaruan makna menurut pemerintah y
dijelaskan pada UU nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisiataan adalah berbagai macam kegiatan wisata yang diduk
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Penger
pariwisata menurut etimologi kata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat l

4. Pembangunan Wisata

Mewujudkan desa wisata sebenarnya bagaimana proses transformasi sebuah desa memiliki atraksi wisata y
menyangkut kegiatan pendidikan dan hiburan. Pembangunan wisata desa sangat berpotensi untuk menam
kesejahteraan masyarakat desa dengan syarat pelibatan masyarakat secara partisipatif dalam pengelolaan desa wi
(Marpaung, 2000: 49). Melengkapi referensi tersebut pembangunan desa wisatamenurut Sujatmoko (1992) menyata
bahwa pembangunan yang mengandung empat unsur yang diibaratkan sebagai jasmani, sementara perspektif seba
rohnya. Bagaimana perilaku sosok tersebut, bagaimana tubuh digerakkan, sangat ditentukan oleh roh yang memasuki
menggerakannya. Dalam pembangunan desa wisata berkelanjutan masyarakat dianggap yang paling tahu kebutuh
permasalahan dan potensi yang dimiliki, dengan demikian program yang dirumuskan akan lebih tepat sasaran kar
mempunyai relevansi yang tinggi dengan permasalahan, kebutuhan dan kondisi nyata dilapangan.

Pembangunan desa berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sum
daya alam terutama pariwisata dan sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia
pembangunan untuk menarik wisatawan. Ada beberapa asumsi dasar yang mendasari faham ini, yang pertama pro
pembangunan desa wisata itu pasti berlangsung secara berlanjut, terus menerus, ditopang oleh sumber daya alam, kual
lingkungan dan manusia berkembang secara berlanjut. Jadi ada proses pembangunan yang ditopang oleh sumber d
alam yang berlanjut, kualitas lingkungan yang berlanjut dan manusia yang berkembang secara berlanjut.

Lebih lanjut lagi Sugandi dan Hakim (2009) disebut berkelanjutan jika ia mampu mematahkan atau menghind
hambatannya, dan bergerak lebih lanjut ke tingkat keseimbangan yang lebih tinggi, lebih baik, lebih maju selain itu j
harus berkesinambungan dengan berbagai dimensi seperti ekonomi, budaya, sosial dan lain-lain. Pembangunan d
berkelanjutan adalah perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di m
masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapanya memerlukan kebijakan, perencanaan dan pro
pembelajaran sosial yang terpadu.

2. Konseptual

A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Desa Wisata Jembul

a. Akses Masuk Desa Wisata Jembul

Desa Jembul Loket Pembayaran Coban Kabejan

Kolam Renang Bukit Pelangi

b. SOP Pengelola Wisata

1. Pengelola adalah seluruh anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa wisata Jembul ataupun orang y
terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan wisata di Desa Jembul.

2. Pengelola wajib mematuhi waktu jam kerja wisata yaitu pukul 07.30 - 17.00 WIB.

3. Setiap pengelola berhak mendapatkan hak dan perlakuan yang sama.

4. Pengelola berhak mendapatkan honor sesuai unit/beban kerja.

5. Pengelola harus bekerja dan bertanggung jawab sesuai tupoksinya.

6. Pengelola wajib menyusun laporan bulanan sesuai unit kerjanya.

7. Pengelola wajib menciptakan sapta pesona (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramah
Kenangan) dilingkungan wisata dan desa Jembul pada umumnya dengan mengedepankan budaya 3S (Seny
Salam, Sapa).
8. Pengelola yang bertugas sebagai Tour guide atau pengelola wahana wajib beramah tamah terhadap pengunjung
mengutamakan keamanan dan keselamatan pengunjung.

9. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengelola unit usaha akan mendapat asuransi atau diberikan bantuan pengoba
sesuai dengan kesepakatan dalam rapat anggota Pokdarwis desa wisata Jembul.

10. Pengelola wajib melakukan pengecekan terhadap sarana prasarana maupun wahana yang ada di lokasi wi
secara berkala.

11. Pengelola yang tidak bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku akan dikenai teguran atau sanksi.

12. Pengelola yang terbukti melakukan tindakan penggelapan/korupsi akan ditindak sesuai aturan yang berlaku.

13. Petugas yang melakukan tindakan asusila atau mencoreng nama baik wisata akan diberikan teguran bahkan san
pengeluaran.

14. Pengelola harus mematuhi segala tata tertib yang ada.

c. SOP Pengunjung Wisata

1. Jadwal berkunjung adalah pukul 07.30 - 17.00 WIB.

2. Pengunjung wajib memiliki tiket masuk wisata, bagi pengunjung yang tak bertiket maka akan di proses ses
ketentuan yang ada.

3. Pengunjung wajib menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban selama di lokasi wisata.

4. Pengunjung dilarang melakukan hal- hal yang betentangan dengan norma agama dan negara.

5. Pengunjung harus mengormati tradisi, adat-istiadat dan budaya yang ada di desa Jembul.

6. Pengunjung dilarang merubah, merusak segala sarana prasarana, wahana serta kekayaan alam yang ada di lok
wisata.

7. Apabila terjadi kecelakaan pengunjung, maka pengunjung akan mendapat asuransi atau diberikan bant
pengobatan sesuai dengan kesepakatan dalam rapat anggota Pokdarwis desa wisata Jembul.

8. Pengunjung yang melanggar tata tertib serta norma yang ada akan di tegur bahkan di proses secara hukum.

9. Pengunjung wajib mematuhi tata tertib yang ada di lingkungan wisata dan desa Jembul.

d. SOP Pedagang

1. Pedagang diutamakan dari kelompok Pokdarwis desa wisata Jembul.

2. Pedagang umum yang boleh berdagang diutamakan berbentuk kelompok dan mempunyai produk khas sendiri.

3. Produk kelompok berbentuk makanan, minuman, dan barang (kerajinan) khas desa Jembul.

4. Pedagang dilarang menggunakan bahan pengawet dan bahan terlarang lainnya.

5. Pedagang dilarang menjual barang-barang terlarang seperti miras, dan obat-obatan terlarang lainnya.

6. Pedagang dilarang melakukan persaingan secara tidak sehat sesama pedagang.


7. Pedagang diharuskan mewujudkan sapta pesona (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindah
Keramahan, Kenangan) di lingkungan wisata dan desa Jembul pada umumnya dengan mengedepankan budaya
(Senyum, Salam, Sapa).

8. Pedagang perorangan akan diperbolehkan dan dilayani ketika kebutuhan stand Pokdarwis dan Kelompok su
tercukupi (stand masih tersisa).

9. Biaya pendaftaran untuk berjualan sebesar Rp. 50.000.

10. Jika pendaftar melebihi kuota tempat berdagang maka dilakukan sistem lelang.

11. Tempat berjualan disediakan oleh Pokdarwis desa wisata Jembul.

12. Jika lokasi berdagang belum tersedia maka pedagang kelompok/perorang dapat membangun sendiri lok
berdagang. Biaya yang harus dibayar oleh pedagang adalah biaya pendaftaran awal atau (lelang) dikurangi den
biaya pembangunan.

13. Pedagang diwajibkan membayar retribusi sebesar Rp 2000 perhari.

14. Pedagang diwajibkan membayar biaya listrik sebesar Rp 50.000 perbulan atau biaya tambahan lainnya ses
kesepakatan.

15. Bentuk, model, dan bahan tempat berjualan ditentukan dan diatur oleh kesepakatan bersama (rapat) anggg
Pokdarwis desa wisata Jembul.

16. Pedagang dilarang mendirikan bangunan tambahan tanpa seizin Pokdarwis desa wisata Jembul.

17. Pedagang wajib menjaga kebersihan dan keindahan lokasi wisata.

18. Pedagang membawa atau menyerahkan sampah seusai berdagang setiap harinya.

19. Pedagang dilarang menjual barang dengan harga terlalu mahal (diluar harga eceran tertinggi) atau “meneng
pembeli”.

20. Pedagang diwajibkan menjaga dan memelihara lokasi berdagang.

21. Pedagang dilarang merubah, merusak, atau mengganti bahan material bangunan tanpa seizin Pokdarwis desa wis
Jembul.

e. SOP Pendapatan

1. Pembagian pendapatan dari hasil tiket adalah 30% : 70% yaitu 30% untuk pihak perhutani dan 70% untuk Pokdar
desa wisata Jembul.

2. Pendapatan dari wahana, penggunaan sarana prasarana, parkir, dan pendapatan lain yang sah dalam pengelol
wisata sepenuhnya milik Pokdarwis desa wisata Jembul.

f. SOP Biaya Operasional

1. Biaya operasional adalah seluruh pembiayaan yang dikeluarkan dalam proses penyelenggaraan dan pengelol
wisata.
2. Biaya operasional meliputi : honor pegawai, biaya listrik, air, ATK (alat tulis kantor), pengadaan alat/sar
prasarana penunjang, biaya kebersihan, event kegiatan, biaya rapat, biaya dokumentasi dan publikasi, serta bi
lainnya yang bersangkutan dengan kegiatan wisata.

3. Honor pegawai maksimal sebesar 30% dari pendapatan atau sesuai dengan beban kerja/resiko dari unit usaha y
dikelola setiap bulannya.

4. Pembelanjaan barang atau material tidak melebihi Rp 500.000 dalam satu bulan.

5. Biaya pengadaan barang/material yang nilainya melebihi Rp 500.000 harus mendapat persetujuan anggota pengu
Pokdarwis desa wisata Jembul.

6. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelanjaan alat dan material yang tidak habis pakai harus masuk inventaris.

7. Biaya operasional dikeluarkan setiap bulan setelah pengurus atau anggota Pokdarwis desa wisata Jem
mendapatkan laporan dari petugas pengelola unit wisata.

8. Biaya operasional dalam satu tahun pertama maksimal 40% dari total pendapatan yang diterima Pokdarwis d
wisata Jembul dalam bulan tersebut.

g. SOP Sisa Hasil Usaha (SHU)

1. SHU adalah keseluruhan pendapatan kotor (tiket, wahana, parkir, pendapatan lainnya yang sah) dikura
keseluruhan biaya operasional dalam satu tahun.

2. Minimal 55% dari SHU digunakan untuk pengembangan wisata.

3. Maksimal 20% dari SHU dialokasikan sebagi pendapatan asli desa (PAD).

4. Maksimal 5% dari SHU digunakan untuk pengembangan BUMDes.

5. Maksimal 5% daru SHU digunakan sebagai kas Karang taruna Desa Jembul.

6. Maksimal 5% dari SHU digunakan untuk kas LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan).

7. Maksimal 5% dari SHU digunakan untuk pembagian atas pembebasan lahan warga yang digunakan sebagai ak
jalan wisata.

8. Maksimal 5% dari SHU digunakan untuk kegiatan sosial dan pemeliharaan linkungan.

h. SOP Hadiah (Reward)

1. Reward diberikan kepada petugas yang memiliki loyalitas lebih terhadap pengelolaan wisata.

2. Reward dapat berupa uang atau barang dengan nilai sesuai dengan keputusan Pokdarwis desa wisata Jembul.

Anda mungkin juga menyukai