Deskripsikan konsep kurikulum dan perkembangannya di Indonesia
a) Konsep kurikulum: Kurikulum berkembang sejalan dengan keadaan pendidikan saat itu. Konsep kurikulum ada 3 yaitu kurikulum sebagai sistem, kurikulum sebagai substansi dan kurikulum sebagai bidang studi. Konsep pertama kurikulum sebagai bidang studi artinya kurikulum dikembang sebagai suatu bidang kajian. Tujuannya adalah mengembangkan ilmu mengenai kurikulum dan sistem kurikulum. Konsep kedua, kurikulum sebagai substansi artinya kurikulum sebagai acuan rencana pembelajaran. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Sumber: Sukmadinata, N. S. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. b) Perkembangan kurikulum di Indonesia: Kurikulum berkembang mengikuti zaman dan kebutuhan pendidikan saat itu. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Tahun Kurikulum 1947 Kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Kurikulum pada saat itu masih terpacu pada pendidikan kolonial. Indonesia hanya sedikit meneruskannya. Suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang yang berkobar-kobar dalam merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism maka kurikulum tersebut bertujuan untuk membentukan karakter bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. 1952 Kurikulum pada tahun ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum tahun 1957. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mulai terpacu pada tujuan pendidikan nasional. Pada kurikulum ini semua konsep sudah dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 1964 Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pada kurikulum ini pemerintah berkeinginan agar rakyatnya mempunyai pengetahuan akademik sebagai pembekalan pada jenjang SD. Sehingga kurikulum ini dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Kurikulum ini mengklasifikasian mata pelajaran menjadi 5 bidang yaitu moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. 1975 Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. 1984 Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Pada kurikulum ini siswa ditekankan sebagai subjek. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar- benar fungsional dan efektif. Hal tersebut yang menyebabkan kurikulum ini berorientasi pada tujuan instruksional. 1994 Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini menyebabkan perubahan sistem yaitu yang awalnya menggunakan semester menjadi caturwulan. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. 2004 Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi fokus pada pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna dan keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. 2006 Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada kurikulum KTSP guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. 2013 Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn dan beberapa materi lain, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Pada kurikulum ini siswa dituntut untuk berpikir lebih kreatif, inovatif, cepat dan tanggap Sumber: Sukmadinata, Nana S. (2008). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya : Bandung.