Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH FIQH MUAMALAH

“KERJASAMA (AL-SYIRKAH)”

Dosen Pengampu:

Muh. Baihaqi, M.Si

Disusun Oleh Kelompok VII:

1. Idham Kholiq (180501102)


2. Ulfa Hantika Safitri (180501103)
3. Fitria Handayani (180501108)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur seraya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerjasama (al-Syirkah).” Shalawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah

memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunah untuk keselamatan umat

dunia.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Fiqih Muamalah. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang

Pengertian, dasar hukum, rukun, syarat, dan macam-macam kerjasama (syirkah),

serta hal-hal yang membatalkan dan berakhirnya kerjasama (syirkah). Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muh. Baihaqi, M. Si selaku dosen mata

kuliah Fiqih Mumalah yang telah memberikan arahan dan bimbingan, serta kepada

rekan-rekan yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini

semata-mata karena keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari

berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan

datang.

Sumbawa, 5 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Kata Pengantar .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................2

C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

A. Pengertian dan Dasar Hukum Kerjasama (Syirkah).....................................4

B. Rukun dan Syarat Kerjasama (Syirkah) .......................................................8

C. Macam-Macam Kerjasama (Syirkah) ........................................................11

D. Hal-Hal yang Membatalkan dan Berakhirnya Kerjasama (Syirkah)..........17

BAB III PENUTUP ..............................................................................................21

A. Kesimpulan ................................................................................................21

B. Saran...........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akad merupakan bagian dari macam-macam tasharruf, yaitu segala yang

keluar dari seorang manusia dengan kehendaknya dan syara’ menetapkan

beberapa haknya. Akad mempunyai arti menyimpulkan atau mengikatkan.

Sedangkan menurut komplikasi hukum ekonomi syariah, akad merupakan

kesepakatan dalam suatu perjanjiaan antara dua pihak atau lebih untuk

melakukan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.

Dalam fiqih muamalah terdapat berbagai macam akad, hal itu terjadi

karena berlainan obyek, masyarakat atau agama sendiri telah memberikan

nama-nama itu untuk membedakan yang satu dengan yang lainnya. Berbagai

macam akad tersebut dibagi dalam dua kelompok yaitu Uqudun musammatun

dan Uqud ghoiru musammah. Mengenai macam-macam akad yang terdapat

dalam fiqih muamalah, penulis akan mengerucut pada akad syirkah. Jenis akad

ini termasuk dalam uqud musammatun, dimana akad-akad yang termasuk

didalammnya merupakan akad yang diberikan namanya oleh syara dan

ditetapkan untuknya hukum-hukum tertentu.

Islam membenarkan seorang muslim berdagang dan berusaha secara

perseorangan, membenarkan juga penggabungan modal dan tenaga dalam

bentuk syarikat dagang dan berbagai bentuk. Betapa banyak proyek dan

perusahaan tidak cukup ditangani oleh seorang diri, melaikan harus bergabung

dan bekerjasama dengan orang lain. Pada prinsipnya setiap usaha dan

1
pekerjaan yang menguntungkan seseorang dan masyarakat yang dapat

dikatagorikan sebagai halal dan mengandung kebaikan ditekankan adanya

bentuk kerjasama dan gotong royong, berdasarkan firman Allah SWT dalam

surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya: “Hendaklah kalian saling tolong

menolong dalam kebaikan.” Berdasarkan hal tersebut, maka dalam makalah

ini penulis akan memaparkan atau menjelaskan bentuk kerjasama berupa

syariat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kerjasama (syirkah) dan apa dasar hukum kerjasama

(syirkah) ?

2. Apa saja rukun dan syarat kerjasama (syirkah) ?

3. Apa saja macam-macam kerjasama (syirkah) ?

4. Apa saja hal-hal yang membatalkan dan berakhirnya kerjasama (syirkah) ?

C. Tujuan

1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami pengertian kerjasama (syirkah)

dan dasar hukum kerjasama (syirkah)

2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami rukun dan syarat kerjasama

(syirkah)

3. Pembaca dapat mengetahui dan memahami macam-macam kerjasama

(syirkah)

2
4. Pembaca dapat mengetahui dan memahami hal-hal yang membatalkan dan

berakhirnya kerjasama (syirkah)

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Kerjasama (Syirkah)

1. Pengertian Kerjasama (syirkah)

Kata syirkah dalam bahasa Arab, yaitu:

‫ شركة‬- ‫شارك – شـــارك – شركا‬

Artinya: Bersekutu, berserikat

Secara bahasa syirkah berarti al-ikhtikat (percampuran) atau

persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit

dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau perserikatan usaha. Yang

dimaksud percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya

dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.1

Secara terminologis, menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,

Syirkah (musyarakah) adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam

satu permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu

dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.2 Sedangkan Ulama

mazhab beragam pendapat dalam mendefinisikannya, yaitu antara lain:

a. Ulama Hanafiah

1
Ghufron A Masadi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), hlm. 191.
2
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 220.

4
Menurut ulama Hanafiah, syirkah adalah ungkapan tentang

adanya transaksi akad antara dua orang yang bersekutu pada

pokok harta dan keuntungan.3

b. Ulama Malikiyah

Menurut ulama Malikiyah perkongsian adalah izin untuk

mendayagunakan (tasharuf) harta yang dimiliki dua orang secara

bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan

kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik

keduanya, namun keduanya masing-masing mempunyai hak

untuk bertasharuf.

c. Ulama Syafi’iyah

Menurut ulama Syafi’iyah, syirkah adalah ketetapan hak

pada sesuatu yang dimiliki seseorang atau lebih dengan cara yang

masyhur (diketahui).

d. Ulama Hanabilah

Menurut ulama Hanabilah, syirkah adalah perhimpunan

adalah hak (kewenangan) atau pengolahan harta (tasharuf).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa syirkah

adalah suatu akad kerja sama antara dua orang atau lebih untuk suatu usaha

tertentu dimana setiap pihak memberikan kontribusi dana (atau amal)

3
Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 185.

5
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan.4

2. Dasar Hukum Kerjasama (Syirkah)

a. Al-Qur’an

Dasar perserikatan ini dapat dilihat dalam ketentuan Al-Qur’an

Surah Shad ayat 24:


َّ ْ ِّ ً َ َّ
ْ ٰ َ ‫َٱل ُخ َلط ٓاءَ َلي ْب ِغَب ْع ُض ُه ْمَع‬ َ ْ ُ َ َ ْ َ
َ‫ض َِإَّل‬
ٍ ‫َلَبع‬ ِ ِ ِ ‫قَالَلقدَظلمك َِبسؤ ِالَنعج ِتك َِإ َٰل َِنع‬
‫اج ِهۦََۖو ِإنَك ِث رياَمن‬
َ ُ َّ ْ ْ ُ ٰ َّ َّ َ ُ َ ُ َّ ‫َّٱلذينَءام ُن ۟واَوعم ُل ۟وا‬
َ‫َرَبهۥَوخ َّرَر ِاك ًعاَوأناب‬‫ٱستغفر‬‫يل ََّماَه ْمََۗوظ َّنَد ُاوۥدَأنماَفتن هَف‬
ٌ ‫َٱلص ٰ لح ٰ تَوقل‬
ِ ِ ِ ِ ِ

Artinya: Daud berkata: “Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim

kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada

kambingnya dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang

lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang

saleh dan amat sedikitlah mereka ini.” Dan Daud mengetahui bahwa

Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu

menyungkur sujud dan bertaubat. (QS Shad Ayat 24) 5

Kata khulathaa dalam ayat di atas adalah orang yang melakukan

kerjasama. Ayat ini menunjukkan kebolehenan perkongsian, dan

larangan untuk manzalimi mitra kongsi. 6

Surat Al-Isra ayat 64

4
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 127.
5
QS. Shad (38) ayat 24
6
Saleh Al-Fauzan, Al-Mulakhkhasul Fiqhi, Alih Bahasa Abdul Hayyie al-Kattani, Ahmad
Ikhwani dan Budiman Mushtofa (Jakarta: Cetakan 1 Gema Insani Pers, 2005), hlm. 464.

6
ْ ْ
َ‫مَبخ ْي ِلكَور ِج ِلكَوش ِارك ُه ْم ِ َِفَٱْل ْم ٰو ِل‬ َْ ْ ْ َ ْ ُْ ْ ْ ْ ْ ْ
ِ ‫مَبصو ِتكَوأج ِلبَعلي ِه‬
ِ ‫وٱستف ِززَم ِنَٱستطعت َِمنه‬
ُ ْ ْ
َ‫وٱْل ْول ٰ ِدَو ِعده ْم‬

Artinya: “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi diantara

mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan

berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan bersikatlah dengan

mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka.”

Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwasannya dalam persekutuan

atau perserikatan dibangun dengan prinsip perwalian (perwakilan) dan

kepercayaan atau amanah, maka dalam pelaksanaannya hendaklah

kedua belah pihak menjunjung tinggi kebersamaan dan menjauhi

penghianatan.

b. Hadis

Kemitraan usaha telah dipraktekkan di masa Rasulullah SAW.

Para sahabat terlatih dan mematuhinya dalam menjalakan metode ini.

Rasulullah tidak melarang, bahkan menyatakan persetujuannya dan

ikut menjalankan metode ini.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Hurairah dari Nabi

Muhammad SAW, bersabda:


ُ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ ِ ْ َ ََّ ُ َ ُ ُ َّ ُ ْ ُ َ ْ
َ‫احبهَفَ ِِإَا‬
ِ ‫يَماَلمَيخنَأحدهماَص‬
ِ ‫َالّشيك ر‬
ِ ‫عنَأ ِ يبَهريرةَرفعهَقال َِإنَهللاَيقولَأناَث ِالث‬
ُ ُ
ِ
)‫َضعيف‬:َ‫اَ*َ(تحقيقَاْللباب‬
‫ي‬ ‫خانهَخر ْجت َِم ْنَب ْي ِن ِهم‬

Artinya: Dari Abu Hurairah dan ia merafa’kannya. Ia berkata:

sesungguhnya Allah berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari dua

orang yang bersekutu, selama tidak ada salah seorang diantara mereka

7
yang berkhianat kepada sahabatnya. Apabila ia telah mengkhianatinya,

maka aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Daud dan disahkan oleh

Hakim)7
َْ ْ ُ ٌ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ َّ ‫وع ْنَع ْبد ََا‬
َ‫يبَي ْومَب َد ٍرَ)ََالح ِديثَرو ُاه‬
ُ ‫اَنص‬ ٌ َّ
ِ ‫َ(َاشيكتَأناَوعمارَوسعد َِفيم‬
ِ
ِ :‫َرضَهللاَعنهَقال‬
‫ود ي‬
ُ ْ
ٍ ‫َّللَب ِنَمسع‬
ِ ِ
ُ‫ابَوغ ْ ُيَه‬ َّ
‫النس ِ ي ُّ ر‬

Artinya: Abdullah bin Masud ra berkata:”Aku pernah berserikat

dengan Amar dan Saad dalam segala apa yang kami peroleh pada

peperangan Badar.” (HR. Nasai).

Berdasarkan kedua hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa

perserikatan atau perkongsian dibolehkan dalam Islam. Dan Allah SWT

akan selalu bersama kedua orang yang berkongsi dalam

pengawasannya, penjagaannya dan bantuannya, Allah SWT akan

memberikan bantuan pada kemitraan itu dan menurunkan berkah dalam

perniagaan mereka. Jika keduanya atau salah satu dari keduanya telah

berkhianat, maka Allah SWT akan meninggalkan mereka dengan tidak

memberikan berkah dan pertolongan.

3. Al-Ijma’

Ulama Islam sepakat bahwa syirkah diperbolehkan, hanya saja

mereka berbeda pendapat tentang jenisnya. 8

B. Rukun dan Syarat Kerjasama (Syirkah)

1. Rukun Kerjasama (Syirkah)

7
Mohammad Rifa’i, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 1978), hlm. 423.
8
Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 186.

8
Rukun syirkah diperselisihkan oleh para ulama. Menurut ulama

Hanafiyah, rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan kabul sebab ijab dan kabul

(akad) yang menentukan adanya syirkah. Adapun yang lain seperti dua

orang atau pihak yang berakad dan harta berada di luar pembahasan akad

seperti terdahulu dalam akad jual beli.9

Adapun yang menjadi rukun syirkah menurut ketentuan syirkah Islam

adalah:

a. Sighat (lafadz akad)

b. Orang (pihak-pihak yang mengadakan serikat), yaitu pihak-pihak

yang mempunyai kepentingan dalam mengadakan perserikatan.

c. Pokok pekerjaan (bidang usaha yang dijalankan), yaitu dalam

berserikat atau kerjasama, mereka (orang-orang yang berserikat)

itu menjalankan usaha dalam bidang apa yang menjadi titik sentral

usaha apa yang dijalankan. Orang yang berserikat harus bekerja

dengan ikhlas dan jujur, artinya semua pekerjaan harus berasas

pada kemaslahatan dan keuntungan terhadap syirkah.

Perjanjian pembentukan serikat atau perseroan ini, sighat atau

lafadznya dalam praktiknya di Indonesia sering diadakan dalam bentuk

tertulis, yaitu dicantumkan dalam akte pendirian serikat, yang pada

hakikatnya sighat tersebut berisikan perjanjian untuk mengadakan serikat.

9
Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fiqih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm.
179.

9
Kalimat akad hedaklah mengandung arti izin untuk menjalankan

barang perserikatan. Umpamanya salah seorang diantara keduanya berkata,

“Kita berserikat pada barang ini, dan saya izinkan engkau menjalankannya

dengan jalan jual beli dan lain-lainnya.” Jawab yang lain, “Saya terima

seperti apa yang engkau katakan itu.”

2. Syarat kerjasama (syirkah)

a. Syirkah dilaksankan dengan modal uang tunai

b. Dua orang atau lebih berserikat, menyertakan modal, menyempurnakan

antara harta benda anggota serikat dan mereka bersepakat dalam jenis

dan macam perusahannya.

c. Dua orang atau lebih mencampurkan kedua hartanya, sehingga tidak

dapat dibedakan satu dari yang lainnya.

d. Keuntungan dan kerugian diatur dengan perbandingan modal harta

serikat yang diberikan.

Adapun syarat-syarat untuk orang (pihak-pihak) yang mengadakan

perjanjian serikat atau kongsi itu haruslah:

a. Berakal

b. Baligh

c. Kehendak sendiri (tidak ada unsur paksaan)

Sedangkan mengenai barang modal yang disertakan dalam serikat,

hendaklah berupa:

a. Barang modal yang dapat dihargai (lazimnya sering disebutkan

dalam bentuk uang).

10
b. Modal yang disertakan oleh masing-masing persero dijadikan

satu, yaitu menjadi harta perseroan dan tidak dipersoalkan lagi

mana asal-usul modal itu.

Menyangkut besarnya saham yang dimiliki oleh masing-masing

persero tidak ditentukan dalam syari’at dengan sendirinya para persero

tidak mesti memiliki modal yang sama besar, dengan kata lain para persero

boleh menyertakan modal tidak sama besar (jumlahnya) dengan persero

yang lain.10

C. Macam-Macam Kerjasama (Syirkah)

Para ulama membagi syirkah ke dalam beberapa bentuk, yaitu antara

lain:

a. Syirkah Amlak (kepemilikan)

Syirkah amlak ini adalah beberapa orang memiliki secara

bersama-sama sesuatu barang, pemilikan secara bersama-sama atas

sesuatu barang tersebut bukan disebabkan adanya perjanjian di antara

para pihak (tanpa ada akad atau perjanjian terlebih dahulu), misalnya

pemilikan harta secara bersama-sama yang disebabkan/diperoleh

karena pewarisan.11 Perkongsian ini ada dua macam yaitu antara lain:

1) Perkongsian ikhtiar, yaitu kerjasama yang muncul karena

adanya kontrak dua orang yang bersekutu, misalnya dua

orang yang dihibahkan atau diwariskan sesuatu, lalu

10
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2004), hlm. 76.
11
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003),
hlm. 52.

11
mereka berdua menerima, maka barang yang dihibahkan

atau diwariskan itu menjadi milik mereka berdua itu, atau

dua orang atau lebih berpatungan untuk membeli sesuatu

barang tersebut secara syirkah.

2) Perkongsian ijbar, yaitu perkongsian yang ditetapkan

kepada dua orang atau lebih yang bukan didasarkan pada

perbuatan keduanya, seperti dua orang yang mewariskan

sesuatu, maka yang diberi waris menjadi sekutu mereka.

Contoh, menerima warisan dari orang yang meninggal.

b. Syirkah uqud

Syirkah uqud ini ada atau terbentuk disebabkan para pihak

memang sengaja melakukan perjanjian untuk bekerja sama atau

bergabung dalam suatu kepentingan harta (dalam bentuk penyertaan

modal) dan didirikannya serikat tersebut bertujua untuk memperoleh

keuntungan dalam bentuk harta benda.12 Syirkah uqud ini

diklasifikasikan ke dalam bentuk syirkah al-‘inan, al-mufawadah, al-

‘amaal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda pendapat

tentang al-mudharabah, ada yang menilai masuk dalam katagori al-

musyarokah dan ada yang menilai berdiri sendiri. Penjelasan masing-

masing jenis tersebut adalah sebagai berikut:13

12
Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 186.
13
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003),
hlm. 52.

12
Menurut ulama’ Hanabilah yang sah hanya empat macam, yaitu:

syirkah inan, syirkah abdan, syirkah mudharabah, dan syirkah

wujuh. Mazhab Hanafi membolehkan semua jenis syirkah di atas,

apabila syarat-syarat terpenuhi. Mazhab Maliki membolehkan semua

jenis syirkah, kecuali syirkah wujuh. Asy Syafi’i membatalkan

semua, kecuali syirkah inan dan syirkah mudharabah.14

Ada yang fokus perhatian dalam pembahasan ini adalah serikat

yang timbul atau lahir disebabkan karena adanya perjanjian-

perjanjian atau syirkah uqud, apabila diperhatikan pendapat para ahli

hukum Islam, serikat yang dibentuk berdasar kepada perjanjian ini

dapat diklasifikasikan antara lain:

1) Syirkah ‘inan

Adapun yang dimaksud dengan syirkah ‘inan ini

adalah serikat harta yang mana bentuknya adalah berupa:

“akad” (perjanjian) dari dua orang atau lebih berserikat harta

yang ditentukan oleh keduanya (para pihak) dengan maksud

mendapat keuntungan (tambahan), dan keuntungan itu untuk

mereka yang berserikat. Serikat ‘inan ini pada dasarnya

adalah serikat dalam bentuk penyertaan modal kerja atau

usaha dan tidak disyaratkan agar para anggota serikat atau

persero harus menyetor modal yang sama besar dan tentunya

14
Fathurahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga
Keunagan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 101.

13
demikian halnya dalam masalah wewenang pengurusan dan

keuntungan yang diperoleh.

Menyangkut pembagian keuntungan boleh saja

diperjanjikan bahwa keuntungan yang diperoleh dibagi

secara sama besar dan juga dapat berbentuk lain sesuai

dengan perjanjian yang telah mereka ikat, dan jika usaha

mereka ternyata mengalami kerugian, maka tanggung jawab

masing-masing penyerta modal/persero disesuaikan dengan

besar kecilnya modal yang disertakan oleh para persero, atau

dapat juga dalam bentuk lain sebagaimana halnya dalam

pembagian keuntungan. Kalau diperhatikan dalam

praktiknya di Indonesia, syirkah ‘inan ini dapat

dipersamakan dengan Perseroan Terbatas (PT), CV, Firma,

Koperasi dan bentuk-bentuk lainnya.

2) Syirkah mufawadhah

Syirkah mufawadhah ini dapat diartikan sebagai serikat

untuk melakukan suatu negosiasi, dalam hal ini tentunya

untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau urusan yang dalam

istilah partner kerja atau grup. Dalam serikat ini pada

dasarnya bukan dalam bentuk permodalan, tetapi lebih

ditekankan kepada keahlian.

Menurut para ahli hukum Islam serikat ini mempunyai

syarat-syarat sebagai berikut:

14
a. Modal masing-masing sama

b. Mempunyai wewenang yang sama

c. Mempunyai agama yang sama

d. Masing-masing menjadi pemimpin dan tidak

dibenarkan salah satu diantaranya memiliki

wewenang yang lebih dari yang lain.

Jika syarat-syarat diatas terpenuhi, maka serikat

dinyatakan sah, dan konsekuenasinya masing-masing partner

menjadi wakil pertner yang lain dan sekaligus sebagai

penjamin dan segala perjanjian yang dilakukannya dengan

pihak asing (diluar partner) akan dimintakan

pertanggungjawabannya oleh partner yang lainnya.

3) Syirkah wujuh

Syirkah wujuh ini berbeda dengan serikat sebagaimana

telah dikemukakakan di atas. Adapun yang menjadi letak

perbedaannya, bahwa dalam serikat ini yang dihimpun bukan

modal dalam bentuk uang atau skill, akan tetapi dalam bentuk

tanggung jawab dan tidak sama sekali (keahlian pekerjaan)

atau modal uang.

Para ulama memperselisihkan perserikatan seperti ini.

Ulama Hanfiyah, Hanbilah, dan Zaidiyah menyatakan

hukumnya boleh, karena masing-masing pihak bertindak

sebagai wakil dari pihak lain, sehingga pihak lain tersebut

15
terikat pada transaksi yang dilakukan oleh mitra serikatnya.

Akan tetapi, menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyah,

Zahiriyah, dan Syi’ah Imamiyah, perserikatan ini tidak sah

dan tidak diperbolehkan. Alasannya objek dalam

perserikatan ini adalah modal dan kerja sedangkan dalam

syirkah al-wujuh baik modal maupun kerja yang diadakan

tidak jelas.

4) Syirkah Abdan

Syirkah abdan adalah bentuk kerjasama untuk

melakukan sesuatu yang bersifat karya. Dengan mereka

melakukan karya tersebut mereka membaginya sesuai

dengan kesepakatan yang mereka lakukan, dengan demikian

dapat juga dikatakan sebagai serikat untuk melakukan

pemborongan. Misalnya Tukang Kayu, Tukang Batu,

Tukang Besi berserikat untuk melakukan pekerjaan

membangun sebuah gedung.

Ulama Hanafi, Maliki, dan Hambali membolehkan

syirkah ini baik kedua orang tersebut satu profesi atau tidak.

Mereka merujuk kepada bukti-bukti termasuk persetujuan

terbuka dari Nabi. Lagipula hal ini di dasarkan kepada

perwakilan (wakalah) yang juga dibolehkan. Dalam syirkah

jenis ini telah lama dipraktikkan.

5) Syirkah mudharabah

16
Syirkah mudharabah adalah kerjasama usaha antara

dua pihak dimana pihak pertama (sohibul maal) sebagai

penyedia modal, sedangkan pihak yang lainnya menjadi

pengelola (mudharib). Kontrak kerjasama modal dan seorang

pekerja untuk mengelola uang dari pemilik modal dalam

perdagangan tertentu keuntungannya dibagi sesuai

kesepakatan bersama sedangkan kerugian yang diderita

menjadi tanggung pemilik modal.

Menurut jumhur ulama (Hanafiah, Malikiyah,

Syafiyah, Zahiruiyah, dan Syiah Imamiyah) tidak

memasukkan transaksi mudhrabah sebagai salah satu bentuk

perserikatan, karena mudharabah menurut mereka

merupakan akad tersindiri dalam bentuk kerja sama yang lain

yang tidak dinamakan dengan perserikatan.15

D. Hal-Hal yang Membatalkan dan Berakhirnya Kerjasama (Syirkah)

1. Batalnya perjanjian syirkah

Ketika kita melaksanakan perjanjian, tidak semua pihak menepati

hasil kesepakatan dalam perjanjian, sehingga perjanjian yang telah

disepakati itu akan batal, begitu pula dengan perjanjian syirkah. Adapun

perkara yang membatalkan syirkah terbagi atas dua hal, yaitu:

a. Pembatalan syirkah secara umum

 Pembatalan dari seorang yang bersekutu

15
Daeng Naja, Akad Bank Syariah, (Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2011), hlm. 52.

17
 Meningalnya salah seorang syarik (teman/kawan)

 Salah seorang syarik murtad atau membelot ketika perang

 Gila

 Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan


atas nama syirkah

b. Pembatalan syirkah secara khusus

 Harta syirkah rusak


Apabila harta syirkah seluruhnya atau harta salah

seorang rusak sebelum dibelanjakan, perkongsian batal. Hal

ini terjadi pada syirkah amwal. Alasannya yang menjadi

barang transaksi adalah harta, maka kalau rusak akad

menjadi batal sebagaimana terjadi pada transaksi jual beli.

 Tidak ada kesamaan modal


Apabila tidak ada kesamaan modal dalam syirkah

mufawadhah (kerjasama antara dua orang atau lebih) pada

awal transaksi, perkongsian batal sebab hal itu merupakan

syarat transaksi syirkah mufawadah.16

2. Berakhirnya akad syirkah

Menurut Ahmad Azhar Basyir terdapat enam penyebab utama

berakhirnya syirkah yang telah diakadkan oleh pihak-pihak yang

melakukan syirkah, yaitu:

16
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 134

18
a. Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal dimana jika salah satu

pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang

lainnya. Hal ini disebabkan syirkah adalah akad yang terjadi atas

dasar rela sama rela dari kedua belah pihak yang tidak ada

keharusan untuk dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak

menginginkannya lagi.

b. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk ber-tasharruf

(keahlian mengelola harta) baik karena gila ataupun karena alasan

lainnya.

c. Salah satu pihak meninggal dunia. Tetapi apabila anggota syirkah

lebih dari dua orang yang batal hanyalah yang meninggal saja.

Syirkah berjalan terus pada anggota-anggota yang masih hidup.

Apabila ahli waris anggota yang meninggal menghendaki turut

serta dalam syirkah tersebut maka dilakukan perjanjian baru bagi

ahli waris yang bersangkutan.

d. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampuan (sifat pribadi yang

dianggap tidak cakap). Pengampuan yang dimaksud di sini baik

karena boros yang terjadi pada waktu perjanjian syirkah tengah

berjalan maupun sebab yang lainnya.

e. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi

atas harta yang menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukakan

oleh Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali. Hanafi berpendapat

19
bahwa keadaan bangkrut itu tidak membatalkan perjanjian yang

dilakukan oleh yang bersangkutan.

f. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas

nama syirkah. Bila modal tersebut lenyap sebelum terjadi

percampuran harta hingga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi yang

menanggung resiko adalah para pemiliknya sendiri. Apabila harta

lenyap setelah terjadi percampuran yang tidak bisa dipisah-

pisahkan lagi menjadi resiko bersama. Kerusakan yang terjadi

setelah dibelanjakan menjadi resiko bersama. Apabila masih ada

sisa harta syirkah masih dapat berlangsung dengan kekayaan yang

masih ada.17

17
Setiawan, Deny, “Kerja sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Ekonomi. Vol.
21, No. 3, September 2020.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa Al-Syirkah

itu merupakan suatu kerja sama dengan cara menggabungkan suatu harta untuk

dijadikan modal usaha yang melibatkan antara dua orang atau lebih, yang

kemudian setelah harta tersebut digabung maka harta tersebut menjadi milik

bersama yang dalam arti tidak dapat dibedakan lagi harta tersbut berasal dari

siapa. Dalam Syirkah ini terdapat rukun dan syarat, yang dimana secara umum

rukun Syirkah yakni adanya Ijab dan Kabul, kemudian syaratnya yakni berakal

dan telah baligh.

Selanjutnya, Syirkah ini menurut para ulama di bagi menjadi dua

macam yakni Syirkah Amlak dan Syirkah Uqud. Kemudian dalam

melaksanakan perjanjian kerjasama atau Syirkah ini ada hal-hal yang dapat

membatalkan dan mengakhirinya, di mulai dari hal yang membatalkan dibagi

menjadi dua yakni pembatalan secara umum dan secara khusus, kemudian ada

hal-hal yang menyebabkan berakhirnya Syirkah yang berdasarkan pendapat

ulama terdapat enam penyebab berakhirnya Syirkah ini.

B. Saran

Mungkin penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, mohon

maaf bila masih banyak kekurangan dalam pengerjaan tugas ini, maka dari itu

21
saran dari rekan-rekan sekalian yang sifatnya membangun sangat kami

harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fauzan, Saleh. Al-Mulakhkhasul Fiqh. Jakarta: Gema Insani Pers, 2005.

Deny, Setiawan.“Kerja sama (Syirkah) Dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Ekonomi.


Vol. 21, No. 3, September 2020.

Djamil, Fathurahman. Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di


Lembaga Keunagan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Mardani. Fiqih Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana, 2012.

Masadi, Ghufron A. Fiqih Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2002.

Naja, Daeng. Akad Bank Syariah. Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2011.

Pasaribu, Chairuman dan Suhrawardi K. Lubis. Hukum Perjanjian dalam Islam.


Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Rifa’i, Mohammad. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: Karya Toha Putra, 1978.

Sahrani, Sohari Ru’fah Abdullah. Fiqih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia,


2011.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia,


2003.

Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011.

Syafe’i, Rachmad. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2000.

23
SKRIP DISKUSI

[09:08, 18/11/2020] Idham: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

[09:08, 18/11/2020] Wahyu AU: Waalaikumussalam wr wb

[09:08, 18/11/2020] Luluq Mujiati: waalaikumussalam

[09:08, 18/11/2020] Widya Rike: Wa'alaikumsalam wr. Wb.

[09:09, 18/11/2020] Idham: Yang saya hormati bapak Muh. Baihaqi, M.Si
selaku dosen pengampu dan teman-teman yang saya banggakan, kami
dari kelompok 7 akan mempresentasikan makalah kami yang judul
Al-Syirkah.

[09:09, 18/11/2020] Idham: Untuk diskusi hari ini saya sebagai moderator
akan memandu jalannya diskusi.

[09:10, 18/11/2020] Idham: Sebelumnya saya mohon perhatian teman-teman


untuk memperhatikan apa yang akan disampaikan para pemateri
beberapa saat lagi

[09:10, 18/11/2020] Diana: Waalaikumussalam

[09:10, 18/11/2020] Sulastri: Wa'alaikumsalam wr. Wb.

[09:10, 18/11/2020] Idham: okeLangsung saja, kepada pemateri pertama


disilahkan

[09:12, 18/11/2020] Ria: Assalamu'alaikum wr. wb

Saya Fitria Handayani (180501105) selaku pemateri pertama akan


menyampaikan materi tentang pengertian dan dasar hukum
kerjasama (Syirkah)

[09:12, 18/11/2020] Ria: 1. Pengertian Kerjasama (syirkah)

Kata syirkah dalam bahasa Arab, yaitu:

24
‫ شرك ا – شـــارك – شارك‬- ‫شرك ة‬

Artinya: Bersekutu, berserikat

Secara bahasa syirkah berarti al-ikhtikat (percampuran) atau

persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit

dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau perserikatan usaha. Yang

dimaksud percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya

dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.

Secara terminologis, menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,

Syirkah (musyarakah) adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam

satu permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu

dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.

[09:13, 18/11/2020] Ria: Sedangkan Ulama

mazhab beragam pendapat dalam mendefinisikannya, yaitu antara lain:

a. Ulama Hanafiah

Menurut ulama Hanafiah, syirkah adalah ungkapan tentang

adanya transaksi akad antara dua orang yang bersekutu pada

pokok harta dan keuntungan.3

b. Ulama Malikiyah

Menurut ulama Malikiyah perkongsian adalah izin untuk

mendayagunakan (tasharuf) harta yang dimiliki dua orang secara

bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan

25
kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik

keduanya, namun keduanya masing-masing mempunyai hak

untuk bertasharuf.

c. Ulama Syafi’iyah

Menurut ulama Syafi’iyah, syirkah adalah ketetapan hak

pada sesuatu yang dimiliki seseorang atau lebih dengan cara yang

masyhur (diketahui).

d. Ulama H…

[09:16, 18/11/2020] Ria: 2. Dasar Hukum Kerjasama (Syirkah)

a. Al-Qur’an

Dasar perserikatan ini dapat dilihat dalam ketentuan Al-Qur’an

Surah Shad ayat 24:

Artinya: Daud berkata: “Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim

kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada

kambingnya dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang

lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang

saleh dan amat sedikitlah mereka ini.” Dan Daud mengetahui bahwa

Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu

menyungkur sujud dan bertaubat. (QS Shad Ayat 24)

[09:17, 18/11/2020] Ria: b. Hadis

26
Kemitraan usaha telah dipraktekkan di masa Rasulullah SAW.

Para sahabat terlatih dan mematuhinya dalam menjalakan metode ini.

Rasulullah tidak melarang, bahkan menyatakan persetujuannya dan

ikut menjalankan metode ini.

3. Al-Ijma’

Ulama Islam sepakat bahwa syirkah diperbolehkan, hanya saja

mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.

[09:18, 18/11/2020] Ria: Silahkan dibaca dan dipahami teman-teman

Sekian dari saya, terimakasih

[09:19, 18/11/2020] Idham: Terima kasih

Sebelum penyampaian dari pemateri kedua, saya berikan waktu 5 menit utk
memahami apa yg sudah di sampaikan oleh pemateri pertama

[09:24, 18/11/2020] Idham: Baik, kepada pemateri kedua disilahkan

[09:24, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Baik, terima kasih moderator

[09:26, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Saya Ulfa Hantika (185051103)


akan melanjutkan pembahasan dari pemateri pertama tentang rukun,
syarat, dan macam macam syirkah

[09:28, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Adapun yang menjadi rukun


syirkah menurut ketentuan syirkah Islam yaitu adanya sighat (lafadz
akad), pihak-pihak yang mengadakan serikat), serta pokok pekerjaan
(bidang usaha yang dijalankan)

[09:31, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Sedangkan syarat syirkah yaitu

1. Syirkah dilaksanakan dengan modal uang tunai

27
2. Dua orang atau lebih berserikat, menyertakan modal, menyempurnakan
antara harta benda anggota berserikat dan mereka sepakat dalam
jenis dan macam perusahaannya

3. Dua orang/lebih mencampurkan kedua hartanya, sehingga tidak dapat


dibedakan satu dari yang lainnya

4. Keuntungan dan kerugian diatur dengan perbandingan modal harta


serikat yang diberikan

[09:33, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Terkait dengan macam-macam


syirkah, syirkah dibagi menjadi beberapa macam, yaitu syirkah
amlak dan syirkah uqud

[09:33, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: 1. Syirkah amlak yaitu kepemilikan


secara bersama atas suatu barang, dimana syirkah ini tidak
disebabkan oleh adanya perjanjian atau tidak adanya akad terlebih
dahulu. Misalnya warisan, hadiah dll. Contohnya si A dan si B
diberikan warisan atau hadiah mobil, maka mobil tersebut menjadi
milik keduanya. Syirkah amlak ini dibagi menjadi dua, yaitu
perkongsian ikhtiar dan perkongsian ijbar

[09:34, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: 2. Selanjutnya yaitu syirkah uqud,


yaitu terbentuk disebabkan para pihak memang sengaja melakukan
perjanjian untuk bekerja sama atau bergabung dalam suatu
kepentingan harta (dalam bentuk penyertaan modal) dan
didirikannya serikat tersebut bertujuan untuk memperoleh
keuntungan.

[09:34, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Syirkah uqud dibagi dalam


beberapa bentuk, yaitu:

[09:34, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: - Syirkah ‘inan, adalah kerjasama


yang dilakukan antara dua orang tau lebih, dimana masing masing
pihak menyertkan modalnya dimana modal tersebut tidak mesti

28
harus sama besar, dan pembagian keuntungan dan kerugian
tergantung kesepakatan.

[09:35, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: - Syirkah mufawadhah, yaitu kerja


sama antara dua orang atau lebih diimana setip pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartispasi dalam kerja.

[09:35, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: - Syirkah wujuh. Syirkah wujuh


berbeda dengan syirkah ‘inan dan mufawadhah, dimana syirkah
‘inan menekankan dalam bentuk modal, dan syirkah mufawadhah
pada keahlian, sedangkan syirkah wujuh ini lebih kepada tanggung
jawab.

[09:35, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: - Syirkah abdan, yaitu perserikatan


yang dilaksanakan oleh dua pihak untuk menerima suatu pekerjaan.

[09:36, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: - Syirkah mudharabah adalah


kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (sohibul
maal) sebagai penyedia modal, sedangkan pihak yang lainnya
menjadi pengelola (mudharib). Kontrak kerjasama modal dan
seorang pekerja untuk mengelola uang dari pemilik modal dalam
perdagangan tertentu keuntungannya dibagi sesuai kesepakatan
bersama sedangkan kerugian yang diderita menjadi tanggung pemilik
modal.

[09:36, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: sekian penyampaian meteri dari


saya, saya kembalikan kepada moderator @Idham

[09:37, 18/11/2020] Idham: Baik terima kasih

Saya berikan waktu 5 menit utk memahami sebelum penyapaian dari


pemateri terakhir

29
[09:42, 18/11/2020] Idham: Oke, saya juga rangkap sebagai pemateri
terakhir akan menyapaikan terkait dengan Hal-hal yang
Membatalkan dan Berakhirnya Kerjasama (Syirkah)

[09:43, 18/11/2020] Idham: 1. ................................. Batalnya perjanjian syirkah

Ketika melaksanakan suatu perjanjian, tidak semua pihak menepati hasil


kesepakatan dalam perjanjian, sehingga perjanjian yang telah
disepakati itu akan batal, begitu pula dengan perjanjian syirkah.
Adapun perkara yang membatalkan syirkah terbagi atas dua hal
yakni secara umum dan khusus.

a. Pembatalan syirkah secara umum

- Pembatalan dari seorang yang bersekutu

- Meningalnya salah seorang syarik (teman/kawan)

- Salah seorang syarik murtad atau membelot ketika perang

- Salah seorang mengalami gangguan jiwa (Gila)

- Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama


syirkah

b. Pembatalan syirkah secara khusus

- Harta syirkah rusak

Apabila harta syirkah seluruhnya atau harta salah seorang rusak


sebelum dibelanjakan,…

[09:43, 18/11/2020] Idham: 2. .................................... Berakhirnya akad syirkah

Menurut ulama yakni Ahmad Azhar Basyir terdapat enam penyebab utama
berakhirnya syirkah yang telah diakadkan oleh pihak-pihak yang
melakukan syirkah, yaitu:

30
a. Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal dimana jika salah satu
pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang
lainnya. Hal ini disebabkan syirkah adalah akad yang terjadi atas
dasar rela sama rela dari kedua belah pihak yang tidak ada
keharusan untuk dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak
menginginkannya lagi.

b. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk ber-tasharruf


(keahlian mengelola harta) baik karena gila ataupun karena alasan
lainnya.

c. Salah satu pihak meninggal dunia. Tetapi apabila anggota syirkah


lebih dari dua orang yang batal hanyalah …

[09:44, 18/11/2020] Idham: Di ucapkan terima kasih kepada semua pemateri

[09:44, 18/11/2020] Idham: Selanjutnya sebelum saya buka sesi tanya jawab,
saya memberikan waktu 10 menit untuk memahami apa yang sudah
di sampaikan oleh pemateri dan juga menyiapkan pertanyaan

[09:45, 18/11/2020] Mazid: Izin bertanya, nama saya Ahmad Yaumul Mazid
180501106. Izin bertanya, terkait dengan syirkah. Sering kita temua,
ada yang kerjanya maksimal ada yang ndak. Tapi mau keuntungan
yang sama. Ini kan dapat menimbulkan kecemburuan. Bagiaman
menurut pemateri??

[09:45, 18/11/2020] Aca: Nama: Ravica Agustina Putri

Nim: 180501095

Izin bertanya

Misalkan ada 2 org atau lebih lah yg sedang melakukan kerjasama/syikah yg


dimana jangka waktu sebelumnya udh disepakati misalkan 1 tahun,
nah pertanyaannya apakah salah satu dari mitra syirkah tersebut

31
boleh keluar kapan saja dari kerjasama yg sudah di buat sebelumnya
atau tidak?

Mohon penjelasannya

[09:45, 18/11/2020] Luluq Mujiati: Assalamualaikum wr wb

Sy Luluq Mujiati (180501117) dari klmpok 11 ingin bertanya kpd klompok


yg bertugas

Bisakah pemateri menyebutkan dan menjelas kan apa saja perbedaan dan
jenis ijma' dari para ulama terhadap syirkah tersebut?

dan Apakah koperasi termasuk dalam Syirkah/musyarakah?

sekian🙏

Terima kasih

[09:47, 18/11/2020] Idham: Iyaa baik, berhubung guna mengefisiensikan


waktu kepada penanya yg sudah melontarkan pertanyaan kami
terima

[09:48, 18/11/2020] Idham: Berhubung sudah 3 orang yg pertnyaan, untuk yg


ingin bertanya di simpan dulu pertanyaan.

[09:49, 18/11/2020] Idham: Apabila masih ada waktu, nanti kami akan
membuka sesi tanya jawab kedua

[09:50, 18/11/2020] Hazwan: Mantap

[09:52, 18/11/2020] Sandi: 👍

[09:53, 18/11/2020] Idham: Baik, utk pertanyaan dari saudara @Mazid Saya
yg akan menjawab

Mengenai keuntungan, sebelum menjalinnya suatu kerjsama tentu ada


perjanjian mengenai jumlah modal yg di keluarkan, jumlah

32
keuntungan yg akan di peroleh, tentu akan di bicarakan terlebih
dahulu. Guna meminimalisir ketika kerjsama sudah berjalan ada
kecemburuan dari adanya ketidak adilan dalam pembagian
keuntungan

[09:54, 18/11/2020] Idham: Silahkan di tanggapi saudara @Mazid

[09:56, 18/11/2020] Mazid: Lanjut

[09:57, 18/11/2020] Idham: Apakah sudah paham??

[09:57, 18/11/2020] Ria: Izin menjawab pertanyaan dari saudari @Aca


moderator

[09:57, 18/11/2020] Idham: Tahan dulu

[09:58, 18/11/2020] Idham: Bagaimana??

[09:59, 18/11/2020] Idham: Atau ada dari teman² yg lain yg ingin


menambahkan terkait pertanyaan Saudara Mazid

Saya Persilahkan

[10:00, 18/11/2020] Idham: Oke, baik karena sudah tidak ada respon, kepada
saudari @Ria Disilahkan utk menjawab

[10:01, 18/11/2020] Idham: Pertanyaan dari saudara @Mazid Saya anggap


clear

[10:01, 18/11/2020] Ria: Terimakasih moderator

[10:01, 18/11/2020] Ria: Baik disini saya akan menjawab pertanyaan dari
saudari @Aca

[10:02, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Benar, terkait keuntungan


tergantung kesepakatan mitra kongsi, agar tidak ada kecemburuan

33
[10:03, 18/11/2020] Ria: Ketika melaksanakan suatu perjanjian, tidak semua
pihak menepati hasil kesepakatan dalam perjanjian, sehingga
pernjanjian yang telah disepakati itu akan batal.

Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal dimana jika salah satu pihak
membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang lainnya.
Hal ini disebabkan syirkah adalah akad yang terjadi atas dasar rela
sama rela dari kedua belah pihak atau lebih yang tidak ada
keharusan untuk dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak
menginginkannya lagi

[10:05, 18/11/2020] Ria: Kembali lagi pada pengertian syirkah tersebut juga
yang dimana syirkah itu adalah kerjasama antara dua orang atau
lebih dalam satu permodalan, keterampilan atau kepercayaan di
usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah

[10:05, 18/11/2020] Ria: Jadi kalau salah satu pihak atau mitra syirkah
tersebut keluar maka kerjasama tersebut juga akan batal

[10:06, 18/11/2020] Ria: Bagaimana saudari @Aca ?

[10:07, 18/11/2020] Idham: Silahkan saudari @Aca Ditanggapi

[10:07, 18/11/2020] Aca: Brarti walaupun udh berjalan misalkan setengah


perjalanan lah tetep dia batal atau gimana

[10:08, 18/11/2020] Idham: @Ria Silahkan respon

[10:09, 18/11/2020] Ria: Tetap akan batal meskipun dari pihak lainnya
belum ada persetujuan

[10:11, 18/11/2020] Aca: Trus modal yg dia keluarkan itu akan hangus atau
gimana?

[10:12, 18/11/2020] Aca: Atau di kembalikan lagi

[10:12, 18/11/2020] Idham: @Ria

34
[10:12, 18/11/2020] Sandi: tambahan dikit boleh moder?

[10:13, 18/11/2020] Idham: Tahan dulu saudara, di utamain dulu respon dari
pemateri

[10:15, 18/11/2020] Sandi: 👍

[10:16, 18/11/2020] Idham: Lanjut @Ria

[10:18, 18/11/2020] Ria: Modal dari masing2 pihak akan kembali

[10:19, 18/11/2020] Idham: Saudari @Aca Bagaimana??

[10:20, 18/11/2020] Aca: Mungkin ada tambahan dari temen temen yg lain

[10:21, 18/11/2020] Idham: Baik, saya beri kesempatan kepada teman-teman


yg lain yg ingin menanggapi terkait pertanyaan aja, ataupun memberi
tambahan terkait jawaban dari pemateri

[10:21, 18/11/2020] Idham: Disilahkan

[10:21, 18/11/2020] Idham: Teman-teman

[10:21, 18/11/2020] Idham: @Sandi

[10:22, 18/11/2020] Idham: Ayoo

[10:23, 18/11/2020] Aca: Klo gak ada lanjut dh

[10:24, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Izin menjawab pertanyaan saudara


@Luluq Mujiati

[10:24, 18/11/2020] Idham: Tahan pemateri, tunggu instruksi dari saya

[10:24, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Oke moderator😁

[10:25, 18/11/2020] Sandi: Ok dikit aja yah, terkait tadi dalam suarmtu akad
sirkah boleh batal ketika perjanjian dlaam sirkah itu di langgar,
otomatis itu dah batal, kedua ketika salah satu pihak membatalkan

35
secara sepihak juga batal akad nya, dan terkait modal dan lainnya
akan dikembalikan sesuai porsi dan andil masing masing mereka yg
melakukan akad tersebut,

demikian terima kasih moder

[10:26, 18/11/2020] Idham: Baik, terima kasih saudara @Sandi

[10:26, 18/11/2020] Idham: Bagaimana saudari @Aca

[10:26, 18/11/2020] Idham: ??

[10:26, 18/11/2020] Aca: Pahammm moderator

[10:26, 18/11/2020] Aca: Lanjut

[10:27, 18/11/2020] Idham: Baik, terima kasih

[10:27, 18/11/2020] Idham: Pertanyaan dari saudari @Aca Saya anggap clear

[10:27, 18/11/2020] Idham: Di silahkan saudari @Ulfa Hantika Safitri Untuk


menjawab pertanyaan dari saudari @Luluq Mujiati

[10:29, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Baik saya akan menjawab


pertanyaan dari saudari @Luluq Mujiati

[10:30, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Yang menjadi perbedaan pendapat


para ulama disini adalah terkait syirkah uqud

[10:30, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Syirkah uqud ini diklasifikasikan


kedalam bentuk syirkah: al-‘inan, al-mufawadah, al’amaal (abdan),
al-wujuh, dan al-mudharabah.

[10:31, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Menurut ulama Hanabilah, yang


sah hanya empat macam, yaitu: syirkah inan, syirkah abdan, syirkah
mudharabah, dan syirkah wujuh. Mazhab Hanafi memboehkan
semua jenis syirkah di atas, apabila syarat-syarat terpenuhi. Mazhab
Maliki memboloehkan semua jenis syirkah, kecuali syirkah wujuh.

36
Asy Syafi'i membatalkan semua, kecuali syirkah inan dan syirkah
mudharabah.

[10:31, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Untuk penjelasan lebih lengkapnya


sebagai berikut:

[10:32, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: 1. Syirkah ‘inan

Yang menjadi perbedaan para ulama disini adalah terkait pembagian


keuntungan. Dimana menyangkut pembagian keuntungan boleh saja
diperjanjikan bahwa keuntungan yang diperoleh dibagi secara sama
besar dan juga dapat berbentuk lain sesuai dengan perjanjian yang
telah mereka ikat. Dan jika usaha mereka ternyata mengalami
kerugian, maka tanggung jawab masing-masing penyerta
modal/persero disesuaikan dengan besar kecilnya modal yang
disertakan oleh para persero, atau dapat juga dalam bentuk lain
sebagaimana halnya dalam pembagian keuntungan.

[10:32, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Menurut Mazhab Hanafi dan


Hambali mengizinkan salah satu dari alternatif berikut. Pertama,
keuntungan dari kedua belah pihak dibagi menurut porsi dana
mereka. Kedua, keuntungan bisa dibagi secara sama tetapi kontribusi
dana masing-masing pihak mungkin berbeda. Ketiga, keuntungan
bisa dibagi secara tidak sama tetapi dana yang diberikan sama. Ibnu
Qudamah mengatakan, “Pilihan dalam keuntungan dibolehkan
dengan adanya kerja, karena seorang dari mereka mungkin lebih ahli
dalam bisnis dari yang lain dan ia mungkin lebih kuat ketimbang
yang lainnya dalam melaksanakan pekerjaannya. Karenanya, ia
diizinkan untuk menuntut lebih dari bagian keuntungannya”.

[10:33, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Sedangkan menurut Mazhab Maliki


dan Syafi'i menerima jenis syirkah dengan syarat keuntungan dan
kerugian dibagi secara proporsional sesuai dana yang ditanamkan.

37
Dalam pandangan mereka, keuntungan jenis syirkah ini dianggap
keuntungan modal.

[10:33, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: 2. Syirkah mufawadhah

Menurut ulama Hanafi dan Maliki memperbolehkan syirkah jenis ini tetapi
memberikan banyak batasan terhadapnya. Yang paling penting
dalam perserikatan ini, baik modal, kerja, keuntungan maupun
kerugian, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sementara
menurut ulama Syafi'iyah dan Hanabilah tidak membolehkan akad
seperti ini, karena sulit untuk menetapkan prinsip kesamaan modal,
kerja, dan keuntungan dalam perserikatan ini.

[10:34, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Imam Syafi’i berkata: perserikatan


mufawadah adalah batil, kecuali pihak yang berserikat memahami
makna mufawadhah dengan arti mencampurkan harta dan pekerjaan
lalu membagi keuntungan, maka ini tidak mengapa. Apabila
beberapa pihak mengadakan perserikatan mufawadhah dan
mempersyaratkan bahwa makna mufawadhah adalah seperti diatas,
maka perserikatanya sah. Akan tetapi bila yang mereka maksudkan
dengan mufawadhah adalah pihak yang berserikat dalam segala hal
yang nmereka dapatkan melalui cara apapun, baik dengan sebab
harta ataupun yang lainya, maka perserikatan tidak dapat
dibenarkan.

[10:35, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: 3. Syirkah Wujuh

Menurut ulama Hanafiyah, Hanabilah, dan Zaidiyah menyatakan


hukumnya boleh, karena masing-masing pihak bertindak sebagai
wakil dari pihak lain, sehingga pihak lain tersebut terikat pada
transaksi yang dilakukan oleh mitra serikatnya. Akan tetapi, menurut
ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Zahiriyah, dan Syi‟ah Imamiyah,
perserikatan ini tidak sah dan tidak diperbolehkan. Alasannya objek
dalam perserikatan ini adalah modal dan kerja sedangkan dalam

38
syirkah al-wujuh baik modal maupun kerja yang diakadkan tidak
jelas.

[10:35, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: 4. Syirkah Abdan

Menurut Ulama Hanafi, Maliki, dan Hambali membolehkan syirkah ini baik
kedua orang tersebut satu profesi atau tidak. Mereka merujuk
kepada bukti-bukti termasuk persetujuan terbuka dari Nabi.
Lagipula hal ini didasarkan kepada perwakilan (wakalah) yang juga
dibolehkan. Dalam syirkah jenis ini telah lama dipraktikan.

[10:36, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: 5. Syirkah Mudharabah

Menurut jumhur Ulama (Hanafiah, Malikiyah, Syafiiyah Zahiruiyah, dan


Syiah Imamiyah) tidak memasukan transaksi mudharabah sebagai
salah satu bentuk perserikatan, karna mudharabah menurut mereka
merupakan akad tersendiri dalam bentuk kerja sama yang lain yang
tidak dinamakan dengan perserikatan.

[10:36, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: Untuk memudahkan pemahaman


saudari penanya silhakn dibaca lagi terkait pembagian syirkah

[10:37, 18/11/2020] Luluq Mujiati: lalu bagaimana dgn koperasi?

[10:38, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: terkait dengan koperasi termasuk


dalam syirkah

[10:39, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: karena dana koperasi berasal dari
anggota dan dikelola secara bersama dan keuntungannya pun untuk
bersama

[10:39, 18/11/2020] Luluq Mujiati: baik trima kasi pemateri👍

[10:39, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: maka hal tersebut sesuai dengan
prinsip syirkah

39
[10:40, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: oiya perlu saya luruskan, bahwa
syirkah dan musyarokah itu sama

[10:40, 18/11/2020] Sandi: Tergantung juga��

[10:40, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: ya, secara umumnya seperti itu

[10:41, 18/11/2020] Idham: Silahkan teman² lain saya beri kesempatan untuk
menanggapi

[10:41, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: atau mungkin bisa ditambahkan

[10:44, 18/11/2020] Sandi: ketika koperasi di bangun dari awal benar akad
yg digunakan adalah sirkah dan ini merupakan akad usaha, nah
berbeda ketika berbicara produk koperasi, maka akan muncul akad
akad lain sesuai tujuan dan ketentuan yg ada. Konsep sirkah adalah
konsep kongsi antara 2 pihak atau 2 kelompok.

demikian terima kasih

[10:45, 18/11/2020] Ulfa Hantika Safitri: maka berlakulah akad wujuh,


dimana akad wujuh ini bagian dari akad uqud

[10:45, 18/11/2020] Sandi: 👍

[10:46, 18/11/2020] Idham: Dan tambahan dari saya, pada koperasi itu
menggunakan yg namanya Syirkah Ta'awuniyah atau peseroan
tolong menolong

[10:46, 18/11/2020] Idham: Baik, saya berikan kesempatan lagi kepada


teman² yg lain utk menanggapi atau memberi tambahan

Disilahkan

[10:47, 18/11/2020] Idham: Silahkan @Rahma

40
[10:49, 18/11/2020] Idham: Oke baik, karena tidak ada yg menanggapi.
Untuk semua pertanyaan pada sesi pertama saya nggak sudah tuntas

[10:51, 18/11/2020] Idham: Dari sekarang samapi 5 atau 10 menit kedepan


saya membuka sesi tanya jawab ke 2 dengan jumlah pertantaan 1

[10:51, 18/11/2020] Umam: Boleh menambahkan

[10:51, 18/11/2020] Idham: Baik, di silahkan saudara

[10:52, 18/11/2020] Idham: Yang ingin bertanya saya beri kesempatan, ayoo

[10:52, 18/11/2020] Rahma: Mau menambahkan tapi nggak jadi�

[10:52, 18/11/2020] Rahma: Keburu ditutup

[10:53, 18/11/2020] Idham: Sudah saya buka, silahkan bertanya bagi yg ingin
bertanya

[10:53, 18/11/2020] Idham: Bagaimana saudara @Umam ??

[10:55, 18/11/2020] Idham: Sampai pukul 12.00 bila tidak ada yg ingin
bertanyaa atau pun memberikan tanggapan maka diskusi hari ini
akan saya tutup

[10:58, 18/11/2020] Idham: Ayo yg ingin bertanya silahkan, nanti para


penanya akan di cantumin loh namanya pada makalah kami pada
transkrip diskusi hari ini

[10:59, 18/11/2020] Pak Baihaqi: Syirkah dg koperasi relatif sama.

Yg membedakan adalah sistem pembagian hasil.

[10:59, 18/11/2020] Umam: Berhubung waktu lanjutkan dah

[11:00, 18/11/2020] Idham: Baik pak terima kasih atas pelurusannya

[11:00, 18/11/2020] Idham: Baik terima kasih saudara

41
[11:01, 18/11/2020] Idham: Karena tidak ada bayang² yg ingin bertanya

[11:01, 18/11/2020] Idham: Saya ucapkan terima kasih atas perhatian teman-
teman semua, semoga diskusi kita pada hari ini bisa barokah dan
menjadi pahala bagi kita semua.

[11:01, 18/11/2020] Idham: Baik, saya akhiri Assalamualaikum


warahmatullahi wabarakatuh

Moderator: Idham Kholiq


Pemateri:
1. Fitria Handayani
2. Ulfa Hantika Safitri
3. Idham Kholiq
Penanya:
1. Ahmad Yaumul Mazid
2. Ravica Agustina Putri
3. Luluq Mujiati
Menambahkan: Ahmad Sandiffu’ad

42

Anda mungkin juga menyukai