Bab Ii Kajian Pustaka: Academy of Ophthalmology Staff, 2014-2015a)
Bab Ii Kajian Pustaka: Academy of Ophthalmology Staff, 2014-2015a)
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Lensa
adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi memfokuskan
cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki dua permukaan,
optikal yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat (Lang, 2000; American
Secara histologis, lensa memiliki empat komponen utama, yaitu kapsul lensa,
epitelial subkapsular, korteks, dan nukleus. Kapsul lensa terdiri dari kapsul anterior
dan kapsul posterior. Kapsul ini merupakan suatu membran basalis dan terutama
terdiri atas kolagen tipe IV, beberapa serat kolagen lain dan komponen matriks
2015a).
Epitelial subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat
pada permukaan anterior lensa. Epitelial subkapsular yang berbentuk kuboid akan
berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan
membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan
terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa. (Kanski,
Nukleus merupakan serat massa lensa yang terbentuk sejak lahir sedangkan
korteks merupakan serat yang terbentuk setelah lahir. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteks. Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis
dan gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari
sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan
menjadi lebih besar dan kurang elastis. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein
yang disebut kristalin. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamella konsentris yang
panjang. Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial
yang disebut zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya
pada badan siliar (Sihota dan Tandan, 2007; American Academy of Ophthalmology
Staff, 2014-2015a).
kali lebih besar daripada di jaringan lainnya. Protein lensa dibagi ke dalam dua
kelompok berdasarkan kelarutannya di dalam air, yaitu fraksi yang larut dalam air
dan fraksi yang tidak larut dalam air. Fraksi yang larut di dalam air berjumlah
sekitar 80% dari protein lensa dan terdiri dari sekelompok protein yang disebut
epitelial dan membran plasma dari serat lensa. Kristalin dibagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu: alfa, beta, dan gamma. Fraksi yang tidak larut di dalam air
dibagi lagi menjadi dua fraksi, yaitu yang larut dan tidak larut di dalam urea. Fraksi
yang larut dalam urea terdiri dari protein sitoskeletal yang menjadi penyusun
struktur sel lensa. Fraksi yang tidak larut di dalam urea menyusun membran plasma
yang terus menerus untuk transpor aktif ion dan asam amino, mempertahankan
keadaan dehidrasi lensa, untuk sintesis protein dan glutation (GSH) secara
terus menerus. Kebanyakan energi yang dihasilkan dipakai oleh sel-sel epitelial
sebagai tempat utama proses transpor aktif. Hanya sekitar 10-20% ATP yang
memasuki lensa dari humor akuos secara difusi, baik yang sederhana maupun
anaerob oleh jalur glikolisis, 5% oleh hexose monophosphate (HMP) shunt dan
sebagian kecil melalui siklus Krebs (Vavvas dkk., 2002; American Academy of
Jalur yang paling aktif adalah glikolisis anaerob, yang menyediakan ATP
dalam jumlah yang banyak yang dibutuhkan untuk metabolisme lensa. Jalur
menyebabkan hanya sekitar 3% dari glukosa lensa yang melalui jalur siklus
Jalur yang kurang aktif dalam menggunakan G6P di dalam lensa adalah HMP
shunt atau yang biasa dikenal sebagai jalur pentosa fosfat. Aktivitas HMP shunt di
dalam lensa lebih tinggi daripada jaringan tubuh lainnya. Aktivitas HMP shunt
biosintesis asam lemak dan biosintesis ribosa nukleotida. NADPH juga yang sangat
penting untuk glutation reduktase dan untuk aktivitas aldose reduktase di dalam
lensa. Produk karbohidrat dari HMP shunt memasuki jalur glikolisis dan
Aldose reduktase merupakan enzim kunci dalam jalur sorbitol. Ketika terjadi
peningkatan kadar glukosa di dalam lensa, seperti yang terjadi pada keadaan
hiperglikemia, jalur sorbitol lebih diaktifkan daripada jalur glikolisis dan sorbitol
siklus Krebs. Metabolisme aerob ini dapat menghasilkan radikal bebas yang dapat
mengganggu fisiologi lensa (Vavvas dkk., 2002; Berthoud dan Beyer, 2009;
Pada epitelial lensa terjadinya aktivitas metabolisme dan transport aktif yang
acid (DNA), ribonucleic acid (RNA), protein, sintesis lipid, dan ATP. ATP
sebagai sumber nutrisi dan mengeluarkan produk sisa metabolik lensa (Vavvas
dkk., 2002).
mempunyai kadar kalium dan asam amino yang tinggi dibandingkan humor
akuos dan korpus vitreus tetapi memiliki kadar natrium dan klorida yang lebih
ini berfungsi memompa natrium keluar dan memompa kalium untuk masuk.
Kalium dan asam amino ditransportasikan ke dalam lensa secara aktif ke anterior
lensa melalui epitelial. Lalu kalium dan asam amino akan berdifusi melalui
posterior lensa secara difusi dan keluar melalui bagian anterior lensa secara
Kadar natrium di dalam lensa sekitar 20 mM dan kadar kalium sekitar 120 mM.
Kadar natrium dan kalium di sekitar humor akuos dan korpus vitreus sedikit
berbeda. Natrium lebih tinggi sekitar 150 mM sedangkan kalium sekitar 5 mM.
Pompa natrium berfungsi memompa ion natrium keluar sedangkan ion kalium
masuk. Mekanisme pompa natrium bergantung pada pemecahan ATP dan diatur
2.2 Katarak
traumatic, atau proses degenerasi (Ilyas, 2008). Katarak akibat proses degenerasi
disebut katarak senilis yang bersifat gradual dan progresif, yang terjadi akibat
proses degenerasi dan pada umumnya mulai timbul pada umur 50 tahun ke atas
(Ilyas, 2008; Sihota dan Tandan, 2007). Lensa mengalami perubahan seiring
Kejadian katarak senilis sangat erat kaitannya dengan umur, hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dari berbagai ras (Congdon dkk., 200l). Penelitian oleh
Leske dkk. (2002) pada Barbados Eye Studies Group menunjukkan bahwa
kelompok umur 50-59 tahun mempunyai angka risiko relatif 11 kali dibanding
kelompok umur 40-49 tahun dan angka risiko relatif akan terus meningkat
prevalensi katarak pada kelompok umur 40-49 tahun 2,5%, meningkat menjadi
25% pada kelompok umur 65-69 tahun dan 68,3% pada kelompok diatas 80 tahun
biokimia dan metabolism lensa normal maupun katarak pada berbagai binatang
yang terjadi akibat radiasi, trauma fisik, obat-obatan, kekurangan nutrisi, katarak
disebabkan oleh berbagai faktor yang meliputi faktor ekternal dan internal
sebagai proses sebab dan akibat pada katarak senilis secara pasti belum ditemukan.
lebih tebal, lapisan baru serabut lensa membentuk korteks dan akhirnya nukleus
sehingga warna menjadi kuning atau abu-abu. Pada lensa juga mengalami
penurunan kadar glutation dan kalium, peningkatan kadar natrium dan kalsium serta
dengan berbagai bentuk katarak senilis (Michael dan Bron, 2011). Aktivitas
perlu dicari beberapa faktor risiko. Berbagai faktor risiko yang dianggap
riboflavin, myopia, warna iris yang gelap, dan lain-lain (Leske dkk.,2002; Zoric
dkk., 2008).
Dewasa ini salah satu teori tentang etiologi katarak senilis yang banyak
terhadap terjadinya stres oksidatif. Seiring bertambahnya umur dan adanya paparan
mekanisme proteksi antioksidan lensa mata. Hasil akumulasi dari stres oksidatif
2015b). Secara pasti belum bisa ditentukan pada umur berapa mulai timbulnya
katarak dalam hubungannya dengan stres oksidatif karena banyak faktor yang
Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor resiko katarak yang banyak
diteliti, namun hasil yang diperoleh masih bervariasi. Sebagian penelitian berhasil
menemukan bahwa penduduk yang lebih banyak terpapar sinar matahari, akan
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita katarak, sedangkan penelitian
tersebut diduga kaena adanya perbedaan dalam tehnik mengukur jumlah paparan
matahari, masih sedikit dikemukakan. Salah satu teori menyatakan bahwa radiasi
setelah terpapar sinar ultraviolet (Healy dkk., 1994). Radiasi sinar ultraviolet juga
tikus menemukan adanya penurunan kerja berbagai enzim di lensa, termasuk enzim
sangat sulit untuk diukur secara pasti, oleh karena itu dilakukanlah pendekatan lain
dalam memperkirakan paparan sinar ultraviolet yang didapat seseorang. Salah satu
ultraviolet, banyak ditemukan pada penelitian mengenai kanker kulit dan vitamin
jumlah waktu yang dihabiskan di luar ruangan pada pukul 09.00 hingga 15.00.
Interval waktu antara pukul 09.00 hingga 15.00 dipilih karena radiasi
sinarultraviolet paling tinggi terjadi pada periode tersebut. Paparan sinar ultraviolet
pada periode waktu tersebut juga dianggap paling berbahaya. Jenis pekerjaan
besarnya waktu yang dihabiskan seseorang di luar rumah (Diffey, 1991; Neale dkk.,
kadar anti oksidan endogen. Stress oksidatif ini memegang peranan penting dalam
berkaitan dengan peningkatan resiko katarak. Asap rokok juga mengandung logam
berat seperti cadmium, timbal, dan tembaga yang dapat berakumulasi dan secara
langsung bersifat toksik pada lensa. Kebiasaan merokok merupakan salah satu
faktor resiko katarak yang dapat dimodifikasi (West dkk., 1995; Kelly dkk., 2005;
Radikal bebas dihasilkan saat aktifitas sel bermetabolisme dan dapat juga
dihasilkan oleh agen eksternal seperti energy cahaya. Radikal bebas ini sangat
reaktif dan dapat merusak serat lensa. Peroksidasi plasma serat lensa dan membran
hidrogen dari polyunsaturated fatty acid, membentuk asam lemak radikal yang
(MDA), yang bereaksi dengan membran lemak dan protein sehingga fungsi
Radikal bebas juga dapat menyerang membrane lipid dan protein dalam
korteks lensa. Kerusakan oleh radikal bebas menyebabkan polimerisasi dan cross-
linking lemak dan protein sehingga menghasilkan protein yang tidak larut air.
Jumlah berlebihan protein yang tidak larut air ditemukan pada lensa yang keruh
catalase dan superoxide dismutase serta terdapat vitamin seperti vitamin E dan asam
Derajat kekeruhan lensa pada katarak senilis dapat dibagi menjadi lima derajat
masih lebih baik dari 6/12, lensa tampak sedikit keruh dengan warna agak
keputihan dan refleks fundus masih dengan mudah dapat dilihat. Derajat 2
ditandai dengan nukleus yang mulai sedikit berwarna kekuningan, visus antara
6/12 sampai 6/30 dan refleks fundus juga masih mudah diperoleh. Derajat 3
ditandai dengan nukleus berwarna kuning dan korteks yang berwarna keabu-
abuan dan visus antara 3/60 sampai 6/30. Derajat 4 ditandai dengan nukleus
yang sudah berwarna kuning kecoklatan dengan usia pasien biasanya sudah lebih
dari 65 tahun dan visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60. Derajat 5 ditandai
dengan nukleus berwarna coklat hingga kehitaman dan visus biasanya 1/60
atau lebih jelek (Sihota dan Tandan, 2007; Ilyas, 2008; Soekardi & Hutauruk,
2004).
2.3.1 Definisi
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Asam
askorbat bersifat tidak stabil, mudah teroksidasi oleh asam, dan dapat dihancurkan
oleh oksigen, alkali, dan suhu yang tinggi. Manusia tidak dapat mensintesis asam
askorbat diduga karena tidak mempunyai enzim aktif (Iqbal dkk., 1999).
2.3.2 Waktu Paruh Asam Askorbat
sebesar 1,2-2,0 gram yang dapat dipertahankan dengan asupan asam askorbat
75mg/hari. Sekitar 140 mg/hari asam askorbat dalam bentuk jenuh disimpan dalam
tubuh. Rata-rata waktu paruh asam askorbat pada manusia dewasa adalah sekitar
10-20 hari, dan mengalami perputaran sebesar 1 mg/kgBB dan dalam simpanan
karena itu tubuh perlu mendapat asupan tambahan asam askorbat secara teratur
melalui diet atau tablet untuk menjaga asam askorbat dalam tubuh (Purcell dkk.,
1954).
elektron, sehingga dapat mencegah senyawa lain mengalami oksidasi. Saat asam
Dibandingkan dengan radikal bebas lain, radikal askorbil relative stabil dengan
waktu paruh 10-5 detik dan tidak reaktif. Radikal bebas yang merugikan dapat
tersebut mengalami reduksi dan asam askorbat berubah menjadi radikal askorbil
yang kurang reaktif. Proses reduksi radikal bebas reaktif menjadi senyawa yang
kurang reaktif ini disebut free radical scavenging. Asam askorbat merupakan
free radical scavenger yang baik (Padayatty dkk., 2003; Bleau dkk., 1998).
2.3.4 Metabolisme dan transportasi ke mata
mekanisme asupan asam askorbat pada mata, yang pertama adalah asam
askorbat disintesis oleh lensa, yang kedua asam askorbat di transportasi aktif
melalui epitel badan siliar dalam bentuk teroksidasi misalnya sebagai asam
dehidroaskorbat yang kemudian diubah menjadi asam askorbat oleh lensa, dan
yang ketiga adalah asam askorbat terkonsentrasi di epitel badan siliar yang
epitel badan siliar secara aktif melalui transport Na+ -dependent, dan proses efluks
melalui difusi pasif dari konsentrasi asam askorbat tinggi di plasma ke konsentrasi
2.3.5 Bioavailabilitas
asam askorbat dengan cara tidak langsung, hal ini disebabkan karena sulitnya
askorbat 200 mg per hari diminum dalam dosis terbagi akan mendekati
asam askorbat sebesar 10-15 kali lebih tinggi di aqueous humor daripada
humor adalah 60-85 mg/dL, sedangkan normal konsentrasi dalam serum 0,6-2,0
mg/dL (Iqbal dkk., 1999). Penelitian Purcell dkk (1954), mendapatkan rata-rata
konsentrasi asam askorbat dalam aqueous humor penderita katarak sebesar 12,1
Mg/100 Gm dan rata-rata konsentrasi aqueous humor pada orang normal sebesar
18 Mg/100 Gm.
ini belum pernah diteliti mengenai kadar asam askorbat dalam aqueous humor pada
mata normal maupun pada mata katarak, sehingga belum ada data mengenai
kadar asam askorbat normal pada populasi normal maupun hubungan kadar
asam askorbat dalam aqueous humor dengan derajat kekeruhan lensa katarak
senilis.
berhubungan dengan dosis. Diare atau keluhan perut kembung dapat terjadi bila
askorbat pada dosis tersebut. Efek samping umumnya tidak serius dan dapat
membaik dengan mengurangi asupan asam askorbat. Tidak ada data yang konsisten
terhadap efek kesehatan yang serius mengenai konsumsi asam askorbat pada
Konsentrasi asam askorbat tinggi pada berbagai jaringan okular. Aqueous dan
vitreus humor kaya akan kandungan asam askorbat dan merupakan kadar yang
paling tinggi diantara cairan ekstraselular tubuh lainnya. Konsentrasi asam askorbat
yang tinggi pada aqueous humor akibat dari transpor aktif oleh epitelium siliar
melewati blood aquous barrier. Kadar asam askorbat yang tinggi ini mungkin
berperan melindungi jaringan mata dari efek berbahaya yang berasal dari reaksi
merupakan radikal bebas dan racun bagi jaringan. Superoxide di dalam aqueous
humor mungkin merupakan faktor dalam patogenesis katarak senilis dan asam
sel melawan efek toksik dari superoxide, hydrogen peroxide dan derivate oksigen
Berdasarkan fakta yang ada, sinar yang berlebihan terlibat dalam pembentukan
katarak senilis. Insiden katarak lebih tinggi pada daerah dengan pancaran sinar
matahari yang besar. Berkembang teori bahwa sinar dan oksigen bertindak sinergis