OLEH :
RAHMAWATI
2004019
CI.LAHAN CI.INSTITUSI
( ) ( )
A. Defenisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk
cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum,
2015). Menurut WHO (2016), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2016).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Potter & Perry.
2016)
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi
defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per
hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.
B. Etiologi
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2016):
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga
usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per
oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan
glukosa untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan
kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut :
oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan
sesuai engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn
tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat
(RL) diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang
diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
BB-nya.
- Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
- Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral selanjutnya : 125 ml / kg BB /
hari
- Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde) selanjutnya 125 ml /
kg BB / hari
- Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB
kurang dari 7 kg jenis makanan :
- Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
- Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak
tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak
sejuh.
3) Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
- Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis
0,5 – 1 mg / kg BB / hari
- Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak
beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi.
- Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB /
hari.
Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis,
bronkitis / bronkopneumonia.
Keperawatan
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai cara memberikan cairan dan
obat di rumah saat terjadi diare. Pengobatan diet etik dengan pemberian
ASI, susu rendah laktosa, dan suplemen zinc pada bayi umur kurang dari
satu bulan.
H. Pencegahan
1. Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah
menyentuh daging yang belum di masak, sehabis dari toilet, atau setelah
bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan sabun dan bilas dengan air
bersih
2. Mengkonsumsi makanan yang sudah dimasak
3. Minum air matang
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian primer
Airway
Mengkaji Keadaan Jalan Nafas
Pada kasus diare tidak ditemukan sumbatan pada jalan napas
Pernafasan : Teratur
Benda asing di jalan Nafas : Tidak ada
Bunyi Nafas : Vesikuler
Hembusan Nafas : Ada
Masalah keperawatan tidak ada
Breaghting
Mengkaji Fungsi Pernafasan atau pola pernafasan
Pada kasus diare ditemukan tidak terjadi gangguan pada pola nafas
Jenis Pernafasan : Eupnea (pola napas teratur)
Frekwensi Pernafasan : 20 x/menit
Retraksi Otot Bantu Nafas : Tidak ada
Kelainan Dinding Thoraks : Simetris, tidak ada lesi ataupun jejas
Bunyi Nafas : Vesikuler
Masalah keperawatan tidak ada
Circulation
Pada kasus diare terjadi risiko kekurangan volume cairan akibat dari
diare atau bab encer lebih dari 10x dan terjadi penurunan nafsu makan
serta mual muntah dan frekuensi BAB meningkat dan konsistensi feses
yang encer
Turgor kulit kering
Mata cekung
Klirn tampak kehausan
Mukosa bibir kering
Akral Perifer: Hangat
Suhu : 37,9
Nadi : 75x/menit
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Masalah : Risiko ketidakseimbangan elektrolit/cairan faktor
risiko : Diare
Intervensi/implementasi
Manajemen cairan
- Monitor status hidrasi ( mis, frekuensi nadi,kelembapan
mukosa, turgor kulit,tekanan darah)
- Berikan asupan cairan
- Berikan cairan intravena
Pemantauan cairan
- Monitor mual muntah dan diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
Masalah : Diare berhubungan dengan proses infeksi
Intervensi/implementasi
Manajemen diare
Manajemen diare
- Identifikasi penyebab diare
- monitor jumlah pengeluaran diare
- monitor tanda dan gejala hypovolemia ( nadi teraba
lemah,tekanan darah turun, mukosa bibir kering, BB
menurun)
- berikan asupan cairan oral
- berikan cairan intravena
- anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
manajemen nutrisi
- observasi status nutrisi
- observasi makanan yang disukai
- monitor asupan makanan
- monitor BB
- Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah
direncanakan.
- Evaluasi
Melihat sejauh mana keefektifan asuhan keperawatan pada
primery survey yang dilakukan.
Disability
Pemeriksaan Neurologis
Pada klien dengan kasus diare didaptkan kesadaran samnolen
(GCS 11) : E3 V4 M4
Exposure
Pada klien dengan kasus diare didapatkan peningkatan suhu tubuh
dikarenakan proses terjadinya infeksi, suhu kulit teraba hangat dengan
suhu 37,9oc , tekanan darah menurun, tampak pucat.
Masalah : hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Intervensi/implementasi
Manajemen hipertermia , Regulasi temperatur
- Observasi penyebab hipertermia
- Berikan cairan oral
- Anjurkan tirah baring
- Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam
- Monitor tekanan darah,pernapasa dan nadi
Kompres dingin
- Identifikasi kontraindikasi kompres dingin
- Poloh metode kompres yang nyaman dan mudah didapat
- Pilih lokasi kompres
- Jelaskan prosedur penggunaan kompres dingin
- Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah
direncanakan.
- Evaluasi
Melihat sejauh mana keefektifan asuhan keperawatan pada
primery survey yang dilakukan.
Diagnosa keperawatan
Risiko ketidakseimbangan elektrolit/cairan faktor risiko : Diare
Diare berhubungan dengan proses infeksi
hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Perencanaan keperawatan
Pengkajian sekunder
Identitas Klien : Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia
tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
Perencanaan keperawatan
T : hilang timbul
Tanda :Nyeri tekan
abdomen/distensi.
DAFTAR PUSTAKA
Bates. B, 2014. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta