Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWATDARURATAN DENGAN KASUS DIARE

OLEH :

RAHMAWATI
2004019

CI.LAHAN CI.INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PRODI PROFESI NERS
T.A 2021/2022
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk
cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum,
2015). Menurut WHO (2016), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2016).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Potter & Perry.
2016)
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi
defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per
hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.
B. Etiologi
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2016):
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.

C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1.   Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2.   Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga
usus.
3.   Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Patogenesis diare akut :


-     Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
-     Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam
usus halus.
-     Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
-     Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

Patogenesis diare kronis :


Lebih koplek  dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi,
bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
-     Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan
terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (osidosis,
metabolik, hipokalamia).
-     Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah).
-     Hipoklikemia
-     Gangguan sirkulasi darah.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2016):
a. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan
rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif
(tenemus) setiap kali defekasi.
c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis
atau inflamasi
f. Demam
g. Tidak berserela makan
h. Dehidrasi
i. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi
pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi neuropatik
diabetik.
E. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 normal, pcO2 normal,
HCO3 menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemon.
G. Penatalaksanaan
Medik :
Dasar pengobatan diare adalah :
1.   Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberianya.
2.   Dietetik (cara pemberian makanan)
3.   Obat-obatan.

1)  Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a.   Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per
oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan
glukosa untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan
kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut :
oralit.
b.   Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan
sesuai engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn
tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat
(RL) diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang
diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
BB-nya.
-     Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
-    Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral selanjutnya : 125 ml / kg BB /
hari
-     Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde) selanjutnya 125 ml /
kg BB / hari
-     Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.
2)   Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB
kurang dari 7 kg jenis makanan :
-     Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
-     Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak
tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
-     Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak
sejuh.

3)   Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
-     Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis
0,5 – 1 mg / kg BB / hari
-     Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak
beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi.
-     Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB /
hari.
Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis,
bronkitis / bronkopneumonia.
Keperawatan
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai cara memberikan cairan dan
obat di rumah saat terjadi diare. Pengobatan diet etik dengan pemberian
ASI, susu rendah laktosa, dan suplemen zinc pada bayi umur kurang dari
satu bulan.
H. Pencegahan
1. Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah
menyentuh daging yang belum di masak, sehabis dari toilet, atau setelah
bersin dan batuk. Bersihkan tangan dengan sabun dan bilas dengan air
bersih
2. Mengkonsumsi makanan yang sudah dimasak
3. Minum air matang
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian keperawatan
 Pengkajian primer
 Airway
Mengkaji Keadaan Jalan Nafas
Pada kasus diare tidak ditemukan sumbatan pada jalan napas

Pernafasan : Teratur
Benda asing di jalan Nafas : Tidak ada
Bunyi Nafas : Vesikuler
Hembusan Nafas : Ada
Masalah keperawatan tidak ada
 Breaghting
Mengkaji Fungsi Pernafasan atau pola pernafasan
Pada kasus diare ditemukan tidak terjadi gangguan pada pola nafas
Jenis Pernafasan : Eupnea (pola napas teratur)
Frekwensi Pernafasan : 20 x/menit
Retraksi Otot Bantu Nafas : Tidak ada
Kelainan Dinding Thoraks : Simetris, tidak ada lesi ataupun jejas
Bunyi Nafas : Vesikuler
Masalah keperawatan tidak ada
 Circulation
Pada kasus diare terjadi risiko kekurangan volume cairan akibat dari
diare atau bab encer lebih dari 10x dan terjadi penurunan nafsu makan
serta mual muntah dan frekuensi BAB meningkat dan konsistensi feses
yang encer
 Turgor kulit kering
 Mata cekung
 Klirn tampak kehausan
 Mukosa bibir kering
 Akral Perifer: Hangat
 Suhu : 37,9
 Nadi : 75x/menit
 Tekanan darah : 90/60 mmHg
 Masalah : Risiko ketidakseimbangan elektrolit/cairan faktor
risiko : Diare
Intervensi/implementasi
 Manajemen cairan
- Monitor status hidrasi ( mis, frekuensi nadi,kelembapan
mukosa, turgor kulit,tekanan darah)
- Berikan asupan cairan
- Berikan cairan intravena
 Pemantauan cairan
- Monitor mual muntah dan diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
Masalah : Diare berhubungan dengan proses infeksi
Intervensi/implementasi
Manajemen diare
 Manajemen diare
- Identifikasi penyebab diare
- monitor jumlah pengeluaran diare
- monitor tanda dan gejala hypovolemia ( nadi teraba
lemah,tekanan darah turun, mukosa bibir kering, BB
menurun)
- berikan asupan cairan oral
- berikan cairan intravena
- anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
 manajemen nutrisi
- observasi status nutrisi
- observasi makanan yang disukai
- monitor asupan makanan
- monitor BB
- Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah
direncanakan.
- Evaluasi
Melihat sejauh mana keefektifan asuhan keperawatan pada
primery survey yang dilakukan.

 Disability
Pemeriksaan Neurologis
Pada klien dengan kasus diare didaptkan kesadaran samnolen
(GCS 11) : E3 V4  M4

 Exposure
Pada klien dengan kasus diare didapatkan peningkatan suhu tubuh
dikarenakan proses terjadinya infeksi, suhu kulit teraba hangat dengan
suhu 37,9oc , tekanan darah menurun, tampak pucat.
Masalah : hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Intervensi/implementasi
 Manajemen hipertermia , Regulasi temperatur
- Observasi penyebab hipertermia
- Berikan cairan oral
- Anjurkan tirah baring
- Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam
- Monitor tekanan darah,pernapasa dan nadi
 Kompres dingin
- Identifikasi kontraindikasi kompres dingin
- Poloh metode kompres yang nyaman dan mudah didapat
- Pilih lokasi kompres
- Jelaskan prosedur penggunaan kompres dingin
- Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah
direncanakan.
- Evaluasi
Melihat sejauh mana keefektifan asuhan keperawatan pada
primery survey yang dilakukan.

 Diagnosa keperawatan
 Risiko ketidakseimbangan elektrolit/cairan faktor risiko : Diare
 Diare berhubungan dengan proses infeksi
 hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

 Perencanaan keperawatan

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Risiko Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit
ketidakseimbangan tindakan keperawatan Observasi
cairan/elektrolit faktor selama 1x6 jam  Identifikasi penyebab
risiko : Diare diharapkan tidak terjadi ketidakseimbangan
kekurangan cairan dengan elektrolit
DO : kriteria hasil :  Monitor mual,muntah
Pada kasus diare  Nafsu makan dan diare
terjadi risiko meningkat  Monitor kehilangan
kekurangan volume  Mual menurun cairan , jika perlu
cairan akibat dari diare  Muntah menurun Manajemen cairan
atau bab encer lebih  Frekuensi BAB Observasi
dari 10x dan terjadi membaik  Monitor status hidrasi
penurunan nafsu  Konsistensi feses (mis,frekuensi
makan serta mual membaik nadi,kelembapan
muntah dan frekuensi mukosa,turgor
BAB meningkat dan kulit,tekanan darah)
konsistensi feses yang  Monitor berat badan
encer harian
Terapeutik
 Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
diuretik,jika perlu.

2. Diare berhubungan Setelah dilakukan Manajemen diare


dengan proses infeksi tindakan keperawatan Observasi
selama 1x6 jam  Identifikasi penyebab
DO : diharapkan tidak terjadi diare (mis, inflamasi
Pada kasus diare diare dengan kriteria hasil gastrointestinal, proses
terjadi risiko : infeksi,malabsorbsi)
kekurangan volume  Nafsu makan  Identifikasi riwayat
cairan akibat dari diare meningkat pemberian makanan
atau bab encer lebih  Mual menurun  Monitor frekuensi dan
dari 10x dan terjadi  Muntah menurun konsistensi tinja
penurunan nafsu  Nyeri abdomen Terapeutik
makan serta mual menurun  Berikan asupan cairan
muntah dan frekuensi  Frekuensi BAB oral (mis,larutan garam
BAB meningkat dan membaik gula,oralit)
konsistensi feses yang  Konsistensi feses  Pasang jalur intravena
encer,Turgor kulit membaik  Berikan cairan intravena
kering,Mukosa bibir  Peristaltik usus (mis, ringer laktat)
kering. membaik Edukasi
 Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
 Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat pengeras fese
(mis,atapulgit,smektit,ka
olin)

3. hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermia


berhubungan dengan tindakan keperawatan  Identifikasi penyebab
proses penyakit selama 1x6 jam hipertermia
diharapkan tidak terjadi (mis,dehidrasi)
DO : peningkatan suhu tubuh  Monitor suhu tubuh
Pada klien dengan dengan kriteria hasil : Terapeutik
kasus diare didapatkan  Suhu tubuh  Sediakan lingkungkan
peningkatan suhu membaik yang dingin
tubuh dikarenakan  Suhu kulit  Berikan cairan oral
proses terjadinya membaik Edukasi
infeksi, suhu kulit  Tekanan darah  Anjurkan tirah baring
teraba hangat dengan membaik Kolaborasi
suhu 37,9oc , tekanan  Pucat menurun  Kolaborasi pemberian
darah menurun, cairan dan elektrolit
tampak pucat. intravena jika perlu.
Kompres dingin
Observasi
 Identifikasi
kontraindikasi kompres
dingin(mis, penurunan
sensasi penurunan
sirkulasi )
 Identifikasi kondisi kulit
yang akan diberikan
kompres dingin
 Periksa suhu alat
kompres
Terapeutik
 Pilih metode kompres
yang nyaman dan mudah
didapat
 Pilih lokasi kompres
Edukasi
 Jelaskan proedur
penggunaan kompres
dingin.

 Pengkajian sekunder
 Identitas Klien : Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia
tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
 Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
 Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
 Riwayat Nutrisi
Pada klien diare anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada
orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan
buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,.
Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
 Pemeriksaan Fisik
 Kepala : keadaan rambut bersih
 Mata : cekung, kering
 Aktivitas/istirahat
 Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak tidur semalaman karena
diare.Pembatasan aktivitas/kerja s/d efek proses penyakit.
 Sirkulasi
 Tanda : Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
imflamasi dan nyeri). Kemerahan, Kulit/membran mukosa : turgor
kering, lidah pecah- pecah (dehidrasi/malnutrisi).
 Makanan/cairan
Pada klien dengan diare didapatkan terjadi penurunan nafsu
makan,frekuensi diare meningkat,nyeri pada abdomen dikaenakan
keseeringan ingin BAB,berat badan menurun,frekuensi makan
menurun/jarang, porsi makanan yan tidak dihabiskan,
Membran mukosa tampak kering.
 integumen
warna kulit pucat,suhu meningkat >37,50C, akral hangat, kemerahan
pada daerah perianal,Kerusakana pada lapisan lapisan kulit/perianal
 Nyeri/Kenyamanan
Terjadi Nyeri pada abdomen dikarenan infeksi dan menyebabkan BAB
meningkat, tampak mengluh nyeri, tampak meringis,dan terjadi mual
muntah
Gejala : Nyeri/nyeri tekan pada perut
Pengkajian Nyeri :
P : diare
Q : Tertusuk-tusuk
R : bagian perut
S : 3 (ringan )
T : hilang timbul
Tanda :Nyeri tekan abdomen/distensi.
Diagnosa keperawatan

 Defisit nutrisi berhubunngan dengan Ketidakmampuan


mengabsorbsi nutrien
 Risiko gangguan integritas kulit faktor risiko : perubahan status
nutrisi (kekurangan)
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

Perencanaan keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan


O keperawatan hasil
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
berhubunngan tindakan keperawatan Observasi
dengan selama 1x6 jam status  Identifikasi status nutrisi
Ketidakmampuan nutrisi terpenuhi dengan  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
mengabsorbsi baim dengan kriteria  Identifikasi makanan yang disukai
nutrien hasil :  Monitor asupan makanan
 Porsi makanan  Monitor berat badan
DO : yang dihabiskan Terapeutik
Pada klien dengan meningkat  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
diare didapatkan  Nyeri abdomen sesuai
terjadi penurunan menurun  Berikan suplemen makanan, jika perlu
nafsu  Diare menurun Edukasi
makan,frekuensi  Berat badan  Anjurkan posisi duduk, jika perlu
diare membaik Kolaborasi
meningkat,nyeri  Frekuensi makan  Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu.
pada abdomen membaik
dikaenakan  Nafsu makan
keseeringan ingin membaik
BAB,berat badan  Membran
menurun,frekuensi mukosa
makan membaik
menurun/jarang,
porsi makanan yan
tidak dihabiskan,
Membran mukosa
tampak kering.

2. Risiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit


integritas kulit tindakana keperawatan Observasi
faktor risiko : selama 1x6 jam  Observasi penyebab gangguan integritas kulit
perubahan status diharapkan tidak terjadi (mis,perubahan status nutrisi )
nutrisi (kekurangan) risiko gangguan Terapeutik
integritas kulit dengan  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
DO : kriteria hasil :  Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama
warna kulit  Kerusakana selama periode diare
pucat,suhu lapisan kulit Edukasi
meningkat >37,50C, menurun  Anjurkan minum air yang cukup
akral hangat,  Kemerahan  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
kemerahan pada menurun
daerah  Suhu kulit
perianal,Kerusakan membaik
a pada lapisan
lapisan
kulit/perianal

3. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan tindakan keperawatann Observasi
dengan agen cedera selama 1x6 jam  Identifikasi,lokasi,karakteristik,frekuensi,kualitas
fisiologis diharapkan nyeri pada dan intensitas nyeri
abdomen karena diare  Identifikasi skala nyeri
berkurang dengan  Identifikasi nyeri nonverbal
DO : kriteria hasil : Terapeutik
 Nyeri abdomen  Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
Terjadi Nyeri pada menurun rasa nyeri
abdomen dikarenan  Frekuensi BAB Edukasi
infeksi dan membaik  Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
menyebabkan BAB  Keluhan nyeri Kolaborasi
meningkat, tampak menurun  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
mengluh nyeri,  Meringis
tampak menurun
meringis,dan terjadi  Muntah/mual
mual muntah menurun
Gejala : Nyeri/nyeri
tekan pada perut
Pengkajian Nyeri :
P : diare
Q : Tertusuk-tusuk
R : bagian perut
S : 3 (ringan )

T : hilang timbul
Tanda :Nyeri tekan
abdomen/distensi.

DAFTAR PUSTAKA
Bates. B, 2014. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Brunner&Suddart. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2016. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed


7. EGC. Jakarta.

Markum.AH. 2015. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

NANDA. 2016-2017. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta

Ngastiyah. 20015. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Suryanah. 2015. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai