Anda di halaman 1dari 17

Sanitasi Tempat-Tempat Umum

“Sanitasi di Rumah Sakit”

Oleh :
Fajria Purnama Risda 1811213033

Dosen Pengampu :
Azyyati Ridha Alfian, SKM, MKM

Program Studi Ilmu Kesehatan


Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatNyalah
akhirnya makalah ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas Sanitasi Tempat-
Tempat Umum dengan judul “Sanitasi di Rumah Sakit”.
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun berupaya mengumpulkan informasi
dan berbagai referensi agar dapat merumuskan pokok-pokok bahasan tentang Sanitasi
di Rumah Sakit. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutamanya kepada yang
terhormat dosen pengampu Ibu Azyyati Ridha Alfian, SKM, MKM
Penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata, harapan kami makalah ini bisa memberikan manfaat untuk
pembaca sekalian. Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan
mahasiswa ataupun para pembacanya tentang sanitasi di rumah sakit.

Pekanbaru,17 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................................1

BAB II............................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................2

2.1 Pengertian Sanitasi Rumah Sakit..........................................................................2

2.2 Ruang Lingkup Sanitasi Rumah Sakit..................................................................2

2.3 Persyaratan Sanitasi Rumah Sakit........................................................................4

2.4 Pemeriksaan dan Pengawasan Sanitasi di Rumah Sakit.....................................12

BAB III.........................................................................................................................13

PENUTUP....................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................13

3.2 Saran 13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-bagian


yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor. Menurut Undang-undang No
44 tahun 2004 Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Mengingat rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan
tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus
bebas vektor agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan vektor atau makanan
dengan vektor supaya penyakit infeksi Nosokomial yang ditularkan melalui vektor
dapat ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan
oleh vektor.
Untuk menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan vektor
dan mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan pengendalian vektor
di rumah sakit dengan memperhatikan sanitasi di Rumah Sakit. Agar kegiatan tersebut
dapat dilaksanakan maka diperlukan pedoman pengendalian vektor di Rumah Sakit.
Sebagai langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya penyebaran
penyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian sosial dan ekonomi yang tidak
diharapkan, maka perlu disusun pedoman teknis pengendalian vektor di Rumah Sakit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sanitasi rumah sakit?


2. Bagaimana ruang lingkup sanitasi rumah sakit?
3. Apa saja persyaratan sanitasi rumah sakit?
4. Bagaimana bentuk pengawasan dan pembinaan sanitasi rumah sakit?

1.3 Tujuan

1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan sanitasi rumah sakit


2 Mengetahui bagaimana ruang lingkup sanitasi rumah sakit
3 Mengetahui apa saja persyaratan sanitasi rumah sakit.
4 Mengetahui bagaimana bentuk pengawasan dan pembinaan sanitasi rumah
sakit

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sanitasi Rumah Sakit

Rumah Sakit menurut Mentri Kesehatan RI No. 983/Menkes/per/II/1992 yaitu


"Sarana upaya kesehatan dalam menyelanggarakan kegiatan pelayanan kesehatan
serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian." (Hand
Book of Instutionl Parmacy Pratice). Dalam menyelenggarakan peran dan fungsi
rumah sakit selain pelayanan medis diperlukan pelayanan penunjang salah satunya
pelayanan kesehatan lingkungan atau Sanitasi Rumah Sakit.

Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan


pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit
dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).

Sanitasi rumah sakit adalah upaya kesehatan lingkungan rumah sakit. Sanitasi
adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan
memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai
faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di RS yang menimbulkan atau mungkin
dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita,
pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar RS. Tujuan dari sanitasi RS tersebut
adalah menciptakan kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman, dan dapat
mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan.

2.2 Ruang Lingkup Sanitasi Rumah Sakit

Ruang Lingkup Sanitasi Rumah Sakit yang diatur oleh Kementerian Kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Aspek Kerumahtanggaan (Housekeeping) Meliputi Kegiatan Sebagai Berikut :
a. Kebersihan gedung secara keseluruhan.
b. Kebersihan dinding dan lantai.
c. Pemeriksaan karpet lantai.
d. Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.
e. Penghawaan dan pembersihan udara.
f. Gudang dan ruangan.
g. Pelayanan makanan dan minuman.
2. Aspek khusus Sanitasi Melingkupi Kegiatan Sebagai Berikut:
a. Penanganan sampah kering mudah terbakar.
b. Pembuangan sampah basah.
c. Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.
d. Tipe incinerator Rumah Sakit.
e. Kesehatan kerja dan proses-proses operasional.
f. Pencahayaan dan instalasi listrik.
g. Radiasi.
h. Sanitasi linen, sarung dan prosedur pencucian.
i. Teknik-teknik aseptik.
j. Tempat cuci tangan.
k. Pakaian operasi.
l. Sistim isolasi sempurna.
3. Aspek Dekontaminasi, Disinfeksi dan Sterilisasi Meliputi Kegiatan Sebagai
Berikut:
a. Sumber-sumber kontaminasi.
b. Dekontaminasi peralatan pengobatan pernafasan.
c. Dekontaminasi peralatan ruang ganti pakaian.
d. Dekontaminasi dan sterilisasi air,makanan dan alat-alat pengobatan.
e. Sterilisasi kering.
f. Metode kimiawi pembersihan dan disinfeksi.
g. Faktor-faktor pengaruh aksi bahan kimia.
h. Macam-macam disinfektan kimia.
i. Sterilisasi gas.
4. Aspek Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu
5. Aspek pengawasan pasien dan pengunjung Rumah Sakit yang meliputi :
a. Penanganan petugas yang terinfeksi.
b. Pengawasan pengunjung Rumah Sakit.
c. Keamanan dan keselamatan pasien.
6. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Sanitasi Rumah Sakit
7. Aspek Penanggulangan Bencana
8. Aspek Pengawasan Kesehatan Petugas Laboratorium
9. Aspek Penanganan Bahan-Bahan Radioaktif
10. Aspek Standarisasi Sanitasi Rumah Sakit

2.3 Persyaratan Sanitasi Rumah Sakit

Peraturan mengenai Sanitasi rumah sakit pada awalnya mengacu pada


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 986 Tahun 1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Namun dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 1204 /Menkes /SK/X/2004 Tanggal : 19 Oktober 2004, maka
peraturan pelaksanaannya sebelumnya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Sementara peraturan Menteri Kesahatan yang baru mengatur 3 hal utama yaitu :
1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2. Kualifikasi Tenaga Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
3. Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah Sakit

A. PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah sakit mengatur persyaratan dasar
Kesehatan lingkungan yang melipuiti aspek :
1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit
a. Pengertian
1) Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang atau unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan
rumah sakit.
2) Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah
sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
3) Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.
4) Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan ataumembahayakan kesehatan.
5) Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi
ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk
terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Persyaratan
1) Lingkungan Bangunan Rumah Sakit Dalam upaya mendukung sanitasi RS,
lingkungan bangunan rumah sakit memiliki kriteria tertentu yang harus
dipenuhi, Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang
jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

2) Konstruksi Bangunan Rumah Sakit yang meliputi:


 Lantai
 Dinding
 Ventilasi
 Atap
 Langit-langit
 Konstruksi
 Pintu
 Fasilitas Pemadam Kebakaran

3) Ruang Bangunan Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai


dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan
mengelompokan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan
penyakit sebagai berikut :
a. Zona dengan Risiko Rendah meliputi: ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan atau pelatihan.
b. Zona dengan Risiko Sedang meliputi; ruang rawat inap bukan penyakit
menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan
persyaratan pada zona risiko rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan
intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imagin), ruang
bedah mayat (autopsy ), dan ruang jenazah
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi meliputi: ruang operasi, ruang bedah
mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan
ruang patologi.

4) Kualitas Udara Ruang Kualitas udara ruang memiliki persyaratan tidak berbau
(terutama bebas dari H2S dan Amoniak) dan Kadar debu (particulate matter)
berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengkuran 8 jam atau 24
jam tidak melebihi 150µglm3 , dan tidak mengandung debu asbes.
a. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruang umum dan khusus
harus sesuai dengan peruntukannya Penghawaan. Persyaratan penghawaan
untuk masingmasing ruang atau unit seperti berikut:
1) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2) Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
(minimum 0,10mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
3) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban dan ruangan yang
tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan
harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).

b. Kebisingan
Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit
Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitar nya agar
diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara:
1) Pada sumber bising dirumah sakit: peredaman, penyekatan,
pemindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
2) Pada sumber bising dari luar rumah sakit: penyekatan atau penyerapan
bising dengan penanaman pohon (greenbelt), meninggikan tembok,
dan meninggikan tanah (bukit buatan).

c. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit


Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
jumlah kamar mandi Jumlah Tempat Tidur. Perbandingan jumlah tempat
tidur denganluas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai
berikut:
1) Ruang bayi:
a. Ruang perawatan minimal 2 m2 /tempat tidur.
b. Ruang isolasi minimal 3,5 m2 /tempat tidur.
2) Ruang dewasa:
a. Ruang perawatan minimal 4,5 m2 /tempat tidur.
b. Ruang isolasi minimal 6 m2 /tempat tidur.

d. Lantai dan Dinding


Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai
berikut: Ruang operasi 0 –5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas gangren.
1) Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang
tepat.
2) Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel
tersendiri.
3) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali
setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
4) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat Iuka pada dinding harus
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.

B. PENYEHATAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN MINUMAN


Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman
yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan dan
minuman yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah
sakit. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan, antara lain:
a. Angka kuman E. Coli pada makanan jadi harus O/gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E. Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak- banyaknya
1OO/cm 2 permukaan dan tidak ada kuman E. Coli.
c. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5°C
atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C. Untuk makanan yang disajikanlebihdari
6 jam disimpan dalam suhu-5°Csampai-1°C.
d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10°C.
e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu
f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan: 80 -90%.
g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau
langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm.
2) Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm.
3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

C. PENYEHATAN AIR
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sumber
penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari Perusahaan Air
Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan harus memenuhi
syarat kualitas air minum. Persyaratan penyehatan air di rumah sakit antara lain :
a. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/Vll/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus.
1) Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah seperti dari PDAM,
sumur bar dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan pengolahan
tambahan dengan catridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi menggunakan
ultra violet (UV).
2) Ruang Farmasi dan Hemodialisis
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam hemodialisis.
b. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans kualitas air
antara lain meliputi :
1) lnspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih;
2) Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air;
3) Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium; dan
4) Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.

D. PENGELOLAAN LIMBAH
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.

a. Limbah Medis Padat


1) Minimisasi Limbah
a) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
b) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun.
c) Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang.
d) Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di
Lingkungan Rumah Sakit,
e) Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit
2) Pengolahan dan Pemusnahan
a) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
b) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang
ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan insinerator.

b. Limbah Non Medis Padat


1) Pemilahan dan Pewadahan
a) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
b) Tempat pewadahan Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi
kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang
"domestik" warna putih.
c) Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah padat melebihi 2 (dua) ekor per-
block grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.

c. Limbah Cair
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah
setempat.

d. LimbahGas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat
dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

E. PENGELOLAAN LINEN
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam
boiler), pengering, meja dan meja setrika. Persyaratan nya sebagai berikut:
a. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau 95°C dalam
waktu 10 menit.
b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6
x 103 spora spesies Bacillus per inci persegi.

F. PENGENDALIAN SERANGGA, TIKUS DAN BINATANG


PENGGANGGU LAINNYA
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya
untuk mengurangi populasi serangga, binatang pengganggu lainnya sehingga
keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit. Persyaratan :
a. Kepadatan jentik Aedes sp. yang diamati melalui indeks kontainer harus 0 (nol).

b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk masuk
ke dalam ruangan, terutama di ruangan perawatan.

c. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur, gudang
makanan, dan ruangan steril.

d. Tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutama pada daerah bangunan


tertutup ( core) rumah sakit.

e. Tidak ditemukan lalat di dalam bangunan tertutup ( core) di rumah sakit.

f. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

G. MELALUI DISINFEKSI DAN STERILISASI


Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi
oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan
sterilisasidengan cara fisik dan kimiawi. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi
atau menghilangkan jumlah mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak
termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi. Sterilisasi adalah upaya untuk
menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.
Persyaratan

a. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi 80°C
dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80°C dalam waktu 1
menit.

b. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang,


disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang relatif
singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang
mungkin ada.

H. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DARI ASPEK KESEHATAN


LINGKUNGAN
Setiap rumah sakit harus melaksanakan upaya promosi higiene dan sanitasi
yang pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga atau unit organisasi yang menangani
promosi kesehatan lingkungan rumah sakit.Promosi higiene dan sanitasi adalah
penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi rumah sakit kepada pasien atau
keluarga pasien dan pengunjung, karyawan terutama karyawan baru serta masyarakat
sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau mmbiasakan diri
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas
sanitaso rumah sakit dengan benar.

2.4 Pemeriksaan dan Pengawasan Sanitasi di Rumah Sakit

Untuk melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan penerapan


standar baku mutu dan persyaratan kesehatan lingkungan di rumah sakit agar dapat
berjalan secara efisien, efektif dan berkesinambungan, maka pengawasan dilakukan
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan masing-masing. Dalam hal ini, maka
kegiatan pengawasan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Kementerian Kesehatan dapat mendelegasikan kepada pemerintah daerah setempat
melalui dinas kesehatan pemerintah daerah provinsi dan dinas kesehatan pemerintah
daerah kabupaten/kota untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
kesehatan lingkungan. Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan meliputi:
a. Pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah
sakit oleh pengelola/pimpinan rumah sakit atau penanggungjawab kesehatan
lingkugan atas kewajibannya dalam mewujudkan media lingkungan yang
memenuhi persyaratan dan standar baku mutu kesehatan lingkungan di rumah sakit.
b. Pemeriksaan kualitas media kesehatan lingkungan rumah sakit dengan kegiatan
meliputi pengambilan sampel, pengujian laboratorium dan penyusunan rencana
tindak lanjut.
2. Pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit oleh dinas kesehatan pemerintah
daerah provinsi dan dinas kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota dilakukan
secara terkoordinasi dengan instansi lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan pemerintah daerah provinsi dan dinas
kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota menggunakan hasil kegiatan
pengawasan sebagai acuan dalam menyusun dan melakukan perbaikan atas program
kerja kesehatan lingkungan rumah sakit dalam skala kewilayahan pada tingkat
Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sanitasi rumah sakit adalah upaya kesehatan lingkungan rumah sakit. Sanitasi adalah
suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan
mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan (Arifin, 2009).
Peraturan mengenai Sanitasi rumah sakit pada awalnya mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 986 Tahun 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Namun dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1204
/Menkes /SK/X/2004 Tanggal : 19 Oktober 2004, maka peraturan pelaksanaannya
sebelumnya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Sementara peraturan Menteri
Kesahatan yang baru mengatur 3 hal utama yaitu : Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, Kualifikasi Tenaga Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Penilaian
Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah Sakit.
Untuk melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan penerapan standar
baku mutu dan persyaratan kesehatan lingkungan di rumah sakit agar dapat berjalan secara
efisien, efektif dan berkesinambungan, maka pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangan masing-masing.

3.2 Saran

Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari
tentang Sanitasi di Rumah Sakit. Penulis mengharapkan agar pembaca bisa memberi kritik
dan saran terhadap makalah yang penulis buat, agar makalah yang penulis buat selanjutnya
bisa lebih baik lagi

13
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2018, Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan :


Sanitasi Rumah Sakit, diakses pada 17 November 2020, melalui
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Sanitasi-
Rumah-Sakit_SC.pdf

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Diakses pada 17 November 2020, melalui
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111721/permenkes-no-7-tahun-2019

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Diakses pada 17 November 2020, melalui
https://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/396/mod_resource/content/0/bahan%201- Pedoman
%20Sanitasi%20Rumah%20Sakit%20di%20Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai