Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan Moral

Secara etimologis kata “moral” berarti dari kata Latin “mos”, yangberarti tata cara, adat
istiadat atau kebiasaan. Dalam bahasa Arab kata“moral” berarti budi pekerti, sedangkan
dalam bahasa Indonesia, kata “moral”berarti kesusilaan. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia
(1990:592) moral adalah sesuatu hal baik dan buruk yang diterima oleh masyarakat mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, dan budi pekerti. Menurut Dewey (dalam Budiningsih,
2001:24) moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila. Perkembangan moral
adalah perubahan dari standar tersebut dari waktu ke waktu. Perkembangan moral
menentukan bagaimana seorang individu menilai dunia luarnya.

Teori perkembangan moral yang dipelajari banyak bersumber dari dunia barat. Hal ini berarti
bahwa setiap teori yang dibuat itu berdasarkan pola pikir, objek studi dan landasan teoritis
yang banyak dipengaruhi oleh jati diri para pakar barat tersebut. Bagi kehidupan masyarakat
Indonesia masalah ini tentu hanya bersifat pengalihan teori atau lebih tepat bila dikatakan
hanya bersifat asumsi ilmiah. Oleh sebab itu , ketika mempelajari berbagai teori tentang
perkembangan moral kita harus berhati-hati karena memungkinkan adanya berbagai variabel
penentu yang berbeda dalam berbagai hal, sepeti manusianya, kondisi lingkungannya serta
landasan filosofi kehidupannya.

Perkembangan moral (moral development) adalah mencakup perkembangan pikiran, perasaan,


dan perilaku menurut aturan atau kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan
seseorang ketika berinteraksi sengan orang lain (Hurlock). Perkembangan moral sangat
berpengaruh terhadap lingkungan sehingga pada masa anak-anak ini orangtua dan lingkungan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak, moral yang positif akan berdampak
baik untuk kedepannya dan begitu sebaliknya jika si anak sejak kecil hanya menerima moral
yang negatif maka si anak akan berkembang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
orangtuanya.Dari perkembangan moral menurut john dewey memiliki kesamaan dengan
perkembangan moral john piaget akan tetapi John Dewey memiliki 3 tahapan secara garis besar
yaitu premoral, konvensional, otonom.

Tahapan perkembangan moral seseorang itu akan melewati 3 fase, sebagai berikut:

a. Fase Pre Moral atau Pre Convenstional; sikap dan perilaku manusia banyak dilandasi oleh
impuls biologis dan sosial

Contoh:

ketika seorang anak yang dibesarkan di lingkungan jalanan, jauh dari suasana keharmonisan,
sepi dari nuansa saling menghargai, dan hampa dari rasa persaudaraan. kekerasan, persaingan,
dan saling berebutlah yang menjadi pelajaran hidup sehari-hari mereka. sikap dan kepribadian
yang munculpun sungguh sangat menyedihkan. Mereka banyak menampilkan sikap tidak sopan
ketika meminta-minta di lampu merah, tidak mengenal tatakrama kehidupan, dan hampir tidak
mampu membedakan perbuatan baik dan buruk.

b. Tingkat Konvensional; perkembangan moral manusia banyak didasari oleh sikap kritis
kelompoknya

Contoh:

ketika anak manusia telah mengalami pertambahan usia dan menemukan lingkungan baru
dalam kehidupannya maka, faktor lingkungan itupun sangat besar memberikan pola dalam
menentukan sikap dan perilakunya. Di sinilah kita sadari bahwa lingkungan pendidikan sangat
dibutuhkan pada tahapan ini. Lingkungan yang kondusif dan edukatif, akan mampu memberi
sumbangsih terbesar dalam mendasari kehidupan anak selanjutnya. Namun sebaliknya, bila
anak dibesarkan dilingkungan yang negatif maka nilai-nilai negatif pun dengan sendirinya akan
mewarnai kehidupan anak itu sendiri.

c. Autonomous; perkembangan manusia banyak dilandaskan pada pola pikirnya sendiri

Pendidikan memiliki peran sangat strategis sebab tanpa landasan pendidikan, manusia akan
banyak dikendalikan oleh dorongan kebutuhan biologisnya belaka ketika hendak menentukan
segala sesuatu.

Contoh:

Pada Tahapan terakhir seorang manusia setelah melewati tahapan awal kehidupannya,
dilanjutkan dengan pertambahan usia yang dijalani dengan hidup di lingkungannya maka
manusia itu sendiri akan mampu menentukan berbagai pilihan sikap dan kepribadiannya
dengan dasar pola berpikirnya sendiri. Itulah tahapan kedewasaan manusia. Namun perlu
dicermati bahwa bila manusia itu dibesarkan dengan pengalaman hidup yang mengandung nilai
edukatif maka faktor edukatif itu akan mampu memberikan pengaruh positif dalam
menentukan berbagai tindakannya. Tetapi lain halnya dengan seseorang yang tidak mengalami
proses kehidupan edukatif maka besar kemungkinan bentuk kedewasaannya hanya terlihat dari
faktor usia belaka, sementara sikap dan perilakunya jauh dari makna kedewasaannya itu
sendiri.

Anak Taman Kanak-Kanak, secara teoritis berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu,
seorang guru Taman Kanak-Kanak perlu memperhatikan kedua karakteristik tahapan
perkembangan moral tersebut.

Apresiasi kita terhadap teori di atas adalah bahwa pada dasarnya manusia memiliki kesamaan
perkembangan moral, seperti pada awal kehidupannya manusia tidak memiliki konsep
berkehidupan yang mencerminkan nilai moral. Pendidikan memiliki peran strategis dalam hal
ini, sebab tanpa landasan pendidikan, manusia akan banyak dikendalikan oleh dorongan
kebutuhan biologisnya belaka.

Daftar pustaka

http://etheses.uin-malang.ac.id/2109/5/07410016_Bab_2.pdf

https://123dok.com/document/zgg6318z-contoh-makalah-tentang-filsafat-moral-nilai-dan-norma.html

http://repository.iainkudus.ac.id/851/7/BAB%20IV.pdf

Anda mungkin juga menyukai