Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEMBANGUN KEPEDULIAN

MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN LINGKUNGAN

1. Pendahuluan
Indonesia selalu mencatat permasalahan lingkungan hidup di setiap
tahunnya yang disebabkan oleh pesatnya pembangunan yang dilakukan. Sejumlah
isu-isu strategis dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dihadapi pemerintah
antara lain. Pertama masalsah ilegal logging, yaitu penebangan hutan secara liar
dapat merusak keseimbangan alam, keanekaragaman hewani dan hayati yang ada
dihutan menjadi berkurang, sumber daya air menurun yang berujung pada
kehancuran sumber daya hutan berimbas kepada aspek ekonomi dan sosial
masyarakat yang ada disekitar hutan. Isu kedua mengenai pertambangan ilegal,
yaitu upaya penambangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
memiliki izin dan terkadang mengabaikan aspek keselamatan dan tidak
berwawasan lingkungan. Ketiga masalah pencemaran laut, yaitu kondisi laut yang
tercemar disebabkan oleh manusia seperti minyak tertumpah ke laut, pecemaran
sampah organik dilaut yang menganggu ekosistem dan keindahan panorama laut.
Dan isu terakhir adalah alih fungsi lahan pertanian, banyak lahan produktif yang
dikonversi menjadi area industri sehingga berpengaruh pada produktifitas pangan
yang dihasilkan di dalam negeri.
Berbagai upaya telah dicanangkan dan dijalankan untuk mengatasi hal
tersebut, akan tetapi sejauh ini upaya yang telah dilakukan belum membuahkan
hasil yang optimal. Permasalahan lingkungan hidup di Indonesia tidak bisa hanya
diselesaikan dengan upaya penyelamatan dan tanggap terhadap bencana saja.
Diperlukan kesadaran kolektif untuk secara bersama-sama menjaga lingkungan
hidup. Demikian, diperlukan perhatian serius dari pemerintah dengan melibatkan
setiap komponen seperti masyarakat dan swasta dalam menjaga pembangunan
yang berkelanjutan dan berkomitmen melaksanakan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Disinilah pentingnya manajemen komunikasi
lingkungan guna mengomunikasikan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan
industri terhadap lingkungan hidup. Komunikasi lingkungan bertujuan untuk
mengomunikasikan kelestarian lingkungan hidup melalui strategi komunikasi
dalam upaya membangun partisipasi public yang berkesinambungan untuk
pelestarian lingkungan.
2. Pembahasan
Banyak literatur yang menegaskan bahwa komunikasi untuk
pengembangan pembangunan sangat pentig. Namun, terlepas dari pengakuan
formalnya dalam lembaga pembangunan internasional, pemerintah, dan organisasi
lain, komunikasi untuk pembangunan masih jauh dari sepenuhnya dipahami dan
diterapkan secara sistematis (Anyaegbunam, et al., 1998). Salah satu tantangan
utama untuk komunikasi pembangunan adalah menggambarkan sifat disiplin ini
yang sangat penting dalam hampir semua intervensi pembangunan, dan
bagaimana hal itu berbeda dari pengertian komunikasi tradisional (yaitu mengirim
pesan atau menyebarkan informasi).
Komunikasi pembangunan merupakan komunikasi yang diperuntukkan
guna mengidentifikasi, menyelidiki, dan menganilis kebutuhan, resiko, serta
masalah yang harus ditangani. Komunikasi pembangunan dapat didefinisikan
sebagai proses berbasis dialog yang memerlukan penerapan startegis pendekatan
komunikasi, metode dan teknologi untuk perubahan social. Definisi ini mencakup
beberapa fitur penting dari komunikasi pembangunan. Pertama adalah sebuah
proses, kedua merupakan kegiatan analitis berdasarkan dialog, dan yang ketiga
bertujuan untuk mencapai perubahan. Ini menyiratkan bahwa untuk menjadi
paling efektif harus menggunakan intervensi pembangunan sejak awal, yaitu
identifikasi dan penilaian prioritas serta tidak hanya pada tahap perencanaan dan
pelaksanaan. Jika tidak ada penilaian komunikasi di awal, prosesnya akan cacat
dan hampir tidak bisa dianggap sebagai Komunikasi Pembangunan.
Sebagian besar lembaga pembangunan dan organisasi internasional kini
yakin akan pentingnya melibatkan secara aktif dan memperhitungkan persepsi,
pendapat, dan keyakinan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Harus
jelas bahwa partisipasi didasarkan pada komunikasi (yaitu dialog didefinisikan
sebagai penggunaan komunikasi dua arah yang bertujuan untuk menganalisis dan
memecahkan masalah utama. Yang sering kurang jelas adalah bahwa untuk
merancang proyek yang valid dan berkelanjutan, maka partisipasi sangat
diperlukan namun masih jauh dari kata cukup. Sebuah penilaian kebutuhan
komunikasi yang dilakukan pada tahun 1994/95 di Afrika Selatan (Anyaegbunam
et al., 1998) mengungkapkan bahwa strategi komunikasi yang diperlukan adalah
pendekatan yang menggabungkan pendekatan partisipasi berbasis masyarakat
dengan fokus komunikasi yang sistematis. Dalam literatur terkait, pendekatan ini
diberi label 'Komunikasi Partisipatif’.
Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat tidak dapat dicapai tanpa
semacam komunikasi dan pengalaman dua arah. Dengan kata lain, komunikasi
yang memberdayakan orang (Freire, 1997) dan yang menempatkan mereka
sebagai penentu jalan selama proses pembangunan. Model ini yang semakin
penting di dunia pembangunan didasarkan pada dialog, di mana mendengarkan
sama pentingnya dengan berbicara. Tujuannya adalah membangun kepercayaan
dan konsensus untuk menyelidiki persepsi, kebutuhan, risiko, peluang dan
masalah, serta bekerja pada desain strategi yang mengarah pada perubahan. Ini
tidak berarti bahwa jenis komunikasi yang lebih tradisional harus hilang.
Sebaliknya, media massa sangat efektif dalam menyebarkan informasi,
meningkatkan kesadaran, dan kegiatan sejenis lainnya.
Berbagai jenis intervensi komunikasi dalam mendukung operasi yang
dilakukan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Komunikasi Partisipatif
Komunikasi partisipatif dapat digunakan dalam berbagai situasi. Ini paling
berarti ketika digunakan untuk menilai situasi dan mencari solusi melalui
dialog di antara perwakilan semua pihak. Ini harus mengarah pada
identifikasi yang tepat dan berkelanjutan dari tujuan proyek/program dan
pada desain strategi komunikasi terkait
b) Kampanye Komunikasi Public
Kampanye komunikasi publik digunakan ketika tujuan telah ditentukan
dan peran utama komunikasi adalah merancang pesan yang efektif untuk
membujuk audiens untuk mengambil tindakan yang mengarah pada
perubahan, biasanya dalam perilaku tertentu. Jenis perubahan yang dicari
di sini biasanya bisa di bidang kesehatan, pelestarian lingkungan, atau
reformasi ekonomi yang lebih luas.
A. Strategi Komunikasi Pembangunan
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan (Nurdin dalam Wahyudin, 2017). Menurut Quebral
komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk
melaksanakan rencana pembangunan suatu negara (Astuti dalam Wahyudin,
2017). Komunikasi pembangunan dapat dicerminkan oleh suatu komunikasi yang
berorientasi pada:
1) Perilaku/edukasi
2) Kesejahteraan
3) Menuju ke arah kemajuan masyarakat (Wibowo et al. dalam Wahyudin,
2017).
Untuk menggerakkan masyarakat agar ikut terlibat aktif dalam
pembangunan maka dibutuhkan strategi komunikasi yang baik oleh seorang
pemimpin (Surahmi & Farid dalam Wahyudin, 2017). Strategi komunikasi
pembangunan dapat dimaknai sebagai perencanaan komunikasi dan manajemen
komunikasi dalam penyebaran pesan-pesan pembangunan guna mengajak
masyarakat terlibat dalam proses pembangunan. Arti penting strategi komunikasi
dalam kaitannya dengan pembangunan di suatu negara ini dimaknai oleh Effendy
dalam Wahyudin (2017), mempunyai fungsi:
a) Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan yang diperoleh dan
kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu kuat
pengaruhnya, dan jika dibiarkan akan merusak tataran budaya bangsa
sendiri
b) Mensosialisasikan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif,
dan instruktif secara sistematik kepada sasaran guna memperoleh hasil
yang optimal (Fajri et al. dalam Wahyudin, 2017).
Dalam upaya membangun partisipasi public yang berkesinambungan
untuk pelestarian lingkungan, strategi komunikasi pembangunan dilakukan untuk
mengajak masyarakat agar mau terlibat dalam proses pembangunan berkelanjutan.
Terdapat empat strategi komunikasi yang dikemukakan oleh Academy for
Educational Development (AED) yaitu:
1) Strategi yang Didasarkan pada Media yang Dipakai (Media Based
Strategy)
Media komunikasi yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan
komunikasi dan keadaan sosial budaya masyarakat setempat, sehingga
pesan yang disampaikan lebih mudah diterima (Tahoba dalam Wahyudin,
2017). Media yang dipakai bisa menggunakan media cetak, media
elektronik, media sosial maupun komunikasi antarpribadi. Untuk
masyarakat luas, pesan sebaiknya disalurkan melalui media massa,
misalnya surat kabar atau televisi, dan untuk kelompok tertentu digunakan
saluran komunikasi kelompok (Wijaya dalam Wahyudin, 2017). Strategi
ini memang merupakan teknik yang paling mudah, paling popular, dan
tentunya yang paling kurang efektif (Astuti dalam Wahyudin, 2017).
2) Strategi Desain Instruksional
Strategi ini dipakai oleh para pendidik yang fokus pada pembelajaran
individual sebagai sasaran utama. Startegi kelompok ini, mendasarkan diri
dari teori-teori belajar formal, dan berfokus pada pendekatan sistem untuk
pembangunan materi pembelajaran seperti evaluasi formatif, uji coba, dan
desain program berjenjang (Astuti dalam Wahyudin, 2017). Secara umum
strategi ini memiliki tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap
implementasi dan tahap evaluasi.
3) Strategi Partisipatori
Dalam strategi partisipatori ini, prinsip-prinsip penting dalam
mengorganisir kegiatan adalah kerja sama komunitas dan pertumbuhan
pribadi (Astuti dalam Wahyudin, 2017). Strategi ini melakukan
pendekatan melalui pendidikan nonformal seperti pelatihan.
4) Strategi Pemasaran
Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling
langsung dan terasa biasa dalam prinsip social marketing yakni 18 teknik
pemasaran yang tidak hanya mencari keuntungan yang diperoleh dari
sebuah penjualan, melainkan memfokuskan pada apa yang konsumen
butuhkan dan inginkan dari suatu yang diproduksi oleh produsen (Astuti
dalam Wahyudin, 2017).
B. Proses Komunikasi Strategis
Komunikasi adalah proses di mana sejumlah pendekatan, alat dan produk
dapat diidentifikasi dan diimplementasikan sesuai dengan keadaan. Demi
kejelasan, proses ini dapat disusun dalam tiga fase dasar yang luas, yaitu:
1) Analisis Masalah Penelitian Komunikasi
Pada tahap pertama kita perlu mengidentifikasi semua masukan yang
relevan untuk strategi komunikasi kita. Fungsi komunikasi terutama
bersifat analitis. Dialog menjadi alat untuk mengidentifikasi pemangku
kepentingan yang relevan, menggali persepsi mereka, menyelidiki
kebutuhan dan masalah mereka, berbagi pengetahuan dan mengidentifikasi
penyebab situasi yang ingin kita ubah. Komunikasi di sini mendukung
pekerjaan analitis lainnya dengan membangun kepercayaan, memfasilitasi
pertukaran informasi dan mencapai pemahaman umum tentang situasi.
Sejumlah alat empiris, kuantitatif dan kualitatif diterapkan dalam fase ini
(seperti jajak pendapat, survei, penilaian pedesaan komunikasi partisipatif,
dan lain-lain). Masyarakat dan industri sebagai sasaran komunikasi
lingkungan perlu dikenali agar pesan dapat disampaikan sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat dan industri yang akan dituju. Bila ternyata
pencemaran lingkungan disebabkan oleh perilaku masyarakat dan industri
yang masih enggan berperilaku dan belum adanya kesadaran terhadap
kelestarian lingkungan hidup, sudah saatnya masyarakat dan industri
sebagai stakeholder utama dari setiap program komunikasi lingkungan
akan lebih manis bila ditempatkan sebagai pelaku utama dalam
melestarikan lingkungan hidup. Selanjutnya, tujuan awal komunikasi
lingkungan perlu dikaji dengan baik agar pesan dapat dibentuk dan
disesuaikan dengan tujuan komunikasi.
2) Desain dan Implementasi Komunikasi
Tahap ini terdiri dari pengembangan strategi komunikasi, memotivasi dan
memobilisasi masyarakat dan industri, dan pemilihan media. Strategi
komunikasi harus dilakukan oleh komunikator yang tepat. Berikutnya,
penggunaan beberapa jenis media dalam suatu komunikasi dapat saja
terjadi, namun kelebihan dan kekurangan dari tiap media perlu
diperhitungkan agar sesuai dengan situasi dan kondisi komunikasi.
Gunakan komunikasi interpersonal, edukasi, dan konseling. Selain itu,
media massa, baik media cetak maupun media elektronik dapat digunakan
untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan industri
terhadap kelestarian lingkungan hidup. Selanjutnya, praktikkan social
marketing dan mobilisasi dengan konsep kampanye komunikasi
lingkungan hidup. Yang terdiri dari langkah desain pesan dan produksi
media. Pesan-pesan komunikasi lingkungan harus lebih diarahkan pada
upaya mengubah kebiasaan yang tidak peduli terhadap lingkungan hidup.
Misalnya melakukan sosialisasi tentang “JANGAN MEMBUANG
SAMPAH SEMBARANGAN”
3) Pemantauan Dan Evaluasi Komunikasi
Setelah menetapkan indikator dan kriteria untuk evaluasi pada tahap
pertama dari proses komunikasi (Riset Komunikasi), ini digunakan untuk
memantau dan menilai strategi komunikasi pada tahap ketiga, yaitu
penilaian solusi. Ketiga fase ini harus memfasilitasi pemahaman
komunikasi pembangunan di tingkat makro. Pada fase pertama (yaitu
analisis masalah) komunikasi adalah alat analisis, mendengarkan dan
dialog adalah instrumen kunci untuk menyelidiki dan menilai situasi. Pada
fase kedua (yaitu pemecahan masalah) komunikasi digunakan untuk
mengatasi dan memecahkan situasi, dan pada akhirnya membawa
perubahan. Pada fase ketiga (yaitu penilaian solusi), tumpang tindih
dengan yang lain, komunikasi digunakan untuk menyelidiki dan
memantau kemajuan, serta menilai perubahan. Tahap ini terdiri dari
monitoring dan evaluasi. Upaya penyadaran dan kepedulian masyarakat
dan industri terhadap lingkungan hidup melalui komunikasi lingkungan
kuncinya ada pada prioritas dan komitmen politik pemerintah. Dalam
komunikasi lingkungan, proses monitoring yang berkelanjutan dan
evaluasi menjadi bagian penting yang harus dilakukan baik oleh
pemerintah maupun masyarakat.
3. Kesimpulan
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang desain
komunikasi strategis dalam upaya partisipasi public yang berkesinambungan
untuk pelestarian lingkungan. Tantangan komunikasi pembangunan yang harus
dihadapi sangat banyak. Yang utama terdiri dari bagaimana mengarusutamakan
komunikasi secara sistematis dalam intervensi pembangunan. Hal ini terkait erat
dengan dua tantangan yang harus dihadapi oleh para ahli komunikasi
pembangunan. Tantangan pertama adalah memposisikan komunikasi dengan
manajer dan pembuat keputusan lainnya. Komunikator profesional harus lebih
memperhatikan, mengintegrasikan dan menyempurnakan intervensi komunikasi
pembangunan dalam rencana kerja manajemen dan kegiatan pelestarian
lingkungan sejak awal. Komunikator harus dapat dengan mudah menilai biaya
dan manfaat komunikasi, dan untuk melakukan ini mereka harus dapat melihat
dengan jelas kapan dan bagaimana komunikasi dapat diterapkan pada proses
tersebut. Terserah komunikator untuk menyoroti koneksi ini (yaitu titik masuk)
dan memastikan bahwa tidak ada inkonsistensi antara komunikasi dan proses
lainnya. Tantangan kedua, sambil tetap fokus pada peningkatan nilai tambah dari
disiplin ini, berkaitan dengan praktik komunikasi pembangunan. Komunikator
perlu lebih sistematis dan tegas dalam memberikan bukti empiris tentang dampak
komunikasi dalam inisiatif pembangunan. Ini akan memerlukan kontrol kualitas
yang lebih ketat pada intervensi secara keseluruhan. Untuk mencapai hal ini, harus
ada kriteria yang jelas tentang latar belakang yang dibutuhkan oleh spesialis
komunikasi pembangunan. Komunikator setidaknya harus memiliki pengetahuan
yang komprehensif tentang sistem teoretis dan metodologis, memiliki pengalaman
lapangan, memiliki pengetahuan tentang program pembangunan pelestarian
lingkungan, peka budaya, memiliki sikap rendah hati dan terbuka terhadap orang
dan perubahan, dan yang paling penting bersedia dan mampu mendengarkan
secara aktif.
Pada akhirnya, dengan pola penanganan pemerintah yang masih seperti
sekarang dan kesadaran masyarakat yang masih rendah, diperkirakan tidak akan
ada kemajuan dalam membangun kesadaran masyarakat dan industri terhadap
kelestarian lingkungan hidup. Diperlukan political will pemerintah dalam
mengomunikasikan kelestarian lingkungan hidup melalui strategi komunikasi
lingkungan hidup yang dapat membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat/
industri terhadap lingkungan hidup. Terakhir, upaya membangun dan
melestarikan lingkungan hidup harus dilakukan secara integratif antara
pemerintah, media massa, perusahaan/industri dan masyarakat. Melestarikan dan
menjaga lingkungan hidup bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan tugas
dan tanggung jawab segenap lapisan masyarakat.

Referensi
Anyaegbunam, C. Mefalopulos, P. and Moetsabi T. 1998. Participatory Rural
Communication Appraisal: Starting with the people. FAO/SADC. Harare,
Zimbabwe.
Freire, P. 1997. Pedagogy of the Oppressed (Rev. Ed.). Continuum. New York,
NY.
Nahruddin, Z. 2018. Isu-Isu Strategis Permasalahan Lingkungan Hidup.
Mefalopulos, P., & Grenna, L. 2004. Promoting sustainable development through
strategic communication. Communicating protected areas. IUCN, Gland.
Ramadhani, R. W. 2020. Strategi Komunikasi Pembangunan Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro dalam Menerapkan Nawacita dan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 18(02),
117-129.
Wahyudin, U. 2017. Strategi Komunikasi Lingkungan Dalam Membangun
Kepedulian Masyarakat Terhadap Lingkungan. Jurnal Common, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai