Luh Sri Budiartini-LP 3 (20089142114)
Luh Sri Budiartini-LP 3 (20089142114)
OLEH:
LUH SRI BUDIARTINI
20089142114
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi empat tahap,yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
E. Pathway
Infeksi virus/bakteri
Sistem imun
Anoreksia Kuman melepas endotokis menurun
Hipotalamus ke bagian
termoreguler
Merangsang mekanisme
pertahanan tubuh terhadap
adanya mikroorganisme
Meningkatkan produksi
Penumpukan sekresi
mucus sel-sel basilica
mucus pada jalan nafas
sepanjang saluran pernafasan
Obstruksi jalan
nafas
Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
F. Klasifikasi
a) Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
1. ISPA ringan : seseorang yang menderita ISPA ringan apabila
ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.
2. ISPA sedang : apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
dari 390C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
3. ISPA berat : gejalanya meliputi yaitukesadaran menurun, nadi
cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung
nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
b) Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2
bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
1. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
Pneumonia Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di
dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas
cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit
atau lebih.
Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan
tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan,
yaitu: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum), kejang,
stridor, wheezing, demam/dingin,dan kesadaran menurun.
2. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
Pneumonia Berat : Bila disertai napas sesak yaitu adanya
tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu
anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
Pneumonia Sedang Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat
ialah:
1) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau
lebih.
2) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
Bukan Pneumonia Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk
golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu : Tidak bisa minum,
kejang, dan kesadaran menurun.
3. Secara anatomis ISPA dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
ISPA Atas (Acute Upper Respiratory Infections) : ISPA atas
yang perlu diwaspadai adalah radang saluran tenggorokan
(pharingitis) atau radang teling atengah (otitis). Pharingitis
yang disebabkan oleh kuman tertentu (streptococcus
hemolyticus) dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung,
sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati dapat
berakibat terjadinya ketulian.
ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory Infections) :salah satu
ISPA bawah yang berbahaya adalah Pneumonia.
4. Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA
sebagai berikut:
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa
napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia.
G. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,
nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu
berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit. Sedangkan tanda
gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
1. Gejala dari ISPA Ringan : Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA
ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: Batuk,
serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal
pada waktu berbicara atau menangis), pilek, yaitu mengeluarkan lender
atau ingus dari hidung, panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C
atau jika dahi anak diraba.
2. Gejala dari ISPA Sedang : Seorang anak dinyatakan menderita ISPA
sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut: Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada
anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per
menit pada anakyang berumur satu tahun atau lebih.
3. Gejala dari ISPA Berat : Seorang anak dinyatakan menderita ISPA
berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: Bibir atau kulit membiru,
lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas, anak tidak sadar atau kesadaran menurun, pernafasan berbunyi
seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah, sela iga tertarik ke
dalam pada waktu bernafas, nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau
tidak teraba, tenggorokan berwarna merah.
H. Pemeriksaan Fisik
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
6) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan tanda- tanda vital
Keadaan : berupa composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma
- Jantung
Inspeksi dan palpasi : batas jantung dan ada tidaknya
ketidakseimbangan denyut jantung
Perkusi : ukuran dan bentuk jantung
Auskultasi : suara jantung
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk dan gerakan abdomen
Auskultasi : bising usus
Palpasi : bentuk, ukuran, dan konsistensi organ
Perkusi : ada tidaknya cairan dan massa nyeri tekan pada abdomen
9. Genetalia
Inspeksi : distribusi rambut pubis, kulit, dan ukuran
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan, benjolan, serta cairan
10. Ekstrimitas
- Ekstrimitas atas
Inspeksi : warna kulit, ada tidaknya pembengkakan, ada atau
tidaknya fraktur tertutup atau terbuka, serta ada
tidaknya luka
Palpasi : temperature, sendi- sendi, otot erta adanya nyeri
tekan atau benjolan
- Ekstrimitas bawah
Inspeksi : perhatikan adanya dislokasi atau pembengkakan
Palpasi : struktur, konsistensi dan ukuran tulang
7) Pengkajian Fungsional Gordon
a) Pemeliharaan dan presepsi terhadap kesehatan
b) Pola nutrisi/metabolic
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif – perseptual
g) Pola persepsi diri/ konsep diri
h) Pola seksual dan reproduksi
Sofia, 2017. Faktor Risiko Lingkungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Journal Action,
Aceh nutrition journal. Mei 2017; 2(1): 43-50
Trimurti, 2016. Faktor Resiko Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaharjo. Naskah Publikasi. Surakarta: FakIK Univ
Muhammadiyah