Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN KUALITAS TIDUR

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA KARANGSARI

DISUSUN OLEH :

NAMA : HASNA KHUSNAINI

NIM : A11801761

KELAS : KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA 4B

PROGRAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN PRORAM SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2021
ANALISIS SITUASI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit pembuluh darah yang
menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terkait penyakit - penyakit yang
berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, serangan
jantung, dan kerusakan ginjal (Widyaningrum, 2012 dalam Rihiantoro &
Widodo, 2018).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 mencatat prevalensi
penderita hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Di
Asia Tenggara sendiri jumlah penderita hipertensi sebesar 25% dari seluruh total
penduduk (Kesehatan et al., 2019). Diperkirakan akan ada 1,15 miliar kasus
pada tahun 2025, terhitung sekitar 29% dari total populasi dunia, dimana 333
juta di antaranya berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari
10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia.
Sekitar 80% peningkatan kasus hipertensi terjadi pada wanita (30%) dan pria
29% terutama di negara berkembang (Triyanto, 2018).
Jumlah penderita hipertensi diperkirakan 15 juta tetapi hanya 4% yang
merupakan hipertensi terkontrol di negara Indonesia. Menurut data Riskesdas
tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1% dimana angka
tersebut lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 yang menyentuh prevalensi
25,8%. Hasil tersebut berdasarkan diagnosa dokter pada usia lebih dari 18 tahun
(Kementerian Kesehatan RI dalam Hariawan & Tatisina, 2020). Di Jawa Tengah
pada tahun 2019 terdapat 8.070.378 penderita hipertensi yang terdiri dari laki-
laki dan perempuan yang berusia di atas 15 tahun (Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2019). Jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Kebumen pada
tahun 2019 yaitu 206.840 jiwa (Kebumen, 2019).
Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan dengan melakukan pergerakan
anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga dan penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar
tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Orang yang tidak aktif cenderung memiliki
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, makin besar dan sering otot jantung
mempompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga
tekanan darah meningkat (Lestari et al., 2020).
Sekarang ini aktivitas fisik sudah menjadi sesuatu yang dibutuhkan
masyarakat secara luas. Biasanya mereka melakukan aktivitas untuk menjaga
kesehatan tubuh mereka dengan cara berolahraga yang rutin, berjalan cepat,
senam dan melakukan pekerjaan ringan seperti pekerjaan rumah. Setiap orang
memiliki tingkat aktivitas fisik yang berbeda, mulai dari aktivitas yang ringan,
aktivitas sedang dan aktivitas yang tinggi atau berat (sendiri). Untuk melakukan
aktivitas fisik tersebut tidak memerlukan biaya yang banyak, mereka cukup
melakukan aktivitas fisik yang rutin dan secara teratur. Hal tersebut dapat
mengurangi resiko kenaikan tekanan darah dikarenakan aktivitas dapat
melebarkan diameter pembuluh darah dan membakar lemak pada otot jantung
sehingga aliran darah lancar (Gusnilawati, 2018).
Di era sekarang ini lebih banyak kegiatan yang dilakukan di dalam rumah
sehingga aktivitas fisik yang dilakukan pun sangat berkurang. Sekarang ini
banyak orang yang melakukan pekerjaan dari rumah. Mereka lebih banyak
menghabiskan waktu dengan duduk dan jarang melakukan aktivitas lainnya.
Bahkan dalam kegiatan sehari-hari seperti belanja sekarang ini lebih banyak
dilakukan menggunakan media online sehingga orang tersebut tidak perlu keluar
rumah. Oleh karena itu banyak dari mereka yang cenderung berdiam diri
dirumah dan jarang melakukan aktivitas fisik. Nyatanya melakukan aktivitas
fisik yang baik dapat mengurangi resiko tekanan dara pada seseorang.
Kualitas tidur merupakan salah satu faktor terpenting untuk
mempertahankan kesehatan selain gaya hidup. Efisiensi tidur yang lelah
diketahui dapat berisiko terhadap terjadinya hipertensi dan optimalisasi jam tidur
dapat membantu untuk mencegah terjadinya hipertensi (Sabiq & Fitriany, 2016).
Tekanan darah juga berkaitan dengan kualitas tidur dimana penderita hipertensi
seringkali terbangun pada pagi hari dan mengalami kelemahan.
Kualitas tidur yang buruk dapat merusak memori dan kemampuan
kognitif seseorang. Bila hal ini berlanjut hingga bertahun-tahun, maka akan
berdampak pada tekanan darah yang tinggi, serangan jantung, stroke, hingga
masalah psikologis seperti depresi dan gangguan perasaan lain. Apabila hal
tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akan mengakibatkan
individu tersebut mengalami kurang tidur yang mengakibatkan
peningkatan risiko penyakit yang dideritanya (Azhar et al., 2019). Setiap usia
memiliki kebutuhan tidur yang berbeda. Usia dewasa membutuhkan waktu tidur
selama 7-8 jam setiap harinya (Dinkes, 2018)
Sekarang ini banyak orang yang mengatakan memiliki kualitas tidur yang
buruk. Masalah gangguan tidur yang sering dialami oleh seseorang yaitu sulit
tidur dan mudah terbangun. Ketika sedang tidur mereka sering terbangun secara
spontan dan akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tidur kembali.
Oleh karena itu ketika pada pagi hari mereka akan merasakan cepat lelah dalam
melakukan aktivitas fisik dan mereka cenderung memiliki waktu tidur yang
kurang.
Berdasarkan data-data yang sudah ada maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian “hubungan tingkat aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan
kejadian hipertensi”.

Anda mungkin juga menyukai