Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN UANG DALAM PEREKONOMIAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi

Dosen Pengampu : Tarmidzi, M.S.I

Disusun Oleh :

1. Rizki Putra Pangestu 1220108

2. Bagus Mahendra N.P 1220121

3. M.Dwiki Maulana 1220098

HUKUM EKONOMI

SYARIAH FAKULTAS

SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan petunjuk-Nya sehingga makalah yang berjudul “Peran Uang Dalam Perekonomian” ini
dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi. Dalam penyusunan makalah ini, penulis dibantu oleh berbagai
pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Tarmidzi, M.S.I.,
selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak
lain yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Makalah ini disusun berdasarkan kajian dari berbagai sumber yang relevan dengan
materi yang disajikan. Adapun materi pokok yang dipaparkan ialah mengenai pengantar
metodologi islam.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
sangat diperlukan kritik dan sarannya yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan
guna makalah ini dapat sempurna atau lebih baik.Akhir kata, penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Wasalamualaikum Wr.Wb

Pekalongan, 02 Oktober 2020

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang
berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Tingginya tingkat krisis yang dialami negri kita ini
diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi
penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar
negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk
terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam
mengatasinya.

Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah
mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola
perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah. Tujuan pembangunan
bukan lagi semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi lebih kepada pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama
kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Uang sebagai alat tukar di era modern ini memiliki fungsi dan peranan penting terhadap
kegiatan perekonomian.Begitu juga dengan lembaga keuangan sebagai wadah dan perantara
kegiatan keuangan.

Terlebih dahulu tentang perkataan nilai itu sendiri. Sesungguhnya pengertian atau arti
kata daripada nilai adalah bermacam-macam, ada nilai dalam arti obyektif, dalam arti subyektif
dan dalam arti nilai tukar. Telah dikemukakan pula bahwa uang itu adalah sejenis benda.
Apakah dengan ini berarti bahwa bilamana kita mengatakan nilai sesuatu benda samalah isi
yang terkandung dalam pikiran kita bila kita mengatakan nilai uang? Sudah tentu sesuai dengan
banyaknya arti nilai tersebut di atas, tidaklah selalu demikian halnya. Jadi apa yang terkandung
dalam pikiran kita bilamana kita mengatakan nilai uang. Pula harus diperhatikan, bahwa dalam
hidup kita sehari-hari, sesuai dengan fungsi uang sebagai alat pengukur nilai, uanglah yang
dipergunakan orang untuk menentukan berapa nilai sesuatu barang. Akan tetapi karena arti
nilai pada yang disebut terakhir ini adalah nilai tukar, maka sudahlah jelas ada persamaan
yang terkandung dalam pikiran kita bilamana kita mengatakan nilai uang dan mengatakan nilai
sesuatu benda. Jadi samalah apa yang terkandung dalam pikiran kita bilamana kita mengatakan
nilai tukar sebutir telur, dengan nilai tukar sesuatu kesatuan uang. Jadi dengan uraian di atas,
jelaslah bahwa bilamana kita mengatakan nilai uang, maka nilai tukar uanglah yang
dimaksudkan.

Karena uang adalah sejenis benda, maka apa yang dimaksudkan dengan nilai tukar
sesuatu benda samalah halnya dengan nilai tukar sesuatu kesatuan uang. Nilai tukar sesuatu
benda adalah banyaknya barang-barang atau jasa-jasa yang umumnya diberikan oleh orang
lain kepada kita sebagai pengganti satu kesatuan barang yang kita berikan kepadanya. Dengan
demikian dapatlah kita beri definisi nilai uang sebagai berikut: Nilai uang adalah jumlah
barang- barang atau jasa-jasa yang diberikan oleh orang lain kepada kita sebagai pengganti
satu kesatuan uang yang kita berikan kepadanya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui lebih
dalam bagaimana peranan uang dalam perekonomian.
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :

1. Bagaimana aliran uang dan aliran barang?

2. Bagaimana hubungan uang dan suku bunga?

3. Bagaimana pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi sektor riil?

4. Bagaimana pengaruh uang terhadap harga barang dan jasa?

5. Bagaimana pengendalian jumlah uang yang beredar?

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana aliran uang dan aliran barang.

2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan uang dan suku bunga.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi sektor riil

4. Untuk mengetahui bagaimana investasi pengaruh uang terhadap harga barang dan jasa.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian jumlah uang yang beredar.

C. Manfaat

1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.

2. Memberikan informasi bagi pembaca.

3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.


BAB 2

PEMBAHASA

RUMUSAN MASALAH

1. Aliran Uang dan Aliran Barang

Untuk melihat perkembangan perekonomian dapat diketahui melalui indikator-indikator


sektor riil, yang mencangkup barang dan jasa, serta indikator-indikator sektor moneter.
Sektor riil adalah sektor penghasil barang seperti: pertanian, pertambangan, dan industri
ditambah kegiatan yang terkait dengan pelayanan wisatawan internasional. Kemudian sektor
moneter adalah sektor yang berkaitan tentang uang. Sektor riil dan sektor moneter saling
berkaitan satu sama lain. Secara teoritis, sektor riil merupakan cermin dari sektor moneter
dan sebaliknya. Dalam sebuah transaksi jual beli, misalnya, akan selalu terdapat penjual
yang memiliki barang dan pembeli yang memiliki uang. Apabila transaksi jual beli terjadi,
maka kedua belah pihak melakukan pemenuhan atas kebutuhan masing-masing dengan nilai
transaksi jual beli barang dan jasa yang sama dengan nilai uang yang diserahterimakan.

Dalam setiap kegiatan ekonomi selalu terdapat dua macam aliran, yaitu aliran barang
dan aliran uang. Kegiatan produksi membutuhkan input berupa bahan baku dan tenaga kerja.
Sehingga dalam proses produksi akan terjadi aliran barang dan jasa berupa bahan baku dan
tenaga kerja dari masyarakat. Pada saat yang sama juga terjadi aliran uang dari perusahaan
untuk pembayaran bahan baku yang dibeli tersebut. Aliran uang itu bagi perusahaan akan
menjadi pos biaya, sedangkan bagi masyarakat merupakan pos pendapatan. Ketika
perusahaan menjual produksinya ke masyarakat yang terjadi adalah aliran uang keluar dari
masyarakat dan sebaliknya aliran uang masuk dan merupakan pendapatan bagi perusahaan.
Alur serupa juga terjadi pada kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi lainya. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sistem perekonomian , aliran uang akan sama atau
sebanding dengan aliran barang dan jasa.
2. Hubungan Uang dan Suku Bunga

Untuk membiayai kegiatan ekonominya, masyarakat membutuhkan uang baik uang


kartal, uang giral, maupun kuasi. Ideal nya jumlah uang yang tersedia, seimbang dengan
jumlah yang dibutuhkan atau diminta masyarakat sehingga tidak terjadi kelebihan atau
kekurangan.

Apabila jumlah uang yang disediakan melebihi uang yang diminta, maka akan terjadi
kelebihan penyedianan uang yang dapat mengakibatkan penurunan harga uang atau suku
bunga. Sebaliknya bila jumlah uang yang diminta melebihi jumlah-jumlah uang yang
disediakan maka akan mengakibatkan kenaikan harga uang atau suku bunga. Suku bunga
yang dimaksud adalah suku bunga yang mencerminkan kesesuaian antara suku bunga
simpanan (sisi penawaran uang) dan suku bunga pinjaman (sisi permintaan uang).

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa perubahan suku bunga akan terjadi karena
adanya perubahan jumlah uang yang beredar sebagai akibat dari interaksi antara sisi
permintaan dan sisi penawaran.

3. Pengaruh Uang Terhadap Kegiatan Ekonomi Sektor Riil

Sektor riil adalah sektor penghasil barang seperti: pertanian, pertambangan, dan
industri ditambah kegiatan yang terkait dengan pelayanan wisatawan internasional.
Pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi sektor rill dapat bersifat langsung atau tidak
langsung. Pengaruh tak langsung bisa kita pahami lewat penjelasan hubungan uang dengan
perkembangan suku bunga yang telah dijelaskan diatas. Penurunan suku bunga akan
menurunkan biaya pendanaan kegiatan investasi, dan selanjutnya akan mendorong kegiatan
investasi dan kegiatan ekonomi. Contoh secara langsungnya yaitu apabila uang yang beredar
dimasyarakat sedikit otomatis kegiatan ekonomi masyarakat akan terhambat.

Untuk menggambarkan keterkaitan antara uang dan sektor rill dapat dilihat dari
pertumbuhan tahunan uang dan pertumbuhan tahunan Produk Domestil Bruto (PDB) yakni
indikator perkembangan kegiatan ekonomi suatu masyarakat dalam memproduksi barang dan
jasa.

4. Pengaruh Uang Terhadap Harga Barang dan Jasa


Keterkaiatan uang dan suku bunga dan keterkaitan antara uang dan kegiatan ekonomi
sektor riil sebenarnya menggambarkan peranan uang dalam mempengaruhi perkembangan
kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Perkembangan ekonomi tercemin pada perkembangan
permintaan agregat (aggregate demand atau Permintaan agregat adalah keseluruhan
permintaan terhadap barang & jasa oleh pengguna dalam ekonomi) masyarakan akan semua
barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah mekanisme perekonomian.

Kegiatan produksi tentu harus didukung oleh kapasitas ekonomi yaitu kondisi yang
mencerminkan ketersedian sumber daya yang mencukupi seperti bahan baku,tenaga kerja,dan
teknologi. Dalam ilmu ekonomi makro kondisi ini dikenal dengan penawaran agregat
(Penawaran Agregat atau aggregate supply adalah jumlah barang dan jasa akhir
perekonomian, yang diminta pada berbagai tingkat harga yang berbeda). Berbeda dengan
permintaan agregat yang dapat dirubah dalam jangka pendek,penawaran agregat relatif sulit
untuk berubah dalam waktu jangka pendek. Hal ini disebabkan karena perubahan penawaran
agregat lebih terkait pada struktur dan perkembangan perekonomian.

Permintaan agregat, idealnya harus sama denganpenawaran agregat. Apabila


permintaan agregat tidak sama dengan penawaran agregat, maka diperlukan penyesuaian
kegiatan ekonomi agar terjadi kesesuaian (keseimbangan) penyesuaian itu berakibat pada
perubahan harga barang dan jasa. Permintaan agregat yang melebihi penawaran agregat
akan mendorong kenaikan harga barang dan jasa.

Apabila disimpulkan, perubahan jumlah uang yang beredar akan mempengaruhi


perkembangan harga. Kecenderungan kenaikan harga secara terus-menerus (inflasi), terjadi
apabila penambahan jumlah uang bererdar melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Formulasi
sederhananya “jumlah uang beredar bertambah, harga barang-barang naik”.

Inflasi disebut juga fenomena moneter karena sangat dipengaruhi perkembangan uang
beredar. Namun dalam teori strukturalis dinyatakan bahwa inflasi dalam jangka panjang
disebabkan oleh adanya kekakuan struktur perekonomian di negara berkembang.

Inflasi di indonesia pada paruh waktu pertama dekade 1960-an, adalah contoh inflasi
sebagai fenomena moneter . pada saat itu inflasi yang mencapai 600% disebabkan oleh
pencetakan uang yang berlebihan. Akibatnya kenaikan harga melonjak sangat tajam.
Lalu pada tahun 1998 terjadi kelangkaan dana di perbankan akibat penarikan dan
secara besar-besaran oleh masyarakat. Bersamaan dengan melemahnya nilai rupiah terhadap
dolar AS, melemah pula kepercayaan masyarakat terhadap rupiah. Untuk mengatasi hal itu,
bank Indonesia menyuntikan dana kepasar dalam jumlah besar dalam beberapa waktu.
Akibatnya terjadi inflasi beberapa waktu kemudian. Setelah pertumbuhan uang beredar
mereda inflasi kembali melemah. Inflasi seperti ini juga contoh fenomena moneter.

Namun lonjakan harga sesaat setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan
bakar minyak, tarif dasar listrik, atau tarif angkutan, juga kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan upah minimum Regional merupakan contoh inflasi sebagai fenomena Structural.

5. Pengendalian Jumlah Uang Beredar

Pengendalian jumlah uang beredar pada hakikatnya merupakan salah satu bagian dari
kerangka kebijakan moneter yang dilaksanakan otoritas (wewenang) moneter. Sesuai dengan
tujuan kebijakan moneter, pengendalian jumlah uang beredar pada umumnya dimaksudkan
untuk menjaga kestabilan nilai uang dan mendorong kegiatan ekonomi. Selain itu,
pengendalian jumlah uang beredar mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
kerangka kebijakan ekonomi makro karena adanya keterkaitan antara uang dan variabel-
variabel ekonomi lainnya (tingkat bunga, kesempatan kerja, tingkat tabungan dll).

Pengendalian jumlah uang beredar dimaksudkan agar otoritas moneter dapat


mempengaruhi nilai uang sedemikian rupa sehingga perkembangannya akan mendorong
perkembangan perekonomian yang diinginkan termasuk menekan laju inflasi.

Tentang pengendalian jumlah uang beredar, sesuai dengan UU No 23 tahun 1999


tentang Bank Indonesia mempunyai tugas dan wewenang menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter antara lain mengendalikan jumlah uang beredar. Untuk mencapai target
kuantitas, kebijakan moneter Bank Indonesia, akan sengaja diarahkan untuk mempengaruhi
kegiatan perekonomian sehingga tercapai kestabilan harga.

Namun, pengendalian jumlah uang beredar, dalam prakteknya sangat sulit dilakukan
kesulitan itu disebabkan oleh beberapa faktor pertama : adanya unsur-unsur kontradiktif
pada sasaran kebijakan. Kedua, sulitnya memprediksi dan mengendalikan permintaan uang
masyarakat dan ketiga, sulitnya memprediksi prilaku kecepatan perputaran uang.
Diperkirakan, kesulitan itu akan lebih berat dimasa mendatang. Untuk itu, Bank Indonesia
senantiasa menjajagi dan mengkaji beberapa kemungkinan penerapan kerangka kerja
kebijakan moneter lain yang lebih optimal. Tentu, stabilitas nilai rupiah bisa tercapai.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu:

 Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan
ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan
ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)

 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy). Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan
instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

 Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila
ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah
SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.

a) Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan


memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang
mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk
membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral,
serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar
berkurang.

b) Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk
menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

c) Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
BAB 3

PENUTU

KESIMPULAN

Berdasarkan kajian yang membahas tentang peranan uang dalam perekonomian, maka
kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :

Peranan uang dalam perekonomian sangatlah penting untuk perkembangan perekonomian


Indonesia, yang dapat dilihat melalui indikator-indikator sektor riil, yang mencangkup barang
dan jasa, serta indikator-indikator sektor moneter. Selain itu juga dilihat dari hubungan uang
dengan suku bunga, pengaruh uang terhadap harga barang dan jasa dan bagaimana
pengendalian jumlah uang yang beredar untuk menjaga kestabilan.

Anda mungkin juga menyukai