RANGKUMAN MATERI
REGULASI DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK
DISUSUN OLEH :
DIAN PURNAMASARI (A31115308)
GLORIA YANITA SITORUS (A31115319)
MERY MEIDIATRY PAKAANG (A31115507)
AYL RIN RATU BUA (A31115510)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2017/2018KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
kasih dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul "Regulasi dan Standar Sektor Publik”. Makalah ini kami susun
guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang
dibimbing oleh dosen kami, Dr. Hj. Haliah Imran, SE., M.Si., AK., CA.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dalam susunan kalimat maupun tata bahasa yang digunakan dalam
penulisan makalah ini, Akhir kata, kami berherap makalah ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca
Makassar, 28 Agustus 2017BABI
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Dibentuknya Regulasi dan Standar
Akuntansi sektor publik adalah perlakuan akuntansi pada domain
publik, dimana domain publik yang dimaksud meliputi entitas yang
aktivitasnya menghasilkan dan memenuhi kebutuhan publik. Oleh karena
itu, organisasi sektor publik bertanggung jawab untuk mengelola dana
masyarakat yang akan digunakan dalam pemenuhan kebutuhan publik. Hal
ini menyebabkan organisasi sektor publik harus mampu memberikan
pertanggungjawaban kepada publik melalui laporan keuangannya.
Penyajian laporan keuangan kepada publik diharapkan dapat
memberikan informasi yang utuh yang akan menciptakan transparansi guna
mewujudkan ekuntabilitas publik. Agar pembaca laporan keuangan dapat
memahami laporan keuangan, maka diperlukan suatu regulasi dan standar
pelaporan.
Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat standar yang relevan
dengan praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan
baik oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) maupun oleh pemerintah sendir
Untuk organisasi nirlaba, IAI menerbitkan PSAK 45 tentang “Organisasi
Nirlaba” yang berisi tentang kaidah-kaidah serta prinsip yang harus diikuti
oleh organisasi nirlaba dalam membuat laporan keuangan. Namun, PSAK
45 belum mengakomodasi praktik-prakti akuntansi yang diperiukan dalam
suatu entitas yang dimiliki pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah
menyusun suatu standar yang disebut Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP)
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan peraturan perundang di Sektor Publik 2
2. Bagaimana perkembangan standar di Sektor Publik ?1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan peraturan perundang-undangan
di Sektor Publik,
2. Untuk mengetahui perkembangan standar di Sektor Publik.BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Peraturan Perundangan di Sektor Publik
Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam
proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah
pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi
keagamaan atau tempat peribadatan, dan organisasi sosial masyarakat
lainnya
a. Keuangan Negara
1.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
Undang-undang ini merupakan tonggak sejarah yang mengawali
reformasi keuangan negara menuju pengelolaan keuangan yang
efisien dan modern. Beberapa hal penting yang diatur dalam
undang-undang ini adalah:
- Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara
- Penyusunan dan penetapan APBN
- Penyusunan dan penetapan APBD
- Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank
sentral, pemerintah daerah, serta pemerintah/lembaga asing.
- Hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan
negara, perusahaaan daerah, perusahaan swasta, serta
badan pengelola dana masyarakat.
- Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
Yang dimaksud dengan perbendaharaan negara dalam undang-
undang ini adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yangdipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 ini adalah:
Ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara
- _Kewenangan pejabat perbendaharaan negara
- Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah
= Pengelolaan ang keuaangan negara/daerah
= Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah
= Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah
- Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD
- Pengendalian internal pemerintah
- Penyelesaian kerugian negara/daerah
- Pengelolaan keuangan badan layanan umum
b. Otonomi Daerah
Berdasarkan amanat UUD 1945, pemerintah daerah memiliki otonomi
daerahnya sendiri untuk mengurus pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan daerah tersebut. Maka, sejak diberlakukannya
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana
pemerintah melaksanakan otonomi daerahnya dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, efektif, dan
bertanggung jawab. Namun, setelah tiga tahun pelaksanaan otonomi
daerah terdapat banyak aspek yang menimbulkan kerancuan. Selain itu,
disadari bahwa UU Nomor 22 Tahun 1999 sudah tidak lagi sesuai
dengan perkembangan keadaan dan tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah yang lebih efisien. Oleh Karena itu, dikeluarkanlah
undang-undang pengganti, yaitu:
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah DaerahPerul
bahan peraturan perundangan tersebut dilandasi oleh beberapa
alasan:
1. Adanya semangat desentralisasi yang menekankan pada upaya
2.
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya daerah
‘Adanya semangat tata kelola yang baik yang mengedepankan
transparansi, akuntabilitas, dan mendekatkan masyarakat
dengan proses pengambilan keputusan.
Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan
yang mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan
keuangan daerah
Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang Keuangan
Negara, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, serta UU
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
¢. Organisasi Nirlaba
Beberapa bentuk organisasi nirlaba yang umum dikenal adalah:
1
Yayasan
Regulasi tentang yayasan diatur dalam UU RI Nomor 16 Tahun
2001 yang menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar
yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya
berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada
masyarakat. Kemudian UU tersebut diperbarui_ menjadi UU
Nomor 28 Tahun 2004 dan didukung dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 mengenai Undang Undang
tentang Yayasan.2. Partai Politik
Regulasi tentang partai politik pertama kali diatur dalam UU
Nomor 2 Tahun 1999. UU ini diperbaharui dengan keluarnya
UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Kemudian
UU Nomor 31 Tahun 2002 kembali diperbarui pada tahun
2008 melalui UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
3. Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan Badan Hukum
Pendidikan (BHP)
BHMN adalah badan usaha yang bersifat non-profit. yang
dibentuk untuk mengakomodasikan kebutuhan khusus dalam
rangka “privatisasi" lembaga pendidikan yang memiliki
karakteristik tersendiri. Seiring perkembangan pada dunia
Pendidikan tinggi di Indonesia, pada tahun 2008 disahkanlah UU.
tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang merupakan badan
hukum penyelenggaraan pendidikan formal dengan berprinsip
nirlaba yang memiliki kemandirian dalam pengelolaannya
dengan tujuan memajukan satuan pendigikan.
4. Badan Layanan Umum (BLU)
BLU adalah instansi non-profit di lingkungan pemerintah yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barangjjasa. BLU dibentuk untuk mempromosikan peningkatan
layanan publik melalui fleksibilitas pengelolaan keuangan BLU
yang dikelola secara profesional dengan menonjolkan
produktivitas, efisiensi dan efektivitas.
Wacana tentang BLU dalam regulasi di level UU disebut
dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara. Level regulasi dibawehnya yang secara khusus
menjelaskan tentang BLU adalah peraturan pemerintah Nomor
23 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan layanan
umum.2.2. PERKEMBANGAN STANDAR DI SEKTOR PUBLIK
a. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik
Banyak entitas yang merupakan organisasi sektor publik yang
mengimplementasikan akuntansi dalam sistem kuangannya. Akan tetapi,
praktik akuntansi yang dilakukan memiliki perbedaan terlebih pada proses
pelaporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan oleh belum banyaknya
pemerintah suatu negara menerbitkan standar baku akuntansi untuk
mengatur praktik akuntansi bagi organisasi sektor publik
Berdasarkan hal tersebut, Internatiol Federation of Accountant (IFAC)
membentuk komite khusus yang diberi nama “The Public Sector Commitee"
dan bertugas menyusun standar akuntansi sektor publik yang berlaku
secara internasinal yang disebut International Public Sector Accounting
Standarts—IPSAS (Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik). Komite
ini tidak hanya menyusun standar tetapi juga membuat program yang
sistematis yang mendorong IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh
dunia. Untuk mendukung tugasnya, komite mengacu pada Intemational
Accounting Standards---IAS (Standar Akuntansi Internasional) dan juga
menggunakan sumber-sumber lain seperti peraturan perundangan,
asosiasi profesi, dan berbagai organisasi lain yang bergerak dalan
akuntansi sektor publik
Jika suatu negara telah memiliki arahan dan peraturan hukum yang
menuntut pelaporan keuangan organisasi sektor publik maka IPSAS tidak
dimaksudkan sebagai pengganti peraturan tersebut. Dalam hal ini, IPSAS
dapat digunakan oleh negara tersebut untuk pengembangan standar baru
atau merevisi standar tersebut untuk meningkatkan komparabilitas laporan
keuangan organisasi sektor publik secara internasionel, sedangkan bagi
negara yang belum memiliki, IPSAS dapat digunakan sebagai pedoman
dalam menyusun standar.IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basis akrual
(acerual basis), namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah
guna merinci kebutuhan untuk basis kas (cash basis).
Cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sektor publik
termasuk lembaga pemerintah baik pusat, regional, daerah dan komponen-
komponen kerjanya
b. PSAK 45
Ruang lingkup PSAK 45 tidak berlaku bagi lembaga pemerintah,
departemen, dan unit-unit sejenis lainnya. Namun, setelah mengalami revisi
pada tahun 2010 maka PSAK 45 dapat diterapkan oleh lembaga
pemerintah dan unit-unit sejenis lainnya sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangen yang berlaku.
Tujuan PSAK 45 ialah untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba
sehingga diharapkan dapat lebih muda dipahami, memiliki relavansi, dan
memiliki daya banding yang tinggi
Laporan keuangan entitas nirlaba yang diatur dalam PSAK 45 terdiri dari
- Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
- Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
- Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
- Catatan atas laporan keuangan
¢. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Untuk memecahkan berbagai kebutunan yang muncul dalam pelaporan
keuangan, akuntansi dan audit di pemerintahan Republik Indonesia maka
dibentuk standar akuntansi pemerintahan yang dibentuk oleh komite SAP,
Pada tanggal 8 Mei 2000 dibentuk Kompartemen Akuntan Sektor Publik di
IAI. Salah satu programnya adalah penyusunan standar akuntansi
keuangan untuk berbagai unit kerja pemerintah, Kemudian dihasilkan
Exposure Draft Standar akuntansi Sektor Publik. Ada enam eposure draft
yang dikeluarkan:1. Penyajian laporan keuangan
2. Laporan arus kas
3. Koreksi surplus defisit, kesalahan fundamental, dan perubahan
kebijakan akuntansi
4. Dampak perubahan nilai tukar mata ang luar negeri
5. Kos pinjaman
6. Laporan keuangan konsolidasi dan entitas kendalian
Publikasi tersubut mendorong pemerintah untuk mengeluarkan standar
akuntansi pemerintahan sampai kemudian undang-undang tentang
kuangan negara ditetapkan oleh menteri keuangan yaitu Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 308/KMK.012/2002 tanggal 13 juni 2002 tentang
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) pusat dan daerah,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Menteri Keuangn Nomor: 379/KMK.021/2004 tanggal 6 agustus 2004.
KSAP terdiri atas komite konsulatif dan komite kerja yang bertugas
menyiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan Pemerintahtentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai prinsip akuntansi yang
wajib diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah baik pusat ataupun daerah
Dalam menyusun SAP, digunakan materi yang diterbitkan oleh:
1. International Federation of Accountant (IFAC)
2. International Accounting Standards Committee (IASC)
3. International Monetary Fund (IMF)
4. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
5. Financial Accounting Standards Board (FASB)
6. Governmental Accounting Standards Board (GASB)
7. Perundang-undangan den peraturan pemerintah lainnya yang
berlaku di indonesia
8. Organisasi profesional lainnya diberbagai negarayang membidangi
pelaporan keuangan akuntansi dan audit pemerintahanSAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik pusat maupun daerah dan
dinas-dinasnya. Dengan diterapkannya SAP ini, diharapkan akan
meningkatkan kualitas pelaporan Keuangan di pemerintah pusat dan
daerah sehingga informasi keuangan pemerintah akan dapat menjadi dasar
pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya
transparansi serta akuntabilitas
d. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
SPKN adalah standar penting yang akan menjadi panduan proses audit di
Indonesia yang dikembangkan oleh BPK. SPXN hanya mengatur hal-hal
yang belum diatur oleh Standar Profesional Akuntan Publik (lainnya
SPAP). Aturan tambahan tersebut diperlukan mengingat karakteristik
organisasi pemerintahan yang berbeda dengan organisasi lainnya. SPKN
ini berlaku untuk:
1. Badan Pemeriksa Keuangan RI
2. Akuntan publik atau pihak pihak yang melakukan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas
nama BPK RI
3. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) termasuk Satuan
Pengawasan Intern (SPI) BUMN/BUMD, sebagai acuan dalam
menyusun standar pemeriksaan sesuai dengan kedudukan, tugas
pokok, dan fungsi masing-masing
4. Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN
Beberapa referensi yang digunakan dalam penyusunan SPKN adalah:
1. Standar Audit Pemerintanan
2. Generally accepted government auditing standards (GAGAS), revisi
2003. US General Accounting Office
3. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), IAI, 2001
4. Auditing Standards, Intemational Organization of Supreme Audit
Institutions (INTOSAI), amandemen terakhir 1995
5. Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, 20026. Internal Control Standards, INTOSAI, 2001
7. Standards for Professional Practice of Intemal Auditing (SPPI), IIA,
2000
SPKN membagi audit/pemeriksaan menjadi tiga jenis:
1. Pemeriksaaan keuangan
Bertujuan memberikan keyakinan mengenai kewajaran penyajian
laporan keuangan dalam segala hal material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku di indonesia
2. Pemeriksaan kinerja
Pemeriksaan ini dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap
bukti-bukti agar dapat memberikan penilaian secera independen
atas kinerja suatu entitas yang menghasilkan informasi yang
berguna untuk meningkatkan kinerja suatu entitas dan memudahkan
pengambilan keputusan bagi pihak yang berwenang
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Bersifat pemeriksaaan (examination), penelaahan (review), dan
prosedur yang disepakati dengan tujuan menghasilkan suatu
kesimpulan tentang keadaan suatu asersi entitas yang diperiksa
Sasaran pemeriksaaan ini mencakup pemeriksaan hal-hal lain di
bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas
sistem pengendaliaan internal pemerintah
+ Standar Umum SPKN
Standar umum SPKN harus diikuti oleh semua pemeriksa/ auditor
dan organisasi mereka. Standar umum SPKN tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Standar kemampuani/keahlian
Standar ini mengharuskan audit dilaksanakan oleh staff yang
memiliki keahlian, pengetahuan dan pengalaman yang
dibutuhkan untuk melakukan audit2. Persyaratan independensi
Standar ini mengharuskan organisasi_ pemeriksa_ dan
pemeriksanya untuk mempertahankan independensi_nya
sehingga hasil pemeriksaannya tidak memihak
3. Penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama
Auditor wajib menggunakan kemahirannya dalam melaksanakan
pemeriksaan dan penyusunan —_laporannya dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan atas kepentingan
publik
4. Pengendalian mutu
Setiap organisasi yang melakukan pemeriksaan harus memiliki
sistem pengendelian mutu yang memadai. Sistem tersebut harus
dapat memberikan keyakinan bahwa organisasi_ telah
menerapkan dan mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku
dan mematuhi kebijakan serta prosedur pemeriksaan yang
memadai.BAB II
PENUTUP
3.4. Kesimpulan
Pembentukan regulasi dan standar dilakukan untuk pemenuhan tiga hal
mendasar dalam akuntansi sektor publik, yaitu pemenuhan informasi yang
utuh, untuk menciptakan transparansi guna mewujudkan akuntabilitas
publik. Regulasi dalam sektor publik mengatur tiga hal yaitu keuangan
negara, otonomi daerah dan organisasi nirlaba. Sementara, dalam
perkembangannya ada empat standar akuntansi sektor publik yaitu, IPSAS,
PSAK 45, SAP, SPKNDAFTAR PUSTAKA
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:Salemba Empat