Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 2 MATERI 3

MAKALAH
MANAJEMEN PERPAJAKAN
“OVERVIEW PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)”
Dosen Pengampu : Haerial, SE.,M.Si.Ak

DISUSUN OLEH :
Muhammad Farhan – A014211003

KELAS B

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

karunia-Nya, penulis masih diberikan nikmat kesehatan, kesempatan dan kekuatan untuk

dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sesuai dengan rencana serta di waktu

yang tepat.

Makalah ini disusun untuk keperluan pertanggungjawaban atas tugas yang diberikan

kepada penulis. Di dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan materi mengenai

overview pajak penghasilan. Pada bagian akhir pembahasan, penulis mencantumkan saran

yang dapat digunakan sebagai bahan perbaikan dalam membuat makalah selanjutnya.

Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu mata

kuliah manajemen perpajakan yakni Bapak Haerial, SE.,M.Si.Ak. Penulis juga mengucapkan

banyak terima kasih kepada pihak yang turut memberikan saran dan masukan serta berbagai

sumber-sumber data yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik kepada penulis terlebih kepada para

pembaca.

Makassar, 01 September 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. I


Daftar Isi ....................................................................................................................... II
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan ..................................................................................................... 3
Bab III Penutup ............................................................................................................. 9
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 10

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan penghasilan negara yang digunakan untuk membiayai proses

berkembangnya Negara, karena pentingnya kita membayar pajak demi kebaikan bersama

dan kepentingan bersama pula. Sebagai warga negara yang baik dan benar hendaknya kami

membayar pajak dengan tepat waktu dan tidak merekayasa hasil pajak atau mengurangi

jumlah pajak kita .Untuk orang pribadi yang mempunyai mobil mewah pun harus membayar

pajak. Kantor pemerintahan yang mempunyai mobil dinas yang biasanya digunakan untuk

dinas luar atau untuk keperluan lainnya ,juga dikenakan pajak yang nanti retribusinya untuk

masyarakat dan untuk pembangunan fasilitas umum.

Hasil dari pembayaran pajak yang kita bayarkan pun akan kita nikmati bersama

sebagai masyarakat. Pengadaan merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan

pembangunan nasional. Sumber pembiayaan untuk pembangunan dapat berasal dari dalam

negeri maupun luar negeri Pajak sebagai sumber penerimaaan negara yang paling besar

memiliki kecenderungan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu disebabkan

kebutuhan belanja negara dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan pajak sebagai

sumber utamanya.

Berbagai kebijakan pokok pemerintah di bidang penerimaan negara yang telah dan

sedang dilakukan diarahkan pada upaya meningkatkan penerimaan pajak. Peningkatan

penerimaan pajak selain 2 diupayakan melalui pemeriksaan, penyidikan dan penagihan,

dapat juga diperoleh dari tulang 2 punggung self assessment system, yaitu meningkatkan

kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Undang-undang yang mengatur tentang

dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) adalah undang-undang nomor 42 tahun

2009 beserta peraturan pelaksanaanya yang terbaru.

1
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi

jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang

telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Jadi, yang berkewajiban memungut, menyetor

dan melaporkan PPN adalah para Pedagang/Penjual.

Namun, pihak yang berkewajiban membayar PPN adalah Konsumen Akhir. PPN atau

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan disetorkan oleh pengusaha atau perusahaan yang

telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Namun beban PPN tersebut

ditanggung oleh konsumen akhir. Sejak 1 Juli 2016, PKP se-Indonesia wajib membuat faktur

pajak elektronik atau e-Faktur untuk menghindari penerbitan faktur pajak fiktif untuk

pengenaan PPN kepada lawan transaksinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pajak Pertambahan Nilai?

2. Apa objek Pajak Pertambahan Nilai?

3. Siapa subyek Pajak Pertambahan Nilai?

4. Apa ketentuan tarif Pajak Pertambahan Nilai?

5. Apa saja Dasar Pengenaan Pajak (DPP)?

6. Bagaimana tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pajak Pertambahan Nilai

A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

1. PPN adalah pajak tidak langsung

PPNN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang atau jasa”

(General Indirect Tax on Consumption).

2. PPN sebagai pajak objektif

Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh

adanya objek pajak.

3. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri

Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas

konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam

negeri.

B. Objek Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan tas hal-hal sebagai berikut:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha;

b. Impor Barang Kena Pajak;

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha;

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean;

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

atau

f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak

3
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh pengusaha kena pajak

Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ;

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya, meliputi:

a. Minyak mentah.

b. Gas bumi

c. Panas bumi

d. Pasir dan kerikil

e. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara .

f. Biji besi, biji timah, biji emas, biji tembaga, biji nikel, biji perak, serta biji bauksit.

g. Barang hasil pertambangan dan pengeboran lainya yang diambil langsung

dari sumbernya.

2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu sebagai

berikut:

1) Segala jenis beras dan gabah, seperti berats putih, beras merah, beras ketan

hitam atau beras ketan puth dalam bentuk:

a) Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih;

b) Digiling

c) Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan

maupun tidak, beras pecah;

d) Menir (groats) dari beras

2) Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning, jagung

kuning kemerahan atau popcorn (jagung brondong), dalam bentuk:

a) Jagung yang telah dikupas maupun belum/jagung tongkol dan biji

jagung/jagung pipilan;

b) Menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran.

3) Sagu, dalam bentuk:

a) Empulur sagu

4
b) Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu

4) Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning atau

kedelai hitam dalam bentuk pecah atau utuh. 5)

5) Garam baik yang beryodium maupun tidak beryodium termasuk:

a) Garam meja;

b) Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kg atau lebih, dengan

kadar Na CL 94,7 % (dry basis)

c) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,

warung, dan sejenisnya. Barang-barang tersebut meliputi makanan dan

minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak; tidak termasuk

makanan danminuman yang diserahkan oleh usaha catering atau

usaha jasa boga.

d) Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

Jenis Jasa yang tidak kena PPN;

1. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

a) Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.

b) Jasa dokter hewan.

c) Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, danahli

fisioterapi.

d) Jasa kebidanan dan dukun bayi.

e) Jasa paramedis dan perawat.

f) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,

dan sanatorium.

2. Jasa pelayanan sosial, meliputi:

a) Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.

b) Jasa pemadam kebakaran.

c) Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.

d) Jasa lembaga rehabilitasi.

5
e) jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium.

f) jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

3. jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan

menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko

tempel.

C. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

1. Pengusaha; Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang

dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor

barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang

tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan

jasa dari luar daerah pabean.

2. Pengusaha kena pajak; Pengusaha adalah pengusaha yang mengekspor BKP yang

telah dikukuhkan sebagai PKP.

3. Pengusaha kecil; Pengusaha kecil adalah pengusaha yang dalam satu tahun buku

melakukan penyerahan:

1) BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 240.000.000,00

2) JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 120.000.000,00

4. Hubungan istimewa

Berdasarkan pasal 2 UU PPN 1984, hubungan istimewa dapat terjadi, karena:

1) Penyertaan

a) Pengusaha yang mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung

sebesar 25% atau lebih dari pada pengusaha lain.

b) Hubungan antar digabung pengusaha dengan penyertaan 25% atau

lebih pada dua pengusaha atau lebih.

c) Hubungan antara dua pengusaha atau lebih yang modalnya sebesar

25% atau lebih dipegang oleh satu pengusaha.

6
2) Penguasaan manajemen Pengusaha yang satu menguasai pengusaha lainnya

atau dua atau lebih pengusaha berada di bawah penguasaan pengusaha yang

sama baik langsung maupun tidak langsung.

3) Hubungan kekeluargaan

a) Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis

keturunan lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.

b) Sedarah lurus satu derajat: ayah, ibu dan anak.

c) Sedarah ke samping satu derajat: kakak dan adik

d) Semenda lurus satu derajat: mertua dan anak tiri

e) Semenda ke samping satu derajat: ipar f. Hubungan antara suami istri

jika ada perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

D. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

2. Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10%

3. Tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0%

4. Dengan PP, tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya

15%.

E. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang,

berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang

ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau

seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak

termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga

yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau

seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP),

ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak

7
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga

yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau

seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak

dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.

3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk

ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang

dipungut menurut Undang-Undang PPN.

4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau

seharusnya diminta oleh eksportir.

5. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak

dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai berikut :

1. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian

setelah dikurangi laba kotor;

2. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian

setelah dikurangi laba kotor;

3. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual

rata-rata;

4. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

5. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;

6. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan

semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran

perusahaan, adalah harga pasar wajar;

7. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau

penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau

harga perolehan;

8. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;

8
9. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah

yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau

10. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh

persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

F. Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai

Cara menghitung PPN

Contoh;

• PKP “A” menjual tunai BKP kepada PKP “B” dengan harga jual sebesar Rp

150.000.000,-

• PPN yang terutang adalah sebagai berikut: 10% x Rp 150.000.000 = Rp 15.000.000,-

• PPN sebesar Rp 15.000.000,- tersebut merupakan pajak keluaran, yang dipungut oleh

PKP “A” sedangkan bagi PKP “B”, PPN tersebut merupakan pajak masukan.

BAB III

3.1 Kesimpulan

PPN adalah pajak tidak langsung PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan

atas “konsumsi barang atau jasa” (General Indirect Tax on Consumption). PPN sebagai pajak

objektif Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh

adanya objek pajak. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri Sebagai pajak atas

konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas Konsumsi Barang Kena Pajak

dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pajak-pertambahan-nilai-ppn

http://eprints.perbanas.ac.id/454/2/BAB%20I.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai