Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TINAJUAN PERPAJAKAN PPN DAN PPH

KELOMPOK 6

Oleh :

JESSICA I. SAVIRA (3331120129)


BERLIANA S. PARDEDE (3331120121)
ALDAN F. KOCU (3331120117)
ALBERT D. RUMADAS (3331120146)
GEREN NUBOBA (3331120155)

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM KABUPATEN MANOKWARI


PROVINSI PAPUA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunian-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah Tinjauan Perpajakan PPN
dan PPH ini dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Perpajakan. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Timotius Kambu selaku dosen mata kuliah Perpajakan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak

Manokwari, 16 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN.............................................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN................................................................................................................................6

A. Pajak Pertambahan Nilai.......................................................................................................6

B. Objek Pajak Pertambahan Nilai............................................................................................6

C. Subyek Pajak Pertambahan Nilai.........................................................................................9

D. Tarif Pajak Pertambahan Nilai............................................................................................10

E. Pengertian Pajak Penghasilan.............................................................................................10

F. Dasar Hukum Pengaturan Pajak Penghasilan...................................................................11

G. Subjek Pajak Penghasilan....................................................................................................11

H. Objek Pajak Penghasilan.....................................................................................................13

BAB III..............................................................................................................................................16

PENUTUP........................................................................................................................................16

KESIMPULAN.................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

PPN adalah pajak tidak langsung PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan
atas ”konsumsi barang atau jasa” (General Indirect Tax on Consumption). PPN sebagai pajak
objektif Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh
adanya objek pajak. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam  negeri Sebagai pajak atas
konsumsi umum dalam  negeri, PPN hanya dikenakan atas Konsumsi Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.

Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Sedang pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan kepada
penghasilan perorangan , perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa
diberlakukan secara progresif, proposional, atau regresif. Pajak Penghasilan merupakan pajak
yang dipungut kepada objek pajak atas penghasilan yang diperolehnya. PPh akan selalu
dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh
penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk
membayar pajak. Bagi perusahaan , pajak merupakan sumber pengeluaran tanpa adanya
imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya banyak perusahaan
melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin selama hal tersebut
memungkinkan.Untuk itu penulis akan membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan
pajak penghasilan.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Pajak Pertambahan Nilai?


2. Apa Objek Pajak Pertambahan Nilai?
3. Siapa subyek Pajak Pertambahan Nilai?
4. Apa ketentuan Tarif Pajak Pertambahan Nilai?
5. Apa saja Dasar Pengenaan Pajak (DPP)?
6. Bagaimana Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai?
7. Apakah pengertian dari Pajak Penghasilan ?
8. Bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak Penghasilan ?
9. Apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan ?
10. Apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak Pertambahan Nilai

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

1. PPN adalah pajak tidak langsung

PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang atau jasa”
(General Indirect Tax on Consumption).

2. PPN sebagai pajak objektif

Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh
adanya objek pajak.

3. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam  negeri

Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam  negeri, PPN hanya dikenakan atas
Konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam
negeri.

B. Objek Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan tas hal-hal sebagai berikut:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
b. Impor Barang Kena Pajak;
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
atau
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh pengusaha kena pajak

Jenis barang yang tidak dikenakan PPN

1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, meliputi:

a. minyak mentah.

b. Gas bumi  
c. Panas bumi.
d. Pasir dan kerikil
e. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara .
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta
bijih bauksit.
g. Barang hasil pertambangan dan pengeboran  lainya yang diambil langsung
dari sumbernya.

2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu sebagai
berikut:

1) Segala jenis beras dan gabah, seperti berats putih, beras merah, beras ketan
hitam atau beras ketan puth dalam bentuk:

a. Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih;


b. Digiling
c. Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan
maupun tidak,; beras pecah;
d. Menir (groats) dari beras

2) Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning,
jagung kuning kemerahan atau  popcorn (jagung brondong), dalam bentuk:

a. Jagung yang telah dikupas maupun belum/jagung tongkol dan biji


jagung/jagung pipilan;
b. Menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran.

3) Sagu, dalam bentuk:

a. Empulur sagu
b. Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu

4) Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning atau
kedelai hitam dalam bentuk pecah atau utuh.
5) Garam baik yang beryodium maupun tidak beryodium termasuk:

a. Garam meja;
b. Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kg atau lebih, dengan kadar
Na CL 94,7 % (dry basis)
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya.

Barang-barang tersebut meliputi makanan dan minuman baik yang


dikonsumsi di tempat maupun tidak; tidak termasuk makanan danminuman
yang diserahkan oleh usaha catering atau usaha jasa boga.

d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

Jenis Jasa yang  tidak kena PPN

1. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

a. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.


b. Jasa dokter hewan.
c. Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, danahli fisioterapi.
d. Jasa kebidanan dan dukun bayi.
e. Jasa paramedis dan perawat.
f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,
dan sanatorium.

2. Jasa pelayanan sosial, meliputi:


a. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.
b. Jasa pemadam kebakaran.
c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.
d. Jasa lembaga rehabilitasi.
e. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasukkrematorium.
f. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

3. jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan


menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko tempel.

C. Subyek Pajak Pertambahan Nilai

1. Pengusaha

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari
luar daerah pabean.

2. Pengusaha kena pajak

Pengusaha adalah pengusaha yang mengekspor BKP yang telah dikukuhkan sebagai
PKP.

3. Pengusaha kecil

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang dalam satu tahun buku melakukan
penyerahan:
a. BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 240.000.000,00

b. JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 120.000.000,00

4. Hubungan istimewa

Berdasarkan pasal 2 UU PPN 1984, hubungan istimewa dapat terjadi, karena:


1) Penyertaan

a. Pengusaha yang mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar


25% atau lebih dari pada pengusaha lain.
b. Hubungan antar digabung pengusaha dengan penyertaan 25% atau lebih pada
dua pengusaha atau lebih.
c. Hubungan antara dua pengusaha atau lebih yang modalnya sebesar 25% atau
lebih dipegang oleh satu pengusaha.

2) Penguasaan manajemen

Pengusaha yang satu menguasai pengusaha lainnya atau dua atau lebih pengusaha
berada di bawah penguasaan pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak
langsung.

3) Hubungan kekeluargaan

a. Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan


lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.
b. Sedarah lurus satu derajat: ayah, ibu dan anak.
c. Sedarah ke samping satu derajat: kakak dan adik
d. Semenda lurus satu derajat: mertua dan anak tiri
e. Semenda ke samping satu derajat: ipar

D. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai


2. Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10%
3. Tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0%
4. Dengan PP, tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-
tingginya 15%.

E. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan
atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut
dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima
atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan (PPh) disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau
berakhir dalam tahun pajak.
Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat
pada Subjek Pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk
tidak dilimpahkan kepada Subjek Pajak lainnya. Oleh karena itu dalam rangka memberikan
kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi
penting.

F. DASAR HUKUM PENGATURAN PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh :
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991

 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994

 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan sistem pajak yang


ditanggung pemerintah yang diatur dalam :Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2003 danKeputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003.
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah disesuaikan juga beberapa
kali dalam:
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk tahun
pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung pemerintah).

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk tahun


pajak 2006

G. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan adalah


sebagai berikut:
1. Orang Pribadi

yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Harta Warisan Belum Dibagi 

yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi
menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.

3. Badan

badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
 pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

 pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

 penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah; dan

 pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan

4. Bentuk usaha tetap 

yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua
belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang
melakukan kegiatan di Indonesia.
Dan yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah sebagai berikut :

1. Badan perwakilan negara asing;


2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

• bukan warga Negara Indonesia; dan


• di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut;
• negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri


Keuangan dengan syarat :

• Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;


• tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota;

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan


Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :

• bukan warga negara Indonesia; dan


• tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.

H. OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan


ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun .
Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip pemajakan atas
penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak darimanapun asalnya yang
dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut.
Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan adanya
penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis.
Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan
ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama
memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangu
Objek Pajak Penghasilan yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk :

 penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang Pajak Penghasilan;
 hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
 laba usaha;
 keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
 keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
 keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena

pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;

 keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan atau


pengambilalihan usaha
 keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak pihak
yang bersangkutan;

penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

 bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

 royalti;
 sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
 penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
 keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

1. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

 Pelisih lebih karena penilaian kembali aktiva;


 premi asuransi;iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
 tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

2. Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas penghasilan berupa:

 bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;


 penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;
 penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta
 penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Dan yang tidak Termasuk Objek Pajak adalah sebagai berikut :


1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima
zakat yang berhak.

- Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, epanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara
pihak-pihak ybs;

2. Warisan;

Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

3. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan


asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi
beasiswa;
4. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP
Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan


 bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;

5. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
6. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
7. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan
kongsi;
8. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima)
tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usahaPenghasilan yang
diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. PPN adalah pajak tidak langsung

PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang atau jasa”
(General Indirect Tax on Consumption).

2. PPN sebagai pajak objektif

Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh
adanya objek pajak.

3. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam  negeri

Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam  negeri, PPN hanya dikenakan atas
Konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam
negeri.

1. Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak
Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

2. Dasar Hukum pengaturan Pajak Penghasilan di Indonesia adalah sebagai berikut

- Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

- Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan sistem pajak


yang ditanggung pemerintah yang diatur dalam :Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2003 danKeputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003.

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk tahun


pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung pemerintah).

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk tahun


pajak 2006
3. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan
adalah sebagai berikut:

- Orang Pribadi

- Harta Warisan yang belum Terbagi

- Bentuk Usaha Tetap

- Badan

4. Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan


ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun .

5. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak ) adalah penghasilan yang menjadi batasan
tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dengan kata lain apabila
penghasilan netto wajib pajak orang pribadi jumlahnya di bawah PTKP tidak akan
terkena pajak penghasilan (PPh) pasal 25 /29 dan apabila berstatus sebagai
pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh pasa 21 maka penghasilan
tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh pasal 21 .

6. Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan


besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari
pengurangan antara penghasilan bruto wajib pajak dengan pengurang penghasilan
bruto.
DAFTAR PUSTAKA

1. Suandy, erly. Hukum Pajak. 2005. Salemba Empat: Jakarta

2. Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, "Seri PPN dan PPnBM - Cara
Menghitung PPN dan PPnBM", diakses dari
http://www.pajak.go.id/content/seri-ppn-dan-ppnbm-cara-menghitung- ppn-dan-
ppnbm,
3. Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, "Tata Cara Pembayaran dan
Pelaporan PPN &PPnBM Seri - PPN", diakses dari
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/BookletPPN.pdf,
4. http://jendelailmusebi.blogspot.com/2013/06/pengertian-pajak-penghasilan-pph.html

5. http://jendelailmusebi.blogspot.com/2013/06/pengertian-pajak-penghasilan-pph.html

6. http://forever2705.wordpress.com/2008/08/11/pengertian-pajak-penghasilan/ptkp

7. http://www.ekonomi-holic.com/2013/01/tarif-pajak-penghasilan-2013-dan-
cara_2918.html

8. http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=272
LAMPIRAN :

Anda mungkin juga menyukai