Anda di halaman 1dari 32

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 8 :

NIA AGUSTINA 01031381823154


ALYA MEIDITA NIRWANA 01031381823116
ANNASTASYA RETNO C 01031381823143
SILVIA LESTARI 01031381823151
FILDZAH ALIFAH D 01031381823152

DOSEN PEMBIMBING : ERMADIANI, SE, MM, AK

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI (S1)
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai, “Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)”. Makalah ini diajukan guna memenuhi salah-satu tugas mata kuliah

Perpajakan.

Adapun makalah perpajakan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ini telah kami

usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat

memperlancar pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar

sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.

Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi

pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki

makalah perpajakan ini.

Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-

masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

 
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................1

Daftar isi....................................................................................................................2

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3

Bab II

Pembahasan

2.1 Pajak Pertambahan Nilai

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai.............................................................4

Obyek Pajak Pertambahan Nilai....................................................................4

Subyek Pajak Pertambahan Nilai..................................................................7

Tarif Pajak Pertambahan Nilai......................................................................9

Dasar Pengenaan Pajak (DPP).......................................................................9

Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai..........................................11

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan....................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1. PPN adalah pajak tidak langsung


PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang atau jasa”
(General Indirect Tax on Consumption).
2. PPN sebagai pajak objektif
Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh
adanya objek pajak.
3. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam  negeri
Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam  negeri, PPN hanya dikenakan atas Konsumsi
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pajak Pertambahan Nilai?

2. Apa Objek Pajak Pertambahan Nilai?

3. Siapa subyek Pajak Pertambahan Nilai?

4. Apa ketentuan Tarif Pajak Pertambahan Nilai?

5. Apa saja Dasar Pengenaan Pajak (DPP)?

6. Bagaimana Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pajak Pertambahan Nilai

A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai


1. PPN adalah pajak tidak langsung
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang atau jasa”
(General Indirect Tax on Consumption).
2. PPN sebagai pajak objektif
Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh
adanya objek pajak.
3. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam  negeri
Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam  negeri, PPN hanya dikenakan atas Konsumsi
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.

B. Objek Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan tas hal-hal sebagai berikut:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;

b. Impor Barang Kena Pajak;

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak

h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh pengusaha kena pajak

Jenis barang yang tidak dikenakan PPN

1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, meliputi:

a. minyak mentah.

b. Gas bumi  

c. Panas bumi.

d. Pasir dan kerikil

e. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara .

f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta


bijih bauksit.

g. Barang hasil pertambangan dan pengeboran  lainya yang diambil langsung dari
sumbernya.

2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu sebagai
berikut:

1) Segala jenis beras dan gabah, seperti berats putih, beras merah, beras ketan hitam
atau beras ketan puth dalam bentuk:

a. Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih;


b. Digiling

c. Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun


tidak,; beras pecah;

d. Menir (groats) dari beras

2) Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning, jagung
kuning kemerahan atau  popcorn (jagung brondong), dalam bentuk:

a. Jagung yang telah dikupas maupun belum/jagung tongkol dan biji


jagung/jagung pipilan;

b. Menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran.

3) Sagu, dalam bentuk:

a. Empulur sagu

b. Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu

4) Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning atau
kedelai hitam dalam bentuk pecah atau utuh.

5) Garam baik yang beryodium maupun tidak beryodium termasuk:

a. Garam meja;

b. Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kg atau lebih, dengan kadar Na
CL 94,7 % (dry basis)

c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,


warung, dan sejenisnya.
Barang-barang tersebut meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak; tidak termasuk makanan danminuman
yang diserahkan oleh usaha catering atau usaha jasa boga.

d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

Jenis Jasa yang  tidak kena PPN

1. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

a. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.

b. Jasa dokter hewan.

c. Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, danahli fisioterapi.

d. Jasa kebidanan dan dukun bayi.

e. Jasa paramedis dan perawat.

f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,


dan sanatorium.

2. Jasa pelayanan sosial, meliputi:

a. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.

b. Jasa pemadam kebakaran.

c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.

d. Jasa lembaga rehabilitasi.

e. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasukkrematorium.

f. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.


3. jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan
menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko tempel.

C. Subyek Pajak Pertambahan Nilai

1. Pengusaha

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

2. Pengusaha kena pajak

Pengusaha adalah pengusaha yang mengekspor BKP yang telah dikukuhkan sebagai
PKP.

3. Pengusaha kecil

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang dalam satu tahun buku melakukan penyerahan:

a. BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 240.000.000,00

b. JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 120.000.000,00

4. Hubungan istimewa

Berdasarkan pasal 2 UU PPN 1984, hubungan istimewa dapat terjadi, karena:

1) Penyertaan

a. Pengusaha yang mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar


25% atau lebih dari pada pengusaha lain.

b. Hubungan antar digabung pengusaha dengan penyertaan 25% atau lebih pada dua
pengusaha atau lebih.
c. Hubungan antara dua pengusaha atau lebih yang modalnya sebesar 25% atau
lebih dipegang oleh satu pengusaha.

2) Penguasaan manajemen

Pengusaha yang satu menguasai pengusaha lainnya atau dua atau lebih pengusaha
berada di bawah penguasaan pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak
langsung.

3) Hubungan kekeluargaan

a. Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.

b. Sedarah lurus satu derajat: ayah, ibu dan anak.

c. Sedarah ke samping satu derajat: kakak dan adik

d. Semenda lurus satu derajat: mertua dan anak tiri

e. Semenda ke samping satu derajat: ipar

f. Hubungan antara suami istri jika ada perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

D. Tarif Pajak Pertambahan Nilai


1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

2. Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10%


3. Tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0%
4. Dengan PP, tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya
15%.
E. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang,
berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP),ekspor
Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau
oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.

3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang
dipungut menurut Undang-Undang PPN.

4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.

5. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai berikut :

1. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor;
2. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor;
3. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-
rata;
4. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
5. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;
6. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, adalah harga pasar wajar;
7. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau
harga perolehan;
8. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;
9. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah
yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
10. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh
persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
F. Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai

Cara menghitung PPN

PPN = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x tarif pajak


Contoh

PKP “A” menjual tunai BKP  kepada PKP “B” dengan harga jual sebesar Rp
50.000.000,00

PPN yang terutang adalah sebagai berikut:

10% x Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00

PPN sebesar Rp 5.000.000,00 tersebut merupakan pajak keluaran, yang dipungut oleh
PKP “A” sedangkan bagi PKP “B”, PPN tersebut merupakan pajak masukan.

Pajak Keluaran

Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP),
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud
dan/atau ekspor JKP.

Sebagai bukti pungutan PPN, maka PKP diharuskan untuk membuat Faktur Pajak.

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak inilah yang merupakan Pajak Keluaran bagi
PKP Penjual Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

Dalam hal PKP memperoleh BKP dan/atau JKP dan/atau memanfaatkan BKP tidak
berwujud dari Luar Daerah Pabean da/atau pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean
dan/atau Impor BKP, maka PPN tersebut merupakan Pajak Masukan bagi PKP tersebut.

Jumlah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan tersebut kemudian dituangkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa PPN.
Ketika jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak Masukan, maka
selisihnya merupakan jumlah PPN yang harus disetor ke Kas Negara oleh PKP.  

Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih
besar daripada jumlah Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

Namun, apabila kelebihan Pajak Masukan terjadi pada Masa Pajak akhir tahun buku,
kelebihan Pajak Masukan tersebut dapat diajukan permohonan pengembalian (restitusi).

Pajak Masukkan
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan membangun sendiri tidak
dapat dikreditkan.

Tarif PPN
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009, berikut ini uraian
tarif PPN di Indonesia:

1. Tarif PPN sebesar 10%.

2. Tarif PPN sebesar 0% dikenakan atas:

o Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

o Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

o Ekspor Jasa Kena Pajak

3. Tarif PPN yang dimaksud pada poin pertama bisa saja berubah menjadi paling rendah 5%
dan paling tinggi 15% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pada umumnya, cara menghitung PPN adalah dengan mengalikan tarif PPN dengan
Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari
luar Daerah Pabean.

Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya disebut dengan PKP adalah pengusaha yang


melakukan penyerahan Barang Kena Pajak  dan/atau  penyerahan  Jasa  Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN Tahun 1984 dan perubahannya.

Pengusaha yang melakukan penyerahan yang merupakan objek pajak sesuai Undang-
Undang PPN wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, kecuali
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pengusaha kecil adalah merupakan pengusaha yang selama 1 (satu) tahun buku


melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah
peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah). Pengusaha kecil diperkenankan
untuk memilih dikukuhkan menjadi PKP.

Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP wajib memungut, menyetor, dan


melaporkan PPN atau Pajak PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP
yang dilakukannya.

Pengusaha kena pajak Berisiko Rendah


Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah merupakan Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan kegiatan tertentu dan ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko
Rendah yang dapat diberikan Pengembalian Pendahuluan atas kelebihan pembayaran
Pajak Pertambahan Nilai pada setiap Masa Pajak.

Kerangka/ Isi SPT Masa PPN

Saat ini, SPT Masa PPN yang berlaku dan dapat Anda gunakan dalam pelaporan adalah
SPT Masa PPN 1111. SPT Masa PPN 1111 terdiri dari:

1. Induk SPT Masa PPN 1111 - Formulir 1111 (F.1.2.32.04); dan


2. Lampiran SPT Masa PPN 1111, yang terbagi atas:

 Formulir 1111 AB - Rekapitulasi Penyerahan dan Perolehan (D.1.2.32.07);


 Formulir 1111 A1 - Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP
(D.1.2.32.08);
 Formulir 1111 A2 - Daftar Pajak Keluaran atas Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur
Pajak (D.1.2.32.09);
 Formulir 1111 B1 - Daftar Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan atas Impor BKP dan
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/ JKP dari Luar Daerah Pabean (D.1.2.32.10);
 Formulir 1111 B2 - Daftar Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan atas Perolehan BKP/
JKP Dalam Negeri (D.1.2.32.11); dan
 Formulir 1111 B3 - Daftar Pajak Masukan yang Tidak Dikreditkan atau yang Mendapat
Fasilitas (D.1.2.32.12)

Pengecualian, berlaku bagi Anda selaku PKP yang menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan. SPT Masa PPN yang berlaku dan dapat Anda gunakan
dalam pelaporan adalah SPT Masa PPN 1111 DM. SPT Masa PPN 1111 DM, terdiri dari:

1. Induk SPT Masa PPN 1111 DM - Formulir 1111 DM (F.1.2.32.05); dan

2. Lampiran SPT Masa PPN 1111 DM, yang terbagi atas:

 Formulir 1111 A DM (D.1.2.32.13) - Daftar Pajak Keluaran atas Penyerahan Dalam


Negeri Dengan Faktur Pajak; dan
 Formulir 1111 R DM (D.1.2.32.14) - Daftar Pengembalian BKP dan Pembatalan JKP
oleh PKP yang Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan,
SOAL TEORI
1. Jelaskan pengertian pajak pertambahan nilai (PPN)?

Jawab :

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan semua setiap


pertambahan nilai dari barang atau dagang dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Merupakan jenis pajak konsumsi yang dalam bahasa Inggris disebut Value
Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST).

2. Berapa lama jangka waktu pajak masukan dapat dikreditkan pada masa pajak?

Jawab :

Pajak Masukan tersebut tetap dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya. Jangka
waktu pengkreditan tersebut paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak
yang bersangkutan. Dengan syarat, Pajak Masukan tersebut belum dibebankan sebagai
biaya dan belum dilakukan pemeriksaan oleh aparat Direktorat Jenderal Pajak.

3. Sebutkan Hak PKP atas PPN ?

Jawab :

Hak PKP atas PPN

Apabila Anda sebagai pengusaha telah dikukuhkan sebagai PKP, maka terdapat hak
yang. dapat Anda terima sebagai PKP. Hak PKP atas PPN adalah:

 Dapat melakukan pengkreditan pajak masukan/pembelian atas BKP/JKP.

 Dapat mengajukan restitusi jika pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran/penjualan
dan juga berhak atas kompensasi kelebihan pajak.
 Dapat mengajukan kompensasi kelebihan pajak berdasarkan laporan dan pembukuan
sesuai keadaan sebenarnya.

4. Jelaskan masa pajak yang lebih bayar dan kurang bayar?

Jawab :

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan,
selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena
Pajak. Demikian sebaliknya, apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak
yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Untuk masa pajak akhir tahun buku,
Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan
tersebut.
Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan
yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, maka
besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan hanya Pajak Masukan yang terkait
dengan penyerahan yang terutang pajak saja. Dengan catatan, bagian penyerahan yang
terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya.
Bila jumlah penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dihitung dengan menggunakan pedoman yang
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Jelaskan pasal 2 tentang pengusaha kena pajak ?


Jawab :
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang bermaksud
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan harus
memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha
Kena Pajak dikukuhkan paling lama:
pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak pertama dalam tahun
buku dimulainya penggunaan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan, bagi
PKP yang memenuhi syarat point a.

pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak saat dikukuhkan sebagai
PKP, bagi Wajib Pajak yang baru dikukuhkan sebagai PKP.

6. Sebutkan objek PPN?

Jawab :
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: (Pasal 4 ayat (1) UU PPN)

1. penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;

2. impor BKP;

3. penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;

4. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

5. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

6. ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP);

7. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP; dan

8. ekspor JKP oleh PKP.

7. Sebutkan syarat-syarat penyerahan barang yang dikenai pajak?

Jawab :
Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP,

b. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak Berwujud,

c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan

d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

8. Jelaskan pengertian Ekspor Jasa Kena Pajak?

Jawab :
Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak
dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan
atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.

9. Jelaskan pengertian pengusaha kena pajak (PKP)?

Jawab :

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena


Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai.

10. Sebutkan jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai ?

Jawab :
Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam.
kelompok barang sebagai berikut:
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;

b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering; dan

d. uang, emas batangan, dan surat berharga.

CONTOH KASUS:

Contoh kasus 1
PT. Gragas merupakan PKP yang menjual elektronik di Palembang. Selama Agustus 2016, PT
Gragas melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:
1. Penjualan secara langsung kepada konsumen sebesar Rp1.600.000.000.
2. Penyerahan BKP, yakni barang elektronik kepada Pemerintah Kota Palembang sebesar
Rp660.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN.
3. PT. Gragas juga membangun sebuah gudang elektronik seluar 500m2 di kawasan
pergudangan sendiri dengan biaya sebesar Rp550.000.000.
4. Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah televisi dengan harga Rp2.000.000
termasuk keuntungan Rp200.000.
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus sebagai berikut:
1. Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga Rp550.000.000 dan
harga tersebut sudah termasuk PPN.
Dari transaksi-transaksi yang terjadi di atas, maka hitunglah PPN dari transaksi tersebut? Dan
berapa total PPN yang disetorkan?
PPN dipungut = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x Tarif
Jika Nilai Total = N, maka :
DPP = (100/110)xN atau N/1.1
PPN = N-DPP  (atau bisa juga 10% x DPP)

Jawab:
PPN dan PPnBM setiap transaksi contoh PPN di atas adalah sebagai berikut. 
Transaksi pertama:
PPN = 10% x Rp1.600.000.000 = Rp160.000.000 (pajak keluaran/penjualan)
Transaksi kedua:
DPP = 100/110 x Rp660.000.000 = Rp600.000.000
PPN = 10% x Rp600.000.000 = Rp60.000.000 (pajak keluaran/penjualan)
Transaksi ketiga:
DPP = 20% x Rp550.000.000 = Rp110.000.000
PPN = 10% x Rp110.000.000 = Rp100.000.000 (pajak keluaran)
Transaksi keempat:
DPP = Rp2.000.000 – Rp200.000 = Rp1.800.000 (pajak keluaran)
Transaksi tambahan:
DPP = 100/110 x Rp550.000.000 = Rp500.000.000
PPN = 10% x Rp500.000.000 = Rp50.000.000 (pajak masukan)
Total PPN yang harus disetorkan:
PPN keluaranya:
Transaksi pertama + transaksi kedua + transaksi ketiga + transaksi keempat
Rp160.000.000 + Rp60.000.000 + Rp100.000.000 + Rp1.800.000 = Rp321.800.000
PPN masukannya:
Rp50.000.000
Cara menghitung PPN yang harus disetorkan: Pajak keluaran – pajak masukan
Rp321.800.000 – Rp50.000.000 = Rp271.800.000
Jadi, total PPn yang perlu PT. Gragas setorkan atas transaksi yang dilakukan selama Agustus
2016 tersebut adalah sebesar Rp271.800.000.

Contoh kasus 2
Toko Samson menjual kulkas sebanyak 20 kulkas dengan harga satuannya sebesar Rp6.000.000.
Lalu, berapakah PPN terutang toko Samson yang wajib disetorkan?
Jawab:
Total DPP atas penjualan 20 kulkas: 20 x Rp6.000.000 = Rp120.000.000
PPN = 10% x Rp120.000.000 = Rp12.000.000
Jadi, PPN terutang yang wajib disetorkan Toko Samson adalah sebesar Rp12.000.000.

Pajak Pertambahan Nilai (selanjutnya disingkat PPN), silahkan disimak dua puluh sembilan
istilah umum PPN berikut ini.

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan
ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.

Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai.

Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak.

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum
yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk
jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan
dan atas petunjuk dari pemesan.

Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak


Pertambahan Nilai.

Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pemberian Jasa Kena Pajak.

Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah
Pabean.

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah setiap
kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.

Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan Barang Kena
Pajak Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.

Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk kegiatan tukar menukar
barang, tanpa mengubah bentuk atau sifatnya.

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan
usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai.

Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk dan/atau sifat suatu
barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru, atau kegiatan
mengolah sumber daya alam, termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan
kegiatan tersebut.

Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor,
atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang
dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak, atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean.

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai.

Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan
Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak
tersebut.
Penerima jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima
penyerahan Jasa Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar Penggantian atas
Jasa Kena Pajak tersebut.

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh
Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak
dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.

Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak,
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
ekspor Jasa Kena Pajak.

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir.

Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi


pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan
pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah
tersebut.

Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean.

Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah
Pabean.

Cara Menghitung PPN


Untuk menghitung PPN, kita harus menggunakan rumus yakni: tarif PPN x Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) atau 10% x DPP. Agar lebih mudah memahami penggunaan tarif tersebut, mari kita
lihat bersama contoh kasus di bawah ini.
Contoh kasus 3

PT. Cinday merupakan PKP yang menjual BKP pada PT. ABC dengan harga Rp50.000.000.
Maka, PPN terutang yang perlu disetorkan adalah:
PPN terutang: 10% x Rp50.000.000 = Rp5.000.000
Jadi, PPN Rp 5.000.000 menjadi pajak keluaran yang dipungut PT. Cinday dari PT ABC adalah
Rp 5.000.000.
Dasar Hukum PPN
Dasar hukum atas pengenaan PPN adalah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Dalam UU
PPN tersebut diatur hal-hal yang berkaitan dengan PPN seperti objek PPN, tarif PPN, tata cara
penyetoran dan pelaporan, dan sebagainya.
Objek PPN
Berikut ini objek-objek yang dikenakan PPN:
 Penyerahan BKP dan/atau JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha.
 Impor BKP.
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
 Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
 Ekspor BKP berwujud atau tidak berwujud dan ekspor JKP oleh PKP.
 Ekspor JKP oleh PKP.
Kesimpulan
 PPN merupakan pajak yang dikenakan atas setiap barang dan jasa yang memiliki
pertambahan nilai dalam peredarannya dari konsumen dan produsen.
 Tarif PPN sebesar 10%.
 Cara menghitung PPN: Tarif PPN x DPP (10% x DPP).
Demikianlah ulasan tentang PPN, tarif, objek, cara menghitung PPN, dan contoh kasusnya. Bagi
PKP yang ingin mengelola PPN, Anda bisa membuat dan melaporkan faktur pajak atau
membayar PPN terutang dengan menggunakan aplikasi Online Pajak.
Aplikasi Online Pajak merupakan aplikasi alternatif yang dapat membantu Anda untuk
melakukan transaksi perpajakan dengan lebih mudah. Daftar sekarang dan rasakan
kemudahannya.

Contoh kasus 4

PT. Nur menjual perangkat komputer dengan harga Rp15.000.000 dan tidak termasuk PPN di
dalamnya kepada PT. Pelita. Maka, DPP atas penjualan perangkat komputer tersebut sebesar
Rp11.000.000.
Nah, cara menghitung PPN atas pembelian tersebut adalah PPN terutang = 10% x Rp11.000.000
= Rp1.100.000. Jadi, yang harus dibayar oleh PT. Pelita adalah sebesar Rp12.100.000.
Lalu, bagaimana jika suatu transaksi sudah termasuk PPN? Bagaimana cara mencari DPP atas
transaksi tersebut? Mari simak kembali contoh kasus serta cara menghitung DPP PPN di bawah
ini.

Contoh kasus 5

PT. Kincir menjual perangkat komputer dengan harga Rp33.000.000 dan sudah termasuk PPN ke
Bendahara Dinas Kesehatan, maka berikut ini cara mencari tahu DPP atas perangkat komputer
tersebut.
DPP: 100/110 x Rp33.000.000 = Rp30.000.000
PPN terutangnya sebesar = 10% x Rp30.000.000 = Rp3.000.000
Maka dari itu, harga perangkat komputer tersebut memang sudah dikenai PPN sebesar 10% atau
Rp3.000.000.

CONTOH SOAL PILIHAN GANDA


1. PT A menyerahkan Barang Kena Pajak secara Cuma-cuma untuk membantu
korban bencana di gunung sinabung senilai Rp 330.000.000 termasuk laba kotor 10%. Berapa
PPN yang terutang atas penyerahan yersebut ?

a. Rp 33.000.000
b. Rp 30.000.000
c. Rp 28.333.333
d. Rp 27.666.667

2. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi ?

a. Harga jual, Harga beli, Penggantian, Nilai lain


b. Harga jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor 
c. Harga jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, Nilai lain
d. Nilai jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, DPP lain

3. PT A menyumbangkan ke panti asuhan 1 buah TV seharga Rp 4.000.000


termasuk keuntungan sebesar Rp 400.000, berapa PPN terutang yang harus dipungut PT A ?
a. Rp 400.000
b. Rp 360.000
c. Rp 40.000
d. Rp 363.636

4.  Dasar Hukum Penentuan Dasar Pengenaan Pajak Dalam UU PPN 1984 Terdapat Pada Pasal?
a.  Pasal 8 ayat 2
b.  Pasal 8
c.  Pasal 8A
d.  Pasal 9

5. PTUnion adalah pengusaha yang bergerak sebagai pengusaha dibidang jual belimobil bekas
dan sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Jika PT Union  menyerahkan sejumlah
mobil bekas senilai Rp 245.000.000 ke seorang konsumen, maka PPN yang terutang atas
penyerahan tersebut adalah
a. Rp 24.500.000
b. Rp 2.450.000
c. Rp O
d. Tidak Termasuk PPN

6. Pajak masukan dalah sebagai berikut kecuali 


a. Jumlah peredaran usaha tiap tahun buku dalam dua tahun terakhir tidak lebih
dari Rp 1.800.000.000
 b. Merupakan wajib pajak yang baru dikukuhkan sebagai PKP
c. Pajak masukan yang dapat dikreditkan 536 dari Pajak keluaran untuk 
 penyerahan JKP
d. Pajak masukan yang dapat dikreditkan 70% dari DPP untuk penyerahan BKP

7. PT A menyumbang ke panti asuhan sebuah tv seharga Rp 4.000.000 termasuk keuntungan


seharga Rp 400.000 , berapa PPN terutang yang harus dipungut PT A
a. Rp 400.000
b. Rp 300.000
c. Rp 40.000
d. Rp 360.000

8. Menyerahkan barang kena Pajak secara cuma cuma untuk membantu korban bencana di
gunung sinabung senilai Rp 330.000.000 termasuk laba kotor 10% berapa PPN yang terutang
atas penyerahan tersebut
a. Rp 30.000.000
b. Rp 380.000
c. Rp 2.300.000
d. Rp 450.000.000

9. Pajak masukan yang dikreditkan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat 5 atau ayat 9 keterangan minimal yang wajib dicantumkan kecuali 
a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok wajib Pajak yang menyerahkan dan membeli/menerima
barang kena Pajak atau jasa kena Pajak
b. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga jual atau Penggantian, dan potongan harga
c. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
d. Nama dan tanda tangan serta jabatan yang berhak menandatangani faktur pajak

10. Tarif pajak pertambahan nilai sebesar 0% diterapkan atas


a. Ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan
ekspor jasa kena pajak
b. Ekspor barang kena Pajak berwujud, ekspor jasa kena Pajak tidak berwujud,
dan ekspor jasa kena Pajak.
c. Ekspor barang kena Pajak berwujud, ekspor barang kena Pajak tidak 
berwujud, dan impor jasa kena Pajak.
d. Ekspor barang kena Pajak berwujud, impor barang kena Pajak tidak 
berwujud, dan impor jasa kena Pajak

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. PPN adalah pajak tidak langsung


PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang atau jasa”
(General Indirect Tax on Consumption).
2. PPN sebagai pajak objektif
Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh
adanya objek pajak.
3. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam  negeri
Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam  negeri, PPN hanya dikenakan atas Konsumsi
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai