DISUSUN OLEH :
FAKULTAS USHULUDDIN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta
sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama
Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Studi Kitab Tafsir Periode
Klasik di program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir kelas D semester 5, dengan ini
penulis mengangkat judul “TAFSIR AL-QUR’AN AL-AZHIM KARYA IBN
KATSIR”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran-saran yang dapat membangun atau
memperbaiki demi kesempurnaan makalah ini
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. kesimpulan ................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................ 14
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ibnu Kastir merupakan seorang ulama yang berilmu tinggi dan
mempunyai wawasan ilmiah yang cukup luas. keluasan dan kedalaman ilmu
yang dimilikinya sebagai seorang narasumber, terlebih lagi khususnya dalam
tafsir, hadis, dan sejarah (tarikh) disaksikan oleh ulama semasanya. Ibnu Hajar
memberikan komentar tentang Ibnu Kastir, bahwa dia menekuni hadis secara
muthala‟ah mengenai semua matan dan para perawinya.
Selain itu dia juga menghimpun tafsir, dan dalam masalah hukum,ia
mencoba menulis suatu karya tulis yang besar tetapi belum selesai. Dia
menulis kitab tentang tarikh yang diberinya judul al-Bidaya wan Nihayah,
menulis pula tentang Tobaqatus Syafi‟iyah serta menyarahi kitab al Bukhori.
Beliau menjadi ahli tafsir ternama, ahli hadis, sejarawan serta ahli fiqih besar
abad ke-8 H karena kegigihan belajarnya. Beliau mempunyai karya besar
dalam bidang tafsir yaitu sebuah kitab tafsir yang diberi nama dengan Tafsir
al-Qur'an al-'Azhim dan kitabnya tersebut menjadi kitab tafsir terbesar dan
tershahih hingga saat ini, di samping kitab tafsir Muhammad bin Jarir ath-
Thabari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Ibnu katsir ?
2. Bagaimana Profil Tafsir Al-Qur'an al Azhim ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Profil Ibnu Katsir
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Profil Tafsir Al-Qur'an Al Azhim
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad Husain Adz-Dzahabi, Tafsir wa Mufassirun, hlm 210 (Kairo: Dar al-Hadis)
2
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011),
hlm. 528
2
„Amr Ibnu Kasir dikenal sebagai seorang yang mencintai ilmu
pengetahuan. Beliau pernah belajar kitab al-Bidayah yang merupaka kitab
mazhab Hanafi, dan sering menekuni ilmu Nahwu, ilmu bahasa dan syair-
syair Arab sehingga mampu menciptakan syairnya sendiri yang puitis.3 Beliau
juga di kenal sebagai pengkhotbah yang bagus,sehingga khotbahnya diminati
oleh manusia yang mendengarkannya.
saudara Ibnu Kasir yang berlainan ibu adalah „Ismail, anak yang
paling tua, Yunus,dan Idris. Kemudian saudara seibu dan sebapak dengannya
adalah Kamal ad-Din „Abd al-Wahhab, „Abd al-„Aziz, Muhammad, beberapa
orang saudara perempuan dan beliau anak yang paling kecil. Ibn katsir
menikah dengan putri al-Mizzi yaitu Zainab. Dari pernikahan ini, beliau
memperoleh empat orang anak yaitu „Umar (w. 783 H), Ahmad (w. 801 H),
Muhammad (w. 759 H), dan „Abd al-Wahhab (w. 840 H). Pada tahun
774/1373 Ibnu Kaṡīr wafat dalam usia 74 tahun dan dimakamkan di samping
makam Ibnu Taimiyyah, di sufiyah, Damaskus.
3
Manna’ al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Quran, Cet.11, (Kairo : Maktabah Wahbah, 2000),
h.374.
4
Mawardi Abdullah, Ulumul Quran, (Yokyakarta : Pustaka Pelajar,2011), h. 167.
3
2. Bidang Hadis
a. al-Takmil fi Makrifat as-Siqat wa al-Du „afa‟ wa al Majahil, di
terbitkannya dalam 5 jilid dan merupakan perpaduan antara
kitab Mizan al-I‟tidal karya azZahabi al-Kamal karya al-Mizzi.
b. Ikhtisar „Ulum Hadis, ringkasan kepada kitab Muqaddimah
karya Ibnu Solah, ( w. 642 H).
c. Takhrij Ahadis Adillah at-Tanbih li „Ulum al-Hadis, yang lebih
di kenal sebagai al-Ba‟is al-Hadis. Kitab ini merupakan Takhrij
terhadap hadis-hadis dalam kitab at-Tanbih karya asy-Syirazi,
(w. 476 H).
3. Bidang Sejarah
a. Al-Bidayah wa al-Nihayah, terdiri dari pada 14 jilid.
Memaparkan berbagai peristiwa sejarah dari awal penciptaan
manusia hingga ketahun 768 H.
b. As-Sirah an-Nabawiyyah, mengisahkan tentang kehidupan
Rasulullah s.a.w dari kelahiran hingga wafat. c. Manaqib Imam
Syaf‟i, memaparkan riwayat hidup Imam as-Syaf‟i (w. 204 H).
4. Bidang Fiqh
a. Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad, ditulis untuk menggerakan
semangat juang umat Islam dalam mempertahankan pantai
Lebanon-Suriah dari sebuah raja Frank dari Cyprus.
b. Al-Ahkam „ala Abwab at-Tanbih, kita ini adalah komentar
terhadap kitab atTanbih karya asy-Syirazi yang telah
disebutkan.
4
5. Muhammad Ibnu „Umar Ibnu „Usman ad-Dimasyqi, (w. 725 H).
6. Ishaq Ibnu Yahya al-„Ahmadi, (w. 725 H).
7. Abu Muhammad Ibnu „Abd Wahhab Ibnu Zuwaib, (w. 726 H).
8. Abu al-„Abbas Muhammad Ahmad Ibnu „Abd al-Halim, (w. 728 H).
9. Abu Ishaq Ibrahim Ibnu „Abd ar-Rahman,(w. 729 H).
10. Abu Ya‟la Hamzah Ibnu Abi al-Ma‟ali As‟ad,(w. 729 H).
11. Abu Muhammad Ibnu Muhammad al-Barzali, (w. 739 H).
12. Abu al-Hajjaj Yusuf Ibnu az-Zaki „Abd ar-Rahmanal-Mizzi, (w. 742 H).
13. Au „Abdullah Muhammad Ibnu Ahmad az-Zahabi, (w. 748 H).
14. Taqiy ad-Din Abu al-„Abbas Ahmad Ibnu Taimiyyah, (w. 728 H).
Murid-murid Ibn Katsir
1. Ibnu Haji. Ia adalah seorang yang memiliki hafalan paling kuat terhadap
matan-matan hadits. paling tahu tentang cacat-cacat hadits, perawi-
perawinya, shahih dan dha'ifnya.
2. Al-Hafidz al-Kabir 'Imaduddin, hafalannya banyak dan jarang lupa,
pemahamannya baik, ilmu bahasa arabnya tinggi. Ia dikenal dengan
kekuatan hafalan dan keelokan karangannya.
5
Ibnu Katsir dalam penafsiran alquran dapat dibagi menjadi dua, sumber
Riwayah dan Dinayah.5
Tafsir Al-qur‟an Al-Azhmi adalah karya Ibnu Katsir yang paling
masyhur dan terkenal antara semua karya beliau. Kitab tafsir ini lebih dikenal
sebagai tafsir Ibnu Katsir dan mendapat prediket sebagai kitab tafsir kedua
terbaik dalam kategori tafsir bil ma’sur selepas tafsir at-tab’ari.6
Tafsir al-qur‟an adalah pembahasan tentang semua aspek yang
berhubungan dengan penafsiran ayat-ayat al qur‟an mulai dari sejarah turun,
waktu dan sebab turunnya, masalah sanad, cara mengucapkan lafaz-lafaz
alquran, pengertian-pengertian yang dapat diambil daru susunan lafadznya,
serta cara-cara memahami hukum-hukumnya, kaedah-kaedah tafsir, syarat-
syarat tafsir, metodologi tafsir dan lain sebagainya.7 Ilmu untuk memahami
alquran ini disebut dengan Uslul Tafsir atau biasanya dikenal dengan Ulumul
Qur‟an, terdapat dua bentuk penafsiran yaitu at-tafsir bil ma’tsur dan tafsir bil
ra’yi, dengan empat metode yaitu: Ijmali, Tahlili, Muqarin dan Maudhu’i.
Sedangkan dari segi coraknya beragam ada yang bercorak sastra bahasa, fiqih,
teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan sastra kebudayaan kemasyarakatan.
Sebagaimana umumnya kitab Klasik Islam yang lain, kitab tafsir ini
juga termasuk kitab yang kaya akan materi.8 Dikalangan akademis dan
intelektual, kitab ini merupakan salah satu karya yang di perhitungkan dan
sering dijadikan referensi.
Proses penulisan tafsir Ibnu Katsir dicetak empat jilid. Bila diurutkan
masing- masing jilid tersebut, maka jilid pertama memuat surat al-Fatihah
sampai surat al- Nisa‟. Jilid kedua dimulai dari surat al-Ma‟idah sampai surat
al-Nahl. Jilid ketiga dimulai dari surat al-Isra‟ sampai surat Yasin. Dan jilid
yang keempat dimulai dari surat al-Shaffa t sampai surat al-Nas dan
5
Nur Faizin, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir, (Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), hlm. 88
6
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Alquran, (Bandung: Mizan, 1992), hlm.167
7
Ali Akbar, Sejarah dan pengantar ilmu tafsir, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2011),
hlm.5
8
Opcit, hlm. 168
6
kemudian ditutup dengan kitab Fadail al- Qur‟an. berdasarkan urutan di atas,
dapat diketahui bahwa sistematika penulisan kitab Tafsir Ibnu Katsir masih
mengacu kepada sistem klasik yang dimulai dari surat al- Fatihah sampai
surat al-Nas.
9
mawardi Abdullah,Ulumul Qur’an,( Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2011),h. 167
7
3. Metodologi Penulisan Tafsir Al Quran Al 'azmi10
Metode yang digunakan oleh Ibnu Katsir adalah metode tahlili, yaitu
mufassir berusaha menjelaskan seluruh aspek yang dikandung oleh ayat-ayat
Al-Qur‟an dan mengungkapkan segenap pengertian yang ditujunya sesuai
urutan bacaan yang terdapat di dalam Al-Qur‟an Mushaf Ustmani. Adapun
bentuk penafsirannya adalah penafsiran riwayat atau sering disebut tafsir bi
al-ma‟stuur. Pengertian tafsir bi al-ma‟stuur adalah tafsir yang dibatasi pada
penukilan dari Rasulullah saw. atau para Sahabat, Tabi‟in, Tabi‟ tabi‟in.
Menurut al-Zahabi, dimasukkannya suatu kitab tafsir ke dalam kategori bi al-
ma‟stuur tidak berarti menutup kemungkinan bagi penulisnya untuk
memasukkan juga unsur-unsur non riwayat, seperti kupasan ijtihad.
Pengategorian di atas hanyalah untuk menunjukkan dominasi unsur riwayat
saja. bentuk bi al-ma‟stuur yang digunakan kitab Tafsir Ibnu Katsir, terbukti
ketika terlihat Ibnu Katsir tidak hanya bertindak sebagai pengumpul riwayat
saja, tetapi juga sebagai kritikus yang mampu mentarjih sebagian riwayat, dan
bahkan pada saat-saat tertentu menolaknya, baik dengan alasan karena
riwayat-riwayat itu tidak dapat dicerna akal sehat, maupun karena
alasanalasan lainnya.
Meskipun menggunakan metodologi tahlili, Ibnu Katsir tidak berlarut-
larut dalam menjelaskan arti perkata (mufradat) atau masalah balagah dan
I‟rab, dalam hal ini, ia mengembalikan itu kepada spesialis ilmu-ilmu lain,
Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat lebih menekankan pada konteks
pembicaraan ayat yang bersangkutan. Sebagai penafsiran dengan periwayatan,
maka yang paling menonjol dalam tafsirnya adalah unsure riwayat, akan tetapi
bukan berarti bebas dari unsur ijtihad, oleh karena itu, penulisan tafsir Ibnu
Katsir melingkupi segala macam aspek.
10
Ibid. hl. 74
8
Qur‟an dengan perkataan sahabat, dan dengan perkataan tabi‟in. Walaupun
sebenarnya IbnuTaimiyah tidak pernah menyusun buku tafsir secara lengkap
(30 juz), ia hanya menafsirkan 64 surat dari 114 surat Al-Qur‟an, itupun tidak
seluruh ayat dari 64 surat tersebut yang ditafsirkannya, akan tetapi secara
metode penafsiran Al-Qur‟an, IbnuTaimiyah telah berhasil meletakkan
dasardasar baku penafsiran Al-Qur‟an. Tetapi, walupun pemikiran
IbnuTaimiyah di dalam penafsiran Al-Qur‟an banyak diadopsi oleh Ibnu
Katsir, tidak berarti di dalam penerapannya, secara produk penafsiran Al-
Qur‟an, tafsir Ibnu Katsir dipengaruhi oleh pemikiran IbnuTaimiyah secara
keseluruhan.
11
Ibnu Katsir, Tafsīr al-Qur‟an al-„Azim, Jilid I, 3-4
9
َاختَلَفُ ْىا فِ ْي ِۙ ِه َو ُهدًي او َرحْ َوةً ِلّقَ ْى ٍم يْؤْ ِهٌُ ْىى َ علَ ْيكَ ا ْل ِك ٰت
ْ ب ا اَِّل ِلتُبَ ِّييَ َل ُه ُن الاذِي َ َو َها ٓ ا َ ًْ َز ْلٌَا
Oleh karena itu, Rasulullah saw pernah bersabda: اَّل اًًّ اوتيت القزآى
”وهثله هعاIngatlah sesungguhnya aku telah diberikan Al-Qur‟an dan yang
semisal dengannya”. Yang semisal dengan Al-Qur‟an di sini adalah al-
Sunnah atau al-Hadits. Sunnah juga menduduki peringkat wahyu sebagaimana
Al-Qur‟an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, hanya saja berbeda
redaksinya.
10
Ibnu Abi Rabah, Said IbnuMusayyab, Abi Aliyah, Rubai IbnuAnas, Dahaq
dan lain-lainnya.12
Setelah itu, Ibnu Katsir merujuk kepada hadis-hadis yang marfu‟ yang
berkaitan dengan ayat yang ingin ditafsirkan serta menjelaskan
pengertianpengertian yang dibutuhkan dalam hadis-hadis ini, lalu ia
memaparkannya dengan merujuk kepada perkataan-perkataan dari para
sahabat, tabi‟in, dan ulama-ulama salaf. Dalam hal ini, Ibnu Katsir
melemahkan sebagian riwayat dan menguatkan sebagiannya, hal ini
dikarenakan kemampuan beliau di dalam ilmu hadis dan ahwali al-rijal. di
dalam tafsirnya, Ibnu Katsir juga banyak merujuk kepada penafsiran-
penafsiran yang ditulis oleh IbnuJarir (w. 310 H), Ibnu Abi Hatim (w 327 H),
dan Ibnu „Atiyah.
12
Ibnu Katsir, Tafsīr al-Qur‟an al-„Azim, Jilid I, 5.
11
1. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an, dengan arti mencari kolerasi
ayatayat yang dibahas dengan ayat-ayat lainnya yang terdapat di dalam Al-
Qur‟an sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.
2. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan hadis-hadis Rasulullah saw untuk
menjelaskan sebagian kata atau kalimat yang masih diragukan maknanya.
Pada masa Nabi, permasalahan tentang ini langsung dijawab oleh Nabi,
setelah Nabi wafat, maka yng menjadi patokan adalah hadishadis beliau.
3. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan asar sahabat yang sesuai dengan perkataan
Rasulullah saw.
4. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan asar tabi‟in.
Kitab ini dapat dikategorikan sebagai salah satu kitab tafsir dengan
Corak atau kecendrungan tafsir bi al-ma‟thūr atau tafsir bi al-riwayah. Ini
terbukti karena beliau sangat dominan dalam tafsirannya memakai riwayah
atau hadis, dan pendapat sahabat dan tabi‟in. Dapat dikatakan bahwa dalam
13
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3982/3/bab-111.pdf. hl. 60
12
tafsir ini yang paling dominan ialah pendekatan normatif historis yang
berbasis utama kepada hadis atau riwayah. Namun Ibnu Kathīr pun terkadang
menggunakan rasio atau penalaran ketika menafsirkan ayat. Disisi lain Ibnu
Kathīr juga tidak dapat menghindari menggunakan pendekatan tafsir bi al-
ra‟y.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibnu Katṡīr lahir di basrah pada tahun 700 H/1300 M dan wafat pada tahun
774 hijriah. Nama lengkap beliau adalah Imaduddin Isma‟il bin Umar bin
Kaṡīr al-Quraisy al-Dimasyqi, beliau juga dikenal dengan nama Abu Fida‟.
Beliau mendapatkan gelar al-Imam al-Jalil al-Hafidz.
2. Tafsir Al-qur‟an Al-Azhmi adalah karya Ibnu Katsir yang paling masyhur dan
terkenal antara semua karya beliau. Kitab tafsir ini lebih dikenal sebagai tafsir
Ibnu Katsir dan mendapat prediket sebagai kitab tafsir kedua terbaik dalam
kategori tafsir bil ma’sur selepas tafsir at-tab’ari.
B. Saran
14
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Akbar, Ali. 2011. Sejarah dan pengantar ilmu tafsir. Pekanbaru: Yayasan
Pusaka Riau
Faizin, Nur. 2002. Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir. Jogjakarta: Menara
Kudus.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3982/3/bab-111.pdf
15