Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Studi Kitab Tafsir Periode Klasik Helmi Chandra, M. Ag.

TAFSIR AL-QUR’AN AL-AZHIM KARYA IBN KATSIR

DISUSUN OLEH :

RISKA IMELIA PUTRI 11930221155

SENI WAHYUNISIH 11930220941

SITI BARIKA MUJTAHIDAH 11930220944

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta
sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama
Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Studi Kitab Tafsir Periode
Klasik di program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir kelas D semester 5, dengan ini
penulis mengangkat judul “TAFSIR AL-QUR’AN AL-AZHIM KARYA IBN
KATSIR”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran-saran yang dapat membangun atau
memperbaiki demi kesempurnaan makalah ini

Pekanbaru, 17 Oktober 2021


Penulis

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Katsir ..................................................................... 2


B. Profil Tafsir Al-Qur‟an al Azhim ................................................. 5

BAB III PENUTUP

A. kesimpulan ................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................ 14

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ibnu Kastir merupakan seorang ulama yang berilmu tinggi dan
mempunyai wawasan ilmiah yang cukup luas. keluasan dan kedalaman ilmu
yang dimilikinya sebagai seorang narasumber, terlebih lagi khususnya dalam
tafsir, hadis, dan sejarah (tarikh) disaksikan oleh ulama semasanya. Ibnu Hajar
memberikan komentar tentang Ibnu Kastir, bahwa dia menekuni hadis secara
muthala‟ah mengenai semua matan dan para perawinya.

Selain itu dia juga menghimpun tafsir, dan dalam masalah hukum,ia
mencoba menulis suatu karya tulis yang besar tetapi belum selesai. Dia
menulis kitab tentang tarikh yang diberinya judul al-Bidaya wan Nihayah,
menulis pula tentang Tobaqatus Syafi‟iyah serta menyarahi kitab al Bukhori.
Beliau menjadi ahli tafsir ternama, ahli hadis, sejarawan serta ahli fiqih besar
abad ke-8 H karena kegigihan belajarnya. Beliau mempunyai karya besar
dalam bidang tafsir yaitu sebuah kitab tafsir yang diberi nama dengan Tafsir
al-Qur'an al-'Azhim dan kitabnya tersebut menjadi kitab tafsir terbesar dan
tershahih hingga saat ini, di samping kitab tafsir Muhammad bin Jarir ath-
Thabari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Ibnu katsir ?
2. Bagaimana Profil Tafsir Al-Qur'an al Azhim ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Profil Ibnu Katsir
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Profil Tafsir Al-Qur'an Al Azhim

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ibn Katsir


1. Riwayat Hidup Ibn Katsir
Ibnu Katṡīr lahir di basrah pada tahun 700 H/1300 M dan wafat pada
tahun 774 hijriah. Nama lengkap beliau adalah Imaduddin Isma‟il bin Umar
bin Kaṡīr al-Quraisy al-Dimasyqi, beliau juga dikenal dengan nama Abu
Fida‟. Beliau mendapatkan gelar al-Imam al-Jalil al-Hafidz.1
Ibnu Kasir berasal dari keluarga yang taat agama. Ayahnya seorang
ulama yang terkenal di zamannya. Nama lengkap ayahnya adalah Syihab ad-
Din Abu Hafs „Amr Ibnu Kasir Ibnu Zara‟ al-Quraisy. Beliau lahir pada tahun
640 H dan wafat pada tahun 703 H. Beliau keturunan Bani Haslah yang di
hormati dan di kenal dengan kemuliaan mereka. Sejak umur tujuh tahun (ada
juga pendapat yang menyebut tiga tahun) Ibnu Katsir sudah ditinggal oleh
ayahnya yang meninggal dunia. Sejak saat itu, ia diasuh oleh kakaknya
(Kamal al-Din Abd Wahhab) di Damaskus. Kakaknya inilah yang menjadi
guru pertama beliau untuk menekuni ilmu-ilmu agama. Beliau mula belajar
menghafal Alquran, dan menamatkan hafalannya pada tahun 711 H. Dari
sinilah Ibnu Katsir memulai pengembaraan keilmuannya dengan banyak
bertemu dengan para ulama-ulama besar pada saat itu, termasuk Syaikh al-
Islam Ibnu Taimiyah, dan juga Baha al-Dīn al-Qasimy bin Asakir (w. 723),
Ishaq bin Yahya al-Amidi (w. 728). Ibnu Katsīr juga banyak mendalami ilmu-
ilmu keislaman lainnya. Beliau mempunyai karya besar dalam bidang tafsir
yaitu sebuah kitab tafsir yang diberi nama dengan Tafsir al-Qur'an al-'Azhim
dan kitabnya tersebut menjadi kitab tafsir terbesar dan tershahih hingga saat
ini.2

1
Muhammad Husain Adz-Dzahabi, Tafsir wa Mufassirun, hlm 210 (Kairo: Dar al-Hadis)
2
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011),
hlm. 528

2
„Amr Ibnu Kasir dikenal sebagai seorang yang mencintai ilmu
pengetahuan. Beliau pernah belajar kitab al-Bidayah yang merupaka kitab
mazhab Hanafi, dan sering menekuni ilmu Nahwu, ilmu bahasa dan syair-
syair Arab sehingga mampu menciptakan syairnya sendiri yang puitis.3 Beliau
juga di kenal sebagai pengkhotbah yang bagus,sehingga khotbahnya diminati
oleh manusia yang mendengarkannya.
saudara Ibnu Kasir yang berlainan ibu adalah „Ismail, anak yang
paling tua, Yunus,dan Idris. Kemudian saudara seibu dan sebapak dengannya
adalah Kamal ad-Din „Abd al-Wahhab, „Abd al-„Aziz, Muhammad, beberapa
orang saudara perempuan dan beliau anak yang paling kecil. Ibn katsir
menikah dengan putri al-Mizzi yaitu Zainab. Dari pernikahan ini, beliau
memperoleh empat orang anak yaitu „Umar (w. 783 H), Ahmad (w. 801 H),
Muhammad (w. 759 H), dan „Abd al-Wahhab (w. 840 H). Pada tahun
774/1373 Ibnu Kaṡīr wafat dalam usia 74 tahun dan dimakamkan di samping
makam Ibnu Taimiyyah, di sufiyah, Damaskus.

 Karya Ibn Katsir


Bayak sekali karya-karya beliau yang trtus menjadi rujuka hingga ke
hari ini karena kualitasnya yag di akui oleh para ulama muta‟akhir‟in.4 Antara
manuskrip dan karya beliau yang sampai di tangan kita pada hari ini adalah:
1. Bidang Tafsir dan Studi Alquran
a. Tafsir Alquran al-„Azim, di terbitkan dalam bentuk percetakan
modern buat pertama kali dalam 10 jilid pada1023 M di Kairo.
b. Fada‟il Alquran, berupa ringkasan sejarah Alquran. Pada
beberapa terbitan, kitab ini di sisipkan dalam kitab Tafsir
Alquran „Azim.

3
Manna’ al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Quran, Cet.11, (Kairo : Maktabah Wahbah, 2000),
h.374.
4
Mawardi Abdullah, Ulumul Quran, (Yokyakarta : Pustaka Pelajar,2011), h. 167.

3
2. Bidang Hadis
a. al-Takmil fi Makrifat as-Siqat wa al-Du „afa‟ wa al Majahil, di
terbitkannya dalam 5 jilid dan merupakan perpaduan antara
kitab Mizan al-I‟tidal karya azZahabi al-Kamal karya al-Mizzi.
b. Ikhtisar „Ulum Hadis, ringkasan kepada kitab Muqaddimah
karya Ibnu Solah, ( w. 642 H).
c. Takhrij Ahadis Adillah at-Tanbih li „Ulum al-Hadis, yang lebih
di kenal sebagai al-Ba‟is al-Hadis. Kitab ini merupakan Takhrij
terhadap hadis-hadis dalam kitab at-Tanbih karya asy-Syirazi,
(w. 476 H).
3. Bidang Sejarah
a. Al-Bidayah wa al-Nihayah, terdiri dari pada 14 jilid.
Memaparkan berbagai peristiwa sejarah dari awal penciptaan
manusia hingga ketahun 768 H.
b. As-Sirah an-Nabawiyyah, mengisahkan tentang kehidupan
Rasulullah s.a.w dari kelahiran hingga wafat. c. Manaqib Imam
Syaf‟i, memaparkan riwayat hidup Imam as-Syaf‟i (w. 204 H).
4. Bidang Fiqh
a. Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad, ditulis untuk menggerakan
semangat juang umat Islam dalam mempertahankan pantai
Lebanon-Suriah dari sebuah raja Frank dari Cyprus.
b. Al-Ahkam „ala Abwab at-Tanbih, kita ini adalah komentar
terhadap kitab atTanbih karya asy-Syirazi yang telah
disebutkan.

 Guru-guru Ibn Katsir


1. Abu Yahya Zakariyya Ibnu Yusuf al-Bajali asy-Syaf‟j, (w. 722 H).
2. Abu Nasr Muhammad Ibnu Muhammad bin Mumil, (w. 723 H).
3. Abu Muhammad al-Qasim bin „Asakir, (w. 723 H).
4. Abu Zakariyya Yahya Ibnu al-Fadil, (w. 724 H).

4
5. Muhammad Ibnu „Umar Ibnu „Usman ad-Dimasyqi, (w. 725 H).
6. Ishaq Ibnu Yahya al-„Ahmadi, (w. 725 H).
7. Abu Muhammad Ibnu „Abd Wahhab Ibnu Zuwaib, (w. 726 H).
8. Abu al-„Abbas Muhammad Ahmad Ibnu „Abd al-Halim, (w. 728 H).
9. Abu Ishaq Ibrahim Ibnu „Abd ar-Rahman,(w. 729 H).
10. Abu Ya‟la Hamzah Ibnu Abi al-Ma‟ali As‟ad,(w. 729 H).
11. Abu Muhammad Ibnu Muhammad al-Barzali, (w. 739 H).
12. Abu al-Hajjaj Yusuf Ibnu az-Zaki „Abd ar-Rahmanal-Mizzi, (w. 742 H).
13. Au „Abdullah Muhammad Ibnu Ahmad az-Zahabi, (w. 748 H).
14. Taqiy ad-Din Abu al-„Abbas Ahmad Ibnu Taimiyyah, (w. 728 H).
 Murid-murid Ibn Katsir
1. Ibnu Haji. Ia adalah seorang yang memiliki hafalan paling kuat terhadap
matan-matan hadits. paling tahu tentang cacat-cacat hadits, perawi-
perawinya, shahih dan dha'ifnya.
2. Al-Hafidz al-Kabir 'Imaduddin, hafalannya banyak dan jarang lupa,
pemahamannya baik, ilmu bahasa arabnya tinggi. Ia dikenal dengan
kekuatan hafalan dan keelokan karangannya.

B. Tafsir Kitab Al-Qur’an Al-Azhim

1. Profil Al-qur’an Al-Azhmi

Tafsir alquran al-Azhmi disebut-sebut sebagai yang terbaik diantara


tafsir yang ada pada zaman ini. Hal itu karena Ibnu Katsir menggunakan
metode yang falid dan jalan ulama salaf (terdahulu) yang mulia, yaitu
penafsiran alquran dengan al hadits dengan pendapat para ulama salaf yang
saleh dari kalangan para sahabat dan tabiin generasi setelah sahabat dan
dengan konsep-konsep bahasa arab. Metode penyajian dan bahasa yang
dipakai menyebutkan buku ini mudah dipahami oleh siapapun. Pandangan

5
Ibnu Katsir dalam penafsiran alquran dapat dibagi menjadi dua, sumber
Riwayah dan Dinayah.5
Tafsir Al-qur‟an Al-Azhmi adalah karya Ibnu Katsir yang paling
masyhur dan terkenal antara semua karya beliau. Kitab tafsir ini lebih dikenal
sebagai tafsir Ibnu Katsir dan mendapat prediket sebagai kitab tafsir kedua
terbaik dalam kategori tafsir bil ma’sur selepas tafsir at-tab’ari.6
Tafsir al-qur‟an adalah pembahasan tentang semua aspek yang
berhubungan dengan penafsiran ayat-ayat al qur‟an mulai dari sejarah turun,
waktu dan sebab turunnya, masalah sanad, cara mengucapkan lafaz-lafaz
alquran, pengertian-pengertian yang dapat diambil daru susunan lafadznya,
serta cara-cara memahami hukum-hukumnya, kaedah-kaedah tafsir, syarat-
syarat tafsir, metodologi tafsir dan lain sebagainya.7 Ilmu untuk memahami
alquran ini disebut dengan Uslul Tafsir atau biasanya dikenal dengan Ulumul
Qur‟an, terdapat dua bentuk penafsiran yaitu at-tafsir bil ma’tsur dan tafsir bil
ra’yi, dengan empat metode yaitu: Ijmali, Tahlili, Muqarin dan Maudhu’i.
Sedangkan dari segi coraknya beragam ada yang bercorak sastra bahasa, fiqih,
teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan sastra kebudayaan kemasyarakatan.
Sebagaimana umumnya kitab Klasik Islam yang lain, kitab tafsir ini
juga termasuk kitab yang kaya akan materi.8 Dikalangan akademis dan
intelektual, kitab ini merupakan salah satu karya yang di perhitungkan dan
sering dijadikan referensi.

Proses penulisan tafsir Ibnu Katsir dicetak empat jilid. Bila diurutkan
masing- masing jilid tersebut, maka jilid pertama memuat surat al-Fatihah
sampai surat al- Nisa‟. Jilid kedua dimulai dari surat al-Ma‟idah sampai surat
al-Nahl. Jilid ketiga dimulai dari surat al-Isra‟ sampai surat Yasin. Dan jilid
yang keempat dimulai dari surat al-Shaffa t sampai surat al-Nas dan

5
Nur Faizin, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir, (Jogjakarta: Menara Kudus, 2002), hlm. 88
6
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Alquran, (Bandung: Mizan, 1992), hlm.167
7
Ali Akbar, Sejarah dan pengantar ilmu tafsir, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2011),
hlm.5
8
Opcit, hlm. 168

6
kemudian ditutup dengan kitab Fadail al- Qur‟an. berdasarkan urutan di atas,
dapat diketahui bahwa sistematika penulisan kitab Tafsir Ibnu Katsir masih
mengacu kepada sistem klasik yang dimulai dari surat al- Fatihah sampai
surat al-Nas.

2. Keistimewaan Dan Kelemahan Tafsir Al-qur’an Al-Azhmi

Keistimewaan tafsi Ibnu Katsir, yaitu:


a. Mengimpun ayat-ayat yang serupa dengan menjelaskan rahasia yang
dalam keserasiannya, keselarasan lafadznya, kesimetrisan uslubnya serta
keagungan maknanya.
b. Menghimpun hadits Menghimpun hadis dan khabar baik itu perkataan
sahabat dan tabi‟in. Dengan menjelaskan derajat hadis atau riwayat
tersebut shahih atau dha‟if, dengan mengemukakan sanad serta mata rantai
rawi dan matannya atas dasar ilmu jarh wa ta‟dil. Pada kebiasannya dia
rajihkan aqwal yang shahih dan mendha‟ifkan riwayat yang lain.
c. Keterkaitan tafsir ini dengan pengarangnnya yang mempunyai bidang.
Ibnu Kasir ahli tafsir, tapi diakui juga sebagai muhaddis, sehingga dia
sangat mengetahui sanad suatu hadis. Oleh karenanya, ia menyelaraskan
suatu riwayat dengan naqlyang shahih dan akal sehat. Serta menolak
riwayat yang mungkar dan riwayat yang dusta, yang tidak bisa dijadikan
hujjah baik itu di dunia ataupun di akhirat kelak.
d. Jika ada Israiliyat ia mendiskusikannya serta menjelaskan kepalsuannya,
juga menyangkal kebohongan dengan menggunakan konsep jarh wa ta‟dil.
e. Menjelaskan dengan detail indikasi hukum dalam suatu ayat.
Kelemahan Tafsir Ibnu Kasir yaitu :
a. Tidak menjelaskan unsur atau kaedah kebahasaan yang terkandung
b. Masih memasukan israiliyat meski dengan menyertakan penjelasan.
c. Meriwayatkan hadis dhoif.9

9
mawardi Abdullah,Ulumul Qur’an,( Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2011),h. 167

7
3. Metodologi Penulisan Tafsir Al Quran Al 'azmi10
Metode yang digunakan oleh Ibnu Katsir adalah metode tahlili, yaitu
mufassir berusaha menjelaskan seluruh aspek yang dikandung oleh ayat-ayat
Al-Qur‟an dan mengungkapkan segenap pengertian yang ditujunya sesuai
urutan bacaan yang terdapat di dalam Al-Qur‟an Mushaf Ustmani. Adapun
bentuk penafsirannya adalah penafsiran riwayat atau sering disebut tafsir bi
al-ma‟stuur. Pengertian tafsir bi al-ma‟stuur adalah tafsir yang dibatasi pada
penukilan dari Rasulullah saw. atau para Sahabat, Tabi‟in, Tabi‟ tabi‟in.
Menurut al-Zahabi, dimasukkannya suatu kitab tafsir ke dalam kategori bi al-
ma‟stuur tidak berarti menutup kemungkinan bagi penulisnya untuk
memasukkan juga unsur-unsur non riwayat, seperti kupasan ijtihad.
Pengategorian di atas hanyalah untuk menunjukkan dominasi unsur riwayat
saja. bentuk bi al-ma‟stuur yang digunakan kitab Tafsir Ibnu Katsir, terbukti
ketika terlihat Ibnu Katsir tidak hanya bertindak sebagai pengumpul riwayat
saja, tetapi juga sebagai kritikus yang mampu mentarjih sebagian riwayat, dan
bahkan pada saat-saat tertentu menolaknya, baik dengan alasan karena
riwayat-riwayat itu tidak dapat dicerna akal sehat, maupun karena
alasanalasan lainnya.
Meskipun menggunakan metodologi tahlili, Ibnu Katsir tidak berlarut-
larut dalam menjelaskan arti perkata (mufradat) atau masalah balagah dan
I‟rab, dalam hal ini, ia mengembalikan itu kepada spesialis ilmu-ilmu lain,
Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat lebih menekankan pada konteks
pembicaraan ayat yang bersangkutan. Sebagai penafsiran dengan periwayatan,
maka yang paling menonjol dalam tafsirnya adalah unsure riwayat, akan tetapi
bukan berarti bebas dari unsur ijtihad, oleh karena itu, penulisan tafsir Ibnu
Katsir melingkupi segala macam aspek.

Metode IbnuTaimiyah dalam menafsirkan Al-Qur‟an adalah


menafsirkan Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an, Al-Qur‟an dengan hadis, Al-

10
Ibid. hl. 74

8
Qur‟an dengan perkataan sahabat, dan dengan perkataan tabi‟in. Walaupun
sebenarnya IbnuTaimiyah tidak pernah menyusun buku tafsir secara lengkap
(30 juz), ia hanya menafsirkan 64 surat dari 114 surat Al-Qur‟an, itupun tidak
seluruh ayat dari 64 surat tersebut yang ditafsirkannya, akan tetapi secara
metode penafsiran Al-Qur‟an, IbnuTaimiyah telah berhasil meletakkan
dasardasar baku penafsiran Al-Qur‟an. Tetapi, walupun pemikiran
IbnuTaimiyah di dalam penafsiran Al-Qur‟an banyak diadopsi oleh Ibnu
Katsir, tidak berarti di dalam penerapannya, secara produk penafsiran Al-
Qur‟an, tafsir Ibnu Katsir dipengaruhi oleh pemikiran IbnuTaimiyah secara
keseluruhan.

Dalam segi penerapan dan produk penafsiran Al-Qur‟an secara


keseluruhan, Ibnu Katsir memiliki pendirian sendiri dan tidak berdiri di atas
prinsip-prinsip penafsiran yang lain. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa
penafsiran Al-Qur‟an yang dilakukan oleh Ibnu Katsir. Bahkan, pada taraf
tertentu, Ibnu Katsir banyak memberikan kritik kepada para penafsir-penafsir
pendahulunya.

Adapun tentang metode atau jalan yang beliau tempuh dalam


menafsirkan Al- Qur‟an, diungkapkan pada awal muqaddimah dalam
tafsirnya, yaitu: ”Jika ada orang bertanya cara manakah yang paling baik
untuk menafsirkan Al-Qur‟an, maka jawabannya adalah cara yang terbaik
dalam hal ini adalah menafsirkan Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an. Sebab,
sesuatu yang dikemukakan secara global pada satu ayat adakalanya diperinci
atau dijelaskan di ayat lain, tetapi jika ternyata pada ayat lain tidak di jumpai
pula, maka penjelasannya akan dijumpai pada Sunah Rasulullah saw sebagai
penjelas Al-Qur‟an.11 Sebagaimana yang terdapat di dalam Qs. al-Nahl (16):
ayat 64.

11
Ibnu Katsir, Tafsīr al-Qur‟an al-„Azim, Jilid I, 3-4

9
َ‫اختَلَفُ ْىا فِ ْي ِۙ ِه َو ُهدًي او َرحْ َوةً ِلّقَ ْى ٍم يْؤْ ِهٌُ ْىى‬ َ ‫علَ ْيكَ ا ْل ِك ٰت‬
ْ ‫ب ا اَِّل ِلتُبَ ِّييَ َل ُه ُن الاذِي‬ َ ‫َو َها ٓ ا َ ًْ َز ْلٌَا‬

“Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur'an) ini kepadamu


(Muhammad), melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa
yang mereka perselisihkan, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.”

Oleh karena itu, Rasulullah saw pernah bersabda: ‫اَّل اًًّ اوتيت القزآى‬
‫ ”وهثله هعا‬Ingatlah sesungguhnya aku telah diberikan Al-Qur‟an dan yang
semisal dengannya”. Yang semisal dengan Al-Qur‟an di sini adalah al-
Sunnah atau al-Hadits. Sunnah juga menduduki peringkat wahyu sebagaimana
Al-Qur‟an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, hanya saja berbeda
redaksinya.

Kemudian jika tidak menemukan tafsiran yang baik dalam Al-Qur‟an


maupun al-Sunnah, menurut Ibnu Katsir harus dikembalikan kepada para
Sahabat karena mereka lebih tahu akan hal itu dengan melihat beberapa
alasan. Mereka mengetahui masa turunnya ayat, sebab, serta
keadaannya.Selain itu mereka juga merupakan orang-orang yang ikhlas dan
ahli taqwa sehingga mereka mempunyai pemahaman yang sempurna dan
pengetahuan yang sehat, terutama ulama dan pemimpin mereka seperti
Khulafa‟ al-Rasyidin yang telah mendapat hidayah. Selain dari beberapa
pendapat para Sahabat yang dimasukkan untuk mendasari penafsirannya
terhadap Al- Qur‟an, beliau juga mengambil pendapat para Tabi‟in seperti
ungkapan berikut ini: “Jika anda tidak mendapatkan tafsiran dalam Al-Qur‟an
atau al-Sunnah atau juga tidak mendapatkannya dari pendapat para Sahabat,
maka banyaklah orang-orang yang mengembalikannya kepada pendapat para
Tabi‟in, seperti Mujahid Ibnu Jabbar yang diberi julukan ‚ayat‛ dalam
tafsirnya (ayat Al-Qur‟an), Said Ibnu Jubair, Ikrimah Maula IbnuAbbas, Ata‟

10
Ibnu Abi Rabah, Said IbnuMusayyab, Abi Aliyah, Rubai IbnuAnas, Dahaq
dan lain-lainnya.12

Pemaparan Ibnu Katsir tentang metodologi tafsirnya ini sesuai dengan


apa yang dikatakan oleh Al-Zahabi di dalam bukunya al-Tafsir wa al-
Mufassirun tentang cara Ibnu Katsir menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an “aku
sudah membaca bukunya, dan aku melihat penafsirannya atas ayat-ayat Al-
Qur‟an sangat istimewa karena dalam penafsirannya, ia menyebutkan ayat dan
menjelaskan ayat tersebut dengan ungkapan yang jelas dan mudah dimengerti.
Apabila dimungkinkan untuk menjelaskan ayat tersebut dengan ayat Al-
Qur‟an lainnya, maka ia akan memakai cara tersebut dan membandingkan
kedua ayat sampai jelas makna dan maksud yang dituju. Dan Ibnu Katsir
berpegang kuat pada cara penafsiran seperti ini, yang dinamai dengan
penafsiran Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an.

Setelah itu, Ibnu Katsir merujuk kepada hadis-hadis yang marfu‟ yang
berkaitan dengan ayat yang ingin ditafsirkan serta menjelaskan
pengertianpengertian yang dibutuhkan dalam hadis-hadis ini, lalu ia
memaparkannya dengan merujuk kepada perkataan-perkataan dari para
sahabat, tabi‟in, dan ulama-ulama salaf. Dalam hal ini, Ibnu Katsir
melemahkan sebagian riwayat dan menguatkan sebagiannya, hal ini
dikarenakan kemampuan beliau di dalam ilmu hadis dan ahwali al-rijal. di
dalam tafsirnya, Ibnu Katsir juga banyak merujuk kepada penafsiran-
penafsiran yang ditulis oleh IbnuJarir (w. 310 H), Ibnu Abi Hatim (w 327 H),
dan Ibnu „Atiyah.

Dari penejelasan al-Zahabi di atas, jelas terlihat bahwa langkahlangkah


yang dilakukan oleh Ibnu Katsir di dalam menafsirkan Al-Qur‟an adalah :

12
Ibnu Katsir, Tafsīr al-Qur‟an al-„Azim, Jilid I, 5.

11
1. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an, dengan arti mencari kolerasi
ayatayat yang dibahas dengan ayat-ayat lainnya yang terdapat di dalam Al-
Qur‟an sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.
2. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan hadis-hadis Rasulullah saw untuk
menjelaskan sebagian kata atau kalimat yang masih diragukan maknanya.
Pada masa Nabi, permasalahan tentang ini langsung dijawab oleh Nabi,
setelah Nabi wafat, maka yng menjadi patokan adalah hadishadis beliau.
3. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan asar sahabat yang sesuai dengan perkataan
Rasulullah saw.
4. Menafsirkan Al-Qur‟an dengan asar tabi‟in.

Adapun Sistematika Tafsir Ibnu Katsir menganut sistematika tartib


mushafi, dengan merampungkan penafsiran seluruh ayat Al-Qur‟an dimulai
dari surat al- Fatihah dan diakhiri oleh surat al-Nas. Pembahasannya dalam
menguraikan tafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an sangatlah luas dan jelas, dengan
berdasarkan penafsiran Al- Qur‟an dengan Al-Qur‟an, Al-Qur‟an dengan al-
Sunnah atau hadis sebagaimana yang telah dibahas di muka.Namun cara beliau
membahasnya pasti akan berbeda dengan para mufassir lainnya. Hal ini dapat
dimaklumi mengingat perbedaan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an.
Selain itu, hal ini juga dilatar belakangi oleh perbedaan tingkat
pemahamannya, karena faktor kualitas keilmuan, lingkungan di mana tempat
tinggal mereka berada, politik dan budaya di masanya, dan masih banyak lagi
fakto-faktor lainnya.

4. Corak atau Kecendrungan Tafsir Al Quran Al 'azmi13

Kitab ini dapat dikategorikan sebagai salah satu kitab tafsir dengan
Corak atau kecendrungan tafsir bi al-ma‟thūr atau tafsir bi al-riwayah. Ini
terbukti karena beliau sangat dominan dalam tafsirannya memakai riwayah
atau hadis, dan pendapat sahabat dan tabi‟in. Dapat dikatakan bahwa dalam

13
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3982/3/bab-111.pdf. hl. 60

12
tafsir ini yang paling dominan ialah pendekatan normatif historis yang
berbasis utama kepada hadis atau riwayah. Namun Ibnu Kathīr pun terkadang
menggunakan rasio atau penalaran ketika menafsirkan ayat. Disisi lain Ibnu
Kathīr juga tidak dapat menghindari menggunakan pendekatan tafsir bi al-
ra‟y.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibnu Katṡīr lahir di basrah pada tahun 700 H/1300 M dan wafat pada tahun
774 hijriah. Nama lengkap beliau adalah Imaduddin Isma‟il bin Umar bin
Kaṡīr al-Quraisy al-Dimasyqi, beliau juga dikenal dengan nama Abu Fida‟.
Beliau mendapatkan gelar al-Imam al-Jalil al-Hafidz.
2. Tafsir Al-qur‟an Al-Azhmi adalah karya Ibnu Katsir yang paling masyhur dan
terkenal antara semua karya beliau. Kitab tafsir ini lebih dikenal sebagai tafsir
Ibnu Katsir dan mendapat prediket sebagai kitab tafsir kedua terbaik dalam
kategori tafsir bil ma’sur selepas tafsir at-tab’ari.

B. Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini tentu masih banyak kekurangan,


namun syukur Alhamdulillah penulis ucapkan dengan penuh ta‟dzim kepada
Allah SWT. yang telah memberikan petunjuk-Nya sehingga makalah ini bisa
tersusun, semoga dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan
pembaca. Jazakumullah bil khair.

14
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adz-dzahabi, Muhammad Husain. Tafsir Wa Mufassirun. Kairo: Dar Al-


Hadist.

Abdullah, mawardi. 2011. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Akbar, Ali. 2011. Sejarah dan pengantar ilmu tafsir. Pekanbaru: Yayasan
Pusaka Riau

Al-Qattan, Manna‟. 2000. Mabahis fi „Ulum al-Quran Cet.11. Kairo :


Maktabah Wahbah.

Al-Qattan, Manna Khalil. 2011. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka


Litera Antar Nusa.

Faizin, Nur. 2002. Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir. Jogjakarta: Menara
Kudus.

Katsir, Ibnu. Tafsīr al-Qur‟an al-„Azim, Jilid I

Quraish Shihab, Muhammad. 1992. Membumikan Alquran. Bandung: Mizan

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3982/3/bab-111.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai