Anda di halaman 1dari 22

BAB 3.

PENGEMBANGAN GAS DIFFUSION LAYER ( GDL)


2.1.1. Pengembangan Terkini GDL
2.1.2. Kandungan PTFE
2.1.3. Ketebalan Lapisan
2.1.4. GDL Komposit
2.1.5. Pembentukan pori dalam GDL
2.1.6. Mamping dan analisis GDL
2.1.1. Gas Diffusion Layer
2.1.1.1. Pengaruh Kandungan PTFE
2.1.1.2. Pengaruh FEP
2.1.1.3. GDL Komposit
2.1.1.4. Pembentukan pori dalam GDL

Lapisan serapan gas (GDL) memiliki banyak peran.

a. Pertama digunakan untuk mengalirkan elektron antara plat bipolar dan lapisan elektrokatalis.
b. Kedua, GDL untuk transfer massa reaktan. GDL dibuat porous untuk meningkatkan nilai
ketahanan listrik. Selain itu, pori-pori GDL sering digunakan sebagai substrat untuk
mengendapkan lapisan elektrokatalis.
c. Fungsi penting lainnya untuk mendorong air dari dalam MEA ketika air berkumpul dalam
lapisan elektrokatalis.

2.1.1.5. Pengaruh Penggunaan PTFE

Pengaruh PTFE yang digunakan pada GDL seperti gambar 8 untuk menolak air pada GDL
tetapi, PTFE bukan pengantar listrik dan dapat menurunkan porositas yang menghambat transfer
gas. Dengan kondisi tersebut PTFE digunakan dalam ukuran yang sangat tepat. Biasanya
kandungan PTFE yang digunakan dalam cairan sekiar 33%. Dalam pembuatan GDL serbuk
karbon dan PTFE tersuspensi pada ke dua permukaan kain karbon (Pagamin et al. 2002). Lapisan
GDL ini dikeringkan selam 30 menit pada suhu 280 oC untuk menghilangkan zat organik selain
PTFE kemudian dipanaskan pada 330oC untuk pengeringan sampai berat tetap. Sebelum
digunakan, GDL dibersihkan dengan cara pemanasan dan pencucian cuci dengan bahan kimia.
Pengembangan terbaru dari GDL menggunakan aerogol karbon untuk membentuk pori. Lapisan
GDL spesifik dengan ketebalan 300 μ merupakan lapisan halus. Pada kedua sisi lapisan GDL
disapukan aerogol karbon yang berukuran μ. Lapisan halus yang tersusun ini bertujuan untuk
mengurangi hambatan proton antara elektroda dan membran. Hantaran listrik tertinggi yang
dicapai GDL adalah 28 scm-1 pada porositas 80%.
Gambar 8. Scanning electron micrographs of (a) untreated and (b) 15 wt.% Teflon-treated carbon
cloth diffusion layers (Andrew L. Dicks, 2006)

Material Polytetrafluoroethylene (PTFE) dibuat oleh Dupont dengan struktur molekular -(-CF2-
CF2-)n-. Sifat-sifat emulsinya mengandung padatan 60% (w/w), ukuran rerata partikel koloid
PTFE 0.05 sampai 0. 5 micron, stabil pada proses koagulasi pada suhu ruang. PTFE digunakan
untuk meningkatkan kekuatan GDL terhadap korosi, seperti asam kuat, alkali, oxidant dan tahan
terhadap panas. Selain itu PTFE dapat mengurangi penyerapan air dan tahan terhada api.
Kandungan PTFE dalam lapisan serapan gas (GDL) optimal 15% (Pagamin et al. 1996). Akan
tetapi, tidak dikemukakan kinerja ketika PTFE berkisar 10-40%. Kinerja elektrode secara
mendadak akan meningkat jika ketebalan GDL 35μ menjadi 15μ. Peningkatan kinerja ini
disebabkan oleh lapisan yang sangat tipis. Akan tetapi GDL yang lebih tipis tidak memiliki
kekuatan mekanik yang cukup untuk menahan kompresi pelat bipolar. Biasanya kompresor ini
menyebabkan kerusakan pori pori dalam GDL di bawah tebing alur dari dipol. Selain itu, tidak
ada kenaikan kinerja ditemukan ketika ketebalan lapisan ditingkatkan dari 35μ menjadi 50μ.
Selanjutnya akan menemukan jatuhnya kinerja pada kerapatan arus yang lebih tinggi pada
kelebihan lapisan serapan ditingkatkan menjadi 60 μ sebab bertambahnya jarak adsorpsi dan
tahanan listrik.

2.6.2 Pengaruh Penggunaan FEP

Pengaruh impregnasi FEP Polimer Hidrofobik dalam GDL pada kertas karbon telah
dikaji kinerjanya pada PEMFC H2/udara dengan jumlah impregnasi FEP antara 10-40 wt %.
Pengujian karakterisasi dilakukan suhu 80◦C dengan kesimpulan untuk 10 wt.% kekuatannya
lebih tinggi dari 30 Wt%. Adanya perubahan permukaan yang disebabkan oleh FEP dengan
penambahan yang signifikan terjadi penyumbatan pori permukaan oleh tipis film FEP dan
dengan itu permukaan sangat terbatas untuk transportasi reaktan Ulasan ini menunjukkan bahwa
10 wt.% FEP cukup untuk menciptakan hydrophobicity untuk menghambat air menjadi cair
Gambar 9. Comparison of surface SEM micrographs of carbon paper impregnated with 20 wt.%
FEP hydrophobic polymer to that untreated.

Chan Lim1, C.Y. Wang. 2004. Effects of hydrophobic polymer content in GDL on power
performance of a PEM fuel cell. J. Electrochimica Acta 49 (2004) 4149–4156

2.6.4 Pengaruh Komposit GDL

GDL komposit terdiri dari kain karbon atau kertas karbon yang berteflon didukung dengan substrat
lapisan hidrofobik mikroporous. Ini disusun secara sandwich di antara penyangga karbon dan lapisan
elektrokatalis. Substrat lapisan hidrofobik seperti yang ditunjukkan Gambar 10. Pengaruhnya untuk
meningkatkan transportasi gas melalui perbatasan penyangga pori dan lapisan elektrokatalis, dan
meningkatkan proses produksi air. Pada penelitian, perbaikan produksi air akibat dari substrat lapisan
yang mikroporous telah diteliti. Ukuran pori ditentukan dengan ukuran partikel aggregat karbon yang
biasanya 30 nm dan memiliki sifat hidrofobik untuk mengurangi kemungkinan banjir. Pada elektroda film
tipis menggunakan lapisan karbon hidrofobik antara, substrat lapisan yang terdiri dari karbon dan PTFE
yang di semprot pada kertas karbon sebagai penyangga [1]. Ditemukan bahwa kandungan PTFE optimal
20% berat, dan ditemukan adanya perubahan kinerja yang berarti pada variasi kandungan 10-60% berat.
Akan tetapi ketika arus oksigen langsung dari udara, kinerja fuel cell terlihat lebih dipengaruhi oleh
kandungan PTFE untuk kerapatan arus yang meningkat.
(a)

(b)
Gambar 10. Penyanggah Pori GDL (a.) kain karbon,(b) lapisan hidrofobik

Pada substrat lapisan mikroporous yang terdiri dari PTFE dan serbuk karbon dan di
sandwich antara kertas karbon anti basah dan lapisan elektrokatalis film tipis untuk
mengoptimalkan elektroda film tipis. Peneliti ini menemukan bahwa muatan optimal substrat
lapisan mikroporous adalah 3,5 mgcm-2 dengan konsentrasi PTFE 30% berat (Song et al. 2001).
Hasil pengembangan GDL lainnya, terdiri dari 0,65: 0,35 campuran asetilena PTFE hitam
yang disebar pada 3 mgcm-2 ke atas kain karbon. Porositas porositas GDL CESHR jauh lebih
tinggi dari GDL Elat yang mereka gunakan, yaitu masing-masing adalah 60% dibandingkan
dengan 45%. Selanjutnya ketebalan GDL dari CESHR (Center for Electrochemical Systems)
adalah 0.08 mm lebih tipis dari ukuran 0.38 mm dari GDL Elat. Kinerja dari GDL-CESHR lebih
tinggi dibandingkan dengan GDL Elat.
Penelitian tentang penambahan subtrat lapisan mikroporous antara kain karbon GDL dan
lapisan elektrokatalis meningkatkan proses produksi air. Lapisan mikroporous akan menurunkan
kinerja ketika menggunakan kertas karbon yang berbeda-beda. Ulasan tersebut, membuktikan
bahwa kertas karbon yang dihasilkan dari pabrik yang sama dengan spesifikasi akan
menghasilkan perbedaan kinerja yang jelas. Kinerja terbaik yang dihasilkan dari substrat lapisan
terdiri dari 35% PTFE dan 65% Vulcan XC-72 atas kertas karbon dengan muatan karbon 2
mgcm-2. Kertas karbon untuk subtrat lapisan yang dipakai mengandung 20% PTFE.

2.6.5 Pengaruh Pori pori GDL

Pengaruh penyusunan pori pori GDL dalam fuel cell untuk memastikan reaktan meresap
secara sempurna kelapisan elektrokatalis [2]. Dalam penyusunan pori pori dalam GDL
dipertimbangkan pengaruhnya karena GDL berperan mengalirkan elektron dari ke dua lapisan
elektrokatalis [3]. GDL dapat difabrikasi baik dari kertas karbon ataupun kain karbon dengan
ketebalan 100-300 micron [4]. Selain itu, GDL membantu menampung air di katode dan
menahan sejumlah air pada membran untuk kebutuhan hidrasi [5]. Selanjutnya, GDL antibasah
menggunakan PTFE untuk menjamin pori-pori GDL tidak terisi air [6]. Kong dkk. (2002) [7]
telah menemukan pengaruh ukuran pori untuk ditribusi pada GDL. Untuk mempelajari pengaruh
ini, pembentukan pori dilakukan dengan campuran kental yang mengandung serbuk karbon,
isopropil alkohol dan titanium karbonat (pembentuk pori) yang digunakan pada kain karbon.
Lapisan elektrokatalis terdiri dari lapisan tipis dan membran Nafion® 115. Mereka juga
membandingkan pembentukan pori melalui proses panas terhadap pembentukan pori dengan
penambahan bahan aditif. Selama PTFE dalam GDL dipanaskan pada 350 oC, akan meleleh dan
berubah menjadi fase serat yang meningkatkan porositas porositas. Mereka juga menemukan
kombinasi proses panas dan pembentukan pori akan menghasilkan porositas dan kerapatan pori
tertinggi. Pengaruh dari setiap perubahan ini telah dikaji melalui SEM oleh Kong et al. (2002)
[7]. Dengan menggunakan alat pengukur pori yaitu BET atau porosimetri, menemukan proses
pemanasan meningkatkan volume pori yang berdiameter antara 0.03 dan 0.07μ. Penambahan
pembentukan pori ini akan menaikkan volume pori yang berdiameter jauh lebih besar, yaitu
antara 2 sampai 13 μ. Nilai optimal dari pembentukan pori ini dalam lapisan adsorpsi telah
ditetapkan sebesar 7 mgcm-2 dengan muatan karbon 5 mgcm-2 dalam lapisan adsorpsi dan muatan
Pt 0.4 mgcm-2 dalam lapisan elektrokatalis. Pada 0,6V, sel optimal menghasilkan kerapatan
energi sebesar 174 mWcm-2 dan dengan kerapatan arus 200 macm -2. Fuel Cell menghasilkan
kerapatan energi 136 mWcm-2.

Mapping dan analisis

Pengembangan PEMFC telah lama dilakukan sebagai upaya meningkatkan efisiensi [8] melalui salah
satu pengembangan desain PEMFC. Fenomena ini menjadi salah satu basic mencapai kinerja yang
maksimal tetapi mengurangi ukuran PEMFC sehingga biaya pembuatan PEMFC berkurang. Secara teori
batasan yang mendasar sebelum melakukan mengurangi ukuran tetapi meningkatkan kinerja yaitu Kinerja
ideal PEMFC 1.23 volt, suhunya rendah dan menggunakan bahan api H2 dan udara. Pada sirkuit terbuka
maksimum kinerja MEA sekitar 1.16 volt dan pada kelembapan yang sesuai, pengoperasian yang stabil
mencapai 0.6-0.7 Volt. Salah satu yang diperhitungkan untuk membuat desain lapisan perpindahan massa
yang dinyatakan dengan porositas lapisan, tebal lapisan katalis, panjang dan lebar rute gas serta ukuran
membran yang sesuai [9] [10]–[13]. Desain ruang ini, memberi keseragaman kecepatan aliran gas, aliran
keadaan mantap mudah dicapai, suhu seragam dapat dicapai dan campuran H2 dan H2O akan mendekati
kepada keadaan optimal [14], [15]. Selain itu, kelembapan hidrogen dan udara agar tidak menyebabkan
terjadi hidrasi pada MEA [16]–[18] dan air yang terhasil pada katoda tidak menyumbat pori-pori pada
elektrode [19]–[22]. Dalam perkembangannya ada peneliti menganggap bahwa keadaan ini akan tercapai
apabila pori pori media homogen [13], [23]–[25]. Dengan pertimbangan tersebut, permeabilitas gas dan
uap air akan lebih seragam dan merata [15], [26]. Fasa gas yang berlarutan akan mengikuti hukum
Bruggeman, Knudsen, Darcy [27]–[29]. Berdasarkan tinjauan diatas terdapat banyak kasus yang telah
berkembang terutama pada desain elektrode yang tidak sama dan melakukan optimasi [30]–[33]. Hal ini
dibuktikan dengan adanya perbedaan kerataan konsentrasi katalis, kerataan permukaan dan keretakan
elektrodea, ukuran diameter poros, porositas, kerataan permukaan GDL, porositas GDL, penyumbatan
karbon dan kemudahan keracunan pada katalis. Kasus yang lain juga berkembang pada pemasangan
PEMFC yaitu pemasangan lapisan komponen MEA yang tidak konsisten menghasilkan suatu medan
elektro yang berlebihan atau panas yang tinggi. Hal ini mengakibatkan konstanta-konstanta kinerja MEA
berbeda. Demikian juga distribusi bahan api H2 dari saluran gas kepada permukaan katalis di lapisan
elektrodea anoda didapati tidak sesuai [34]–[37]. Porositas tidak sesuai untuk distribusi uap air dan
penguapan air diuntukan katoda [3], [6] dan sangat mempengaruhi rintangan elektrik dalam PEMFC [38].
Dari segi pengaruh kandungan katalis Pt yang berdasarkan‘ink-based’ juga dikembangkan untuk
mengurangkan ketebalan tetapi meningkatkan kinerja MEA [39], [40]. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengurangkan ketebalan dan keperluan katalis Pt mg cm-2 daripada MEA. Ketebalan
elektrodea daripada MEA adalah 15 nm hingga 300 µm dan keperluan katalis Pt daripada MEA ialah
0.01 hingga 2 mgcm-2. Konsep-konsep penelitian terus berkembang daripada penelitian makrostruktur
sehingga pada mikrostruktur MEA[41] . Para peneliti terdahulu berpendapat dari segi teknik untuk
mengoptimum kinerja MEA perlu lakukan secara berhati-hati melalui semua parameter sama ada yang
terkait dengan pemindahan massa maupun panas karena sangat sensitif kepada perubahan kinerja MEA
[23], [42]. Dalam kaitan tersebut hutamanya parameter porositas pada elektrode, kawasan luasan
permukaan spesifik aktif pada elektrodea, ketebalan lapisan aktif pada elektrodea, diameter poros dan
medan elektrik melalui metode fabrikasi MEA dan fabrikasi PEMFC [27], [39][28, 48]. Sui et al. [15]
telah menyatakan hubungan parameter yang lebih lengkap. Pembuatan MEA meliputi komposisi lapisan
katalis, keadaan tekanan-panas, keadaan pengeringan dan masa proses dijalankan. Beberapa hubungan
pembuatan katalis dengan parameter yang kritikal sehingga perlu dilakukan Mapping and Analysis
Management fabrikasi PEMFC development untuk pembinaan parameter.

1.1. Masalah penyumbatan pori

Lapisan serapan gas (GDL) memiliki banyak peranan. Ianya digunakan untuk hantaran elektron dari
lapisan katalis ke plat dwikutub dan memindahkan massa aliran reaktan dari flowfield ke lapisan
electrode dalam MEA. Dalam penerapan, salah satu masalah yang ditemukan pada lapisan ini adalah
penyumbatan pori dengan air ketika pemindahan massa dalam badan GDL. Penyebab terbentuknya air
adalah perubahan tenaga kinetik aliran menjadi tenaga potensial karena gaya adhesi pada permukaan pori
pori dalam GDL. Solusi yang sudah umum dilakukan para peneliti adalah bahan hidropobik digunakan
menutupi permukaan seluruh serat penyanggah lapisan GDL seperti terlihat Fig.1 (a,b,c) [8].

a b c
Fig.1. SEM Gas Diffusion Layer : (a). Toray Carbon Paper 260,(b) Carbon Cloth 15% teflon, (c)metal
a wire cloth structure ( Oedegaard at all, 2003)
Selain itu, pembentukan pori pori makroporous
450 lapisan GDLmenggunakan campuran bahan karbon
400
350 dengan bahan hidropobik [43]. Dengan cara tersebut
Thickness (µm)

300 diatas, lapisan makroporous akan berfungsi sebagai


250
200 distributor gas, dapat mengurangi terjadinya
150 akumulasi embunan air. Dengan cara yang sama
100 juga dilakukan pada pembuatan lapisan lapisan tipis
50
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
mikroporous diatas permukaan GDL yang di
Carbon density (gcm-2) sandwic antara GDL dan lapisan katalis. Lapisan ini,
berfungsi sebagai distributor gas ke katalis dan
sebagai penyanggah lapisan film katalis yang sangat tipis. Dalam mapping Fig.2(a),(b), dapat dilihat
hubungan thickness dan porositas dengan density carbon yang diperlukan untuk membuat lapisan tipis
diatas GDL .

70
65
60
55
Porosity (%)

50
45
40
35
30
1 1.5 2 2.5 3
Carbon density (mgcm-2 )

. Fig.2. Mapping lapisan pada permukaan GDL: (a) Thickness dengan Carbon density, (b)
porosity dengan carbon density

Pada Fig.2(a) thicknes 100-400 µm memerlukan density karbon sekitar 2 sampai 6mgcm-2 [4], [12],
[44]–[50]. Hubungan thickness dengan density carbon pada Fig.2(a) dinyatakan dengan trandline
polinomial order 2 sehingga jelas pengurangan pembuatan lapisan dapat dimulai dari nilai thickness
sekitar150 µm, dengan kebutuhan density karbon sekitar2 mgcm-2. Selanjutnya, pada perpindahan massa,
salah satu parameter dalam lapisan adalah porositas.Pada Fig 2(b) lapisan memerlukan porosity 40-70 %
dengan keperluan density karbon sekitar 1-3mgcm-2 [4], [51]–[53]. Jika digunakan pendekatan yang sama
pada Fig.2(b) terdapat titik keadaan minimum yaitu pada keperluan 2 mgcm-2ditemukan porositas sekitar
40%. Daerah padasisi sebelah kiri titik, ditemukan density karbon semakin kecil dapat menghasilkan
porositas semakin tinggi dan sebaliknya. Dengan pendekatan ini dapat diasumsi pembuatan Thicknes
sekitar 150µm, menghasilkan porositas yang lebih besar dari 40%.

Ukuran anti basah


300 0.8 Pada tinjauan ini, PTFE sebagai bahan hidropobik

Voltage (V) and Power density (mWcm-2)


0.7 akan mempengaruhi daya hantar elektrik.
250 Current density
Current density (mAcm-2)

0.6 Fig.3. Prestasi Penggunaan Hidropobik


200 (PTFE)
0.5

150 0.4
500

Current Density (mAcm2)


0.3
100 400
0.2 300
50
0.1 200
0 0 100
5 10 15 20
PTFE (%W) 0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Density Carbon (mg/cm-2)

Kadar PTFE dalam lapisan berlebihan akan mengakibatkan density current PEMFC menurun dan kadar
PTFE yang terlalu kecil juga akan menurunkan density current PEMFC sebab pori pori lapisan tipis
cenderung tersumbat. Oleh itu, perlu menggunakan ukuran kadar hidropobik yang sangat tepat. Fig.3,
menunjukkan peta prestasi PTFE pada lapisan tipis GDL [8], [33], [44], [46], [54]–[65]. Lapisan tipis
menggunakan aggregat karbon sekitar 30 nm dengan desain seperti ditunjukkan Fig.5(b). Jika pada Fig.3
dilakukan pendekatan prestasi PTFE dengan trendline options (polynomial) order 2 maka, ukuran kadar
PTFE pada hubungan antara % PTFE dengan density current berkisar 15-40%. Sedangkan sifat electrik
yang terbaik mengunakan hipotesis kadar PTFE sekitar 30%.Pada kadar tersebut voltage sekitar 0,6
volt akan menghasilkan current densiti dari 150 sehingga 200 mAcm -2.
300
Current Density(mAcm-2)

a 250
200
150
100
50
100 150 200 250 300 350 400
Thickness(µm)

Fig.4 Prestasi elektrik lapisan tipis :(a) Current density melawan thickness,(b)Current density melawan
b density carbon
Selanjudnya, pada Fig.4 menunjukkan mapping prestasi arus listrik dengan thickness in the range of100–
400µm. Pada tegangan stabil yaitu 0,6-0,7 Volt, prestasi arus listrik PEMFC bervariasi terhadap thickness
dan density carbon lapisan tipis. Apabila dibuat pendekatan trendline options (polynomial) dengan order
2 pada Fig.4(a) [4], [12], [44]–[46], [48]–[51], [53], [56], [63], [65]–[69] dan Fig.4(b) [3], [4], [48], [50],
[70]–[78] maka, prestasi electric yang tinggi terletak pada tickness berkisar 250 µm dengan density
karbon sekitar 2 mgcm-2. Hipotesis dalam penelitian ini, l apisan tersebut masih dianggap tebal. Ketebalan
250 µm masih mungkin dikurangi sekitar 150 µm untukdensity karbon sekitar 2 mgcm-2
Pengurangan ketebalan lapisan
Letak pengurangan lapisan nipis antara lapisan GDL dengan lapisan elektrode seperti ditunjukkan
Fig.5(b). Dalam pengurangan lapisan dari 250 µm menjadi 150 µm, permukaan perlu dibuat halus dan
merata sepertiditunjukkan

Fig.5(b,d) agar distribusi perpindahan panas dan gas reaktan merata pada permukaan katalisator. Dengan
hal tersebut prestasi PEMFC masih meningkat.

a
b
c

d e

Fig.5 :(a) Lapisan film katalis, (b) lapisan tipis permukaan GDL,(c) Lapisan carbon paper, (d)
Permukaan lapisan tipis halus, (e) Jenis Pin (pin-type flow field)
Peningkatan prestasi terutama disebabkan tahanan lapisan yang lebih tipis. Akan tetapi, apabila ketebalan
lapisan semakin tipis maka current density akan turunkarena pada lapisan yang sangat tipis tidak
mempunyai kekuatan mekanik yang cukup untuk menahan pemampat plat dwikutub pada Flow Channel
seperti ditunjukkan Fig.5(e). Pemampat ini menyebabkan kerusakan makro dan mikroporous terutama di
bawah dan sekitar tebing Flow Channel dwikutub sehingga porositas menurun.

400

350
Thickness (nm)

300

250

200

150

100
55 60 65 70 75 80 85
Porosity(%)

Fig.6. Mapping thicknes dengan porosity lapisan tipis pada permukaan GDL

Fig.6 menunjukkan mapping hubungan antara thickness dengan porosity [75]–[77], [79]–[81]. Apabila
pendekatan pengurangan ketebalan melalui trendline polinomial order 2 maka hipotesis lapisan paling
tipis dipermukaan GDL sekitar 150 µm. Dari pendekatan ini ada dua kemungkinan yang terjadi pada
pembuatannya yaitu semakin tinggi porositas, ketebalan lapisan tipis semakin besar atau sebaliknya. Hal
ini tergantung metode pembuatannya. Dalam experiment ini dilakukan dengan metode spray robotic dan
proses pemanasan.
Contoh Experiment

Fig.5 (a), (b), (c) menunjukkan GDE. Fig.5 (a) menunjukkan GDL yang mendistribusikan gas
hidrogen ke lapisan tipis Fig.5(b) sebelum masuk ke lapisan elektrod [11]. Lapisan yang akan
dikurangi pada permukaan GDL adalah Fig.5 (b).Lapisan ini mengagihkan gas Hidrogen pada
permukaan liang-liang elektrod, mencegah fenomena kebanjiran air pada elektrod dan juga
menghantar elektron ke dwikutub [82]. Material lapisan Fig 5(b) yang digunakanadalah karbon
hitam Vulkan XC-72R. Campuran material terdiri dari campuran karbon hitam, aditif, 30%
PTFE dan 89 % propil alkohol sebagai larutan medium. Bahan-bahan ini dicampur dengan
pengaduk ultraconic vibra-cell selama 10 minit. Alat yang digunakan untuk membuat lapisan
nipis pada permukaan GDL adalah mesin Robotik Spray. Campuran serbuk karbon dan PTFE
tersuspensi secara merata diatas permukaan GDL. GDL dikeringkan dari kandungan air pada
suhu 280oC untuk membentuk porous dan lapisan dipanaskan pada 330oC untuk menghilangkan
volatile metter sehingga membentuk lapisan mikropore dan mesopore yang kuat. Sebelum
digunakan GDL, dibersihkan dengan bahan kimia dan diikuti dengan pemanasan. Membrane
yang digunakan nafion 117. Pembuatan elektrokatalis diatas GDL pada experiment dengan
menggunakan fabrication of gas diffusion layer based on x–y robotic spraying technique (1).
mesin Robotik Spray dengan a mixture of Pt/C(20%), Nafion solution (5%), and propyl alcohol
(89%) (ramli). Alat untuk membuat MEA menggunakan Mesin Tekanan Hidraulik pada tekanan
20 atm dan suhu 120oC. Pengujian kondisi lapisan nipis menggunakan BET dan untuk
mengetahui prestasi inovasi lapisan nipis menggunakan Arbin Technologies. Pendekatan analisis
data experiment menggunakan trandline polynomial option order 2.

Results and discussion

4.1 Carbon density terhadap pengurangan Thickness


Fig.8(c) menunjukkan Pore kertas karbon yang di isi dengan partikel karbon untuk membuat makropore
GDL. Diatas permukaan lapisan makropore GDL dibuat lapisan tipis mikropori seperti pada Fig.8(b).
Lapisan Fig 8(c) berfungsi sebagai pengagih gas pada lapisan Fig.8(b). Fig.8(b) sebagai penyanggah
lapisan nipis elektrod dan sebagai pengagih gas maupun wap air pada permukaan elektrod.

5
Carbon density (gcm-2)

0
100 150 200 250 300 350 400
Thickness (µm)
Fig.7. Carbon density dengan Thickness
Fig.7 menunjukkan Trendline eksperiment untuk keperluan carbon density terhadap pengurangan tebal.
Tiga data labels pada figure warna merah menunjukkan hasil experiment. Pada Fig.7, pengurangan
thickness dari 250 dapat dilakukan sampai sekitar 145µm.Keperluan density carbon padahipotesis
mapping sekitar 2 gcm-2 sedangkan pada experiment lebih kecil yaitu 1,75gcm -2. Prestasi pengurangan
carbon density lapisan ini tergantung nilai porositas lapisan nipis diatas permukaan GDL. Apabila
porositas meningkat maka keperluan carbon density akan lebih sedikit. Dengan kata lain ketebalan yang
sama dapat terjadi perbedaan density Carbon karena pengaruh porosity.

Porosity terhadap pengurangan Thickness


Pembentukan porosity GDL pada ketebalan tertentu digunakan untuk memastikan reaktan meresap
kelapisan katalis dan menghantar elektron dari lapisan katalis ke badan GDL secara berkesan [36], [83].

115

105 Fig.8. Porositas lapisan terhadap thickness


95
Selain itu, porosity untuk mempertahankan
Porosity(%)

85 kelembapan untuk keperluan hidrasi membrane.


75 Pembentukan porositasmikropore dilakukan dengan
65
proses pemanasan pada tekanan tertentu. Bahan aditif
sebagai pembentuk mikroporous dan PTFE sebagai
55
100 150 200 250 300 350 400 hidropobik [37]. Melalui proses panas, bahan aditif
Thickness (µm) akan berubah menjadi fasa gas dan membangun pori
pori. Selama pemanasan bahan PTFE akan berubah
menjadi fasa serat.Fig.8 menunjukkan data mapping dan data hasil experiment. Data label warna merah
pada Fig 8 menunjukkan hasil experiment dan warna biru data mapping. Pengurangan ketebalan
dilakukan dari 245 µm sampai 145 µm. Pada ketebalan 145µm porositas lapisan sebesar 67 % dan jika
digunakan trendline polinnomial order 2 pada seluruh data perbedaan data mapping dan experimen tidak
signifikan. Ini membuktikan bahwa pembentukan porositas pada lapisan sudah tercapai.
Diameter pore terhadap pengurangan Thickness
12 Fig.11, menunjukkan hubungan diameter pore dengan
10 thickness pada mapping dan experiment. Data labels
warna merah menunjukkan hasil experiment.
Diameter Pore(nm)

8
Apabila pendekatan dilakukan dengan trandline
6 polinomial orde 2, menunjukkan diameter pore
4 semakin kecil pada ketebalan yang semakin kecilpada
2
data mapping. Dengan hal yang sama juga terjadi
pada experiment. Keunggulan pada experiment ini,
0
50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Thickness(µm )
lapisan pada permukaan GDL masih mungkin dikurang karena masih mampu mendistribusikan gas pada
permukaan katalisator.

Fig. 9 Hubungan diameter pori dengan thickeness.


Dalam figure dapat dilihat diameter pore percobaan terletak dibawah trendline. Hal ini menunjukkan
menggunakan metode Spray mesin robotic ini menghasilkan diameter pore lebih kecil tetapi porositas
lebih tinggi seperti ditunjukkan Fig.8. Pada pengurangan ketebalan lapisan mendekati 150 µm yaitu 145
µm di dapatkan diameter pore sekitar 11 nm dengan porositas dibawah 67 % seperti ditunjukkan Fig. 9.
Lapisan tipis ini sangat mungkin memiliki luas permukaan aktif cukup tinggi untuk mendistribusikan gas
secara merata pada lapisan katalisator.
Surface Active area terhadap thickness lapisan nipis

300
240
Surface area active(m2g-1)

250

200

150 160
125
100

50

0
50 100 150 200 250 300 350 400
Thickness(µm)

Fig.10. Surface Active area terhadap thickness lapisan nipis


Fig 12, menunjukkan hubungan surface area active terhadap pengurangan ketebaan dengan menggunakan
alat analisis BET. Data labels pada figure menunjukkan hasil experiment. Dengan pendekatan trandline
options linear, pengurangan ketebalan diikuti dengan pengurangan luas permukaan aktif lapisan tipis.
Peta dari data hasil experiment terletak diatas trendline. Hal ini menunjukkan pengurangan ketebalan 245
µmsampai 145µm memiliki surface area active experiment lebih besar dari data hasil mapping. Hal ini
disebabkan pore semakin kecil diikuti dengan porositas semakin tinggi dari metode pembuatan. Dengan
surface area active (m2g-1) yang lebih tinggi maka distribusi penyebaran reaktan ke katalisator akan lebih
homogen. Dengan kata lain hasil pengurangan ketebalan akan meningkatkan prestasi lapisan tipis.
Current density terhadap pengurangan thickness
Pada experiment, hasil pendekatan penurunan ketebalan melalui metode sepray mesin dan proses
pemanasan. Fig.13 menunjukkan prestasi current density pengurangan ketebalan lapisan nipis. Data labels
pada figure menunjukkan data experiment.

350
Current density(mAcm-2)

300 260
250 240
200 200
150
100
50
0
100 150 200 250 300 350 400
Thickness(µm)

Fig.11.Hubungan Current density dengan ketebalan lapisan nipis


Apabila dikenakan pendekatan trandline option polynomial orde 2, peta hasil experiment berada diatas
garis. Kondisi ini menunjukkan prestasi penurunan ketebalan lapisan nipis masih dapat dilakukan. Pada
ketebalan sekitar 145µm mendapatkan current density sekitar 200 mAcm -2. Pada fig 13 nampak pada
ketebalan yang sama dapat menghasilkan carrent densiti yang berbeda. Hal ini, disebabkan perbedaan
porositas dan keperluan density carbon sedikit dapat mempengaruhi kinerja PEMFC. Peningkatan prestasi
ini hanya dipengaruhi luas permukaan aktif dari lapisan tipis.
12 850
800
720
750
10 720
700
670
650
Carbon density.100 (mgcm-2)
Current density(mAcm-2)

600
surface area active(cm2g-1)

8 550
Diameter pore.10 (nm)

500
450
6
400
Porosity .10(%)

350
4 300
240 250
200
2 140 150
110 100
50
0 0
50 100 150 200 250 300 350 400
Thickness (µm)

Fig. 12 Karakteristik Pengurangan lapisan tipis


Fig. 14 menunjukkan karakteristik pengurangan thickness lapisan tipis dipermukaan GDL dari data
mapping dan hasil experiment. Setiap grafik terdapat data labels 3 titik yang menunjukkan hasil
experiment.Apabila dilakukan pengurangan tebal lapisan nipis akan ditentukan oleh keperluan carbon
density, pembentukan porosity, nilai diameter pore dan surface area active.Korrelasi parameter ini
memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Pendekatan hubungan parameter menggunakan trandline
option polynomial orde 2.
12 800
750
720 720
700
10 670
650

Carbon density.100 (mgcm-2)


600

Current density(mAcm-2)

surface area active(cm2g-1)


8 550
500

Diameter pore.10 (nm)


450
6 400

Porosity .10(%)
350
300
4 250
240200
2 150
140 100
110 50
0 0
50 75 100 125 150 175 200 225 250
Thickness (µm)

Fig. 13 Karakteristik experiment Pengurangan lapisan tipis permukaan GDL

Pada experiment pengurangan tebal menggunakan metodespray mesin.Pengurangan thickness dilakukan


dari 245µm sampai sekitar 145µm dengan proses panas didapati porositas 67% sampai 72%.Pada
Fig.2(a,b) telah diketahui bahwa ketebalan sekitar 100 sampai 400 µm didapati porosity sekitar 40-70%.
Perbedaan hasil experiment dengan mapping sangat kecil.Dalam Fig. 14 trandline polynomial membagi 2
bagian hubungan parameter yang ditunjukkan ketebalan 250µm. Sebelah kiri sebagai peta penelitian
pengurangan lapisan tipis dipermukaanGDL dalam paper ini.Pada Fig.13, menunjukkan prestasi metode
pembuatan lapisan tipis ini didapati semakin tinggi diameter pori semakin kecil maka porositas dan luas
permukaan aktif semakin meningkat. Pada karakteristik ini terlihat pengurangan lapisan tipis prestasi
PEMFC meningkat.
Kesimpulan
Pembuatan lapisan tipis diatas permukaan GDL dapat dimulai dari nilai thickness sekitar 150 µm, dengan
kebutuhan density karbon sekitar 2 mgcm-2. Pembuatan Thicknes sekitar 150 µm, dapat menghasilkan
porositas yang lebih besar dari 40%.
PTFE sebagai bahan hidropobik akan mempengaruhi daya hantar elektrik. Sifat electrik yang terbaik
mengunakan hipotesis kadar PTFE sekitar 30%. Prestasi electric yang tinggi terletak pada thickness
berkisar 250 µm dengan density karbon sekitar 2 mgcm-2.
Ketebalan 250 µm masih mungkin dikurangi sekitar 150 µm untukdensity karbon sekitar 2 mgcm-
2.
dengan hipotesis lapisan paling tipis dipermukaan GDL sekitar 150 µm.
Secara umu semakin tinggi porositas, ketebalan lapisan tipis semakin besar atau sebaliknya
Dalam penelitian pengurangan thickness dari 250 dapat dilakukan sampai sekitar 145µm. Keperluan
density carbon padahipotesis mapping sekitar 2 gcm-2 sedangkan pada experiment lebih kecil yaitu 1,75
gcm-2pada ketebalan 145µm. Porositas meningkat maka keperluan carbon density akan lebih sedikit
Untuk ketebalan 145µm menunjukkan porositas lapisan sebesar 67 % sedangkan pada mapping sebesar
65%. jika digunakan trendline polinnomial order 2 pada seluruh data perbedaan data mapping dan
experimen tidak signifikan.
Pada pengurangan ketebalan lapisan mendekati 150 µmyaitu 145 µm di dapatkan diameter pore sekitar
11 nm dengan porositas dibawah 67 %
Metode pembuatan lapisan tipis ini didapati semakin tinggi diameter pori semakin kecil maka porositas
dan luas permukaan aktif semakin meningkat. Pada karakteristik ini terlihat pengurangan lapisan tipis
prestasi PEMFC meningkat.

REFERENSI

[1] G. Squadrito et al., “An empirical equation for polymer electrolyte fuel cell ( PEFC )
behaviour,” pp. 1449–1455, 1999.
[2] Z. Siroma, T. Sasakura, K. Yasuda, M. Azuma, and Y. Miyazaki, “Effects of ionomer
content on mass transport in gas diffusion electrodes for proton exchange membrane fuel
cells,” J. Electroanal. Chem., vol. 546, no. SUPP, pp. 73–78, 2003.
[3] J. Chen, T. Matsuura, and M. Hori, “Novel gas diffusion layer with water management
function for PEMFC,” J. Power Sources, vol. 131, no. 1–2, pp. 155–161, 2004.
[4] S. Gamburzev and A. J. Appleby, “Recent progress in performance improvement of the
proton exchange membrane fuel cell (PEMFC),” J. Power Sources, vol. 107, no. 1, pp. 5–
12, 2002.
[5] J. Soler, E. Hontañón, and L. Daza, “Electrode permeability and flow-field configuration:
Influence on the performance of a PEMFC,” J. Power Sources, vol. 118, no. 1–2, pp. 172–
178, 2003.
[6] S. H. Chan and H. M. Wang, “Thermodynamic and kinetic modelling of an autothermal
methanol reformer,” J. Power Sources, vol. 126, no. 1–2, pp. 8–15, 2004.
[7] C. S. Kong, K. Do-Young, L. Han-Kyu, S. Yong-Gun, and L. Tae-Hee, “Influence of
pore-size distribution of diffusion layer on mass-transport problems of proton exchange
membrane fuel cells,” J. Power Sources, vol. 108, no. 1–2, pp. 185–191, 2002.
[8] C. Lim and C. Y. Wang, “Effects of hydrophobic polymer content in GDL on power
performance of a PEM fuel cell,” Electrochim. Acta, vol. 49, no. 24, pp. 4149–4156, 2004.
[9] N. C. Monanteras and C. A. Frangopoulos, “Towards synthesis optimization of a fuel-cell
based plant,” vol. 40, 1999.
[10] W. Lee, J. W. Van Zee, and M. Murthy, “ORIGINAL RESEARCH PAPER A Method for
Characterizing CO Transients in a PEMFC,” no. 1, pp. 52–58, 2003.
[11] D. Chu and R. Jiang, “Performance of polymer electrolyte membrane fuel cell PEMFC
stacks Part I. Evaluation and simulation of an air-breathing PEMFC stack,” J. Power
Sources, vol. 83, pp. 128–133, 1999.
[12] E. Antolini, R. R. Passos, and E. A. Ticianelli, “Electrocatalysis of oxygen reduction on a
carbon supported platinum-vanadium alloy in polymer electrolyte fuel cells,”
Electrochim. Acta, vol. 48, no. 3, pp. 263–270, 2002.
[13] M. Ceraolo, C. Miulli, and A. Pozio, “Modelling static and dynamic behaviour of proton
exchange membrane fuel cells on the basis of electro-chemical description,” J. Power
Sources, vol. 113, no. 1, pp. 131–144, 2003.
[14] U. A. Paulus, A. Wokaun, G. G. Scherer, P. S. Institut, and C.-V. Psi, “Oxygen Reduction
on Carbon-Supported Pt - Ni and Pt - Co Alloy Catalysts,” no. 41, pp. 4181–4191, 2002.
[15] P.-C. Sui, L.-D. Chen, J. P. Seaba, and Y. Wariishi, “Modeling and Optimization of a
PEMFC Catalyst Layer,” J. Engines-V108-3, vol. 539, no. 1, p. 11, 1999.
[16] L. Wang, A. Husar, T. Zhou, and H. Liu, “A parametric study of PEM fuel cell
performances,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 28, no. 11, pp. 1263–1272, 2003.
[17] T. C. Jen, T. Yan, and S. H. Chan, “Chemical reacting transport phenomena in a PEM fuel
cell,” Int. J. Heat Mass Transf., vol. 46, no. 22, pp. 4157–4168, 2003.
[18] K. Yamada, K. Yasuda, H. Tanaka, Y. Miyazaki, and T. Kobayashi, “Effect of anode
electrocatalyst for direct hydrazine fuel cell using proton exchange membrane,” J. Power
Sources, vol. 122, no. 2, pp. 132–137, 2003.
[19] L. You and H. Liu, “A two-phase flow and transport model for the cathode of PEM fuel
cells,” Int. J. Heat Mass Transf., vol. 45, no. 11, pp. 2277–2287, 2002.
[20] H. A. Gasteiger, J. E. Panels, and S. G. Yan, “Dependence of PEM fuel cell performance
on catalyst loading,” J. Power Sources, vol. 127, no. 1–2, pp. 162–171, 2004.
[21] T. Berning, D. M. Lu, and N. Djilali, “Three-dimensional computational analysis of
transport phenomena in a PEM fuel cell,” J. Power Sources, vol. 106, no. 1, pp. 284–294,
2002.
[22] G. J. M. Janssen and M. L. J. Overvelde, “Water transport in the proton-exchange-
membrane fuel cell: Measurements of the effective drag coefficient,” J. Power Sources,
vol. 101, no. 1, pp. 117–125, 2001.
[23] S. H. Ge and B. L. Yi, “A mathematical model for PEMFC in different flow modes,” J.
Power Sources, vol. 124, no. 1, pp. 1–11, 2003.
[24] T. Thampan, S. Malhotra, J. Zhang, and R. Datta, “PEM fuel cell as a membrane reactor,”
Catal. Today, vol. 67, no. 1–3, pp. 15–32, 2001.
[25] V. Gurau, F. Barbir, and H. Liu, “An Analytical Solution of a Half‐Cell Model for PEM
Fuel Cells,” Electrochem. Soc., vol. 147, no. 7, pp. 2468–2477, 2000.
[26] C. Marr and X. Li, “Composition and performance modelling of catalyst layer in a proton
exchange membrane fuel cell,” J. Power Sources, vol. 77, no. 1, pp. 17–27, 1999.
[27] J. Mirzazadeh, E. Saievar-Iranizad, and L. Nahavandi, “An analytical approach on effect
of diffusion layer on ORR for PEMFCs,” J. Power Sources, vol. 131, no. 1–2, pp. 194–
199, 2004.
[28] J. C. Amphlett, R. F. Mann, B. A. Peppley, P. R. Roberge, and A. Rodrigues, “Practical
PEM fuel cell model for simulating vehicle power sources,” in Proceedings of the Annual
Battery Conference, 1995.
[29] M. Grujicic, J. R. Saylor, D. E. Beasley, W. S. DeRosset, and D. Helfritch,
“Computational analysis of the interfacial bonding between feed-powder particles and the
substrate in the cold-gas dynamic-spray process,” Appl. Surf. Sci., vol. 219, no. 3–4, pp.
211–227, 2003.
[30] J. H. Nam and M. Kaviany, “Effective diffusivity and water-saturation distribution in
single- and two-layer PEMFC diffusion medium,” Int. J. Heat Mass Transf., vol. 46, no.
24, pp. 4595–4611, 2003.
[31] R. Johnson, “Performance of a proton exchange membrane fuel cell stack,” Int. J.
Hydrogen Energy, vol. 26, no. 8, pp. 879–887, 2001.
[32] P. R. Pathapati, X. Xue, and J. Tang, “A new dynamic model for predicting transient
phenomena in a PEM fuel cell system,” Renew. Energy, vol. 30, no. 1, pp. 1–22, 2005.
[33] R. O’hayre, S. J. Lee, S. W. Cha, and F. B. Prinz, “A sharp peak in the performance of
sputtered platinum fuel cells at ultra-low platinum loading,” J. Power Sources, vol. 109,
no. 2, pp. 483–493, 2002.
[34] T. Kalk, F. Mahlendorf, O. Niemzig, A. Trautmann, and J. Roes, “Portable PEFC
generator with propane as fuel,” pp. 166–172, 2000.
[35] S. Um, C. Wang, and K. S. Chen, “Computational Fluid Dynamics Modeling of Proton
Exchange Membrane Fuel Cells,” vol. 147, no. 12, pp. 4485–4493, 2000.
[36] W. R. W. Daud, A. Bakar, A. Amir, H. Kadhum, R. Chebbi, and S. E. Iyuke,
“Performance optimisation of PEM fuel cell during MEA fabrication,” vol. 45, pp. 3239–
3249, 2004.
[37] Z. Shi Chao, Z. Lan, and Y. Jinhua, “Preparation and electrochemical properties of
polysulfide polypyrrole,” J. Power Sources, vol. 196, no. 23, pp. 10263–10266, 2011.
[38] T. F. Fuller and J. Newman, “Water and Thermal Management in Solid‐Polymer‐
Electrolyte Fuel Cells,” Electrochem. Soc., vol. 140, no. 5, pp. 1218–1225, 1993.
[39] J. . Baschuk and X. Li, “Modelling of polymer electrolyte membrane fuel cells with
variable degrees of water flooding,” J. Power Sources, vol. 86, no. 1, pp. 181–196, 2000.
[40] H. S. Chu, C. Yeh, and F. Chen, “Effects of porosity change of gas diffuser on
performance of proton exchange membrane fuel cell,” J. Power Sources, vol. 123, no. 1,
pp. 1–9, 2003.
[41] F. Wang, M. Hickner, Y. S. Kim, T. A. Zawodzinski, and J. E. McGrath, “Direct
polymerization of sulfonated poly(arylene ether sulfone) random (statistical) copolymers:
Candidates for new proton exchange membranes,” J. Memb. Sci., vol. 197, no. 1–2, pp.
231–242, 2002.
[42] T. Yoshitake et al., “Preparation of fine platinum catalyst supported on single-wall carbon
nanohorns for fuel cell application,” Phys. B Condens. Matter, vol. 323, no. 1–4, pp. 124–
126, 2002.
[43] S. B. Park, S. Kim, Y. Il Park, and M. H. Oh, “Fabrication of GDL microporous layer
using PVDF for PEMFCs,” in Journal of Physics: Conference Series, 2009, vol. 165.
[44] T. Nakayama, H. Matsuda, K. Kimura, and H. Ino, “Mössbauer Spectroscopy and
Electrical Conductivity of Fe-Dopedβ-Rhombohedral Boron,” J. Solid State Chem., vol.
133, no. 1, 1997.
[45] R. R. Bessette, M. G. Medeiros, C. J. Patrissi, C. M. Deschenes, and C. N. Lafratta,
“Development and characterization of a novel carbon ® ber based cathode for semi-fuel
cell applications,” J. Power Sources, vol. 96, pp. 240–244, 2001.
[46] R. Moreira, M. Havranek, and D. Sames, “New fluorogenic probes for oxygen and
carbene transfer: A sensitive assay for single bead-supported catalysts,” J. Am. Chem.
Soc., vol. 123, no. 17, pp. 3927–3931, 2001.
[47] T. Shimizu, T. Momma, M. Mohamedi, T. Osaka, and S. Sarangapani, “Design and
fabrication of pumpless small direct methanol fuel cells for portable applications,” J.
Power Sources, vol. 137, no. 2, pp. 277–283, 2004.
[48] S. Park, J. W. Lee, and B. N. Popov, “A review of gas diffusion layer in PEM fuel cells:
Materials and designs,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 37, no. 7, pp. 5850–5865, 2012.
[49] M. Baldauf and W. Preidel, “Status of the development of a direct methanol fuel cell,” J.
Power Sources, vol. 84, no. 2, pp. 161–166, 1999.
[50] S. Litster and G. McLean, “PEM fuel cell electrodes,” J. Power Sources, vol. 130, no. 1–
2, pp. 61–76, 2004.
[51] L. Cindrella et al., “Gas diffusion layer for proton exchange membrane fuel cells-A
review,” J. Power Sources, vol. 194, no. 1, pp. 146–160, 2009.
[52] M. S. Wilson, F. H. Garzon, K. E. Sickafus, and S. Gottesfeld, “Surface Area Loss of
Supported Platinum in Polymer Electrolyte Fuel Cells,” vol. 140, no. 10, pp. 2872–2877,
1993.
[53] G. A. Eisman, “The application of Dow Chemical’s perfluorinated membranes in proton-
exchange membrane fuel cells,” J. Power Sources, vol. 29, no. 3–4, pp. 389–398, 1990.
[54] J. Lu, W. Huang, Z. Ping, and P. Machinery, “Preparation of thick PZT film by
electrostatic spray deposition (ESD) for the application in micro-system technology,”
Dep. Precis. Mach. Instrum, Univ Sci Tech China., vol. 184, no. 1882, pp. 200–201, 2001.
[55] A. Rowe and X. Li, “Mathematical modeling of proton exchange membrane fuel cells,” J.
Power Sources, vol. 102, no. 1–2, pp. 82–96, 2001.
[56] A. Pozio, M. De Francesco, A. Cemmi, F. Cardellini, and L. Giorgi, “Comparison of high
surface Pt/C catalysts by cyclic voltammetry,” J. Power Sources, vol. 105, no. 1, pp. 13–
19, 2002.
[57] A. T. Haug, R. E. White, J. W. Weidner, and W. Huang, “Development of a Novel CO
Tolerant Proton Exchange Membrane Fuel Cell Anode,” J. Electrochem. Soc., vol. 149,
no. 7, p. A862, 2002.
[58] M. Prasanna, H. Y. Ha, E. A. Cho, S. A. Hong, and I. H. Oh, “Influence of cathode gas
diffusion media on the performance of the PEMFCs,” J. Power Sources, vol. 131, no. 1–2,
pp. 147–154, 2004.
[59] E. Gülzow et al., “Dry layer preparation and characterisation of polymer electrolyte fuel
cell components,” J. Power Sources, vol. 86, no. 1–2, pp. 352–362, 2000.
[60] C. S. Kong, D. Y. Kim, H. K. Lee, Y. G. Shul, and T. H. Lee, “Influence of pore-size
distribution of diffusion layer on mass-transport problems of proton exchange membrane
fuel cells,” J. Power Sources, vol. 108, no. 1–2, pp. 185–191, 2002.
[61] H. S. Yoon, S. W. Choi, D. Lee, and B. H. Kim, “Synthesis and characterization of Gd1-
xSrxMnO3 cathode for solid oxide fuel cells,” J. Power Sources, vol. 93, no. 1–2, pp. 1–7,
2001.
[62] M. J. Escudero, E. Hontañón, S. Schwartz, M. Boutonnet, and L. Daza, “Development and
performance characterisation of new electrocatalysts for PEMFC,” J. Power Sources, vol.
106, no. 1–2, pp. 206–214, 2002.
[63] T. Frey and M. Linardi, “Effects of membrane electrode assembly preparation on the
polymer electrolyte membrane fuel cell performance,” Electrochim. Acta, vol. 50, no. 1,
pp. 99–105, 2004.
[64] A. Oedegaard, C. Hebling, A. Schmitz, S. Møller-Holst, and R. Tunold, “Influence of
diffusion layer properties on low temperature DMFC,” J. Power Sources, vol. 127, no. 1–
2, pp. 187–196, Mar. 2004.
[65] A. Lindermeir, G. Rosenthal, U. Kunz, and U. Hoffmann, “On the question of MEA
preparation for DMFCs,” J. Power Sources, vol. 129, no. 2, pp. 180–187, 2004.
[66] R. Liu and E. S. Smotkin, “Array membrane electrode assemblies for high throughput
screening of direct methanol fuel cell anode catalysts,” J. Electroanal. Chem., vol. 535,
no. 1–2, pp. 49–55, 2002.
[67] S. P., H. S., and P. E., “ACTIVITY AND STABILITY TESTS IN PHOSPHOTUNGSTIC
ACID ELECTROLYTE FUEL CELL,” J. Power Sources, vol. 65, no. 1–2, pp. 281–282,
1997.
[68] E. Antolini, R. . Passos, and E. . Ticianelli, “Effects of the carbon powder characteristics
in the cathode gas diffusion layer on the performance of polymer electrolyte fuel cells,” J.
Power Sources, vol. 109, no. 2, pp. 477–482, 2002.
[69] S. Park, J. W. Lee, and B. N. Popov, “Effect of PTFE content in microporous layer on
water management in PEM fuel cells,” J. Power Sources, vol. 177, no. 2, pp. 457–463,
2008.
[70] P. Chang, G. S. Kim, K. Promislow, and B. Wetton, “Reduced dimensional computational
models of polymer electrolyte membrane fuel cell stacks,” J. Comput. Phys., vol. 223, no.
2, pp. 797–821, 2007.
[71] J. P. Owejan, T. A. Trabold, D. L. Jacobson, D. R. Baker, D. S. Hussey, and M. Arif, “In
situ investigation of water transport in an operating PEM fuel cell using neutron
radiography: Part 2 - Transient water accumulation in an interdigitated cathode flow
field,” Int. J. Heat Mass Transf., vol. 49, no. 25–26, pp. 4721–4731, 2006.
[72] G. Lin, W. He, and T. Van Nguyen, “Modeling Liquid Water Effects in the Gas Diffusion
and Catalyst Layers of the Cathode of a PEM Fuel Cell,” J. Electrochem. Soc., vol. 151,
no. 12, p. A1999, 2004.
[73] J. P. Owejan, T. A. Trabold, D. L. Jacobson, M. Arif, and S. G. Kandlikar, “Effects of
flow field and diffusion layer properties on water accumulation in a PEM fuel cell,” Int. J.
Hydrogen Energy, vol. 32, no. 17, pp. 4489–4502, 2007.
[74] P. T. Nguyen, T. Berning, and N. Djilali, “Computational model of a PEM fuel cell with
serpentine gas flow channels,” J. Power Sources, vol. 130, no. 1–2, pp. 149–157, 2004.
[75] T. Matsuura, M. Kato, and M. Hori, “Study on metallic bipolar plate for proton exchange
membrane fuel cell,” J. Power Sources, vol. 161, no. 1, pp. 74–78, 2006.
[76] J. Benziger, J. Nehlsen, D. Blackwell, T. Brennan, and J. Itescu, “Water flow in the gas
diffusion layer of PEM fuel cells,” J. Memb. Sci., vol. 261, no. 1–2, pp. 98–106, 2005.
[77] P. K. Sinha and C.-Y. Wang, “Liquid water transport in a mixed-wet gas diffusion layer of
a polymer electrolyte fuel cell,” Chem. Eng. Sci., vol. 63, no. 4, pp. 1081–1091, 2008.
[78] P. Krüger et al., “Synchrotron X-ray tomography for investigations of water distribution,”
J. Power Sources, vol. 196, no. 12, pp. 5250–5255, 2011.
[79] L. Chen, H.-B. Luan, Y.-L. He, and W.-Q. Tao, “Pore-scale flow and mass transport in
gas diffusion layer of proton exchange membrane fuel cell with interdigitated flow fields,”
Int. J. Therm. Sci., vol. 51, pp. 132–144, 2012.
[80] J. T. Gostick, M. A. Ioannidis, M. W. Fowler, and M. D. Pritzker, “Pore network
modeling of fibrous gas diffusion layers for polymer electrolyte membrane fuel cells,” J.
Power Sources, vol. 173, no. 1, pp. 277–290, 2007.
[81] A. Bazylak, “Liquid water visualization in PEM fuel cells: A review,” Int. J. Hydrogen
Energy, vol. 34, no. 9, pp. 3845–3857, 2009.
[82] D. Thompsett, “David Thompsett,” Situ, 2003.
[83] F. Lufrano, I. Gatto, P. Staiti, V. Antonucci, and E. Passalacqua, “Sulfonated polysulfone
ionomer membranes for fuel cells,” pp. 0–4, 2001.

Anda mungkin juga menyukai