Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat
pelaku bisnis meningkatkan kinerja perusahaan untuk mempertahankan dalam
persaingan usaha yang terjadi. Selain mempertahankan di dunia usaha,
perusahaan dapat membuat suatu laporan keuangan yang dapat digunakan
sebagai informasi kepada pengguna laporan. Laporan keuangan yang
dikeluarkan tersebut harus sesuai dengan Satandar Akuntansi Keuangan yang
telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Banyak perusahaan yang kurang memperhatikan terhadap laporan
keuangan tersebut apakah sudah sesuai atau kurang sesuai dengan Standar
Akuntansi yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, perusahaan dapat
menggunakan jasa audit yang dianggap independen dalam memeriksa laporan
keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah dengan menggunakan jasa
auditor eksternal yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik.
Profesi Akuntan Publik merupakan sebuah profesi keprcayaan
masyarakat bisnis, dimana eksistensinya dari ke waktu semakin diakui oleh
masyarakat bisnis itu sendiri. Dari profesi akuntan publik, masyarakat
mengharapkan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang
disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi
akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan
yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Mengingat peranan akuntan
publik sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha, maka mendorong para
akuntan publik ini untuk benar-benar memahami pelaksanaan etika yang
berlaku dalam menjalankan profesinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari uraian diatas adalah sebagai berikut :
1. Apa itu Auditing ?
2. Apa perbedaan Auditing dan Akuntansi serta tahapan-tahapannya ?

1
3. Apa alasan diperlukannya Audit ?
4. Apa saja jenis-jenis Audit ?
5. Apa itu Profesi Akuntan publik ?
6. Apa saja Standar Profesional Akuntan Publik ?
7. Apa saja Kode Etik Akuntan Indonesia ?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami pengertian Auditing
2. Memahami perbedaan Auditing dan Akuntansi serta tahapan-tahapannya
3. Memahami alasan diperlukannya Audit
4. Mengetahui apa saja jenis-jenis Audit
5. Memahami apa itu Profesi Akuntan publik
6. Mengetahui Standar Profesional Akuntan Publik
7. Memahami Kode Etik Akuntan Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AUDITING
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,
karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir
pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian
umumnya, merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai
kesimpulan tentang reabilitas dari pernyataan seseorang.
Dalam pengertian yang lebih sempit, atestasi merupakan: “komunikasi
tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibiitas dari asersi
tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya”. Seorang akuntan
publik, dalam perannya sebagai auditor, memberikan atestasi mengenai kewajaran
dari laporan keuangan sebuah entitas. Akuntan publik juga memberikan jasa ate
stasi lainnya, seperti membuat laporan mengenai internal control, dan laporan
keuangan prospektif.
Akhir-akhir ini, akuntan publik mulai melakukan jenis jasa assurance
lainnya. Commitee Assurance Services dari AICPA mendefinisikan assurance
services sebagai berikut: “Jasa seorang profesional yang independen yang
meningkatkan kualitas informasi untuk para pengambil keputusan”. Assurance
service mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari auditing atau atestasi.
Misalnya, suatu perusahaan bisa saja meminta akuntan publiknya untuk
mengevaluasi keandalan sistem informasinya, atau menilai kecukupan dari
sistemnya untuk mengelola risiko bisnis, atau menilai efektivitas dari sistem
pengukuran kinerja.
Ada beberapa pengertian Auditing (Pemeriksaan Akuntan) yang
diberikan oleh beberapa sarjana di bidang akuntansi antara lain:

Konrath (2002: 5) mendefinisikan auditing sebagal:


“suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi
bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian

3
ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan
kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.

Ada beberapa hal yang penting dari pengertian tersebut, yang perlu dibahas lebih
lanjut.
Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya. Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri atas Laporan Posisi
Keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensitu laporan perubahan ekuitas,
dan laporan arus kas. Catatan-catatan pembukuan terdiri atas buku harian (buku
kas/bank, buku penjualan, buku pembelian, buku serba serbi), buku besar, sub
buku besar (piutang, liabilities, aset tetap, kartu persediaan).
Bukti-bukti pendukung antara lain bukti penerimaan dan pengeluaran
kas/bank, faktur penjualan, journal voucher dan lain-lain.
Dokumen lain yang perlu diperiksa adalah notulen rapat direksi dan
pemegang saham, Akta pendirian, kontrak, perjanjian kredit dan lain-lain.
Laporan Posisi Keuangan (Statement of financial position) adalah
suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan (berapa
aset, Iiabilities dan ekuitas) pada suatu saat tertentu.
Laporan Laba Rugi Komprehensif (statement of comprehensive
income) adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil usaha suatu perusahaan
secara keseluruhan (berapa pendapatan, beban dan laba atau rugi) untuk suatu
periode tertentu.
Laporan Perubahan Ekuitas (Changes in Equity) adalah suatu laporan
yang menggambarkan perubahan ekuitas (berapa retained earnings awal, laba
rugi, pembagian dividend dan retained earnings akhir) untuk suatu periode te ntu.
Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) adalah suatu laporan yang
menggambarkan arus kas (arus masuk dan arus keluar kas atau setar, kas) selama
suatu periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan
pembelanjaan.

4
Perlu diperhatikan bahwa laporan keuangan disusun oleh manajemen, dan
manajemen bertanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan tersebut.
Akuntan publik bertugas untuk memeriksa laporan keuangan tersebut dan
bertanggung iawab atas opini (pendapat) yang diberikannya atas kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Kedua, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis.
Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik berpedoman pada Standar
Profesional Akuntan Publik (di USA: Generally Accepted Auditing Standards),
menaati Kode Etik IAI dan Aturan Etika Profesi Akuntan Publik serta mematuhi
Standar Pengendalian Mutu.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus
merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai, dengan
membuat apa yang disebut rencana pemeriksaan (Audit Plan). Dalam audit plan
antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama jangka waktu
pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang audit staff
yang ditugaskan, masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang
auditing, akuntansi (accounting), perpajakan dan lain-lain. Selain itu dalam audit
plan, akuntan publik harus menetapkan batas materialitas dan memperhitungkan
risiko audit.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara kritis, pemeriksaan tersebut
harus dipimpin oleh seorang yang mempunyai gelar akuntan (registered
accountant), sertifikasi CPA dan mempunyai izin praktik sebagai akuntan publik
dari Menteri Keuangan. Pelaksana pemeriksaan haruslah seorang yang
mempunyai pendidikan, pengalaman dan keahlian di bidang akuntansi,
perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntan.
Kalau akuntan publik dan audit stafnya tidak mempunyai keahlian
tersebut, tidak mungkin pemeriksaan dilakukan secara kritis (Cermat, hati-hati dan
waspada terhadap kemungkinankemungkinan terjadinya penyimpangan, salah saji
material atau kesalahan).
Ketiga, pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu
akuntan publik. Akuntan Publik harus independen, dalam arti, sebagai pihak
diluar perusahaan yang diperiksa, tidak boleh mempunyai kepentingan tertentu di

5
dalam perusahaan tersebut (misal, sebagai pemegang saham, direksi atau dewan
komisaris), atau mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari pemegang
saham, direksi atau dewan komisaris). Akuntan Publik harus independen, baik in-
fact maupun in-appearance dan in mind karena sebagai orang kepercayaan
masyarakat, harus bekerja secara objektif, tidak memihak ke pihak manapun dan
melaporkan apa adanya.
Keempat, tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.
Laporan keuangan yang wajar adalah yang disusun berdasarkan standar
akuntansi yang berlaku umum (di Indonesia: Standar akuntansi yang berlaku
umum di lndonesia yang dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan, di
USA: Generally Accepted Accounting Principles), diterapkan secara konsisten
dan tidak mengandung kesalahan yang material (besar atau signifikan). Akuntan
Publik tidak dapat menyatakan bahwa laporan keuangan itu benar, karena
pemeriksaannya dilakukan secara sampling (test basis) sehingga mungkin saja
terdapat kesalahan dalam laporan keuangan tetapi jumlahnya tidak material (kecil
atau immaterial) sehingga tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan.
Untuk perusahaan kecil dan menengah bisa memilih menggunakan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) atau PSAK sebagai dasar penyusunan
laporan keuangannya, sedangkan untuk perusahaan besar dan public company
harus menggunakan PSAK dan
mulai tahun 2012 menggunakan International Financial Reporting Standards
(IFRS).

Auditing dan Asersi Manajemen


Asersi adalah representasi manajemen mengenai kewajaran laporan keuangan.
Auditing
Standards Board (ASB), suatu badan yang dibentuk AICPA untuk
memformulasikan standar
auditing dan interpretasinya, mengklasifikasikan asersi laporan keuangan sebagai
berikut:

6
1. Existence atau occurance: Apakah semua aset, Iiabilities dan ekuitas yang
tercantum di Laporan Posisi Keuangan (neraca) betul-betul ada, dan/atau apakah
semua transaksi yang dipresentasikan dalam laporan laba rugi komprehensif betul-
betul terjadi ?
2. Completeness: Apakah ada aset, liabilities dan ekuitas, atau transaksi yang
dihilangkan dari laporan keuangan?
3. Rights and obligations: Apakah aset yang tercantum di Laporan Posisi
Keuangan (neraca) dimiliki perusahaan, dan apakah liabilities yang tercantum di
laporan posisi keuangan (neraca) merupakan liabilitas perusahaan per tanggal
laporan posisi keuangan?
4. Valuation atau allocation: Apakah aset, liabilities dan ekuitas dinilai dengan
tepat sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum (sekarang
SAK/ETAP/IFRS), dan apakah saldo-saldo sudah dialokasikan secara wajar
antara laporan posisi keuangan (neraca) dan laba rugi komprehensif (misalnya
asset cost vs deprecation expenses).
5. Presentation and disclosure: Apakah pengklasifikasian, seperti current versus
noncurrent assets and liabilities, dan operating versus nonoperating revenues and
expenses, sudah direfleksikan secara tepat di laporan keuangan, dan apakah
pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan sudah memadai agar laporan
keuangan itu tidak misleading (menyesatkan).
Tugas auditor adalah untuk menentukan apakah representasi (asersi)
tersebut betul-betul wajar; maksudnya, untuk meyakinkan “tingkat keterkaitan
antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan”. Untuk tujuan pelaporan
keuangan, yang dimaksud dengan kriteria yang ditetapkan adalah standar
akuntansi yang berlaku umum (GAAP), seperti yang terdapat dalam Statement of
Financial Accounting Standards (SFASs), Accounting Principles Board Opinion
(APBOs), Accounting Reseach Bulletins (ARBs) dan sumber-sumber lainnya. Di
Indonesia ETAP, PSAK dan atau IFRS.
Untuk mengevaluasi kewajaran, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti
yang mendukung atau menyangkal asersi tersebut. Dalam mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti-bukti audit, auditor harus menaati seperangkat standar yang

7
ditetapkan oleh Auditing Standards Boards dari AICPA. Standar-standar tersebut
disebut standar auditing yang diterima umum (GAAS).
Dengan berlakunya IFRS, standar auditing international yang berlaku
adalah lntemational Auditing Standard (IAS). Di Indonesia untuk audit
perusahaan kecil dan menengah standar auditnya adalah panduan audit bisnis
kecil (PABK), untuk audit perusahaan besar dan public company adalah SPAP
yang telah direvisi (2011) dan IAS.
Untuk tujuan audit, bukti terdiri atas “data akuntansi yang mendasar dan
semua informasi yang menguatkan yang tersedia untuk auditor”. Bukti tersebut
harus dikumpulkan secara objektif. Hampir semua audit dilakukan secara test
basis; maksudnya, auditor hanya memeriksa sampel dari transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian yang terjadi selama periode yang diaudit. Agar sampel tersebut
dapat mewakili populasi yang dites, auditor harus berhativ hati agar tidak terjadi
bias dalam proses seleksinya. Misalnya, auditor ingin meyakinkan dirinya
mengenai adanya kelebihan persediaan klien dengan cara mengambil sampel dari
persediaan tersebut dan memeriksa fisiknya.
Auditing merupakan suatu proses sistematik, yang terdiri atas langkah-
langkah yang berurutan, termasuk (1) evaluasi Internal accounting control (2) tes
terhadap substansi transaksi-transaksi dan saldo. Sistem akuntansi, mencakup
pengendalian intern yang
diperlukan, dan menghasilkan data yang tercantum dalam laporan keuangan.
Karena itu auditor mempelajari dan mengevaluasi pengendalian intern sebelum
melakukan tes atas substansi dari transaksi-transaksi dan saldo-saldo perkiraan
(substantive testing). Pengendalian intern yang kuat meningkatkan tingkat
kepercayaan auditor dan mengurangi jumlah tes atas transaksi-transaksi dan
saldosaldo perkiraan.
Auditor harus mengevaluasi bukti-bukti yang dikumpulkan. Bukti-bukti
tersebut harus sufficient (cukup) dan competent. Sufficient berarti bukti-bukti
diperiksa dalam jumlah yang cukup. Kecukupan bukti ditentukan oleh judgement
auditor dan tidak menjamin keakuratan laporan keuangan tetapi mengekspresikan
pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Jawaban atas
pertanyaan “berapa banyak bukti yang mencukupi untuk mendukung opini?” tidak

8
mudah didapat dan seringkali membutuhkan pelatihan dan pengalaman yang
cukup banyak sebagai auditor. Agar bisa disebut competent, bukti-bukti harus
valid dan relevan. Bukti yang valid harus dapat dipercaya (reliable) dan
meyakinkan (convincing) ; validity dihasilkan dari sistem informasi yang efektif.
Relevan berarti bukti tersebut berkaitan dengan tujuan pemeriksaan (audit
objectives). Pemeriksaan kelebihan persediaan, misalnya, membantu menentukan
keberadaan persediaan, tetapi tidak memberikan bukti yang kuat mengenai
penilaian yang tepat atas persediaan tersebut. Contoh lain, pemeriksaan dokumen-
dokumen yang mendukung transaksi-transaksi yang telah dicatat adalah relevan
untuk tujuan melokalisasi kesalahan dalam pencatatan transaksi, tetapi prosedur
tersebut tidak relevan untuk mengidentifikasi transaksi yang dihilangkan (tidak
dicatat) dari perkiraan (pos) tersebut. Akan tetapi, mentrasir dokumen ke
perkiraan (pos) tertentu merupakan prosedur yang lebih efektif untuk mendeteksi
penghilangan transaksi (omissions).
Auditor mengkomunikasikan hasil pekerjaan auditnya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Komunikasi tersebut merupakan puncak dari proses
atestasi, dan mekanismenya adalah laporan audit. Audit report tersebut
digabungkan dengan laporan keuangan dalam laporan tahunan kepada pemegang
saham dan menjelaskan ruang lingkup audit dan temuan-temuan audit. Temuan
tersebut diekspresikan dalam bentuk pendapat (opinion) mengenai kewajaran
laporan keuangan, maksudnya apakah posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas dan arus kas disajikan secara wajar. Pihak-pihak yang berkepentingan
khususnya pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat.

B. PERBEDAAN AUDITING DAN AKUNTANSI (ACCOUNTING) DAN


TAHAP-TAHAP AUDIT
1. Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting)
Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan publik memulai
pemeriksaannya dari angkaangka dalam laporan keuangan, lalu dicocokkan
dengan neraca saldo (trial balance), buku besar (general Iedger), buku harian
(special journals), bukti-bukti pembukuan (documents) dan sub buku besar
(sub-Iedgel). Sedangkan accounting mempunyai sifat konstruktif, karena

9
disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub
buku besar, neraca saldo sampai menjadi laporan keuangan. Akuntansi
(Accounting) dilakukan oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi) dengan
berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan atau ETAP atau IFRS
sedangkan auditing dilakukan oleh akuntan publik (khususnya financial audit)
dengan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik, Kode Etik
Profesi Akuntan Publik dan Standar Pengendalian Mutu. Perbedaan auditing
dan accounting bisa digambarkan Seperti pada Gambar dibawah ini :
Secara umum, perbedaan accounting dengan audit dijelaskan dalam tabel
berikut.
Accounting Auditing
Metode Mengidentifikasi, mengukur, mencatat, Mengumpulkan &
mengklasifikasikan & mengikhtisarkan mengevaluasi
peristiwa & transaksi ekonomi bukti mengenai
informasi dalam
laporan keuangan
serta verifikasi
kewajaran
penyajiannya
Tujuan Mengkomunikasikan informasi Meningkatkan
keuangan yang relevan & realiable kredibilitas
untuk pengambilan keputusan laporan keuangan
yang dibuat
manajemen
Kriteria Standar Akuntansi Keuangan Standar Auditing
Hasil Laporan Keuangan Laporan Auditor

Tanggungjawab Manajemen bertanggung jawab atas Auditor


laporan keuangan yang dibuat bertanggungjawab
atas pernyataan
pendapat yang
diberikan

2. Tahapan-Tahapan Audit
Tahapan-tahapan audit (pemeriksaan umum oleh akuntan publik atas laporan
keuangan perusahaan) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh calon pelanggan (klien) yang
membutuhkan jasa audit.
b. KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk
membicarakan:

10
 alasan perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya (apakah
untuk kepentingan pemegang saham dan direksi, pihak bank/kreditor,
Bapepam-LK, Kantor Pelayanan Pajak, dan lain-Iain).
 apakah sebelumnya perusahaan pernah diaudit KAP lain.
 apa jenis usaha perusahaan dan gambaran umum mengenai perusahaan
tersebut.
 apakah data akuntansi perusahaan diproses secara manual atau dengan
bantuan komputer.
 apakah sistem penyimpanan bukti-bukti pembukuan cukup rapih.
c. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain berisi:
jenis jasa yang diberikan, besarnya biaya audit (audit fee), kapan audit
dimulai, kapan laporan harus diserahkan, dan lain-lain. Jika perusahaan
menyetujui, audit proposal tersebut akan menjadi Engagement Letter (Surat
Penugasan/Perjanjian Kerja).
d. KAP melakukan audit field work (pemeriksaan lapangan) dikantor klien.
Setelah audit field work selesai KAP memberikan draft audit report kepada
klien, sebagai bahan untuk diskusi. Setelah draft report disetujui klien, KAP
akan menyerahkan final audit report, namun sebelumnya KAP harus
meminta Surat Pernyataan Langganan (Client Representation Letter) dari
klien yang tanggalnya sama dengan tanggal audit report dan tanggal
selesainya audit field work.
e. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan Management Letter
yang isinya memberitahukan kepada manajemen mengenai kelemahan
pengendalian intern perusahaan dan saran-saran perbaikannya.

C. ALASAN DIPERLUKAN AUDIT


Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang pemiliknya adalah para pemegang
saham.
Biasanya setahun sekali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
para pemegang saham akan meminta penanggungjawaban manajemen perusahaan
dalam bentuk laporan keuangan.

11
Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu
diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena:
a. Jika tidak di audit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut
mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena
itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa
pengecualian (unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa
yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material
dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp. 25 milyar ke atas harus
memasukkan audited financial statements nya ke Departemen Perdagangan
dan Perindustrian.
d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial
statements-nya ke Bapepam-LK paling lambat 90 hari setelah tahun buku.
e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh
pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang
belum diaudit.

D. JENIS-JENIS AUDIT
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat
mengenal kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan
tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik atau ISA atau Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan
memperhatikan Kode Etik Akuntan lndonesia, Kode Etik Profesi Akuntan
Publik serta Standar Pengendalian Mutu.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

12
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan audit) yang
dilakukan oleh KAP yang independen. dan pada akhlr pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos
atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang
dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah
terdapat kecurangan terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan.
Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang usaha,
penjualan, dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya
memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap
penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan,
berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operasinya.

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:


1. Management Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh
manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan
secara efektif, efisien dan ekonomis.
Pendekatan audit yang biasa dilakukan adalah menilai efisiensi,
efektivitas, dan keekonomisan dari masing-masing fungsi yang terdapat dalam
perusahaan. Misalnya: fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi produksi, fungsi
pergudangan dan distribusi, fungsi personalia (sumber daya manusia), fungsi
akuntansi dan fungsi keuangan.
Prosedur audit yang dilakukan dalam suatu management audit tidak
seluas audit prosedur yang dilakukan dalam suatu general (financial) audit, karena
ditekankan pada evaluasi terhadap kegiatan operasi perusahaan.
Biasanya audit prosedur yang dilakukan mencakup:
 Analytical review procedures, yaitu membandingkan laporan keuangan
periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya serta
analisis rasio (misalnya menghitung rasio likuiditas, dan profitabilitas untuk

13
tahun berjalan maupun tahun lalu, dan membandingkannya dengan rasio
industri).
 Evaluasi atas management control system yang terdapat di perusahaan.
Tujuannya antara lain untuk mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian
manajemen dan pengendalian intern (internal control) yang memadai dalam
perusahaan, untuk menjamin keamanan harta perusahaan, dapat
dipercayainya data keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan dan
kecurangan.
 Pengujian Ketaatan ( Compliance Test)
Untuk menilai efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian
manajemen
dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan,
sehingga bisa diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan
akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan
manajemen perusahaan.

Ada 4 (empat) tahapan dalam suatu manajemen audit:


1) Survel Pendahuluan (Prellmlnary Survey)
Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai
bisnis perusahaan yang dilakukan melalul tanya Jawab dengan manajemen
dan staf perusahaan serta penggunaan questionnaires.
2) Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen
(Review and Testlng of Management Control System)
Untuk mengevaluasi dan menguji efektivitas dari pengendalian
manajemen yang terdapat di perusahaan. Biasanya digunakan management
control questionnaires (ICQ), flowchan dan penjelasan narrative serta
dilakukan pengetesan atas beberapa transaksi (walk through the
documents).
3) Pengujian Terinci (Detailed Examination)
Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui
apakah prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan

14
manajemen. Dalam hal ini auditor harus melakukan observasi terhadap
kegiatan dari fungsi-fungsi yang terdapat di perusahaan.
4) Pengembangan Laporan (Report Development)
Dalam menyusun laporan pemeriksaan, auditor tidak memberikan opini
mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan, Laporan yang dibuat
mirip dengan management letter, karena berisi temuan pemeriksaan (audit
findings) mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria (standara)
yang berlaku yang menimbulkan inefisiensi, inefektivitas dan
ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam sistem pengendalian
manajemen (management control system) yang terdapat di perusahaan.
Selain itu auditor juga memberikan saran-saran perbaikan.

Management audit bisa dilakukan oleh:


 Internal Auditor
 Kantor Akuntan Publik
 Management Consultant

Yang penting adalah bahwa tim management audit harus mencakup berbagai
disiplin ilmu misalnya akuntan, ahli manajemen produksi, pemasaran, keuangan,
sumber daya manusia, dan Iain-lain.
Menurut Aren et. all. (2011: 825) ada 3 jenis operasional audit yaitu:
1. Functional Audits: untuk menilai 3E dari berbagai fungsi dalam perusahaan
seperti fungsi akuntansi, fungsi produksi, fungsi marketing dan lain-lain.
2. Organizational Audits: untuk menilai 3E dari keseluruhan organisasi
perusahaan. Perencanaan organisasi dan metode untuk koordinasi aktivitas
merupakan hal yang sangat penting dalam jenis audit ini.
3. Special assigment, timbul atas permintaan manajemen misalnya mengaudit
penyebab tidak efektifnya IT system, investigasi kemungkinan terjadinya fraud di
suatu bagian dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu
produk.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Campllance Audit)

15
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati
peraturan -peraturan dan kebijakan-kebiiakan yang berlaku, baik yang ditetapkan
oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak
eksternal (Pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak,
dan Iain-Iain)Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh KAP maupun Bagian Internal
Audit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
Pemeriksaan yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan
dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya
tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-
pihak di luar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan
orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor berisi temuan
pemeriksaan (audit findings) mengenai

penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian internal,


beserta saran-saran perbaikannya (recommendations).

4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya
dengan menggunakan Electronic Data Processing ( EDP) System.
Ada 2 (dua) metode yang bisa dilakukan auditor :
1. Audit Around The Computer
Dalam hal ini auditor hanya memeriksa input dan output dari EDP system
tanpa melakukan tes terhadap proses dalam EDP system tersebut.
2. Audit Through The Computer
Selain memeriksa input dan output, Auditor juga melakukan tes proses
EDP-nya. Pengetesan tersebut (merupakan compliance test) dilakukan
dengan menggunakan Generalized Audit Software, ACL dll dan
memasukkan dummy data (data palsu) untuk mengetahui apakah data

16
tersebut diproses sesuai dengan sistem yang seharusnya. Dummy data
digunakan agar tidak mengganggu data asli. Dalam hal ini KAP harus
mempunyai Computer Audit Specialist yang merupakan auditor
berpengalaman dengan tambahan keahlian di bidang computerinformation
system audit.

Dalam mengevaluasi Internal Control atas EDP system, auditor menggunakan


lntemal Control Questionnaires untuk EDP system. Internal control dalam EDP
system terdiri atas:
1. General Control
2. Application Control
ad.1. General Control
Berkaitan dengan organisasi EDP Department, prosedur dokumentasi,
testing
dan otorisasi dari original system dan setiap perubahan yang akan dilakukan
terhadap sistem tersebut. Selain itu juga menyangkut control yang terdapat
dalam hardware-nya.
ad.2. Application Control
Berkaitan dengan pelaksanaan tugas yang khusus oleh EDP Department
misalnya membuat daftar gali. Selain Itu dimaksudkan untuk meyakinkan
bahwa data yang diinput, processing data, output dalam bentuk print out
bisa dilakukan secara akurat sehingga bisa menghasilkan informasi yang
akurat dan dapat dipercaya.

E. PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Akuntan Publik merupakan profesi yang beraktivitas utama dalam


pekerjaan audit eksternal. Audit harus dilakukan secara profesional oleh orang
yang independen dan kompeten. Persyaratan auditor, pekerjaan sampai
laporannya diatur oleh standar audit. Standar audit tidak akan terlepas dari etika,
apalagi profesi akuntan publik adalah profesi yang memerlukan tingkat
kepercayaan yang tinggi dari publik. Standar audit ini berfungsi sebagai pijakan
akuntan publik dalam merencanakan, melakukan aktivitas dan melaporkan hasil

17
pekerjaannya. Sehingga dengan dipakainya standar audit, hal yang dilarang dapat
dihindari oleh akuntan publik, sedangkan hal yang diwajibkan dapat dilaksanakan
dengan baik. Akuntan publik juga dapat merupakan akuntan yang menjalankan
fungsi pemeriksaan secara bebas/independen terhadap laporan keuangan
perusahaan atau organisasi lain,serta memberikan jasa kepada pihak-pihak yang
memerlukan.
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, akuntan publik dituntut untuk dapat
lebih meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya dalam memberikan jasa.
Akuntan publik sebagai auditor eksternal dituntut untuk memiliki dedikasi
terhadap profesinya mengikuti kode etik profesi yang ditetapkan oleh organisasi
profesinya yaitu, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yang terdiri dari standar
umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan guna menunjukkan
profesionalisme (Hery dan Merrina Agustiny, 2007).
Menurut (Hery dan Merrina Agustiny, 2007) ada elemen penting yang
dimiliki oleh akuntan, yaitu keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi
atau standar penususnan laporan keuangan, standar pemeriksaan/auditing, etika
profesi dan pemahaman terhadap lingkungan bisnis yang diaudit. Persyaratan
utam yang harus dimiliki oleh auditor adalah wajib memegang teguh aturan etika
profesi yang berlaku.
1. Jasa yang Dihasilkan oleh Profesi Akuntan Publik
Adapun Jasa yang dihasilkan akuntan publik: Jasa Assurance, Jasa
Atestasi dan Jasa Non Assurance.
a. Jasa Assurance
Adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi
bagi pengambil keputusan. Jasa assurance terdiri dari audit, pemeriksaan
(examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon
procedure). Dalam peningkatan mutu untuk pengambilan keputusan. Jasa
Assurance dapat disediakan oleh profesi akuntan publik atau berbagai profesi
lain. Contoh jasa assurance yang disediakan oleh profesi lain adalah jasa
pengujian berbagai produksi oleh organsiasi konsumen, jasa pemeringkatan
televisi (television rating) atau jasa pemeringkatan radio (radio rating).
b. Jasa Atestasi

18
Adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen
dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal
yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Atestasi adalah
pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang implisit dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis,
asersi merupakan pernyatan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai
dengan akuntansi berterima umum (generally accepted accounting
principles). Dibagi menjadi 4 jenis:
1. Audit
Mencangkup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari
laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat
oleh manajemen entitas tersebut. Atas dasar audit yang dilaksanakan
terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor menyatakan
suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil
usaha entitas sesuai dengan prinsio akuntansi berterima umum.
2. Pemeriksaan (Exminatoin)
Berupa pernyataan suatu pendapat atas kesesuaian asersi yang
dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah ditetapkan. Contoh:
pemeriksaan terhadap inforomasi keuangan prospektif dan pemeriksaan
untuk menentukan kesesuaian pengenda;ian intern suatu entitas dengan
kriteria yang ditetapkan oleh instansi pemerintah.
3. Review
Berupa permintaan keterangan dan prosedur analitik terhadap
informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan
keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam informasi
keuangan tersebut. Keyakinan negatif lebih rendah tingkatnya
dibandingkan dengan keyakinan positif yang diberikan oleh akuntan
publik dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan, karena lingkup prosedur
yang digunakan oleh akuntan publik dalam pengumpulan bukti lebh
sempit dalam jasa review dibandingkan dengan yang dignakan dalam
jasa audit dan jasa pemeriksaan. Dalam menghasilkan jasa audit dan

19
pemeriksaan, akuntan publik melaksanakan berbagai prosedur:
inspeksi; observasi, konfirmasi, permintaan keterangan,
pengusutan (tracing), pemeriksaan bukti
pendukung (vouching), pelaksanaan ulangn (reperforming), dan
analisis.

4. Prosedur yang disepakati (Agreed-upon procedures)


Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh
akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien
dnegan akuntan publik. Contoh: klien dan akuntan bersepakat bahwa
prosedur tertentu akan diterapkan terhadap unsur atau akun tertentu
dalam suatu laporan keuangan, bukan terhadap semua unsur laporan
keuangan.
c. Jasa Nonassurance
Adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia
tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau
bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi
akuntan publik adalah:
1. Jasa kompilasi
Melakukan berbagai jasa akuntansi klien nya sampai dengan
penyusunan laporan keuangan.
2. Jasa perpajakan
Bantuan dalam pengisian pemberitahuan pajak tahunan (SPT)
pakjak penghasilan, perencanaan pajak, dan bertindak mewakili
kliennya dalam menghadapi masalah perpajakan,

3.  jasa konsultasi, meliputi:


-.Konsultasi (consultations)
Fungsi praktisi adalah memberikan konsultasi atau saran
profesional yang memerlukan respon segera. Contoh: review dan
komentar terhadap bisnis buatan klien.
- Jasa pemberian saran profesianal (advisory services)

20
Berfungsi mengembangkan temuan, simpulan, dan ekomendasi
untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh: review
operasional dan improve study, analisis terhadap suatu sistem
akuntansi, dll.
- Jasa implementasi
Berfungsi mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan.
Contoh: penyediaan jasa instalasisistem komputer dan jasa
pendukung yang berkaitan, pelaksanaan tahap-tahap peningkatan
produktvitas, dll
- Jasa transaksi
Berfungsi menyediakan jasa yang berhubungan dnegan beberapa
transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga.
- Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya
Berfungsi menyediuakan staf yang memadai (dalam hal
kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain
untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien
- Jasa Produk
Berfungsi menyediakan bagi klien suatu peroduk tertentu. Contoh:
penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan
implementasi perangkat lunak komputer, dll.

F. STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Terdapat lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan
sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik:
a. Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis standar auditing
terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing
(PSA) , PSA terdiri dai ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus
diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit, termasuk
dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA)  yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan yang bersifat

21
mengikat bagi anggota Ikatan Akuntansi Indonesia yang berpraktik sebagai
Akuntan Publik.
b. Standar Aretasi
Memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencangkup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas
laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam
jasa non audit
c. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik
yang mencakup jasa akuntansi dan review, termasuk didalamnya adalah
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAR.
d. Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik di didalam penyediaan jasa
konsultansi bagi masyarakat. Menyajikan temuan, simpulan dan rekomendasi
yang sifat dan lingku pekerjaannya ditentukan oleh perjanjian antara praktisi
dengan kliennya.
e. Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan
pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan meatuhi
berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar professional Akutnan
Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akutnan Publik yang diterbitkan oleh
Kompartemen Akuntan Publik.
Terdapat hubungan antara Standar Atestasi dan Standar Auditing. Standar
astestasi disusun untuk memberikan panduan umum semua jenis perikatan atestasi
yang mencangkup jasa pemeriksaan (exmination), review, dan kompilasi terhadap
asersi manajemen. Jasa pemeriksaan yang dicakup oleh standar atestasi meliputi
pemeriksaan terhadap laporan keuangan historis (dikenal dengan istilah auditing)
dan lapiran keuangn prospektif. Sedangkan jasa pemeriksaan terhadap laporan
keuangan historis diatur secara khusus oleh Dewan Atestasi yang khusus

22
mengatur mutu jasa akuntan publik yang berkaina dengan pemeriksaan laporan
keuangan historis.
Dalam hal ini auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan
keuangan suatu perusahaan atau orangaisasi lain dengan tuuan menentukan
apakah laporan keuanga tersebut menyajikan secara wajar atau tidak. Auditing
bukan merupakan cabang akuntansi, tetapi suatu disiplin bebas, yang
mendasarkan diri pada hasil kegiatan akuntansi dan daata kegiatan lain. Akuntansi
merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian
transaksi keuangan perusahaan atau organisasi lain, hasil akhir: laproan keuangan.
Dipihak lain, auditing ditunjukan untuk menetukan secara objektif keandalan
informasi yang disampaikan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Profesi
akunan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingakat keandalan laporan
keuangan perusahan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh
informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-
sumber ekonomi.

G. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA


Kode etik akuntan yang berlaku di Indonesia mengatur etika yang harus
dipatuhi oleh akuntan yang berpraktek di indonesoa baik akuntan public maupun
tipe akuntan yang lain. Kode etik akuntan Indonesia terdiri dari 3 bagian:
1. Kode etik akuntan secara umum
Mengatur hal – hal sebagai berikut :
-       Kepribadian
-       Kecakapan professional
-       Tanggung jawab
-       Pelaksanaan kode etik
-       Pelaksanaan kode etik dan penyempurnaannya
2. Kode etik khusus untuk akuntan public
-       Kepribadian
-       Kecakapan professional
-       Tanggung jawab kepada klien
-       Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

23
-       Tanggung jawab lainnya.
3. Penutup
Hanya berisi satu pasal yaitu mengatur tanggal berlakunya kode etik akuntan
Indonesia. Berikut Penjelasan dari Kode Etik Akuntan Indonesia sebagai
berikut :
- Kepribadian
Kepribadian akuntan disini diartikan sebagai kepribadian yang
independen dan obyektif. Independen diartikan sebagai sikap yang bebas dan
tidak tergantung kepada pihak lain. Sedangkan sikap yang obyektif diartikan
sebagai sikap yang tidak memihak dalam mempertimbangkan fakta dan
terlepas dari kepentingan pribadi. Indenpendensi akuntan public mempunyai
tiga aspek yaitu :
1. Independen dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam melakukan
pemeriksaan fakta yang ditemukan. Sikap ini disebut independence in
fact
2. Independen dalam penampilan atau independence in appearance.
Independence ini dipandang dari sudut pandang pihak lain yang
mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri akuntan.
3. Independence dipandang dari sudut keahlian

Misalnya akuntan yang tidak mengetahui tentang computer jika


memeriksa laporan keuangan yang diolah dengan computer dikatakan tidak
independence. Hal ini disebabkan akuntan tidak mempertimbangkan dengan
obyektif informasi keuangan yang dihasilkan computer.
Independence merupakan hal yang unik dalam profesi akuntan,
karena akuntan dituntut independence dari pengaruh klien sedangkan dilain
sisi akuntan dituntut memenuhi keinginan klien karena klienlah yang
membayar honorarioum.
Hal – hal yang diatur pada bagian ini adalah :
a. Kewajiban akuntan public untuk menjelaskan kepada staf dan ahli
yang bekerja padanya tentang keterikatannya dengan kode etik akuntan
Indonesia

24
b. Akuntan public tidak boleh menerima pekerjaan kecuali ia atau
kantornya mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan kompetensi
professional
c. Melarang akuntan public mengaitkan namanya dengan prediksi untuk
mencegah timbulnya kesan bahwa ia menjamin terwujudnya prediksi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Auditing menawarkan berbagai beragam peluang karir dalam
akuntan publik, industri dan pemerintahan. Masyarakat luas mengakui
kelebihan pengetahuan dan keterampilan auditor yang telah menjadikan
profesi auditor demikian tanggap pada permintaan yang kuat atas beragam

25
jasa atestasi lain dan jasa non atestasi. Auditing memberikan nilai tambah
bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak
yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan
pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas dan laporan arus kas. Auditing dan profesi akuntan public ini
merupakan suatu proses yang sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang
kejadian dan tindakan ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan untuk
menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Dalam melakukan pemeriksaan tersebut akuntan harus selalu
berpedoman pada tiga hal yakni : norma pemeriksaan akuntan, prinsip
akuntansi Indonesia, kode etik profesi. Norma pemeriksaan akuntan
merupakan tolak ukur mutu pekerjaan akuntan.
Peluang profesional yang memiliki keterampilan auditing dan
atestasi meningkat secara pesat saat ini dengan adanya teknologi informasi
yang berdampak sangat luas terhadap sistem laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing, buku 1. Jakarta: Salemba Empat.


http://mynewmyta.blogspot.com/2016/04//v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

26

Anda mungkin juga menyukai