Anda di halaman 1dari 13

PHARMACY, Vol.06 No.

01 April 2009 ISSN 1693-3591

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK DAN IRITASI PRIMER EKSTRAK ETANOL
JAHE MERAH (Zingiber officinale Roxb)

Iskandar Soedirman, Ika Yuni Astuti, Kristanti

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53182

Abstrak

Pemilihan dasar salep untuk sediaan topical sangat berpengaruh terhadap sifat
terapeutik. Pembuatan salep yang mengandung ekstrak bahan alam masih belum
banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh basis salep terhadap sifat
fisik dan iritasi primer ekstrak jahe. Pada penelitian ini dibuat dalam tiga basis adalah
basis salep hidrokarbon, basis salep emulsi dan basis salep larut dalam air. Semua
formula mengandung ekstrak etanol jahe 3%. Terhadap ketiga basis salep dilakukan uji
organoleptis, uji homogenitas, uji kelengketan, uji daya menyebar dan uji iritasi primer.
Metode analisis terhadap uji homogenitas, uji kelengketan dan uji daya menyebar
dilakukan dengan analisis deskriptif, sedangkan uji iritasi primer dianalisis dengan
menggunakan uji statistic satu arah. Hasil dari penelitian yang diperoleh menunjukan
bahwa ketiga basis salep mempunyai pengaruh yang berbeda dalam mengiritasi kulit.
Indek iritasi yang palingbesar berturut-turut adalah basis salep larut dalam air, basis
salep hidrokarbon dan basis salep emulsi.

Kata kunci: ekstrak jahe, basis salep, iritasi primer

Abstract

The choice of ointment bases for topical dosage from are very influence on
therapeutic effect. Ointment formulated which are content natural extract are still less.
The reseach abaut the influence of ointment bases on physical property and primary
irritation ginger ethanolic extract (Zingiber officinale Roxb). The aim of the reseach were
to know the influence of ointment base on physical property and primary irritation effect.
In this research maked hidrokarbon base, emulsion base and water soluble base. All
formulation content ginger ethanolic extract (Zingiber officinale Roxb) of 3%. On
ointment to the organoleptic test, homogeneity test, adhesive test and the area of
spread test with description analysis, while primary irritation test be analyzed use
statistic one way anova test. The result of the research be gotten show that third
ointment bases have different influence to skin irritation . The biggest irritation index in
succession is ointment water soluble base, hydrocarbon base and emulsion base.

Key word: ginger extract, ointment base, primary irritation

45
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Pendahuluan air. Basis salep hidrokarbon merupakan


Zingiber officinale secara basis ini sukar dicuci dan dapat
empiris digunakan sebagai obat anti digunakan sebagai penutup oklusif yang
bengkak, obat rematik dan obat sakit menghambat penguapan kelembaban
kepala. Berdasarkan penelitian secara normal dari kulit (Lachman,
formulasi sediaan topikal dari perasan 1994). Basis emulsi ada yang memiliki
rimpang Zingiber officinale Rosc dengan sifat emolien yang bagus dengan
menggunakan beberapa basis krim, kemampuan oklusif yang lebih rendah
yang diformuasi dalam bentuk semisolid dan lebih mudah dibersihkan
yang mengandung perasan jahe. Dalam dibandingkan dengan basis lemak
perasan jahe semua zat aktif ikut (Ansel,1989). Sedangkan basis larut
terperas sehingga diharapkan khasiat dalam air merupakan basis salep PEG ini
analgetik, anti bengkak (anti inflamasi), bercampur dengan eksudat kulit
dan anti reumatik akan tetap ada. Pada sehingga menjadi mudah dikeluarkan
penggunaan perasan jahe kurang stabil dari kulit (Lachman, 1994). Salep dibuat
hanya bertahan beberapa hari maka dengan menggunakan tiga macam
dalam penelitian ini digunakan ekstrak basis salep untuk dapat
etanol jahe supaya lebih stabil dan membandingkan basis mana
tahan lebih lama (Hendradi,dkk. 2000). memberikan sifat fisik yang lebih baik
Tahapan pendahuluan dari sediaan dan lebih besar daya iritasinya sehingga
topikal salep, agar dapat memberikan dapat memberikan efek analgetik yang
efek adalah melepaskan obat tersebut lebih baik.
dari dasar salepnya. Pemilihan dasar
salep yang dipakai dalam suatu Metode Penelitian
formulasi salep tergantung pada Alat dan Bahan
pemikiran yang cermat atas sejumlah Alat yang digunakan dalam
faktor, terutama laju pelepasan obat penelitian adalah sebagai berikut: labu
dari dasar salep yang diinginkan bahan takar (Pyrex), mortir dan stamper,
obat dari dasar salep (Sprowls, 1976). thermometer, beker gelas (Pyrex), gelas
Basis salep yang digunakan ukur (Pyrex), penangas air (Mommert),
dapat berupa basis salep hidrokarbon, oven (Mommert), timbangan analitik
basis emulsi dan basis salep larut dalam (Shimadzu), alat uji kelengketan, alat uji

46
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

daya menyebar salep. Untuk perlakuan Rimpang dikerok lapisan terluarnya


hewan uji digunakan alat pencukur (lapisan gabus), kemudian dicuci
bulu, gunting rambut, plester bedah dengan air bersih dan ditiriskan, hingga
untuk menutup kulit yang diberi bebas dari air cucian. Selanjutnya
perlakuan. rimpang- rimpang tersebut dikeringkan
Bahan yang digunakan dalam diatas tikar dengan sinar matahari.
penelitian adalah sebagai berikut: Selama pengeringan harus sering
ekstrak jahe merah, etanol 70%, malam dibolak balik dan harus dilindungi pada
putih, natrium lauril sulfat, PEG 4000, saat udara menjadi lembab.
PEG 400, propilen glikol, setil alkohol, Pengeringan tersebut berlangsung
vaselin putih, stearil alkohol, metil selama lima sampai enam hari. Untuk
paraben, propil paraben, air suling, dan mendapatkan hasil yang lebih putih,
kelinci putih. rimpang-rimpang yang telah
dikeringkan itu dilembabkan kembali,
Jalannya Penelitian lalu dikeringkan lagi disinar matahari
Pengambilan Bahan untuk selama dua hari. Berat rimpang
Rimpang jahe merah diambil jahe basah adalah 10 kg dan didapatkan
dari daerah Bumiayu, Jawa Tengah. 2,5kg rimpang kering. Simplisia yang
Determinasi sudah kering diserbuk dengan mesin
Determinasi dan deskripsi penyerbuk dan diayak dengan ayakan
dimaksudkan untuk menetapkan no.20 (Depkes RI, 1985 : 37).
kebenaran sampel yang digunakan Pembuatan Ekstrak Jahe
dalam penelitian. Determinasi rimpang Ekstrak dibuat dengan cara
jahe merah dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 70%.
mencocokkan ciri morfologi yang ada Satu bagian serbuk kering rimpang jahe
pada tanaman jahe merah terhadap dimasukkan dalam maserator,
pustaka dan dibuktikan di ditambah 10 bagian etanol 70%,
Laboratorium. direndam selama 6 jam sambil sekali-
Pembuatan Simplisia kali diaduk, kemudian didiamkan
Rimpang-rimpang yang sudah selama 24 jam. Maserat dipisahkan dan
bersih dimatikan dengan cara proses diulang 2 kali dengan jenis dan
mencelupkan ke dalam air mendidih. jumlah pelarut yang sama. Semua

47
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

maserat dikumpulkan dan diuapkan ditekan dengan beban 1 kg selama 5


dengan penguapan vakum sampai menit. Kedua obyek glass yang telah
diperoleh ekstrak kental. Randemen melekat satu sama lain dipasang pada
yang diperoleh ditimbang dan dicatat alat uji dengan beban 80 g . Dicatat
(Depkes RI, 2004:14-16). waktu yang diperoleh sampai
Pengujian Ekstrak terpisahnya kedua gelas obyek
a. Uji Susut Pengeringan tersebut.
Ditimbang seksama 2g ekstrak dalam Pembuatan Sediaan Salep
krus yang sebelumnya telah dipanaskan 1. Formula dengan basis Hidrokarbon
pada suhu penetapan 105°C selama 30 (Depkes RI, 1978 : 334).
menit dan telah ditara. Ekstrak dalam R/ Malam Putih 5g
krus diratakan dengan menggoyangkan Vaselin Putih 95 g
krus hingga merupakan lapisan yang Ekstrak Jahe 3g
rata kemudian dimasukan dalam oven, Cara membuat :
dibuka tutupnya, keringkan beserta Malam putih dilelehkan diatas
tutupnya pada suhu 105°C selama satu penangas air 75ºC, setelah sifat fisisnya
jam. Krus harus segera ditutup jika oven berubah mejadi cair ditambahkan
dibuka. Krus dimasukan eksikator vaselin putih, diaduk sampai homogen
selama 30 menit, biarkan dingin, dan dingin. Basis dicampur dalam
kemudian ditimbang. Pengeringan mortir yang berisi ekstrak jahe
dilanjutkan pada suhu 105°C sampai kemudian diaduk sampai homogen.
bobot tetap. Salep dimasukan dalam wadah, dan
b. Uji organoleptis disimpan dalam tempat terlindung
Dilakukan pemeriksaan untuk cahaya.
mendeskripsikan bentuk, warna, bau
dan rasa ekstrak.
c. Uji Daya Lekat
Gelas obyek ditandai seluas 2,5 cm x 2,5
cm, kemudian dicari titik tengahnya.
Kurang lebih 50 mg ekstrak diletakan
dititik tengah luasan tersebut, ditutup
dengan obyek glass lain, kemudian

48
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

2. Formula dengan basis emulsi PEG 4000 dilelehkan pada suhu 80ºC
(Sprowls, 1960) pada penangas air tambahkan setil
R/ Metilparaben 0,25 g alkohol sampai homogen. Setelah itu
Propilparaben 0,15 g PEG 400 campur sampai homogen.
Natrium lauril sulfat 1g Setelah dingin ditambahkan ekstrak
Propilen glikol 12 g jahe, aduk sampai homogen. Salep
Stearil alkohol 25 g dimasukan dalam wadah, dan disimpan
Vaselin putih 25 g dalam tempat terlindung cahaya.
Air murni 37 g
Ekstrak jahe 3g Hasil dan Pembahasan
Cara membuat : Hasil Determinasi Rimpang jahe Merah
Setil alkohol, vaselin putih di lelehkan Determinasi dimaksudkan
diatas penangas air pada suhu 75ºC, untuk memastikan bahwa tanaman
kemudian tambahkan propilparaben yang digunakan untuk penelitian adalah
(fase I). Natrium lauril sulfat dan benar-benar Zingiber officinalle Rosc.
propilen glikol dilarutkan dalam air Determinasi tanaman rimpang jahe
suling, dipanaskan diatas penangas air merah dilakukan dengan cara
pada suhu 75ºC, tambahkan mencocokkan ciri-ciri morfologi yang
metilparaben (faseII).Fase II dimasukan ada pada tanaman jahe merah terhadap
kedalam fase I pelan-pelan sambil kepustakaan dan dibuktikan di
diaduk sampai homogen. Ekstrak jahe laboratorium biologi universitas Jendral
ditambahkan dan diaduk sampai Soedirman purwokerto, Jawa Tengah.
homogen. Salep dimasukan kedalam Hasil pembuatan ekstrak Kental
wadah dan disimpan dalam tempat Rimpang Jahe Merah
terlindung cahaya. Dalam pembuatan ekstrak
3. Formulasi dengan basis larut air metode yang digunakan adalah
(Sprowl, 1960 : 334). maserasi berulang. Maserasi
R/ PEG 4000 47, 5 g merupakan cara penyarian sederhana
PEG 400 47, 5 g yang dilakukan dengan cara merendam
Setil alkohol 5g serbuk simplisisa dalam cairan penyari.
Ekstrak jahe 3g Cairan penyari akan menembus dinding
Cara membuat : sel yang masuk ke rongga sel yang

49
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

mengandung zat aktif. Zat aktif akan Hasil uji daya lengket ekstrak sebagai
larut karena adanya perbedaan berikut :
konsentrasi antara kelarutan zat aktif di Hasil pemeriksaan diperoleh
dalam sel dan di luar sel maka larutan berat rata-rata 0,05 gram ekstrak kental
yang terpekat akan terdesak keluar. rimpang jahe kelengketan rata-rata
Peristiwa tersebut terjadi berulang sebesar 04.16 detik. Hasil ini dapat
sehingga terjadi keseimbangan digunakan sebagai acuan kelengketan
konsentrasi antara larutan di luar dan di pada pembuatan ekstrak kental
dalam sel (Depkes RI, 1986: 6). rimpang jahe selanjutnya.
Hasil pembuatan ekstrak kental
menunjukkan bahwa serbuk kering Tabel 1. Hasil Uji Daya Lengket
rimpang jahe 600 gram dengan pelarut Ekstrak (g) Kelengketan (detik)
0,05 05.92
etanol 6000 ml dapat menghasilkan 0,05 03.55
ekstrak kental sebanyak 45,65 gram. 0,05 03.01
Rata-rata X = 04.16
Hasil Pemeriksaan organoleptis
Hasil pemeriksaan organoleptis Hasil Susut Pengeringan
ekstrak jahe merah (Zingiber officinalle Susut pengeringan dijadikan parameter
Rosc) yang diperoleh bentuk kental untuk standarisasi eksternal agar kita
agak lengket, sifat lengket pada ekstrak dapat mengetahui besarnya air yang
ini dimungkinkan oleh adanya damar hilang. Sehingga dengan adanya
atau resin. Warna coklat tua agak parameter susut pengeringan,
kehitaman dan bau khas jahe. Adanya hilangnya zat yang terkandung dapat
resin ini kemungkinan disebabkan oleh diketahui, yang jika nantinya bahan
serbuk yang terlalu halus. tersebut digunakan untuk penggunaan
Hasil Uji Daya Lengket pengobatan dapat memberikan efek
Uji kelengketan dilakukan untuk farmakologis yang diiinginkan . Tujuan
mengetahui kekentalan ekstrak. susut pengeringan ini adalah memberi
Pengujian ini untuk mengetahui batasan maksimal (rentang) tentang
kelengketan dari ekstrak, ini dapat besarnya zat hilang pada proses
dilihat dari waktu lepasnya ekstrak pengeringan.
antara objek glas satu dengan yang lain.

50
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Tabel 2. Hasil Uji Susut Pengeringan bakteri dan jamur akan lebih mudah
Susut Pengeringan tumbuh. Adapun warna sediaan basis
Bobot Ekstrak
(%)
2g 0,399 ini adalah putih kecoklatan dan berbau
2g 0,687 khas.
2g 0,160
x = 0,415 Hasil Homogenitas salep
Tujuan dilakukan uji homogenitas salep
Hasil Evaluasi Hasil Organoleptis adalah untuk mengetahui apakah
Sediaan Salep seluruh bahan telah tercampur secara
Hasil pemeriksaan organoleptis marata serta untuk menjamin zat aktif
sediaan salep dengan basis hidrokarbon yang terkandung di dalam bahan telah
stabil karena bahan obat yang terdistribusi merata dan pada saat
digunakan adalah dalam bentuk dioleskan di kulit tidak diperbolehkan
ekstrak. Sehingga kemungkinan untuk terasa adanya bagian padat (Voigt,
ditumbuhi bakteri atau jamur adalah :129). Hasil evaluasi salep ekstrak jahe
kecil. Adapun warna salep dengan basis berupa uji homogenitas, didapatkan
hidrokarbon adalah coklat muda dan hasil bahwa semua sediaan salep
berbau khas. Begitu pula dengan salep ekstrak jahe homogen. Hal ini sesuai
dengan basis larut dalam air, adapun dengan persyaratan yang ada pada
warna basis ini adalah coklat farmakope Indonesia edisi IV, dimana
kekuningan. Sedangkan pada basis salep harus menunjukkan susunan
emulsi kurang stabil karena pada basis homogen yang tidak terasa adanya
ini memiliki komponen air sehingga bahan padat.
Tabel 3 Hasil uji organoleptis
Parameter Deskriptif
organoleptis Hidrokarbon Emulsi Larut dalam air
Bentuk Semipadat Semipadat Semipadat
Warna Coklat muda Putih kecoklatan coklat kekuningan
Bau Khas harum Khas harum Khas harum
Tabel 4. Hasil uji homogenitas masing-masing formula salep
Homogenitas
Basis salep Replikasi
1 2 3
Hidrokarbon + + +
Emulsi + + +
PEG + + +

51
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Karena pada saat pembuatan hasil bahwa pada basis emulsi terdapat
salep secara terus menerus diaduk surfaktan yang berfungsi untuk
secara konstan, sehingga masa salep mengurangi tegangan permukaan
yang terbentuk tidak mengandung antara fase minyak dan air, hal tersebut
partikel yang membuat salep menjadi mengakibatkan pembasahan dengan
kasar. adanya surfaktan menjadi besar
Hasil Daya Menyebar Salep begitupun daya sebarnya menjadi
Uji daya menyebar salep dilakukan besar. Yang kedua adalah basis
untuk mengetahui kualitas basis yang hidrokarbon, pada basis ini memiliki
dapat menyebar pada kulit dan dengan komponen malam putih sehingga masa
cepat pula memberikan efek terapinya salep yang terbentuk memiliki
dengan asumsi bahwa semakin luas konsistensi yang lebih tinggi sehingga
daya sebar suatu formula salep tersebut kurang menyebar dibanding basis
maka akan semakin baik pula daya emulsi. Sedangkan basis yang larut
sebarnya dan dapat pula dengan cepat dalam air memiliki daya sebar yang
melepaskan efek terapi yang diinginkan kecil, karena pada basis ini memiliki
di kulit. Daya sebar yang baik dapat komponen PEG 4000 yang cepat
menjamin pelepasan bahan obat yang mengeras dengan adanya perubahan
memuaskan (Voigt, 313). suhu.
Hasil evaluasi salep ekstrak jahe
berupa uji daya menyebar, didapatkan

Tabel 5. Uji daya menyebar salep


2
Luas daya sebar (cm )
Rata-rata luas daya
Basis salep Replikasi 2
sebar (cm )
1 2 3
Hidrokarbon 23,04 18,36 22,09 21,49
Emulsi 33,64 31,36 34,81 33,27

Larut dalam air 10,24 10,89 09,61 10,24

52
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Tabel 6. Hasil uji daya lengket salep


Bobot Daya lengket (detik)
Basis salep ekstrak Replikasi
(g) 1 2 3
Hidrokarbon 0,05 01.98 02.58 02.01
Emulsi 0,05 0.96 0.75 0.78
Larut dalam air 0,05 06.09 04.72 04.21

Hasil Daya Lengket Salep basar pula daya lengketnya. Untuk basis
Uji kelengketan sangat penting emulsi daya lengketnya paling kecil
untuk mengevaluasi salep, dengan uji karena pada basis ini memiliki
ini dapat diketahui sejauh mana salep komponen air yang tinggi sehingga daya
dapat menempel pada kulit. Sehingga lengketnya kecil.
efek terapi yang diharapkan bisa Hasil Uji Iritasi
tercapai, salep harus tidak menghambat Hewan uji yang digunakan
fungsi-fungsi fisiologik kulit, basis salep adalah kelinci putih lokal jantan. Karena
yang memiliki daya lengket yang terlalu hewan yang telah digunakan secara luas
kuat, maka akan menghambat untuk deteksi sifat-sifat iritasi dari zat
pernafasan kulit. Namun apabila terlalu kimia (Loomis, 1978: 263). Kelinci yang
lemah, maka efek terapi tidak akan digunakan untuk percobaan adalah
tercapai (Voigt, 1995: 313). enam dan dibagi dalam dua kelompok
Dari hasil evaluasi daya lengket yaitu kelompok kulit normal dan
salep PEG mempunyai daya lengket kelompok kulit striping. Dosis yang
yang paling kuat diantara basis yang lain digunakan dalam penelitain ini
hal ini disebabkan karena komponen berpatokan pada 0,5 ml bahan berupa
PEG 4000 yang mudah mengeras cairan dan 0,5 g untuk bahan yang
dengan adanya perubahan suhu. Yang berbentuk padat atau semi padat untuk
kedua basis hidrokarbon yang memiliki 1 x 1 inci (2,5 cm x 2,5 cm) (Lu, 1995:
komponen malam putih, sehingga masa 244). Untuk kontrol pada penelitian ini
salep yang terbentuk memiliki hanya diolesi dasar salep tanpa zat
konsistensi yang tinggi. Malam putih aktif.
pada formula salep berfungsi sebagai 1. Pengamatan secara kualitatif
bahan pengeras, jadi semakin besar Pengamatan kualitatif dilakukan
jumlah malam putih maka semakin dengan melihat gejala toksik yaitu iritasi

53
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

dengan melihat timbul tidaknya eritema salep ekstrak etanol jahe merah dapat
dan edema setelah terpejani oleh salep. menimbulkan iritasi setelah pemejanan
Hasil pengamatan kualitatif salep yang pada hewan uji, artinya salep ekstrak
dipejankan setelah 24, 48, dan 72 jam jahe merah berpotensi menimbulkan
secara keseluruhan dapat dilihat bahwa iritasi.

Tabel 7. Hasil Analisis BNT antara indeks iritasi dengan perlakuan


Mean
No Perlakuan Sig Keterangan
Difference
Berbeda
Hidrokarbon -1.6073* 0.005
bermakna
Berbeda
1 Emulsi -1,1080* 0.032
Kontrol bermakna
Berbeda
Larut dalam air -1,7220* 0,004
bermakna
Berbeda
Kontrol 1,6073* 0,005
bermakna
Dasar
Tidak berbeda
2 Salep Emulsi 0,4993 0,275
bermakna
hidrokarbon
Tidak berbeda
Larut dalam air -0,1147 0,795
bermakna
Berbeda
Kontrol 1,1080* 0,032
bermakna
Dasar salep Tidak berbeda
3 Hidrokarbon -0,4993 0,275
emulsi bermakna
Tidak berbeda
Larut dalam air -0,6140 0,187
bermakna
Berbeda
Kontrol 1,7220* 0,004
bermakna
Dasar salep
0,1147 Tidak berbeda
4 larut dalam Hidrokarbon 0,795
bermakna
air
Tidak berbeda
Emulsi 0,6140 0,187
bermakna

2. Pengamatan secara kuantitatif untuk mengetahui perbedaan


gejala toksik perlakuan dari masing-masing dasar
Pengamatan secara kuantitatif salep. Hasil pengamatan iritasi salep
dilakukan dengan mengelompokkan ekstrak jahe merah yang telah
eritema dan edema ke dalam skor-skor. dikuantitatifkan ke dalam skor eritema
Skor-skor tersebut digunakan untuk dan edema memperlihatkan bahwa
menghitung indeks iritasi yang sampel uji salep ekstrak jahe dengan
kemudian dilakukan analisis statistik basis larut dalam air dapat

54
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

menimbulkan iritasi yang ditandai ekstrak jahe hidrokarbon, emulsi, dan


timbulnya eritema dan edema dengan larut dalm air. F hitung 6,797 > F
skor tertinggi. Skor tersebut tabel(0,05)= 4,07 maka dilanjutkan
menggambarkan tingkat keparahan dengan uji BNT dengan taraf
yang terjadi. Dari hasil pengamatan kepercayaan 95%. Pada tabel 4.9
diperoleh skor yang bervariasi dari menunjukkan adanya perbedaan yang
ketiga dasar salep yang digunakan nyata pada semua dasar salep yang
maupun dari perbedaan kondisi kulit digunakan. Hal ini berarti penggunaan
normal dan kulit lecet. Sedangkan pada ekstrak jahe merah berpengaruh
kontrol (dioleskan dasar salep saja) terhadap timbulnya iritasi.
tidak ada skor eritema dan edema . hal Kesimpulan
ini menunjukkan bahwa dasar salep Ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak
yang digunakan tidak mempunyai kental berwarna coklat kehitaman,
potensi mengiritasi kulit. Jadi skor iritasi berbau khas aromatis harum. Pada
disebabkan oleh zat aktif yang penelitian ini diperoleh salep ekstrak
digunakan. jahe yang mempunyai daya sebar paling
Iritasi yang paling besar terjadi luas yaitu basis emulsi dan yang
pada dasar salep larut dalam air, yang mempunyai daya lekat paling lama yaitu
kedua dasar salep hidrokarbon dan basis larut dalam air. Sediaan salep
iritasi paling rendah pada dasar salep pada ketiga dasar salep ekstrak etanol
emulsi. Hasil analisis BNT pada taraf jahe merah mempunyai potensi hanya
kepercayaan 95% menunjukan hasil sedikit merangsang iritasi, yang paling
yang bermakna yang berarti ada besar daya iritasinya adalah basis larut
perbedaan yang nyata antara kontrol dalam air, jadi basis salep larut air yang
dengan basis hidrokarbon, emulsi dan paling baik.
basis PEG.
Ketiga basis salep tersebut Daftar Pustaka
mempunyai efek mengiritasi jadi ada Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk
pengaruh dari ekstrak jahe sebagai zat Sediaan Farmasi
aktif. Data analisis variansi satu arah (Terjemahan). Farida Ibrahim,
juga menunjukkan adanya perbedaan Edisi IV. Jakarta, UI Press,Hal
yang nyata antara kontrol dengan salep 502, 503, 505, 506, 605.

55
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori Kesehatan Republik Indonesia,


dan Praktek. Yogyakarta, Hal 1, 5, 12, 13, 14, 37.
Gadjah Mada University , 2004. Monografi Ekstrak
Press,Hal 111. Tumbuhan Obat Indonesia,
Anonim, 2004, Khasiat dan Manfaat Volume I. Jakarta,
Jahe Merah Si Rimpang Ajaib, Departemen Kesehatan
Tim Lentera, Cetakan kedua, Republik Indonesia, Hal 14, 16.
Agro Medika Pustaka, Jakarta, Hendradi, dkk. 2000.Formulasi Sediaan
Hal. 3,4, 8, 9, 11, 13, 52. Topikal Dari Perasan Rimpang
Depkes RI. 1978. Materia Medika Zingiber Officinale Rosc
Indonesia, Jilid II. Jakarta, Dengan Menggunakan
Departemen Kesehatan Beberapa Basis Salep.Med.
Republik Indonesia, Hal 334. Eksakta, Vol. 1 No 1 April
, 1979. Farmakope Indonesia, 2000: 68-67
Edisi III. Jakarta, Departemen Lachman. 1994. Teori dan Praktek
Kesehatan Republik Indonesia, Farmasi Industri (Terjemahan)
Hal 9, 504, 506. Jilid II. Jakarta: Universitas
, 1985. Cara Pembuatan Indonesia.Hal 1995, 1096,
Simplisia. Jakarta, 1112, 1119.
Departemen Kesehatan Loomis, T. A. 1978. Toksikologi dasar.
Republik Indonesia, Hal 37. Terjemahan oleh Dunatus, 1
, 1986. Sediaan Galenika. A. Edisi ketiga. Yogyakarta,
Jakarta, Departemen IKIP Semarang Press.
Kesehatan Republik Indonesia, Lu, C. 1995. Toksikologi Dasar,
Hal 2, 3, 5, 7, 10, 11. Asas,Organ Sasaran, dan
, 1995. Farmakope Indonesia, Penelitian Risiko,
Edisi IV. Jakarta, Departemen (Terjemahan) oleh Nugroho, E.
Kesehatan Republik Indonesia, Edisi kedua. Jakarta,
Hal 5. Universitas Indonesia Press.
, 2000. Parameter Standar OEDC. 2002. Acute Toxicity: Dermal
Umum Ekstrak Tumbuhan Irritasion/ Corrotion.
Obat. Jakarta, Departemen http://www.oedc1.org.ehs/tes

56
PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN 1693-3591

t/monos.htm. Diakses 19 Pharmaceutical Exipiens.


Maret 2005. Washington, page,
Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah. Pharmaceutical Press and
Bandung. Sinar Baru, Hal 13, American Pharmaceutical
14, 17, 19, 20, 21. Association.Hal 9, 130, 131,
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Weller, 421, 454, 455, 568, 569.
P.J. 2003. Handbook of
Sari, Retno. Dkk.2005. Pengembangan Voight, R. 1995. Buku Pelajaran
Formula Sediaan Gel Teknologi Farmasi
Antiseptik Tangan Ekstrak (Terjemahan) Noerono .S,
Daun Sirih (Piper betle Linn). Edisi V. Yogyakarta:
Majalah Farmasi Airlangga, Universitas Gajah Mada Press,
Vol .5 No 3, Desenber 2005. Hal 160, 161, 171, 173, 202,
Sprowls, J.B. 1996. American Pharmacy, 204, 223, 809, 810.
An Introduction to Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun
Pharmaceutical and Dosage Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta,
Forms, Sixth Edition. UI press. Hal: 22, 24.
Philadelphia, Toronto. Lipincot
Company.Hal 230, 334.

57

Anda mungkin juga menyukai